= K
Secara umum apabila banyaknya unit dalam populasi adalah N dan sampel
sebanyak n unit, pada penarikan sampel dengan ulangan (berpeluang sama), maka
semua kemungkinan sampelnya (K) bisa kita tuliskan :
K = N
n
, dalam gambaran sebelumnya K = 4
2
= 16
Sedangkan bila penarikan sampel dilakukan tanpa ulangan adalah:
N! = N(N-1)(N-2)..3.2.1
n! = n(n-1)(n-2)..3.2.1
(N-n)! =(N-n)(N-n-1)(N-n-2)..3.2.1,
sehingga
Contoh :
Dalam suatu pemilihan ketua dan bendahara kelas diklat statistisi
terdapat 5 orang (Asep, Surya, Eka, Kiki dan Arya) yang dapat
dicalonkan untuk menjadi perwakilan kelas. Berapakah kemungkinan
banyak pasang perwakilan yang terbentuk apabila satu orang tidak
dapat merangkap jabatan?
Penyelesaian:
Diketahui terdapat 5 calon yang akan dipilih 2 orang untuk menjadi
perwakilan kelas. Jika satu orang tidak dapat merangkap jabatan maka
pemilihan perwakilan dengan metode without replcament (WOR).
Banyaknya kemungkinan sampel yang terbentuk adalah:
! 5! 5! 5.4. 3!
!( )! 2!(5 2)! 2!3!
N
n N n
= = =
2! 3!
5.4
10
1.2
= =
Kemungkinan pengurus kelas yang terbentuk adalah:
(Asep, Surya), (Asep, Eka), (Asep, Kiki), (Asep, Arya) (Surya, Eka),
(Surya, Kiki), (Surya, Arya), (Eka, Kiki), (Eka, Arya), (Kiki, Arya)
Lain halnya apabila dalam pemilihan tersebut ditentukan bahwa satu
orang dapat merangkap jabatan, yakni dapat menjadi ketua dan
bendahara sekaligus. Jika demikian, pemilihan perwakilan dengan
metode with replacement (WR). Maka banyaknya kemungkinan
sampel yang terbentuk adalah:
2
5 25
n
N = =
)! ( !
!
n N n
N
K
=
12 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
2.3 Penyimpangan Nilai Dugaan dari Nilai Populasi
Karena unit yang diteliti hanya sebagian kecil dari populasi maka dengan
sendirinya nilai penduga (estimator) tidak harus sama dengan nilai populasinya.
Sebagai ilustrasi, seandainya nilai dari masing-masing unit adalah
A = 4 B = 1 C = 2 D = 3
dan kita mengambil 2 unit tanpa ulangan, jika AC terpilih sebagai
sampel, maka: rata-rata sampel (penduga rata-rata populasi) adalah:
4 2
2
3,0
sedangkan rata-rata populasinya adalah:
4 1 2 3
4
10
4
2,5
Terlihat bahwa nilai dugaan di atas tidak sama dengan nilai populasinya. Nilai-
nilai dugaan untuk masing-masing kemungkinan sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Prosedur Penghitungan Sampel tanpa Pengulangan
Kemungkinan
Sampel
Nilai
AB
0
0
AC
0,5
0,25
AD
1,0
1,0
BC
-1,0
1,0
BD
-0,5
0,25
y Y y
2
) ( Y y
5 , 2
2
1 4
=
+
0 , 3
2
2 4
=
+
5 , 3
2
3 4
=
+
5 , 1
2
2 1
=
+
0 , 2
2
3 1
=
+
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 13
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
CD
0
0
Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa hasil dugaan
1
6
0 0,25 1 1 0,25 0 0,417
Nilai varian yaitu y
10
16
0,625
Apabila kita perhatian perbedaan nilai-nilai
0,417
Dan untuk penarikan sampel tanpa ulangan adalah 0,625
.
2.4 Kriteria Penduga (Estimator) yang Baik
Ada beberapa kriteria penduga (estimator) yang baik yaitu:
1. Tidak bias (unbiased)
Suatu penduga
=nilai rata-rata
dari sampel yang mungkin.
2. Konsisten (Consistent)
jika
0
2
) ( lim )
( lim
=
=
n
n v
n
,
dimana = nilai rata-rata populasi,
=nilai rata-rata dari sampel yang mungkin.
3. Cukup (Sufficience)
jika ada X
1
, X
2
,X
3
, .X
n
, sehingga fungsi (kepadatan) desitas bersyarat dari (X
1
,
X
2
,X
3
, .X
n
) di beri simbol T, tidak bergantung pada .
4.Efisien (Efficiency)
Distribusi penduga
(
)
2
1
Var
Var
=
Contoh: perbandingan
antara varian rata-rata sampel dengan varian median sampel sbb:
2
) / ).( 2 (
2
2
=
n
n
X
X
= 157%, karena hasilnya ternyata lebih dari 100% yakni 157%
berarti rata-rata sampel lebih efisien dari pada median sampel. Oleh karena
sebagai penduga digunakan rata-rata sampel.
5.Varian minimum (Minimum Variance)
jika ada beberapa nilai
, i=1,2,3,n, dimana )
( )
( )
(
3 2 1
v v v < < maka
1
merupakan penduga dengan varian minimum, dimana = nilai rata-rata
populasi,
K
Karena sampel saling bebas (independen) dan indentik, maka:
( ) ( ) ( ) ( )
1 2
1 1 1
...
n
E X E X E X E X
n n n
( ( (
= + + +
( ( (
(sampel
independen)
( ) ( ) ( ) ( )
1 2
1 1 1
...
n
E X E X E X E X
n n n
= + + + (konstanta 1/n keluar dari
ekspektasi)
Sifat identik menyatakan: ( ) ( )
i
E X E X = = , maka:
( )
1 1 1
... E X
n n n
= + + + =
2.5 Kerangka Sampel (Sampling Frame)
Keseluruhan unit dalam populasi akan membentuk kerangka sampel
dan dari sinilah anggota sampel dipilih. Kerangka sampel bisa
merupakan daftar dari orang, rumah tangga, perusahaan, catatan dalam
sebuah file, kumpulan dokumen, atau berupa sebuah peta dimana telah
tergambar unitnya secara jelas. Untuk bisa melakukan penarikan
sampel secara acak, kita memerlukan kerangka sampel berupa daftar
dari unit berikut keterangan tentang nama, alamat (identifikasi) dan
keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Persyaratan yang harus
dipenuhi kerangka sampel adalah
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 17
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Lengkap dan up to date, artinya seluruh unit dalam populasi
dalam keadaan terakhir harus didaftar.
Dapat dikenali, artinya seluruh unit di dalam kerangka sampel
dapat dikenal kembali melalui alamat atau petanya.
Jadi bila suatu penarikan sampel dilakukan dalam survei perbankan
dengan responden adalah bank, maka kita harus mempunyai kerangka
sampel berupa daftar seluruh bank yang ada serta keterangan yang
diperlukan dalam wilayah penelitian menurut keadaan terakhir. Bank
yang sudah tutup (dilikuidasi) harus dikeluarkan dari kerangka
sampel, sedangkan bank yang baru harus dimasukkan ke dalam
kerangka sampel lengkap dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan.
Apabila kerangka sampel belum tersedia dalam proses pemilihan unit sampel,
maka sebagai kerangka sampel kita perlu mempersiapkan terlebih dahulu melalui
data hasil pendaftaran secara lengkap (sensus) atau kalau data hasil sensus tidak
tersedia bisa kita lakukan listing berupa pendaftaran secara lengkap terhadap unit-
unit populasi yang akan dipilih sebagai sampel. Sebagai contoh pada suatu
wilayah, sebuah survei akan dilakukan dengan responden rumah tangga dimana
minimal salah satu anggota rumah tangganya menjadi nasabah sebuah bank atau
sebut saja "rumah tangga nasabah bank". Seandainya belum tersedia daftar rumah
tangga nasabah bank yang merupakan kerangka sampel, penyelenggara survei
bisa melakukan pendaftaran (listing) terhadap seluruh rumah tangga di wilayah
tersebut sehingga akan diperoleh daftar rumah tangga nasabah bank yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengambilan sampel.
2.6 Pengambilan Sampel Secara Acak (Menggunakan Tabel
Angka Random)
Untuk mempermudah penarikan sampel secara acak, bisa kita gunakan komputer,
kalkulator atau tabel angka random (TAR). Penggunaan komputer untuk
mendapatkan angka acak biasanya sudah tersedia paket programnya. Pada
kalkulator yang lengkap, biasanya bisa digunakan untuk mendapatkan angka acak.
Apabila tidak tersedia kedua-duanya, maka cara mendapatkan angka acak adalah
dengan menggunakan TAR. Contoh dari tabel angka random dapat dilihat pada
lampiran.
Sebagai gambaran cara penggunaan TAR adalah sebagai berikut. Seandainya kita
memilih sampel sebanyak n = 10 unit dari N = 80 unit dalam populasi, karena N =
80 unit terdiri dari 2 digit, maka yang kita lakukan adalah:
Kita pilih secara acak halaman TAR (pada lampiran) yang akan digunakan,
misalnya halaman 1
18 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
1) Pilihlah 2 kolom yang berdekatan secara random, misalnya
kolom 3 dan 4.
2) Pilihlah baris sebagai titik mulai penarikan sampel secara
random pula, misalnya baris ke-10.
Sehingga angka acak pertama yang berada di kolom 3-4, baris ke-10 adalah 60.
Angka acak terpilih apabila angka acak tersebut lebih kecil dari N. Karena 60<80,
maka merupakan angka acak terpilih yang pertama. Angka acak terpilih
berikutnya dilakukan dengan pembacaan angka acak dari atas ke bawah tetap pada
kolom 3 dan 4. Sehingga apabila pemilihan unit tanpa ulangan angka acak terpilih
selanjutnya adalah 18, 62, 42, 36, 29, 49, 08, 16 dan 34. Seandainya waktu
penarikan angka acak tersebut sampai baris terakhir (baris 35) belum cukup
memenuhi kebutuhan sampel, maka pindahlah ke kolom-kolom berikutnya dan
mulailah dari baris pertama. Dalam contoh di atas bila pada kolom 3-4 dan baris
35 belum memenuhi 10 unit sampel, maka pindahlah ke kolom 5-6, baris pertama
dan pilihlah angka acak seperti cara sebelumnya.
Setelah angka acak yang diperlukan sudah terpilih, maka unit-unit dalam populasi
dengan nomor-nomor urut sesuai dengan angka acak yang terpilih akan
dimasukkan sebagai anggota sampel.
