Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN


PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 BOGOR




PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)



OLEH :
MUKHTAR, S.Ag., M.Si
NIP. 19720914 200003 1 001















PEMERINTAH KOTA BOGOR
DINAS PENDIDIKAN
R-SMA-BI NEGERI 2 BOGOR
RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERTARAF INTERNASIONAL
Jl. Keranji Ujung 1 Budi Agung Telp. Fax. (0251) 8318761 Kode Pos 16165 Bogor
website : www.sman2bogor.sch.id. Email : smandabogor@yahoo.co.id

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
2

LEMBAR PENGESAHAN


PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN
PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SMA NEGERI 2 BOGOR


BOGOR, 26 NOVEMBER 2012

Mengetahui,
Kapala SMAN 2 Bogor,



Dra. Sri Eningsih, M.Pd
NIP. 19590208 198501 2 001

Peneliti,



Mukhtar, S.Ag., M.Si
NIP. 19720914 2000003 1 001








PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN
PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SMA NEGERI 2 BOGOR

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pekerjaan besar dan bentuk investasi jangka panjang,
sedangkan hasilnya baru dapat dirasakan beberapa puluh tahun kemudian.
Pendidikan bukan sekedar proses alih budaya (transfer of culture) dan alih
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi sekaligus sebagai proses alih
keterampilan hidup (transfer of life skills) dan alih nilai (transfer of values) (Tim
Peneliti Depag, 2004: 10; Azizy, 2002: 19; Karim, 1991: 27). Sementara fungsi
pendidikan adalah membimbing manusia (siswa) benar-benar menjadi lebih
manusiawi dan fungsional sesuai dengan kodratnya, bertujuan agar pada diri siswa
terjadi perubahan tingkah laku (behavior change) yang komprehensif (Slameto,
2003: 2-3), meliputi pola pikir (cognitive, head), pola sikap (affective, heart), dan
pola tindak/psikomotorik (skill, hand).
1

Hal tersebut dapat tercapai jika proses pembelajaran mampu mewujudkan
fungsi dan tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada pasal 3 secara jelas
disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

1
Menurut konsep pendidikan Islam, pendidikan bukan sekedar membuat orang cerdas dan
terampil, tetapi juga meminjam istilah Abdul Munir Mulkhan harus berkesadaran marifat
(bijaksana dan arif), dan ke-wasqit a-an (adil, egalitarian) (Mulkhan, 2002: 166), sehingga
menurut Abdurrahman Masudterjadi reformasi pendidikan (islah) untuk membentuk manusia yang
memiliki improvement (ihsn) dan perfectness (istikml, insn kmil) (Ismail, 2000: 157).

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
2
Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas, penggunaan metode
pembelajaran yang tepat sangat penting karena dengan penggunaan metode yang tepat
ini proses pembelajaran akan lebih efektif dan efesien sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai secara maksimal. Kualitas pembelajaran dapat ditinjau dari sudut proses
yaitu adanya interaksi antar siswa maupun guru yang menciptakan lingkungan belajar
yang bercirikan de-mokrasi serta peran aktif siswa dan guru dalam menentukan apa yang
harus dipelajari dan bagaimana mempelajarainya. Sedangkan kualitas pembelajaran dari
sudut siswa tercermin dari hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai
akibat proses belajar yang dilakukan siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri, akan tetapi prestasi belajar
merupakan hasil akumulasi dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi siswa.
Kualitas pembelajaran dilihat dari sudut kinerja guru tercermin dari bagaimana
guru mampu dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran dan metode yang
digunakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Pemahaman akan adanya
perbedaan individu merupakan suatu hal yang niscaya (necessary being).
Argumentasi ini dibangun karena siswa menurut Sutrisno (2005, 63) memiliki
perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference),
pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Siswa tertentu mungkin
lebih mudah belajar dengan cara melihat, ada yang dengan cara mendengar, dan ada
yang belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Tipologi cara belajar siswa
ini oleh DePorter dkk. (2001: 166-168) diformulasikan menjadi tiga tipe cara belajar,
yaitu: (1) tipe visual, artinya siswa dapat belajar dengan baik dengan cara melihat;
(2) tipe auditif, artinya siswa dapat belajar dengan baik melalui mendengar; dan (3)
tipe kinestetik, artinya siswa dapat belajar dengan baik melalui gerak atau perbuatan.
Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu
belajar, alat belajar, dan cara penilaian, sangat perlu disesuaikan dengan kerakteristik
siswanya
Sementara itu pendidikan kita pada masa ini masih berpusat pada guru, sehingga
aktivitas anak dalam pembelajaran masih rendah, sebagaimana yang dikatakan Nurhadi
dan Senduk (2003: 9) bahwa kegiatan pendidikan saat ini masih didominasi oleh
pandangan: (1) pengetahuan sebagai rangkaian fakta-fakta yang harus dihafal, (2) kelas
masih terfokus pada guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, dan (3) ceramah