Contoh :
1. Misalkan sampel yang akan dipilih sebanyak n = 20 unit dari
kerangka sampel yang memuat N = 90 unit. Untuk memilih
sampel tersebut digunakan TAR (Tabel Angka Random). Karena
dalam kerangka sampel terdapat 90 unit maka angka random yang
terpilih ada 2 digit. Penentuan angka random dapat melalui
mekanisme sebagai berikut:
Penentuan halaman TAR: menggunakan nama hari dalam
kalender pada saat menentukan angka random. Kesepakatan hari
senin, kamis dan minggu (halaman pertama terpilih), selasa dan
jumat (halaman kedua terpilih), rabu dan sabtu (halaman ketiga
terpilih). Misalkan pada saat menentukan angka random tanggal
28 Maret 2012 yaitu hari rabu, maka halaman ketiga terpilih.
Penentuan baris dalam TAR: menggunakan tanggal dalam
kalender pada saat menentukan angka random. Misalkan saat
penentuan angka random dilakukan tanggal 28 Maret 2012. Maka
baris yang terpilih adalah baris ke-28 dalam TAR.
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 19
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Penentuan kolom dalam TAR: menggunakan bulan dalam
kalender pada saat menentukan angka random. Misalkan saat
penentuan angka random dilakukan tanggal 28 Maret 2012. Maka
baris yang terpilih adalah baris ke-3 dalam TAR. Karena angka
random harus terdapat 2 digit, maka harus ada 2 kolom yang
terpilih, ambil saja baris di sebelah kanannya yaitu baris ke-4.
Sehingga terpilih baris ketiga dan keempat.
Setelah melalui prosedur di atas, lihat ke TAR halaman tiga, baris
ke-28, kolom ketiga dan keempat. Angka random pertama yang
terpilih adalah 40. Karena 40 < 90 maka merupakan angka
random pertama yang terpilih. Angka random selanjutnya adalah
angka random pada halaman dan kolom yang sama pada baris ke-
29 dan seterusnya yang besarnya kurang dari 90. Jika pada baris
akhir (35) jumlah angka random yang terpilih kurang dari 20,
maka dilanjutkan dari baris pertama kolom kelima dan keenam.
Berikut adalah angka random yang terpilih: 40, 31, 59, 17, 36, 77,
43, 28, 66, 22, 40, 73, 90, 10, 59, 83, 68, 29, 32, 70. Angka-angka
random yang terpilih merupakan nomor urut sampel dalam
kerangka sampel yang terpilih sebagai sampel.
2. Misalkan sampel yang akan dipilih sebanyak n = 200 unit dari
kerangka sampel yang memuat N = 950 unit. Untuk memilih
sampel tersebut digunakan TAR (Tabel Angka Random). Angka
random yang terpilih ada 3 digit. Penentuan angka random dapat
melalui mekanisme seperti pada contoh di atas hanya saja jumlah
kolom terpilih yang digunakan sebanyak 3 kolom.
Setelah diperoleh angka random, berikutnya adalah menyesuaikan
nomor urut sampel dalam kerangka sampel dengan kerangka
sampel.
20 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Soal latihan
A. Pilihan Ganda
1. Pengambilan sampel tanpa memperhatikan kaidah peluang disebut?
a. Probability Sampling c. Simple Random Sampling
b. Non Probability Sampling d. Systematic Sampling
2. Berikut ini pernyataan yang benar untuk Non Probability Sampling..
a. Pengambilan sampel memperhatikan kaidah peluang
b. Bias dari sampling dapat ditentukan
c. Sampling error tidak dapat ditentukan
d. Semua salah
3. Metode sampling yang tepat digunakan dalam survei kepuasan adalah?
a. Convenience sampling c. Quota sampling
b. Purposive sampling d. Snowball sampling
4. Arief ingin mengetahui karakteristik sosial-ekonomi penderita AIDS di kotanya.
Arief tidak mempunyai banyak informasi tentang keberadaan/ lokasi penderita
AIDS di kotanya. Arief hanya mempunyai informasi lokasi 3 penderita AIDS.
Selebihnya untuk informasi lokasi penderita lainnya, Arief memperolehnya dari 3
penderita AIDS tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan Arief
disebut?
a. Convenience sampling c. Quota sampling
b. Purposive sampling d. Snowball sampling
5. Berikut ini pernyataan yang salah untuk Probability Sampling..
a. Pengambilan sampel memperhatikan kaidah peluang
b. Bias dari sampling dapat ditentukan
c. Sampling error tidak dapat ditentukan
d. Semua salah
6. Nilai-nilai unit dalam kelompok homogen. Sedangkan antar kelompok heterogen.
Pernyataan tersebut merupakan bagian dalam metode sampling apa?
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 21
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
a. Simple random sampling (SRS)
b. Systematic sampling
c. Stratified random sampling
d. Cluster sampling
B. Essay
1. Jelaskan jenis-jenis pengambilan sampel secara non probability!
2. Jelaskan jenis-jenis pengambilan sampel secara probability!
3. Sebut dan jelaskan kriteria penduga (estimator) yang baik!
4. Jelaskan persyaratan yang harus dipenuhi kerangka sampel
22 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
B Ba ab b I II II I S Sa am mp pe el l A Ac ca ak k S Se ed de er rh ha an na a ( (S Si im mp pl le e R Ra an nd do om m
S Sa am mp pl li in ng g) )
3.1 Sampel Acak Sederhana dengan Ulangan dan Tanpa
Ulangan
Suatu sampel dinamakan sampel acak sederhana (simple random sampling) bila
setiap unit dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai
sampel. Metode ini merupakan metode yang cukup mudah dan biasa digunakan
pada populasi yang memuat karakteristik unit (unit) bersifat relatif homogen. Bila
kita mempunyai populasi dengan N = 500 unit, maka setiap unit memiliki peluang
1/500 untuk dapat terpilih pertama. Ada dua metode penarikan sampel acak
sederhana yaitu sampel acak sederhana dengan ulangan (Simple Random
Sampling With Replacement SRSWR) dan sampel acak sederhana tanpa ulangan
(Simple Random Sampling Without Replacement SRSWOR). Dalam SRSWR
setiap unit dalam populasi dapat dipilih lebih dari sekali dalam sampel, sedangkan
dalam SRSWOR hanya boleh terpilih sekali saja. Pada praktik di lapangan
SRSWOR lebih sering digunakan daripada SRSWR.
Bila suatu survei akan dilakukan pada populasi yang terdiri dari N unit dan akan
dipilih sampel sebanyak n unit secara SRS, maka prosedurnya adalah kita memilih
angka random (AR) sejumlah n dengan syarat AR N, maka unit-unit populasi
yang terdapat di dalam kerangka sampel dengan nomor urut sesuai dengan AR
terpilih merupakan sampel terpilih. Sebagai ilustrasi jika jumlah unit di dalam
populasi yaitu N=1000 unit sedangkan jumlah sampel yang akan dipilih yaitu
n=100, seandainya angka random terpilihnya adalah:
AR
1
= 145 AR
2
= 056 AR
3
= 675 AR
4
= 324
AR
5
= 801 AR
6
= 287 AR
7
= 004 AR
8
= 098
AR
97
= 989 AR
98
= 451 AR
99
= 777 AR
100
=610
maka sampel yang terpilih adalah unit-unit yang terdapat di dalam kerangka
sampel yang mempunyai nomor urut 145, 056, 675, 324, 801, 287, 004, 098, .,
989, 451, 777 dan 610
3.2 Metode Penduga Rata-rata, Total dan Penduga
Varian
Di dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa hasil suatu survei sampel
digunakan untuk menduga nilai populasinya. Beberapa notasi yang perlu
diperhatikan selanjutnya adalah:
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 23
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
N = Jumlah unit dalam populasi
n = Banyaknya unit sampel yang ditarik/dipilih
Y = Nilai total suatu karakteristik dalam populasi
berdasarkan sampel
y
i
= Nilai suatu karakteristik pada unit ke-i (i = 1, 2, 3, , N)
pada populasi dan i = 1,2, 3, ,n pada sampel.
= Variance nilai-nilai bila nilai populasi diketahui
= Penduga varian bila nilai populasi tidak diketahui
Penduga rata-rata nilai populasi dalam SRSWR maupun
SRSWOR adalah:
Penduga rata-rata tersebut adalah suatu variabel yang nilainya tergantung pada
kemungkinan sampel yang terpilih, maka tingkat pencaran nilai-nilai penduga
rata-rata tersebut diukur dengan besarnya varian atau standard error
. Karena dalam survei sampel nilai populasinya tidak diketahui, maka
besarnya varian tersebut kita duga dengan penduganya yaitu dan dihitung
dari nilai-nilai unit sampelnya.
Di dalam SRSWR
sedangkan dalam SRSWOR adalah:
=
=
n
i
i
y
n
y
1
1
1
) (
; ) (
1
2
2
2
= =
=
n
y y
s
n
s
y v
n
i
i
1
) (
; ) (
1
2
2
2
=
N
Y y
S
n
S
N
n N
y V
N
i
i
N
Y y
n
y V
N
i
i
=
= =
1
2
2
2
) (
; ) (
24 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Untuk melakukan pendugaan nilai total
adalah
Dengan penduga variannya adalah
.
Untuk menduga adalah y
Dan untuk
Di dalam sampel acak sederhana, n/N dinamakan fraksi sampel, yaitu
berapa bagian unit sampel yang ditarik dari seluruh unit dalam
populasi, biasanya kalau nilainya kurang dari 5%, maka fraksi sampel
diabaikan. Sedangkan N/n dinamakan faktor inflasi atau faktor pengali
dalam estimasi populasi.
Penduga rata-rata nilai populasi dalam Systematic Sampling
adalah:
Contoh :
1. Sebagai seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, Sandra
Dewi ingin mengetahui pola sebaran umur dan hubungannya dengan dan
kinerja pegawai di lingkungan Instansi BPS Kabupaten Timur Tengah
Selatan. Jumlah pegawai di lingkungan BPS sebanyak 45 orang. Sandra
dewi hanya memilih 15 orang secara SRS-WOR, dan data umur (tahun)
yang telah dikumpulkan sebagai berikut: 36, 30, 28, 45, 48, 44, 45, 30,
28, 35, 42, 38, 50, 44, 48. Berapakah rata-rata dan variasi serta
estimasinya dari umur pegawai BPS Kab. Timur Tengah Selatan?