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
3
menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Sehingga untuk mengaktifkan dan lebih
memberdayakan siswa, mutlak diperlukan adanya perubahan strategi belajar yang tidak
hanya mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi juga mendorong mereka
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami Munandar dalam Nashori dan Diana
(2002: 25) menunjukkan bahwa ada kecenderungan kreatifitas tidak dapat berkembang
secara optimal di kalangan subjek didik Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Hal
ini disebabkan karena pendidikan formal di Indonesia terlalu menekankan pemikiran
yang bersifat konvergen yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban satu-satunya
yang tepat sebagaimana diajarkan guru. Siswa jarang sekali dirangsang untuk melihat
satu persoalan dari berbagai sudut yang berbeda. Pemikiran yang bersifat divergen
(memberikan alternatif jawaban yang bermacam-macam terhadap suatu persoalan)
jarang tersentuh, sehingga anak menjadi kaku, kurang terbuka dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda sering tidak disukai dan
ditolak. Mereka merasa lebih aman terhadap hal-hal yang sudah ada, lama atau
konvensional.
Kondisi tersebut masih diperparah lagi dengan masih diandalkannya metode
pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada sistem hafalan, proses pembelajaran
hanya berkutat dalam persoalan menghafal definisi, konsep-konsep, teori dan sebagainya
sehingga tidak banyak ruang gerak bagi siswa untuk melahirkan konsep dan ide sendiri.
Setelah ditelusuri pembelajaran PAI bidang di kelas X SMAN 2 Bogor ini
mengalami beberapa kendala antara lain: materi begitu banyak dan padat sedangkan
waktu yang disediakan terbatas, yaitu 2 jam pelajaran dalam satu minggu, padahal
pembelajaran bidang fiqih yang sangat decbateble tidak hanya sekedar menghafal
sejumlah konsep, pemahaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep tersebut akan
tetapi lebih dari itu yaitu berpikir kreatif, analisis dan kritis sehingga pelajaran lebih
bermakna. Selain itu, metode dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran dirasa
kurang sesuai, metode yang digunakan belum variatif, sehingga cenderung mematikan
kreatifitas, berpikir kritis dan analisis siswa. Kendala-kendala tersebut di atas
menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas X SMAN 2 Bogor kurang bagus dan kurang
memuaskan. Jadi salah satu fakta kendala dalam pembelajaran mata pelajaran PAI