Penyelesaian:
Nilai dugaan rata-rata umur pegawai BPS Kabupaten Timur Tengah
Selatan adalah:
( )
1
1 1
36+30 ... 48 39, 4
15
n
i
i
y y
n
=
= = + + =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
=
=
n
i
i
y
n
y
1
1
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 25
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
2
2
2 1
( )
( ) 60,114
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
45 15 60,114
( ) 2, 672
45 15
V y
= =
Interpretasi: rata-rata umur pegawai di BPS Kabupaten Timur Tengah
Selatan diduga adalah 39-40 tahun, dengan nilai standard errornya/
penyimpangannya sebesar 1,63.
2. Dalam pelaksanaan Susenas di Blok Sensus 001B terdapat 80 rumah
tangga. Sampel Susenas yang terpilih di blok sensus tersebut berjumlah
16 rumah tangga. Data rata-rata pengeluaran yang diperoleh dari Susenas
sebagai berikut (ribu rupiah): 1200, 1340, 1530, 1450, 1400, 1620, 1600,
1350, 1450, 1440, 1540, 1580, 1450, 1570, 1400, 1550. Berapakah rata-
rata dan variasi serta estimasinya dari pengeluaran rumah tangga di
lingkungan blok sensus tersebut?
Penyelesaian:
Nilai dugaan rata-rata pengeluaran rumah tangga di Blok Sensus 001B
adalah:
( )
1
1 1
1200+1340 ... 1550 1466,875
16
n
i
i
y y
n
=
= = + + =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 12822, 917
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
80 16 12822, 917
( ) 641,145
80 16
V y
= =
Interpretasi: rata-rata pengeluaran rumah tangga di Blok Sensus 001B
diduga adalah Rp 1.466.875,- dengan nilai standard errornya/
penyimpangannya sebesar 25.321.
3.3 Penentuan Ukuran Sampel
Salah satu cara dalam menentukan besarnya sampel adalah dengan menggunakan
relative standard error (rse). Relative standard error adalah besaran relatif dari
standard error (se) dibandingkan dengan nilai dugaannya, dan dinyatakan dalam
persentase sebagai berikut:
26 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Misalnya di dalam survei yang lampau, dari sebanyak n = 100, telah dihitung nilai
s nya, misalnya s = 200 dan 50, maka
rse dari rata-ratanya adalah 20/50 x 100% = 40%.
Bila kita menganggap rse = 40% masih terlalu besar dan kita menghendaki rse =
20%, maka kita bisa menghitung banyaknya sampel (n) untuk bisa mendapatkan
rse yang kita kehendaki sebagai berikut:
Jadi dalam hal ini kita harus menambah sampel unitnya dari 100 unit menjadi 400
unit untuk mengurangi rse dari 40% menjadi 20%.
Contoh :
1. Dalam suatu penelitian tentang tingkat pengeluaran per bulan rumah tangga dari 100
rumah tangga, diinginkan untuk memperoleh informasi tentang mean (rata-rata)
pengeluaran per bulan populasi. Diharapkan rata-rata dugaan menyimpang tidak
lebih dari 1 unit dari mean populasi sebenarnya. Nilai
2
tidak diketahui, meskipun
demikian dari survey terdahulu diperoleh informasi ragam populasi sekitar 9. Jika
diinginkan tingkat keyakinan 90%, maka ukuran sampel (banyaknya rumah tangga)
yang harus diambil adalah?
Penyelesaian:
Diketahui informasi berikut ini: N = 100; d = 1; S
2
= 9; = 10%; Z
/2
=1,645.
maka dengan menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sampel
(n) Slovin, jumlah sampel yang harus diambil sebanyak:
2 2
/ 2
2 2 2 2
/ 2
( . ) 100(1, 645. 9)
19, 584 20 rumah tangga
. ( . ) 100(1) (1, 645. 9)
N Z S
n
N d Z S
= = =
+ +
2. Misalkan pada Contoh Soal nomor 1, pada penelitian terdahulu diketahui
nilai simpangan baku (s), rata-rata umur ( y ) masing-masing adalah 150 dan
% 100 .
) (
) (
y
y se
y rse =
20
10
200
) ( = = y se
400 20
20 . 50
100 . 200
% 100 .
50
200
% 20 % 100 . ) ( = = = = = n n
n
y
n
s
y rse
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 27
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
38. Jika peneliti menghendaki nilai ( ) rse y sebesar 15%, maka banyaknya
sampel (n) yang harus diambil dalam penelitian tersebut adalah?
Penyelesaian:
Diketahui informasi berikut ini: y = 38; s = 150 dan ( ) rse y = 15%.
Maka jumlah sampel yang harus diambil sebanyak:
( )
150
150.100
.100% 15% .100% 26, 32 27
38 15.38
s
n n
rse y n
y
= = = =
Soal latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Simple random sampling?
2. Jelaskan perbedaan antara SRS-WR dan SRS-WOR
3. Hasil nilai ujian Metode Penarikan Sampel 25 statistisi dari 100 statistisi sebagai
berikut: 67, 76, 70, 76, 73, 68, 75, 80, 81, 74, 76, 82, 68, 74, 61, 77, 70, 75, 58, 65, 75,
85, 61, 71, 59. Berapakah rata-rata dan variasi serta estimasinya dari nilai ujian
statistisi?
4. Diketahui kemampuan intelektual (IQ) 18 statistisi dari 80 statistisi sebagai berikut:
145, 156, 130, 146, 133, 128, 145, 140, 141, 134, 126, 132, 128, 134, 141, 137, 130,
135. Berapakah rata-rata dan variasi serta estimasinya dari nilai IQ statistisi?
5. Misalkan pada Soal No. 3, diharapkan rata-rata dugaan menyimpang tidak lebih
dari 2 unit dari mean populasi sebenarnya. Nilai
2
tidak diketahui, meskipun
demikian dari survey terdahulu diperoleh informasi ragam populasi sekitar 16.
Jika diinginkan tingkat keyakinan 95%, maka ukuran sampel (banyaknya
statistisi) yang harus diambil adalah?
6. Diketahui biaya sewa rumah per bulan 15 mahasiswa dari 36 mahasiswa adalah
sebagai berikut (dalam ribu rupiah): 250, 275, 350, 315, 345, 335, 275, 300,
310, 400, 410, 500, 375, 325, 310. Berapakah rata-rata dan variasi serta
estimasinya dari biaya sewa rumah mahasiswa?
28 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
7. Misalkan pada Soal No. 3, pada penelitian terdahulu diketahui nilai simpangan
baku (s), rata-rata umur ( y ) masing-masing adalah 12 dan 45. Jika peneliti
menghendaki nilai ( ) rse y sebesar 10%, maka banyaknya sampel (n) yang
harus diambil dalam penelitian tersebut adalah?
8. Misalkan pada Soal No. 4, diharapkan rata-rata dugaan menyimpang tidak lebih
dari 1 unit dari mean populasi sebenarnya. Nilai
2
tidak diketahui, meskipun
demikian dari survey terdahulu diperoleh informasi ragam populasi sekitar 10.
Jika diinginkan tingkat keyakinan 95%, maka ukuran sampel (n) yang harus
diambil adalah?
9. Berikut merupakan data jumlah anggota rumah tangga pada 10 rumah tangga
dari 32 rumah tangga di desa Sampling: 12, 9, 4, 7, 8, 10, 11, 9, 9, 7.
Berapakah rata-rata jumlah anggota rumah tangga di desa Sampling beserta
estimasinya dan standar errornya?
10. Misalkan pada Soal No. 6, pada penelitian terdahulu diketahui nilai simpangan
baku (s), rata-rata umur ( y ) masing-masing adalah 36 dan 78. Jika peneliti
menghendaki nilai ( ) rse y sebesar 5%, maka banyaknya sampel (n) yang harus
diambil dalam penelitian tersebut adalah?
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 29
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
B BA AB B I IV V S Si is st te em ma at ti ik k S Sa am mp pl li in ng g
Apabila jumlah unit yang akan dipilih cukup besar maka pemilihan sampel
dengan simple random sampling agak berat mengerjakannya. Sebagai contoh
mengambil sebuah sampel yang besarnya 5% dari suatu populasi yang terdiri dari
20.000 unit, membutuhkan 1000 buah angka random dan memilih unit dalam
populasi yang bernomor sesuai dengan angka random yang terpilih. Dalam praktik
kebanyakan statistisi lebih cenderung dengan metode lain. Sebuah sampel yang
besarnya seperti di atas biasanya dipilih dengan cara memilih sebuah angka
random antara 1 dan 20, kemudian mengambil setiap angka yang selisihnya
dengan angka sebelumnya adalah 20. Jadi, jika angka random yang terpilih
adalah angka 5, maka unit-unit yang terpilih adalah unit-unit dengan nomor 5, 25,
45, 65 dan seterusnya sampai 19985. Dalam hal ini N/n = 20.000/1.000 = 20
disebut sampling interval. Pemilihan sampel semacam ini disebut systematic
sampling. Walaupun tidak sama dengan simple random sampling, tetapi
merupakan metode sampling yang bisa diterima karena peluang bagi setiap unit
diketahui dengan pasti dan kita bisa menghitung sampling errornya. Metode
pendugaan systematic sampling dapat digunakan perumusan simple random
sampling, walaupun biasanya hasil standard errornya lebih besar dari yang
sesungguhnya. Akan tetapi jika setiap unit dari populasi dapat diurutkan secara
sembarang atau random order (yaitu korelasi antara unit dengan unit berikutnya
sangat kecil), maka hasil dari systematic sampling akan mendekati hasil simple
random sampling.
4.1 Prosedur Pemilihan Sampel :
4.1.1 Linier Systematic Sampling
Dianggap Populasi telah disusun secara linier sehinga unit-unit dapat dinomori
dengan angka
Misalkan populasi = N dan N = nk dimana k adalah sampling interval, dan angka
random terpilih adalah
Maka sampel terdiri dari unit-unit ke
2, ,
1
Nilai sampling interval (k) merupakan nilai bilangan bulat yang mendekati nilai
N/n
Contoh :
Misalkan terdapat N = 9 populasi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9 yang dipilih 3 sampel
secara sitematis, maka k=3. Kemudian kita mencari angka random pertama yang
kurang dari atau sama dengan 3, katakan di dapat 2. Jadi sampel yang terpilih
adalah 2, 2+k=2+3=5 dan 2+2k=2+2(3)=8.
Circular Systematic Sampling
30 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Pada penarikan sampel secara Circular Systematic Sampling terdapat beberapa
langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah
Memilih angka random pertama antara 1 sampai dengan N
Memilih setiap unit ke-k (dimana k adalah bilang yang paling dekat dengan N/n)
dalam suatu cara yang memutar sampai n unit sampel terpilih.
R1 + jk, jika R1 + jk N
R1 + jk N, jika R1 + jk > N
untuk j=1, 2, , (n-1).
Contoh :
1. Misalkan terdapat N = 9 populasi yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 yang dipilih 3
sampel secara sistematis. Kemudian kita mencari angka random pertama yang
kurang dari atau sama dengan 9, katakan di dapat 7 dan nilai k = N/n = 3.
Jadi sampel yang terpilih adalah 7, (7+k)-9=(7+3)-9=1 dan (7+2(3))-9=4.
2. Misalkan terdapat 80 rumah tangga di blok sensus 012B. Kemudian dipilih
16 rumah tangga secara sistematis (linier sistematik). Sampel mana saja
yang terpilih bila pada angka random pertama berasal dari TAR halaman 1,
baris 23, kolom 4!
Penyelesaian:
Diketahui N = 80 dan n = 16. Maka interval (k) = N/n = 5. Angka random
pertama (R
1
) yang terpilih adalah angka random pada TAR yang kurang
dari k = 5, diperoleh angka random 2 (rumah tangga nomor urut 2). Angka
random kedua (R
2
) = R
1
+k = 7. Angka random ketiga (R
3
) = R
2
+ k = 12.
Begitu seterusnya sampai diperoleh rumah tangga sampel ke-16. Berikut
nomor urut rumah tangga yang terpilih sebagai sampel adalah: 7, 12, 17,
22, 27, 32, 37, 42, 47, 52, 57, 62, 67, 72, 77.
3. Misalkan terdapat 130 rumah tangga di blok sensus 022B.
Kemudian dipilih 16 rumah tangga secara sistematis (circular
systematic). Sampel mana saja yang terpilih bila pada angka
random pertama berasal dari TAR halaman 3, baris 1, kolom 6!
Penyelesaian:
Diketahui N = 130 dan n = 16. Maka interval (k) = N/n 8.
Angka random pertama (R
1
) yang terpilih adalah angka
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 31
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
random pada TAR yang kurang dari N = 130, diperoleh angka
random 014 (rumah tangga nomor urut 14). Angka random kedua
(R
2
) = R
1
+k = 22. Angka random ketiga (R
3
) = R
2
+ k = 30.
Angka random yang lebih besar dari 130 adalah selisih angka
tersebut dengan 130. Berikut nomor urut rumah tangga yang
terpilih sebagai sampel adalah: 22, 30, 38, 46, 54, 62, 70, 78, 86,
94, 102, 110, 118, 126, (134-130=4)
4.2 Metode Penduga Rata-rata, Total, dan Penduga
Varian
4.2.1 Penduga Rata- Rata dan Total
Jika N = nk maka
4.2.2 Penduga Varian
Varian rata-rata sebuah sampel sistematis dengan interval k adalah
Contoh :
1. Diketahui jumlah anggota rumah tangga pada 16 rumah tangga yang telah
dipilih secara sistematik dari 80 rumah tangga di Desa Estimasi sebagai
berikut: 11, 4, 5, 8, 10, 7, 8, 4, 5, 8, 11, 8, 10, 6, 5, 9. Berapakah nilai
32 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
penduga rata-rata, total dan varian jumlah anggota rumah tangga di desa
tersebut?
Penyelesaian:
Nilai dugaan rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Desa Estimasi
adalah:
( )
1
1
1 1
11 4 ... 9 7, 4375 7 8
16
n
sy
i
y y orang
n
=
= = + + + =
Nilai dugaan total jumlah anggota rumah tangga di Desa Estimasi adalah:
. 595
sy sy
y N y = =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 5, 729
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
80 16 5, 729
( ) 0, 2864
80 16
V y
= =
Interpretasi: rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Desa Estimasi
diduga adalah 7 sampai 8 orang, dengan nilai standard errornya/
penyimpangannya sebesar 0,535.
Catatan: Penghitungan di atas menggunakan rumus SRS-WOR. Hal ini
disebabkan karena sampel telah diketahui/ yang tersedia gugus sampel
tunggal. Jika sampel belum diketahui, tersedia beberapa kemungkinan
gugus sampel maka menggunakan rumus teoritis systematic sampling.
2. Diketahui jumlah ternak ayam pada 16 rumah tangga yang telah dipilih
secara sistematik dari 110 rumah tangga di Desa Sigma sebagai berikut:
40, 30, 35, 48, 50, 37, 28, 44, 35, 58, 51, 48, 30, 46, 35, 49. Berapakah
nilai penduga rata-rata, total dan varian jumlah ternak ayam di desa
tersebut?
Penyelesaian:
Nilai dugaan rata-rata jumlah jumlah ternak ayam di Desa Sigma adalah:
( )
1
1
1 1
40 30 ... 49 41, 5 41 42
16
n
sy
i
y y orang
n
=
= = + + + =
Nilai dugaan total jumlah anggota rumah tangga di Desa Estimasi adalah:
. 4565
sy sy
y N y = =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 33
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
2
2
2 1
( )
( ) 79, 867
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
110 16 79,867
( ) 4, 265
110 16
V y
= =
Interpretasi: rata-rata jumlah ternak ayam di Desa Sigma diduga adalah 41
sampai 42 orang, dengan nilai standard errornya/ penyimpangannya sebesar
2,065.
Soal latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Systematic sampling!
Jawab:
Systematic sampling merupakan pengambilan sampel secara acak dan sistematis.
Dikatakan secara acak karena pengambilan sampelnya yang menggunakan kaidah
peluang. Pada pengambilan sampel pertama, semua unit mempunyai peluang yang
sama untuk terpilih. Sedangkan dikatakan secara sistematis karena pengambilan
sampel kedua dan seterusnya berdasarkan pola/ interval.
2. Jelaskan perbedaan antara Systematic sampling dengan Simple random sampling!
Jawab:
Dibandingkan dengan simple random sampling, systematic sampling lebih mudah
dalam aplikasinya, karena hanya sekali menentukan sampel (sampel pertama) dengan
menggunakan TAR. Selain itu systematic sampling mempunyai kemungkinan yang
lebih akurat mengestimasi parameter karena mampu mencakup sampelnya mampu
mencakup karakteristik-karakteristik populasi yang relatif tidak homogen.
3. Bagaimanakah prosedur pada linear systematic sampling dan circular systematic
sampling!
Jawab:
Prosedur linear systematic sampling:
a. Menentukan interval (k), dimana
N
k
n
= . Jika k diperoleh bilangan desimal,
maka dilakukan pembulatan kebawah. Misalnya k = 5,67, maka dibulatkan
kebawah menjadi 5.
b. Menentukan angka random pertama (AR
1
), dimana AR
1
< k. Jumlah digit yang
digunakan dalam penentuan AR
1
harus sama dengan jumlah digit k.
c. Menentukan angka random berikutnya dengan formula:
AR
2
= AR
1
+ k
AR
3
= AR
2
+ k = AR
1
+ 2k
AR
n
= AR
n-1
+ k = AR
1
+ (n-1)k
Prosedur circular systematic sampling:
a. Menentukan interval (k), dimana
N
k
n
= . Jika k diperoleh bilangan desimal,
maka dilakukan pembulatan kebawah. Misalnya k = 5,67, maka dibulatkan
kebawah menjadi 5.
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 35
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
b. Menentukan angka random pertama (AR
1
), dimana AR
1
< N. Jumlah digit yang
digunakan dalam penentuan AR
1
harus sama dengan jumlah digit N.
c. Menentukan angka random berikutnya dengan formula:
AR
2
= AR
1
+ k
AR
3
= AR
2
+ k = AR
1
+ 2k (dan seterusnya)
Jika Angka random ke-j lebih besar dari N (AR
j
> N), maka angka randomnya
adalah selisih antara AR
j
terhadap N (AR
j
- N)
4. Misalkan terdapat 99 rumah tangga pada blok sensus 013B. Kemudian dipilih 16
rumah tangga secara linier sistematik. Sampel manakah yang terpilih jika
menggunakan TAR hal.2, baris 1, kolom 6!
Penyelesaian:
Diketahui N = 99 dan n = 16, maka
99
6,1875 6
16
N
k
n
= = =
Pada TAR, angka random pertama (AR
1
< 6) yang terpilih adalah 3. Maka secara
linier sistematik angka random berikutnya (nomor urut rumah tangga yang terpilih)
adalah: 9, 15, 21, 27, 33, 39, 45, 51, 57, 63, 69, 75, 81, 87, 93.
5. Misalkan terdapat 160 rumah tangga pada Blok Sensus 023B. Kemudian dipilih 20
rumah tangga secara linier sistematik. Sampel manakah yang terpilih jika
menggunakan TAR hal. 3 baris 5 kolom 5!
Penyelesaian:
Diketahui N = 160 dan n = 20, maka
160
8
20
N
k
n
= = =
Pada TAR, angka random pertama (AR
1
< 8) yang terpilih adalah 7. Maka secara
linier sistematik angka random berikutnya (nomor urut rumah tangga yang terpilih)
adalah: 15, 23, 31, 39, 47, 55, 63, 71, 79, 87, 95, 103, 111, 119, 127, 135, 143, 151,
159
Soal [6-9]
Diketahui umur kepala rumah tangga dari 35 kepala rumah tangga di Desa SRS, Blok
Sensus 013B sebagai berikut:
45 45 52 43 54 55 46
47 58 49 30 31 42 33
34 45 46 37 58 49 40
41 52 33 34 35 46 37
48 39 30 34 45 44 42
36 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Dari 35 kepala rumah tangga tersebut akan dipilih 10 rumah tangga secara sistematik.
(urutan pemilihan dari kiri ke kanan)
6. Tentukan sampel secara linier sistematik dan hitung nilai dugaan rata-rata umur kepala
rumah tangga di blok sensus tersebut! (TAR halaman 2, baris 20, kolom 3)
Penyelesaian:
Diketahui N = 35 dan n = 10, maka
35
3, 5 3
10
N
k
n
= = =
Pada TAR, angka random pertama (AR
1
< 3) yang terpilih adalah 2. Maka secara
linier sistematik angka random berikutnya (nomor urut rumah tangga yang terpilih)
adalah: 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29. Sehingga umur kepala rumah tangga yang
terpilih adalah: 45, 54, 47, 30, 33, 46, 49, 52, 35, 48.
Dari data tersebut, nilai dugaan rata-rata umur kepala rumah tangga adalah:
( )
1
1
1 1
45 54 ... 48 43, 9
10
n
sy
i
y y tahun
n
=
= = + + + =
Maka nilai dugaan rata-rata umur kepala rumah tangga di Desa SRS adalah 43,9
tahun.