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
4
bidang Fiqih di SMAN 2 Bogor adalah pengembangan metode dan strategi
pembelajaran yang belum sesuai dan variatif seta metode yang belum memberikan
motivasi bagi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Sanjaya (2007: 17) seorang guru bukan
hanya tahu tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach. Jadi
agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru memerlukan tingkat
keahlian yang memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang
harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang
pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi
perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku,
kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar,
kemampuan mendesain strategi dan metode pembelajaran yang tepat, dan lain
sebagainya, agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa yang harus dilakukan
oleh guru adalah penentuan metode mengajar yang dapat mengakomodasi prinsip-
prinsip kegiatan belajar mengajar.
Argumen tersebut menjadi suatu kenicayaan (necessary being), bahwa dalam
pembelajaran PAI bidang Fiqih, seorang guru perlu melakukan sebuah upaya strategis
untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya
strategis yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran Fiqih adalah meliputi proses pemilihan pendekatan, metode,
teknik pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang berorientasi pada proses dan
hasil yang berkualitas tinggi. Salah satu metode yang digunakan itu adalah metode
problem solving (pemecahan masalah). Dalam penerapannya metode problem solving
bisa dilakukan antara lain dengan pembelajaran kooperatif, kelompok, dan diskusi.
Metode ini sangat baik untuk diterapkan dalam pendidikan Agama, misalnya:
dalam rangka menanggulangi kenakalan remaja (di bidang akhlak), cara yang paling
efektif dalam pengumpulan zakat, dan masalah-masalah lain di bidang fiqih baik
ibadah maupun muamalah. Jadi metode problem solving tidak hanya cocok diterapkan
pada mata pelejaran umum tetapi juga mata pelajaran PAI bidang Fiqih khususnya di
Kelas X-2 Semester 2 SMAN 2 Bogor.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
5
Materi fiqih tidak semuanya merupakan materi yang baku yang tidak bisa
diperbarui dalam pelaksanaannya, akan tetapi banyak materi fiqih yang membutuhkan
pemikiran baru dalam pelaksanaannya terutama materi fiqih yang berhubungan dengan
kehidupan sosial kemasyarakatan seperti materi fiqih muamalah,, zakat, haji, wakaf,
dan sebagainya, untuk mengajarkan materi fiqih yang berhubungan dengan
kehidupan sosial kemayarakatan inilah diperlukan sebuah metode alternatif sehingga
pembelajaran tidak sekedar hafalan tetapi usaha untuk menyelidiki, berpikir kritis,
analisis untuk menemukan sebuah pengetahuan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Implementasi Metode Problem Solving untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Bidang Fiqih di
Kelas X SMAN 2 Bogor.
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih sistematis, lebih terarah dan lebih jelas
ruang lingkup pembahasannya, maka perumusan masalah dalam peneltian ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas
X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem solving?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas
X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem solving?
3. Bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode problem solving dalam
mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor?
Sebagaimana dimaklum, materi Fiqh merupakan materi yang debatable namun
pleksibel. Karena itu peneliti menyadari betul, setelah dianalisa reklektif penyebab
masalah kemungkinan besar metode dan pendekatan yang peneliti gunakan dalam
pembelajaran kurang sesuai, sehingga akifitas belajar siswa cenderung kurang
perhatian dan prestasi belajarnya tidak meningkat. Sebagai alternatif pemecahan
masalah, peneliti memperbaiki metode pembelajaran dengan menerapkan metode
problem solving (pemecahan masalah) pada mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas
X-6 SMAN 2 Bogor sebagai upaya alternatif meningkatkan aktifitas belajar dan
prestasi belajar siswa.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih
di Kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem
solving?
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di
Kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem
solving?
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi metode problem solving
dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas X-6 Semester 2SMAN 2 Bogor?

D. Hipotesa Tindakan
Hipotesa tindakan dalam penelitian ini adalah: Implementasi Metode Problem
Solving dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran
PAI bidang Fiqih di Kelas X SMAN 2 Bogor.

E. Manfaat Penelitian
1. Bahan kajian untuk mendalami dan mengembangkan konsep tentang manfaat
metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan prestasi belajar Fiqih
siswa dan peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas X di SMAN 2 Bogor.
2. Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang metode pembelajaran problem
solving, sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pembelajaran PAI pada aspek
Fiqh di Kelas X SMAN 2 Bogor
3. Bahan kajian bagi peneliti berikutnya yang berniat untuk mengadakan penelitian
perangkat pembelajaran untuk pengajaran siswa SMA.
E. Kajian Pustaka
Aktifitas belajar menurut Echols dan Shadily (2000: 10) aktivitas berasal dari
bahasa Inggris activity yang berarti kegiatan. Sedangkan belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2003: 154).
Jadi yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan baik fisik
maupun mental untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
7
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 46) keterlibatan siswa di dalam belajar
jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah
keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilainilai dalam
pembentukan keterampilan. Keterlibatan langsung siswa dalam setiap kegiatan atau
aktivitas pembelajaran merupakan keharusan. Karena siswa berperan sebagai subjek dan
sekaligus objek dari kegiatan pembelajaran.
Inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika siswa
berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan siswa di sini tidak hanya dituntut
dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik siswa yang aktif, tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembela-jaran
tidak tercapai. Ini sama artinya siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasa-kan
perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik berupa kegiatan fisik
maupun mental untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa perubahan tingkah laku
berupa pengetahuan maupun kecakapan. Karena itulah, aktifitas belajar siswa menurut
Soemanto (2003: 107) sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: faktor stimuli
belajar, metode belajar, dan faktor individual.
Sementara prestasi belajar menurut pendapat beberapa ahli pendidikan
diantaranya:
a. Menurut Suryabrata (1998: 32) Prestasi belajar adalah nilai sebagai rumusan
yang diberikan guru bidang studi mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama
masa tertentu.
b. Menurut Tuu (2004: 74) Prestasi belajar adalah pencapaian peserta didik dalam
mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran melalui penguasaan pengetahuan
atau keterampilan mata pelajaran di sekolah yang biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
8
c. Menurut Sudjana (2005: 45) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai
seseorang dalam melakukan proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pres-tasi
belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa-siswa sebagai hasil
belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini bisa merupakan
angka, huruf, serta tindakan yang dicapai masing-masing anak dalam waktu tertentu.
Untuk lebih konkritnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah.
b. Prestasi belajar adalah pencapaian nilai mata pelajaran tertentu berdasarkan
kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan, ingatan, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
c. Prestasi belajar adalah nilai yang dicapai oleh siswa melalui ulangan atau ujian
yang diberikan oleh guru.
Bentuk preastasi belajar adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada
hakekatnya adalah perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar,
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu dalam penilaian hasil belajar,
peranan tujuan pembeljaranl yang berisi rumusan kemajuan dan tingkah laku yang
diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar atau acuan penilaian.
Menurut Tohirin (2005: 151), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku
yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu:
a. Aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan
pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan
untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
b. Aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan
dan kesadaran.
c. Aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk
tindakan motorik.