7. Dari sampel terpilih hitunglah nilai dugaan varians dan standar error umur kepala
rumah tangga!
Penyelesaian:
Nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 68, 544
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
35 10 68, 544
( ) 4, 896
35 10
V y
= =
Maka nilai varian dan standard errornya/ penyimpangannya masing-masing sebesar
4,896 dan 2,213
8. Tentukan sampel secara sirkular sistematik dan hitung nilai dugaan rata-rata dan
varians di blok sensus tersebut! (menggunakan TAR yang sama pada nomor 6)
Penyelesaian:
Diketahui N = 35 dan n = 10, maka
35
3, 5 3
10
N
k
n
= = =
Pada TAR, angka random pertama (AR
1
< 35) yang terpilih adalah 25. Maka secara
linier sistematik angka random berikutnya (nomor urut rumah tangga yang terpilih)
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 37
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
adalah: 28, 31, 34, 2, 5, 8, 11, 14, 17. Sehingga umur kepala rumah tangga yang
terpilih adalah: 34, 37, 30, 44, 45, 54, 47, 30, 33, 46.
Dari data tersebut, nilai dugaan rata-rata umur kepala rumah tangga adalah:
( )
1
1
1 1
34 37 ... 46 40
10
n
sy
i
y y tahun
n
=
= = + + + =
Nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 68, 444
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
35 10 68, 444
( ) 4, 888
35 10
V y
= =
Maka nilai dugaan rata-rata umur kepala rumah tangga di Desa SRS adalah 43,9 tahun
dan standard errornya/ penyimpangannya 2,211
9. Bagaimanakah hasilnya jika 15 kepala rumah tangga dipilih secara linier sistematik?
Berapakah nilai dugaan rata-rata dan variansnya?
Penyelesaian:
Diketahui N = 35 dan n = 15, maka
35
2, 33 2
15
N
k
n
= = =
Pada TAR, angka random pertama (AR
1
< 2) yang terpilih adalah 1. Maka secara
linier sistematik angka random berikutnya (nomor urut rumah tangga yang terpilih)
adalah: 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29. Sehingga umur kepala rumah
tangga yang terpilih adalah: 45, 52, 54, 46, 58, 30, 42, 34, 46, 58, 40, 52, 34, 46, 39.
Dari data tersebut, nilai dugaan rata-rata umur kepala rumah tangga adalah:
( )
1
1
1 1
45 52 ... 39 45, 067
15
n
sy
i
y y tahun
n
=
= = + + + =
Nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 75, 495
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
35 15 75, 495
( ) 2, 876
35 15
V y
= =
Maka nilai dugaan rata-rata umur kepala rumah tangga di Desa SRS adalah 45,067
tahun dan standard errornya/ penyimpangannya 1,696
10. Berikut ini adalah jumlah ternak sapi setiap rumah tangga dari 16 rumah tangga yang
telah dipih secara circular sistematik dari total 86 rumah tangga pada Desa Sistematik:
38 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
15, 10, 12, 11, 14, 15, 19, 8, 14, 20, 11, 7, 9, 8, 10, 13. Berapakah nilai dugaan rata-
rata, total dan varian jumlah ternak sapi pada Desa Sistematik?
Penyelesaian:
Nilai dugaan rata-rata jumlah ternak sapi di Desa Sistematik adalah:
( )
1
1
1 1
15 10 ... 13 12, 25 12 13
16
n
sy
i
y y orang
n
=
= = + + + =
Nilai dugaan total jumlah anggota rumah tangga di Desa Estimasi adalah:
. 1053, 5
sy sy
y N y = =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 14, 333
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
86 16 14, 333
( ) 0, 729
86 16
V y
= =
Interpretasi: rata-rata jumlah ternak sapi di Desa Sistematik diduga adalah 12 sampai
13 orang, dengan nilai standard errornya/ penyimpangannya sebesar 0,854.
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 39
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
B BA AB B V V S Sa am mp pe el l A Ac ca ak k B Be er rl la ap pi is s ( (S St tr ra at ti if fi ie ed d S Sa am mp pl li in ng g) )
Dalam simple random sampling, kita tidak mencoba memaksakan supaya sampel
mewakili populasi. Kecenderungan untuk mewakili sudah dikandung oleh
prosedur itu sendiri dan sampling errornya hanya dapat ditekan dengan
menaikkan jumlah sampel. Tetapi, jika sebelumnya sudah diketahui suatu
keterangan mengenai populasi, hal tersebut mungkin dapat digunakan untuk
memperkecil sampling error. Kita bisa memperkecil sampling error dengan
banyaknya unit sampel yang sama apabila kita mendapatkan s
2
yang lebih kecil.
Karena s
2
didalam populasi nilainya tetap (tak berubah), maka cara yang paling
mudah adalah membagi unit-unit di dalam populasi ke dalam kelompok-
kelompok. Proses pembentukan kelompok-kelompok ini dinamakan stratifikasi.
Diusahakan nilai-nilai unit di dalam kelompok tertentu cukup homogen.
Kelompok-kelompok semacam ini kita namakan lapisan (strata) atau sub populasi.
Nilai-nilai unit di dalam lapisan tertentu akan cukup homogen, sedangkan antar
lapisan akan heterogen.
5.1 Metode Penduga Rata-rata, Total dan Penduga
Varian
Misalnya kita mempunyai populasi sebanyak N=7, dengan nilai unit masing-
masing adalah 3, 4, 9, 6, 2, 1, 8. Selanjutnya kita buat 2 subpopulasi atau lapisan
masing-masing N
1
= 4 dan N
2
= 3 sehingga nilai-nilai unit di dalam setiap lapisan
cukup homogen, sebagai berikut:
Tabel 4. Pembagian Populasi Menjadi Dua Lapisan
Lapisan I Lapisan II
Y
11
=3
Y
12
=4
Y
13
=2
Y
14
=1
Y
21
=9
Y
22
=6
Y
23
=8
Apabila kita mengambil sampel sebanyak n = 4 unit. Pertama kita alokasikan n
menjadi n
1
dan n
2
, misalnya n
1
= 2 dan n
2
= 2, artinya bahwa 4 unit pada lapisan I
kita tarik 2 unit sebagai sampel dan 2 unit sampel pada lapisan II. Dengan
menggunakan TAR misalnya yang terpilih pada lapisan I adalah Y
12
dan Y
13
sedangkan pada lapisan II yaitu Y
21
dan Y
22,
maka kita akan mendapatkan dua
penduga yaitu
dan
.
Untuk mendapatkan penduga nilai populasinya secara lapisan, kita gunakan rumus
rata-rata tertimbang sebagai berikut:
5 , 7
2
6 9
, 5 , 2
2
2 3
2 1
=
+
= =
+
= y dan y
64 , 4
7
5 , 32
7
5 , 22
7
10
5 , 7 .
7
3
5 , 2 .
7
4
= = + = |
\
|
+ |
\
|
=
st
y
40 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Cara penghitungan di atas secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
dimana L menunjukkan jumlah lapisan
Sementara itu, untuk memperkirakan nilai total karakteristiknya dapat
menggunakan formulasi sebagai berikut :
Karena masing-masing lapisan penarikan sampelnya dilakukan secara terpisah,
maka penghitungan penduga varian lapisan I dan lapisan II adalah sebagai berikut:
dan
dan
maka
sehingga dan
Untuk mendapatkan penduga varian secara lapisan digunakan rumus sebagai
berikut:
= (4/7)
2
.0,125 + (3/7)
2
. 0,75 = 0,1785713
Penarikan sampel seperti tersebut di atas dinamakan sampel acak berlapis.
Apabila penarikan sampel di atas kita lakukan dengan SRSWOR tanpa lapisan,
maka dengan sampel yang sama variannya dapat dilihat pada langkah berikut:
=
=
L
i
L L
st
N
y N
y
1
1
2
1
1
1 1
1
. ) (
n
s
N
n N
y v
=
2
2
2
2
2 2
2
. ) (
n
s
N
n N
y v
=
=
1
1
2
1 1
1
2
1
) (
1
1
n
i
i
y y
n
s
=
=
1
1
2
2 2
2
2
2
) (
1
1
n
i
i
y y
n
s
[ ] 5 , 0 ) 5 , 0 ( ) 5 , 0 ( ) 5 , 2 2 ( ) 5 , 2 3 (
1 2
1
2 2 2 2 2
1
= + = +
= s
[ ] 5 , 4 ) 5 , 1 ( ) 5 , 1 ( ) 5 , 7 6 ( ) 5 , 7 9 (
1 2
1
2 2 2 2 2
2
= + = +
= s
125 , 0
2
5 , 0
.
4
2 4
) (
1
=
= y v 75 , 0
2
5 , 4
.
3
2 3
) (
2
=
= y v
=
=
L
i
i
i
st
y v
N
N
y v
1
2
2
) ( . ) (
( ) 5
4
20
6 9 2 3
4
1
= = + + + = y
[ ] ( ) 10
3
30
1 16 9 4
3
1
) 5 6 ( ) 5 9 ( ) 5 2 ( ) 5 3 (
1 4
1
2 2 2 2 2
= = + + + = + + +
= s
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 41
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Bandingkan nilai varian SRSWOR di atas yaitu 1,07 dengan nilai varian secara
lapisan yaitu 0,1785, terlihat bahwa varian secara lapisan nilainya jauh lebih kecil.
Dengan kata lain bahwa sampel acak berlapis akan menghasilkan dugaan yang
lebih efisien dibandingkan SRSWOR tanpa lapisan.
Contoh :
1. Seorang mahasiswa semester akhir akan mengadakan penelitian
mengenai rumah tangga kurang mampu di Desa SPSS. Rumah
tangga dibagi menjadi strata, dan pengambilan sampel dilakukan
setiap strata, dan diperoleh informasi rata-rata pengeluaran per
rumah tangga untuk setiap sampel. Berikut adalah datanya:
Strata Rumah
Tangga (N
L
)
Rumah
Tangga
terpilih (n
L
)
Pengeluaran (ribu
rupiah)
1 12 6 500 300 150 550 175
450
2 10 5 675 550 500 220 350
3 8 4 175 250 225 575
4 10 5 800 725 150 250 150
Tentukanlah nilai penduga nilai rata-rata (
st
y ), nilai total (
Y ) dan nilai
varian ( )
st
v y !
Penyelesaian:
Sebelum menghitung dugaan rata-rata populasi, terlebih dahulu dihitung
dugaan rata-rata setiap strata dengan rumus
1
1
L
n
L i
i
L
y y
n
=
=
, sehingga
diperoleh:
1 2 3 4
354,167; 459; 306, 25; 415 y y y y = = = = . Selanujutnya menghitung
dugaan rata-rata populasi dengan rumus stratified:
1
1
L
st L L
L
y N y
N
=
=
( ) ( ) ( ) ( )
1
12 354,167 10 459 8 306, 25 10 415 386, 00
40
st
y ( = + + + =
Nilai dugaan totalnya adalah:
. 15440, 004
st
Y N y = =
07 , 1
4
10
.
7
4 7
) (
2
=
=
n
s
N
n N
y v
42 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Nilai dugaan varian adalah:
( ) ( )
2
1
L
L
st L
L
N
v y v y
N
=
| |
=
|
\
. Sebelum menghitung
nilai dugaan varian populasi, terlebih dahulu dihitung nilai dugaan varian tiap
strata ( )
2
L L L
L
L L
N n s
v y
N n
= , ( )
2
2
1
1
1
L
n
L Li L
i
L
s y y
n
=
=
, sehingga diperoleh:
1 2 3 4
( ) 2425, 3475; ( ) 3140, 5; ( ) 4134,115; ( ) 10300 v y v y v y v y = = = = , Setelah
itu dihitung nilai dugaan varian populasi, hasilnya:
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
1
144 2425, 3475 100 3140, 5 64 4134,115 100 10300 1223, 677
1600
st
v y ( = + + + =
Interpretasi: nilai dugaan rata-rata pengeluaran rumah tangga di Desa SPSS
adalah Rp 386.000,- dugaan total pengeluaran rumah tangga sebesar Rp
15.440.000,- dengan penyimpangan/ standar error sebesar 34,981.
2. Berikut ini merupakan data IPM tahun 2010 dari 33 provinsi di Indonesia.
No. Provinsi IPM Peringkat No. Provinsi IPM Peringkat
1. NAD 71.70 17 18. NTT 65.20 32
2. Sumatera Utara 74.19 8 19. NTB 67.26 31
3. Sumatera Barat 73.78 9 20. Kalimantan Barat 69.15 28
4. Riau 76.07 3 21. Kalimantan Tengah 74.64 7
5. Jambi 72.74 13 22. Kalimantan Selatan 69.92 26
6. Sumatera Selatan 72.95 10 23. Kalimantan Timur 75.56 5
7. Bengkulu 72.92 11 24. Sulawesi Utara 76.09 2
8. Lampung 71.42 21 25. Sulawesi Tengah 71.14 22
9. Bangka Belitung 72.86 12 26. Sulawesi Selatan 71.62 19
10. Kepulauan Riau 75.07 6 27. Sulawesi Tenggara 70.00 25
11. DKI Jakarta 77.60 1 28. Gorontalo 70.28 24
12. Jawa Barat 72.29 15 29. Sulawesi Barat 69.64 27
13. Jawa Tengah 72.49 14 30. Maluku 71.42 20
14. Yogyakarta 75.77 4 31. Maluku Utara 69.03 30
15. Jawa Timur 71.62 18 32. Papua Barat 69.15 29
16. Banten 70.48 23 33. Papua 64.94 33
17. Bali 72.28 16
Jika dibuat 3 strata berdasarkan peringkat dengan ketentuan strata 1: peringkat
1-10, strata 2: peringkat 11-21, strata 3: peringkat 22-33, kemudian ambil
sampel sebanyak 4 sampel dari setiap strata dengan cara sirkular sistematik
(TAR halaman 1 baris 7 kolom 3). Hitunglah rata-rata IPM di Indonesia dan
standar errornya!
Penyelesaian:
Pengambilan sampel tiap strata secara sirkular sistematik:
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 43
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
N
1
= 10; n
1
= 4; k
1
= 2; AR
1
= 01. Provinsi terpilih dan nilai IPMnya:
DKI Jakarta (77.60), Riau (76.07), KalTim (75.56), KalTeng (74.64)
N
1
= 11; n
1
= 4; k
1
= 2; AR
1
= 01. Provinsi terpilih: Bengkulu (72.92),
Jambi (72.74), JaBar (72.29), NAD (71.70)
N
1
= 12; n
1
= 4; k
1
= 3; AR
1
= 01. Provinsi terpilih: SulTeng (71.14),
SulTra (70.00), KalBar (69.15), NTB (67.26)
Sebelum menghitung dugaan rata-rata populasi, terlebih dahulu
dihitung dugaan rata-rata setiap strata dengan rumus
1
1
L
n
L i
i
L
y y
n
=
=
,
sehingga diperoleh:
1 2 3
75, 97; 72, 41; 69, 39 y y y = = = . Selanujutnya menghitung dugaan
rata-rata populasi dengan rumus stratified:
1
1
L
st L L
L
y N y
N
=
=
( ) ( ) ( )
1
10 75, 97 11 72, 41 12 69, 39 72, 39
33
st
y ( = + + =
Nilai dugaan varian adalah:
( ) ( )
2
1
L
L
st L
L
N
v y v y
N
=
| |
=
|
\
. Sebelum
menghitung nilai dugaan varian populasi, terlebih dahulu dihitung nilai
dugaan varian tiap strata ( )
2
L L L
L
L L
N n s
v y
N n
= , ( )
2
2
1
1
1
L
n
L Li L
i
L
s y y
n
=
=
, sehingga diperoleh:
1 2 3
( ) 0,1069; ( ) 0, 0179; ( ) 0,1419 v y v y v y = = = , Setelah itu dihitung
nilai dugaan varian populasi, hasilnya:
( ) ( ) ( ) ( )
1
100 0,1069 121 0, 0179 144 0,1419 0, 030
1089
st
v y ( = + + =
Interpretasi: nilai dugaan rata-rata IPM di Indonesia tahun 2010 adalah
72,39 dengan penyimpangan/ standar error sebesar 0,173.
5.2 Alokasi Unit Sampel
Salah satu cara untuk menentukan jumlah alokasi unit sampel ke dalam setiap
lapisan adalah alokasi proporsional. Dalam alokasi proporsional, apabila kita telah
menentukan banyaknya unit sampel yang akan ditarik sebanyak n, maka unit-unit
sampel tersebut kita alokasikan sebanding dengan banyaknya unit di dalam setiap
lapisan. Dimana dapat dituliskan alokasi proporsional sebagai berikut :
Sebagai gambaran, misalnya kita mempunyai populasi sebanyak N = 1000
unit. Unitunit tersebut telah kita bagi ke dalam 2 lapisan, berturut-turut 400 unit
untuk lapisan I dan 600 untuk lapisan II. Seandainya kita akan menarik sampel
sebesar 10% nya yaitu 100 unit sampel, maka alokasi proporsional dari 100 unit
sampel tersebut adalah sebagai berikut:
Jadi dari 400 unit pada lapisan I kita akan menarik 40 unit dan 600 unit yang ada
di lapisan II kita tarik 60 unit.
Contoh :
Diketahui jumlah rumah tangga setiap kecamatan sebagai berikut:
a. Kecamatan Sigma: 150 rumah tangga
b. Kecamatan Epsilon: 140 rumah tangga
c. Kecamatan Statistik: 80 rumah tangga
d. Kecamatan Sampling: 110 rumah tangga
Kemudian akan diambil 100 rumah tangga untuk dijadikan sampel
dalam penelitian. Berapakah jumlah sampel yang akan diambil pada
setiap kecamatan dengan alokasi proporsional?
Penyelesaian:
Diketahui: N
1
= 150; N
2
= 140; N
3
= 80; N
4
= 110; n = 100.
Berdasarkan rumus alokasi sampel proporsional: .
h
h
N
n n
N
= , maka
alokasi sampel setiap strata menjadi:
1
1
150
. 100. 31, 25 32
480
N
n n
N
= = = rumah tangga
2
2
140
. 100. 29,167 30
480
N
n n
N
= = = rumah tangga
3
3
80
. 100. 16, 667 17
480
N
n n
N
= = = rumah tangga
4
4
110
. 100. 22, 917 23
480
N
n n
N
= = = rumah tangga
40
1000
400
. 100
1
1
= = =
N
N
n n 60
1000
600
. 100
2
2
= = =
N
N
n n
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 45
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
B Ba ab b V VI I S Sa am mp pe el l A Ac ca ak k B Be er rk ke el lo om mp po ok k ( (C Cl lu us st te er r S Sa am mp pl li in ng g) )
Pada penarikan sampel acak sederhana, elemen-elemen atau unit-
unit analisis seperti perusahaan atau usaha rumah tangga dan
sebagainya telah tersusun dan tersedia dalam kerangka sampel.
Berdasarkan daftar kerangka sampel tersebut dapat dipilih
perusahaan atau usaha atau rumah tangga sebagai sampel dan
kemudian dikumpulkan informasinya. Apabila penarikan sampel
tidak langsung ke elemen atau unit analisis, tetapi melalui
kelompok dari unit analisis atau elemen maka metode ini disebut
sampling cluster. Penarikan sampel cluster memiliki persyaratan
tertentu bahwa tidak boleh adanya unit yang tumpang tindih atau
terlewat. Contoh dari bentuk cluster adalah blok sensus yang terdiri
dari kelompok rumahtangga yang berdekatan pada suatu wilayah
tertentu dengan batas jelas.
6.1 Pengertian Cluster
Cluster adalah kelompok unit yang dapat terdiri dari satu atau lebih
unit listing (daftar unit) yang digabung. Cluster terdiri dari unit
listing dan unit listing terdiri dari elemen atau unit analisis.
Contoh :
Tabel 5. Contoh Aplikasi Cluster
Cluster
Unit Listing/
Daftar Unit
Elemen/
Unit
Analisis
Aplikasi
(1) (2) (3) (4)
Blok Sensus Rumah Tangga Orang
Estimasi banyaknya
rumah tangga atau
penduduk beserta
karakteristiknya
Desa Sekolah Guru/Murid
Estimasi banyaknya
guru/murid beserta
karakteristiknya
Sekolah Kelas Murid
Estimasi banyaknya
murid beserta
karakteristiknya
Halaman
buku
Baris Kata
Estimasi banyaknya
kata dalam buku
46 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
6.2 Metode Penduga Rata-Rata dan Penduga Varian
6.2.1 Cluster dengan ukuran sama
Cluster dengan ukuran sama adalah cluster dimana banyaknya unit
sampling dalam cluster sama antara satu cluster dengan cluster
lainnya yaitu sebanyak M.
Misalnya suatu populasi terdiri dari N cluster dan setiap cluster terdiri
dari M elemen sebagai unit sampling selanjutnya disebut unit dan
sebanyak n cluster dipilih secara acak sederhana. Seluruh elemen
dalam cluster dikumpulkan informasinya.