Sejauh penulusuran peneliti, belum ada penelitian yang memfokuskan secara
khusus pada "implementasi metode problem solving dalam pembelajaran Fiqih dengan

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
9
di SMAN 2 Bogor", namun penelitian lain yang berhubungan dangan penelitian ini
telah banyak dilakukan, di antaranya:
Keefektifan Model Problem Solving, Problem Posing dan CTL dalam
Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa oleh Abdul Kodir (2006). Isi
tesisnya menerangkan bahwa dengan model Problem solving, problem posing dan CTL
dalam pembelajaran matematika maka terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa
di SMAN 3 Brebes.
Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah dalam Pembela-
jaran Sistem Reproduksi sebagai Upaya Penanaman Sikap Positif terhadap Seks dan
Kesehatan Reproduksi oleh Andri Whiteastuti (2006). Isi tesisnya menerangkan
bahwa Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah (PKBM) efektif dalam pem-
belajaran yang menekankan aspek afektif penanaman sikap. PKBM juga efektif dalam
meningkatkan aspek kognitif dan psikomotorik. Keterampilan memecahkan masalah
dalam PKBM, meliputi: menghadirkan isu-isu aktual tentang masalah seks dan
kesehatan reproduksi di kelas, mengkaitkan konsep-konsep biologi yang di-ajarkan
dengan kehidupan remaja, senantiasa mempertahankan suasana dialogis di dalam
kelas.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Benny Ahmad Benyamin (2003).
Efektivitas Penggunaan Metode Problem Solving terhadap Peningkatan Motivasi Siswa
dalam Pembelajaran PPKn: Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur
Melalui Pemberian Simulasi Isu-isu Kontroversial. Isi tesisnya menjelaskan bahwa sistem
pembelajaran Pendidikan PPKn pada umumnya, sampai saat ini masih didominasi oleh
metode ceramah/ekspositori. Di mana metode ini tidak begitu banyak mengem-bangkan
kemampuan berpikir siswa terutama dalam memecahkan suatu permasalahan. Guru dalam
melaksanakan metode ceramah atau ekspositori masih sering terjebak ke dalam pemberian
hafalan untuk dilatihkan kepada siswanya. Mereka hanya diminta un-tuk menghafal tanggal,
tahun, tempat kejadian, peristiwa dan tokoh sentralnya. Metode pengajaran problem solving
ini, dapat memotivasi siswa dalam belajar PPKn, mengasah pola pikir siswa untuk terbiasa
berpikir kritis-analistis-argumentatif, punya kepekaan sosial yang tinggi serta dapat
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya, baik di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
10
Penelitian di atas membahas tentang penerapan metode problem solving pada
mata pelajaran umum seperti matematika, Biologi dan PPKn, yang menekan-kan pada
upaya peningkatan prestasi, motivasi dan penanaman sikap siswa. Peneliti belum
melihat penerapan metode problem solving dalam pembelajaran Fiqih dan
penggunaannya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa,
maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti penerapan metode problem solving
dalam mata pelajaran Fiqih untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi
belajar siswa.
F. Metodologi Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-6 Semester 2 SMAN
2 Bogor Jawa Barat tahun pelajaran 2012-2013, yang berjumlah 34 siswa, dengan
perincian siswa laki-laki sebanyak 18 orang, dan siswa perempuan berjumlah 16
orang. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran mata pelajaran
PAI bidang Fiqih kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor khususnya KD tentang zakat
dan wakaf serta hikmahnya.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian,
yakni dari tahap persiapan hingga pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 bulan,
yakni Januari 2013. Adapun pelaksanaan pembelajaran/tindakan akan
diselenggarakan pada semester genap (semester 2), yaitu bulan Februari hingga
Maret 2013 dengan rincian sebagai berikut:
2. Siklus I : dilaksanakan pada tanggal 12, 19, dan 25 Februari 2013.
3. Siklus II : dilaksanakan pada tanggal 5, 12, dan 19 Maret 2013.
3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang
kolaboratif dan partisipatorik. Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai guru
yang menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran PAI bidang Fiqih.
Pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
11
(direncanakan 2 siklus), yang setiap siklusnya terdiri dari 1-3 pertemuan yang
tercakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan
interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi (Arikunto dkk, 2007: 16). Seperti gambar
berikut.