Beberapa notasi yang digunakan :
N : banyaknya cluster dalam populasi
n : banyknya cluster dalam sampel
M : banyaknya elemen dalam cluster
Rata-rata per elemen dari rata-rata n sampel cluster
Rata-rata perelemen dari seluruh elemen dalam populasi
Varian (deviasi standar kuadrat) dari nilai karakteristik dalam cluster
ke-i
1
1
Rata-rata simpangan kuadrat di dalam cluster (mean square within
clusters)
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 47
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Rata-rata simpangan kuadrat kuadrat antar rata-rata cluster (mean
square between clusters)
1
1
Rata-rata simpangan kuadrat antar elemen di dalam populasi (mean
square between elemen)
1
1
Estimasi total nilai karakteristik yang diteliti :
dengan
Estimasi varian cluster sampling :
dengan
6.2.2 Cluster dengan Ukuran tidak Sama
Cluster dengan ukuran tidak sama adalah cluster dimana banyaknya
unit dalam cluster tidak sama antara satu cluster dengan cluster
lainnya.
Rata rata per elemen dari cluster ke-i
Estimasi variannya :
dengan
Rata-rata karakteristik per unit dari sebanyak n sampel cluster, yang
diperhitungkan dari karakteristik seluruh unit dalam sampel
48 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Estimasi variannya :
dengan
dengan
Rata-rata karakteristik per-unit dari sebanyak n sampel cluster, dengan
memperhitungkan rata-rata unit per cluster dari populasi
dengan
dengan
dan
Estimasi totalnya menjadi :
atau
Dimana :
atau
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 49
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
S So oa al l d da an n P Pe em mb ba ah ha as sa an n
1. Berikut merupakan data jumlah anggota rumah tangga pada 32 rumah tangga
di desa Statistik :
5 3 7 11 4 6 10 9
8 12 11 10 10 11 8 7
6 8 9 4 1 5 7 7
12 8 9 10 9 7 6 8
Jika ingin diketahui rata-rata anggota rumah tangga di desa Statistik, dan
dilakukan dengan penarikan acak tanpa pengembalian dengan sampel
sebanyak 6 rumah tangga. Berapa rata-rata anggota rumah tangga di desa
Statistik tersebut beserta standard errornya (menggunakan TAR halaman 1
baris 8 kolom 2 yang tersedia pada modul).
2. Diketahui populasi peternak sapi perah di desa Pengalengan sebanyak 9
peternak. Dari kesembilan peternak tersebut ingin diketahui rata-rata
banyakanya sapi yang dimiliki setiap peternak, dengan mengambil sampel 3
peternak secara sistematik dari kelompok sampel yang terbentuk beserta
variannya. Berikut merupakan data jumlah sapi yang dimiliki 9 peternak sapi.
3 4 6 7 5 6 4 5 7
3. Dalam suatu survei mengenai penggilingan padi dan penyosohan beras di
Aceh, maka antara lain ingin diketahui kapasitas giling rata-rata per tahun dari
alat pengolahan beras tersebut. Untuk keperluan tersebut populasi dibagi atas
3 strata sebagai berikut:
Strata 1, jenis penggilingan padi digerakan oleh mesin, yang jumlahnya 100
buah.
Strata 2, jenis huller gabah yang digerakan oleh mesin, yang jumlahnya 200
buah.
Strata 3, jenis yang digerakan oleh kincir angin, yang jumlahnya 50 buah.
Berapa besar masing-masing subsampel per strata dengan alokasi proporsional
jika jumlah sampelnya adalah 35 buah.
50 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
4. Diketahui banyaknya tanaman lada untuk ekspor di provinsi Bangka Belitung
untuk desa terpilih dibagi menjadi tiga subpopulasi yaitu subpopulasi lada
hitam, subpopulasi lada putih dan subpopulasi lada bubuk.
Subpopulasi
Banyaknya
desa
Banyaknya
desa terpilih
Banyaknya lada pada desa
terpilih
Lada Hitam 441 11
41, 116, 19, 15, 144, 159,
212, 57, 28, 119, 76
Lada Putih 405 12
39, 70, 38, 37, 161, 38, 27,
119, 36, 128, 30, 208
Bubuk Lada 103 7
252, 385, 192, 296, 115, 159,
120
Hitunglah perkiraan total banyaknya tanaman lada dengan standard errornya.
5. Dalam Sebuah survei untuk memperkirakan rata-rata produksi susu di Desa
Lembang, peternakan sapi yang ada dilklasifikasikan kedalam tiga
subpopulasi menurut banyaknya hewan sapi perah ditempatkan. Penarikan
sampel secara Acak tanpa pengembalian dilakukan pada tiga strata. Data
ditampilkan sebagai berikut :
Subpopulasi
Banyaknya
peternakan
Banyaknya
peternakan
terpilih
Banyaknya lada pada desa
terpilih
satu ekor sapi
perah per
kandang sapi
2461 19
0, 27, 1068, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
81, 418, 0, 162, 397, 0, 0, 0,
0, 0
dua sampai
enam sapi
perah per per
kandang sapi
2385 27
960, 56, 0, 0, 0, 0, 513, 170,
843, 1627, 661, 0, 511, 0,
1361, 232, 0, 981, 477, 906,
864, 2422, 2055, 803, 0, 0,
655
lebih dari
enam sapi
perah per per
kandang sapi
543 6
1835, 1744, 1821, 2496,
7974, 10238
Hitunglah perkiraan rata-rata produksi susu dengan standard errornya.
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 51
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Jawaban :
1. Beri no urut pada rumah tangga dari kiri ke kanan, dan
berdasarkan TAR halaman 1 baris 8 kolom 2, No sampel yang
terpilih adalah 30, 32, 23, 02, 11, dan 3.
1
1
6
7 8 7 3 11 7
43
6
7,1667
= 6,5667
32 6
32
6,5667
6
0,8892
Standard error = se
0,8892 0,9429
Jadi rata-rata rumah tangga memiliki anggota rumah tangga sebanyak 7
orang dengan nilai penduga rata-rata mendekati nilai populasi sebesar
0,942.
2. Diketahui :
9, 3
3
Kemungkinan kelompok sampel yang terbentuk :
Rumah
Tangga
Terpilih
Banyaknya Anggota Rumah Tangga pada Rumah
Tangga terpilih
30 7
32 8
23 7
2 3
11 11
3 7
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
No urut
Sampel
Banyaknya
sapi
No urut
Sampel
Banyaknya
sapi
No urut
Sampel
Banyaknya
sapi
1 3 2 4 3 6
4 7 5 5 6 6
7 4 8 4 9 7
52 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
berdasarkan kemungkinan ketiga kelompok sampel yang terbentuk maka :
4,6667
4,3333
6,3333
1
3
4,6667 4,3333 6,3333 5,1111
1
3
4,6667 5,1111
4,3333 5,1111
6,3333 5,1111
1
3
2,2963 0,7654
Jadi rata-rata banyaknya sapi yang dimiliki setiap peternak adalah 5 sapi.
3. Diketahui :
Populasi penggilingan padi terdiri dari tiga strata :
100
200
50
350
35
100
350
10
35
200
350
20
35
50
350
5
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 53
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
4. Diketahui
Populasi lada :
441
405
103
89.6364
77.5833
217
4227,2545
441 11
441
4227,2545
11
374,710
3736, 6288
405 12
405
3736, 6288
12
302,1595
9915,3333
103 7
103
9915,3333
7
1320.2108
54 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
441
374,710 405
302,1595
103
1320.2108 136441803,9
Standard error dari
136441803,9 11680.83
5. Diketahui :
2461
2385
543
113,32
596,185
4351,333
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 55
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
2461 543 2385 596,185 543 4351,133
2461 2385 543
754,046
73468,7222
1
2
2461 19
2461
73468,7222
19
3836,9216
442390,0798
2
2
2385 27
2385
442390,0798
27
16199.3293
14150305,47
3
2
543 6
543
14150305,47
6
2332324,751
1
5389
2461
3836,9216 2385
16199.3293 543
2332324,751 27652,58
Standard error dari
27652,58 166,291
Jadi rata-rata produksi susu yang dihasilkan di Kabupaten lembang sebesar 754 liter dengan
standard error sebesar 166,291.
56 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Jawaban Soal Latihan
BAB I
A. Pilihan Ganda
1. D (Percobaan)
2. A (Data efek shift kerja terhadap produktifitas karyawan perusahaan)
3. C (Data kuantitatif dan data kualitatif)
4. A (Data primer dan data sekunder)
5. D (Data yang dikumpulkan dalam suatu periode tertentu)
6. C (Data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan tujuan untuk
menggambarkan perkembangan suatu kejadian)
B. Isian
1. Menurut M. Nazir, jenis penelitian terbagi menjadi dua yaitu:
a. Penelitian sensus, survei atau adminstrasi. Penelitian ini tidak melakukan
perubahan/ perlakuan khusus terhadap variabel yang diteliti. Data penelitian
biasanya sudah tersedia di lapangan dan dikumpulkan dengan metode sensus dan
survei maupun catatan adminstrasi. Contoh: data hasil sensus penduduk, registrasi
penduduk, dan lainnya.
b. Penelitian percobaan (experiment research). Penelitian ini memberikan perlakuan
khusus/ treatment terhadap variabel yang diteliti.
2. Sensus adalah cara pengumpulan data dimana semua unit (elemen) dalam populasi
yang menjadi objek penelitian diteliti seluruhnya.
3. Beberapa alasan survei sampel dilakukan dalam penelitian adalah:
a. Populasi yang tidak terbatas atau sangat besar
b. Kendala biaya, tenaga dan waktu
c. Penelitian bersifat destruktif
d. Manajemen pengumpulan data lebih terkendali
4. Sensus
Tenaga: Jumlah yang dibutuhkan sangat besar
Waktu: Lebih lama
Biaya: Lebih mahal
Survei Sampel
Tenaga: jumlah yang dibutuhkan relatif sedikit
Waktu: Lebih cepat
Biaya: Lebih murah
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 57
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
BAB II
A. Pilihan Ganda
1. B (non prability sampling)
2. C (sampling error tidak dapat ditentukan)
3. C (quota sampling)
4. D (snowball sampling)
5. C (sampling error tidak dapat ditentukan)
6. C (stratified random sampling)
B. Isian
1. Jenis-jenis pengambilan sampel secara non prabibility sebagai berikut:
Convenience sampling: pengambilan sampel yang hanya mempertimbangkan
aspek kemudahan dalam memperoleh sampel. Metode ini cocok apabila
digunakan dalam penelitian yang sifatnya eksploratif dan pilot study.
Purposive sampling: pengambilan sampel karena mempunyai pengetahuan
terhadap sampel yang akan diteliti dan karakteristik populasi. Metode ini sering
digunakan untuk ukuran sampel yang kecil.
Quota sampling: pengambilan sampel dimana jumlah sampel telah ditentukan
terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan tanpa kerangka sampel dan
tinggal memilih sampai telah memenuhi jumlah target sampel. Biasanya metode
ini digunakan dalam survei pendapat masyarakat tentang kepuasan produk
perusahaan, dan sejenisnya.
Snowball sampling: pengambilan sampel yang dilakukan ketika peneliti tidak
mempunyai informasi yang cukup tentang karakteristik populasinya. Sehingga
beberapa sampel yang diketahui diambil sebagai sampel, dan sampel
selanjutnya diambil berdasarkan informasi dari sampel sebelumnya, begitu
seterusnya hingga sampel yang diperoleh telah dirasa cukup.
2. Jenis-jenis pengambilan sampel secara prabibility sebagai berikut:
Simple random sampling: suatu metode pengambilan sampel dimana setiap unit
dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih. Metode ini cukup
mudah dan biasa digunakan jika karakteristik populasi relatif homogen
(seragam)
Systematic sampling: pengambilan sampel secara acak dengan interval/ jarak
tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan berdasarkan teknik
tertentu.
58 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Stratified sampling: pengambilan sampel dari setiap kelompok/ strata.
Kelompok/ strata tersebut terlebih dahulu dibentuk berdasarkan kategori/
kriteria tertentu. Unit-unit dalam strata mempunyai sifat yang relatif homogen
satu sama lain. Sedangkan unti-unit antar strata mempunyai sifat yang relatif
heterogen. Keuntungan metode ini, selain dapat mengestimasi populasi secara
keseluruhan, juga dapat mengestimasi karakteristik populasi dari setiap strata.
Cluster sampling: pengambilan sampel dilakukan pada cluster dan tidak lagi
pada unit (elemen) sampling. Hal ini disebabkan karena informasi dari unit
terkecil tidak tersedia secara lengkap. Informasi lengkap tersedia sampai
cluster. Jadi survei dilakukan terhadap cluster (artinya semua unit dalam cluster
disurvei)
Kriteria penduga yang baik antara lain:
Unbiased: Ekspektasi nilai penduga (rata-rata nilai penduga) sama
dengan nilai populasi
Konsisten: semakin besar jumlah sampel, nilai penduga semakin
mendekati nilai populasi
Sufficience
Efisien: misalkan terdapat dua penduga yaitu
1 2
, . Jika
1
mempunyai
nilai varians lebih kecil dari
2
, maka
1
.
Varian minimum: estimator (penduga) yang mempunyai nilai varian
penduga paling minimum dari sekian nilai varian penduga yang lain,
maka estimator tersebut dikatakan paling baik dari sekian estimator yang
ada.
Metode Sampling 59
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
BAB III
1. Simple random sampling merupakan pengambilan sampel secara acak dan sederhana
dari unit dalam populasi. Disebut acak karena setiap unit mempunyai kemungkinan/
peluang yang sama untuk terpilih dan disebut sederhana karena unit yang tersebar
dalam populasi langsung dipilih tanpa adanya perlakuan tertentu terlebih dahulu.
2. Perbedaan mendasar antara SRS-WOR dan SRS-WR terletak pada proses
pengambilan sampel. Pengambilan sampel pada SRS-WOR adalah setelah sampel
tertentu terpilih, maka tidak dapat dipilih lagi dalam pengambilan berikutnya.
Sedangkan pada SRS-WR sampel tersebut mempunyai kemungkinan untuk terpilih
lagi, karena setelah terpilih pada pemilihan pertama, pada pemilihan berikutnya
sampel tersebut dimasukkan kembali dalam daftar sampel.
3. Nilai dugaan rata-rata nilai ujian dari 100 statistisi adalah:
( )
1
1 1
67+76 ... 59 71,88
25
n
i
i
y y
n
=
= = + + =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 51, 86
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
100 25 51,86
( ) 1, 5558
100 25
V y
= =
Interpretasi: rata-rata nilai ujian Metode Penarikan Sampel dari 100 statistisi diduga
adalah 71,88 dengan nilai standard errornya/ penyimpangannya sebesar 1,247.
4. Nilai dugaan rata-rata nilai IQ dari 80 statistisi adalah:
( )
1
1 1
145+156 ... 135 136, 722
18
n
i
i
y y
n
=
= = + + =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 61, 977
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
80 18 61, 977
( ) 2, 668
80 18
V y
= =
Interpretasi: rata-rata nilai IQ dari 80 statistisi diduga adalah 136,722 dengan nilai
standard errornya/ penyimpangannya sebesar 1,633.
60 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
5. Diketahui informasi berikut ini: N = 100; d = 2; S
2
= 16; = 5%; Z
/2
= 1,96.
maka dengan menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sampel (n)
Slovin, jumlah sampel yang harus diambil sebanyak:
2 2
/ 2
2 2 2 2
/ 2
( . ) 100(1, 96. 16)
13, 319 14 statistisi
. ( . ) 100(2) (1, 96. 16)
N Z S
n
N d Z S
= = =
+ +
6. Nilai dugaan rata-rata sewa rumah dari 36 mahasiswa adalah:
( )
1
1 1
250+275 ... 310 338, 333
15
n
i
i
y y
n
=
= = + + =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 4016, 667
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Sehingga nilai
36 15 4016, 667
( ) 156, 2037
36 15
V y
= =
Interpretasi: rata-rata biaya sewa rumah dari 36 mahasiswa diduga adalah Rp
338.333,- dengan nilai standard errornya/ penyimpangannya sebesar 12,498.
7. Diketahui informasi berikut ini: y = 45; s = 56 dan ( ) rse y = 10%.
Maka jumlah sampel yang harus diambil sebanyak:
( )
56
56.100
.100% 10% .100% 14, 736 15
45 10.38
s
n n
rse y n
y
= = = =
statistisi
8. Diketahui informasi berikut ini: N = 80; d = 1; S
2
= 10; = 5%; Z
/2
= 1,96.
maka dengan menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sampel (n)
Slovin, jumlah sampel yang harus diambil sebanyak:
2 2
/ 2
2 2 2 2
/ 2
( . ) 80(1, 96. 10)
25, 953 26 statistisi
. ( . ) 80(1) (1, 96. 10)
N Z S
n
N d Z S
= = =
+ +
9. Nilai dugaan rata-rata jumlah anggota rumah tangga dari 32 rumah tangga adalah:
( )
1
1 1
12+9 ... 7 8, 6
10
n
i
i
y y
n
=
= = + + =
Sedangkan nilai dugaan variannya adalah:
2
2
2 1
( )
( ) 5,155
1
n
i
i
y y
N n s
V y s
N n n
=
= = =
Metode Sampling 61
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Sehingga nilai
32 10 5,155
( ) 0, 354
32 10
V y
= =
Interpretasi: rata-rata jumlah anggota rumah tangga diduga adalah 8-9 orang dengan
nilai standard errornya/ penyimpangannya sebesar 0,595.
10. Diketahui informasi berikut ini: y = 78; s = 36 dan ( ) rse y = 5%.
Maka jumlah sampel yang harus diambil sebanyak:
( )
36
36.100
.100% 5% .100% 9, 231 10
78 5.78
s
n n
rse y n
y
= = = =
statistisi
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 62
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
D DA AF FT TA AR R P PU US ST TA AK KA A
Cohran, W.G. 1963. Sampling Techniques, Second Edition.
New York : John Willey & Sons Inc.
Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II, Cetakan ke 11.
Jakarta : LP3ES.
Mukhopadhyay, Parimal. 2009. Theory and Methods of Survei Sampling Second
Edition. New Delhi :PHI Learning Private.
Nazir, Mohammad, Ph.D. 1988. Metode Penelitian, Cetakan ke 3.
Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Sigh, Daroga. 1986. Theory and Analysis of Sampel Survei Designs.
New Delhi : Wiley Eastern Limited.
William W.Hines and Douglas C.Montgomery. 1990. Probabilita dan Statistik
dalam ilmu Rekayasa dan Manajemen, Edisi ke dua. Depok : Penerbit
Universitas Indonesia, UI-Press.
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 64
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
L La am mp pi ir ra an n 1 1
Istilah Penting
Elemen adalah unit yang digunakan untuk mendapatkan informasi.
Unit observasi adalah unit dimana informasi diperoleh baik secara langsung
maupun melalui responden tertentu.
Unit sampling adalah unit yang dijadikan sebagai dasar penarikan sampel
baik berupa elemen ataupun kumpulan elemen (klaster).
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis namun dapat
dibedakan satu sama lain dimana perbedaan yang ada disebabkan oleh
adanya nilai karakteristik yang berlainan.
Populasi target adalah keseluruhan unit dalam areal/ wilayah/lokasi/kurun
waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Populasi sampel adalah keseluruhan unit yang akan menjadi satuan analisis
dalam populasi untuk ditarik sebagai sampel penelitian sesuai dengan
kerangka sampelnya.
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan
keberadaannya diharapkan dapat mewakili atau menggambarkan ciri-ciri
dan keberadaan populasi yang sebenarnya.
Daftar unit adalah daftar yang digunakan untuk dasar penarikan sampel
seperti direktori perusahaan/usaha atau daftar rumah tangga dalam blok
sensus.
Kerangka sampel merupakan seluruh unit dalam populasi yang akan
dijadikan dasar penarikan sampel.
Standard Error adalah satuan pengukuran untuk rataan dari kesalahan-
kesalahan dari seluruh distribusi sample.
Sampling error adalah kesalahan/error yang terjadi karena kesalahan pada teknik
sampling dan salah prosedur sampling tersebut, misalnya waktu pencacahan yang
bertepatan dengan hari-hari besar ke agamaan biasanya pada Susenas modul
konsumsi, jumlah sampel yang kecil.
Non sampling error adalah kesalahan/error yang terjadi karena kesalahan diluar
kesalahan sampling, misalnya populasi tidak didefinisikan sebagaimana mesti,
tulisan pada kuesioner yang tidak terbaca, responden yang salah memberi
jawaban/jawaban responden tidak akurat, pencatatan data yang salah.
65 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
L La am mp pi ir ra an n 2 2
TABEL ANGKA RANDOM
Halaman 01
M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l | 66
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Halaman 02
67 | M e t o d e P e n a r i k a n S a m p e l
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik
Halaman 03