dan seterusnya




Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK
a. Rancangan Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi:
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran dan merancang skenario pembelajaran yang
berorientasi pada metode problem solving.
2) Penyiapan sarana dan media pembelajaran seperti buku paket dan berbagai
buku/bahan bacaan lain yang mendukung pembelajaran fiqih.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
12
3) Menyiapkan pedoman observasi terhadap proses pembelajaran fiqih dengan
metode problem solving, pedoman observasi aktivitas belajar siswa, serta
pedoman penilaian terhadap hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru dengan menerapkan metode
pembelajaran problem solving dan mengacu pada RPP yang telah dibuat. Siklus I ini
terdiri dari 3 kali pertemuan, pertemuan pertama materi pembelajarannya adalah haji
dan hikmahnya dan pertemuan kedua materinya haji dan hikmahnya (lanjutan), dan
pertemuan ketiga materinya adalah zakat dan hikmahya. Pelaksanaan kegiatan pada
tahap ini adalah:
1) Peneliti yang bertindak sebagai pengajar melakukan appersepsi terhadap materi
yang akan diajarkan.
2) Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang metode pembelajaran problem
solving yang akan diterapkan kepada siswa.
3) Membagi siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
5 orang siswa.
4) Setiap kelompok bekerja untuk memecahkan masalah yang telah ditentukan.
5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalahnya dalam diskusi
kelas dam kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapinya.
6) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dari hasil diskusi kelas.
7) Pada akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3. Tahap Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar
siswa dan pengelolaan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung
dengan dibantu oleh guru mitra sebagai observer. Peneliti dan guru kolaboran/mitra
melakukan observasi terhadap aktivitas siswa, sedangkan untuk pengelolaan
pembelajaran observasi dilakukan oleh guru kolaboran berdasarkan pedoman
observasi yang telah disiapkan peneliti.


Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
13
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Analaisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai guru PAI SMAN
2 Bogor dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa berupa hasil tes belajar dan
hasil observasi berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa dan pengelolaan
pembelajaran. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan bagian
atau fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah
memenuhi target sebagai bahan perbaikan untuk siklus berikutnya.
b. Rancangan Siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama
tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Siklus II ini terdiri dari 3 kali
pertemuan, pertemuan pertama materi pembelajarannya adalah zakat dan hikmahnya
(lanjutan), pertemuan kedua materinya wakaf dan hikmahnya, dan pertemuan ketiga
materinya adalah wakaf dan hikmahya. Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini sama
dengan Siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi dan perbaikan pada tahap
sebelumnya.
4. Instrumen Penelitian
a. Jenis Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:
1) Observasi
Observasi merupakan metode penumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian (Riyanto, 2001: 96). Metode observasi ini
diharapkan dapat mengetahui kondisi riil yang terjadi di lapangan dan mampu
menangkap kenyataan sebanyak mungkin mengenai apa yang terjadi. Metode
observasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitas
belajar siswa dan pengelolaan pengajaran dalam proses belajar mengajar.


Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
14
2) Angket (kuesioner)
Angket, yaitu menyebar sejumlah pertanyaan tertulis dengan berbagai
alternatif jawaban yang dissiapkan peneliti untuk siswa sebagai bahan
pengumpul data tentang respon siswa terhadap penggunaan metode
dalam pembelajaran.
3) Tes
Metode tes yaitu metode yang instrumen pengumpulan datanya
menggunakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127). Tes yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda.
Tes yang peneliti buat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui atau
mengukur prestasi atau hasil belajar siswa sebagai sujek penelitian.
b. Cara Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian yang peneliti buat adalah
sebagai berikut:
a. Merumuskan indikator pembelajaran berdasarkan silabus KTSP
b. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran masing-masing siklus.
c. Menyususn draf soal berdasarkan indikator dan kisi-kisi yang dilengkapi de-ngan
kunci jawaban.
d. Merumuskan indikator aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran untuk lem-bar
observasi aktivitas belajar siswa dan observasi pengelolaan pembelajaran.
e. Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi pengelolaan
pembelajaran.
f. Membuat angket yang akan disebar pada siswa senagai subjek penelitian yang
terdiri dari beberapa pertanyaan dan pernyataan untuk mengetahui respon siswa
terhadap penerapan metode problem solving dalam pembelajaran Fiqh.




Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
15
5. Teknik Pengumpulan Data
Hasil penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Se-
dangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan melalui lembar observasi siswa
dan guru serta angket untuk siswa.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan se-
cara deskriptif yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan indi-
vidual dengan rumus sebagai berikut:
a. Hasil Belajar Siswa
Skor dan nilai yang diperoleh siswa dihitung dengan menggunakan rumus
S = R
Keterangan:
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul (Arikunto, 2002: 168)
Hasil tes akkhir siklus diperiksa dan diberi skor. Butir tes yang dijawab benar
diberi skor 1 dan untuk tes yang dijawab salah diberi skor nol. Selanjutnya skor
dirubah dalam bentuk nilai dengan rumus
Nilai = % 100
maksimum skor Jumlah
skor Jumlah

Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 dinyatakan tidak tuntas dan
siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 dinyatakan tuntas
belajar. Untuk mengukur ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus
Ketuntasan klasikal = % 100
siswa seluruh Jumlah
belajar tuntas yang siswa Jumlah

Ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila prosentasi siswa yang tuntas
belajar atau siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 jumlah-nya
lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah seluruh siswa di kelas.
Ketuntasan individual, secara individual siswa mencapai ketuntasan jika
siswa mencapai ketuntasan 65 %.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
16
b. Aktivitas Siswa
Penghitungan tingkat perkembangan aktivitas siswa sebagai hasil analisis
deskriptif kualitatif dari hasil observasi terhadap siswa dan guru dilakukan dengan
rumus.
Nilai = % 100 x
skortotal
skor


Dengan kategori/kriteria penilaian sebagai berikut:
80% - 100% = sangat baik
70% - 79% = baik
60% - 69% = cukup
< 59% = kurang
c. Respon Siswa
Analisisnya dilakukan secara deskriptif kualitatif dari hasil angket yang
disebar dengan perhitungan prosentase.
7. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Indikator kuantitatif adalah siswa mencapai ketuntasan individual (skor 75)
dan ketuntasan klasikal jika 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
individual (skor 75).
2. Indikator kualitatif adalah bilamana aktivitas siswa secara klasikal > 80%.
3. Indikator kualitatif adalah bilamana respon siswa secara klasikal > 85%.

G. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Jaya.
Arikunto, S, dkk, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-3.

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor
17
Azizy, A. Qodry, 2002, Pendidikan [Agama] Untuk Membangun Etika Sosial,
Semarang: Aneka Ilmu.
DePorter, Bobbi (et.al), 2001, Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning
di Ruang-Ruang Kelas, terj. Ary Nilandari, Bandung: Kaifa.
Echols, John dan Hassan Shadily, 1996, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Gramedia.
Ismail SM dan Abdul Mukti, 2000, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan
Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim, M. Rusli, 1991, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia,
dalam Muslih Usa (Editor), Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan
Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Majid, Abdul, 2008, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya
Mujiono, Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Mulkhan, Abdul Munir, 2002, Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi Problem Filosofis
Pendidikan Islam), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Nashori, Fuad dan Mucharam, Rachmi Diana, 2002. Mengembangkan Kreatifitas
dalam Perspektif Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus.
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2003, Pembelajaran Contextual (Contextual
Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas
Negeri Malang.
Oemar Hamalik, 2003, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina, 2008, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta.
Sumadi Suryabrata, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sutrisno, 2005, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Membahas tentang Metode dan
Teknik Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: Ar-ruz.
Tohirin, 2005, Psikologi Pembelajaran Pengajaran Agama Islam (Berbasis Integrasi
dan Kompetensi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tulus Tuu, 2004, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:
Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai