Anda di halaman 1dari 19

1 Veritas Probitas Iustitia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I Pendahuluan

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Masalah

BAB II Aqidah
2.1 Pengertian Aqidah
2.2 Nama-nama Aqidah
2.3 Sumber Aqidah Islam
2.4 Fungsi Aqidah

BAB III Syariat
3.1 Pengertian Syariat
3.2 Sumber Hukum Islam
3.3 Pembagian syariat Islam
3.4 Tujuan Syariat Islam

BAB IV Ahlak
4.1 Pengertian Ahlak
4.2 Pembagian Ahlak
4.3 Ahlak baik terhadap Allah SWT , Orang tua , Sesama
.manusia DanbLingkungan

BAB V Penutup

DAFTAR PUSTAKA





2 Veritas Probitas Iustitia

BAB I
PENDAHULUAN

Pada makalah ini kami penulis akan membahas tentang pengertian, tujuan ,
manfaat , dan ayat al quran juga hadist yang menjelaskan tetang Aqidah,
Syariah, dan Akhlak. Kami mengetahui masih banyak sekali pemuda dan pemudi
masa kini yang belum terlalu peduli tentang ilmu agama. Bahkan ada yang tidak
peduli sama sekali di karenakan berbagai macam hal. oleh karena itu pembuatan
makalah ini di harapkan dapat membantu teman teman dan juga kami penulis dalam
memahami agama islam lebih dalam. Karena dengan kita mengenal agama kita dengan
baik maka kita pun insyaallah akan terhindar dari dosa dan kesesatan.
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Dalam memilih judul makalah Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Penulis
memilih judul tersebut karena dalam pembahasanya nanti penulis hanya akan
berfokus pada pembahasan Aqidah, Syariat, dan Akhlak.
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
Dalam menyusun Makalah ini, penulis memiliki beberapa cara terkait
dengan judul makalah yang penulis buat, yaitu cara memecahkan masalah dan
pengambilan keputusan. Dalam makalah ini penulis tidak menjelaskan secara detil.
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Makalah
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini untuk mengerjakan tugas yang
telah dosen berikan kepada penulis, serta untuk memberikan pengertian kepada
teman-teman agar dapat mengerti apa yang akan penulis bahas nantinya.









3 Veritas Probitas Iustitia

BAB II
AQIDAH

2.1 Pengertian Aqidah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (bahasa Arab) aqidah berasal dari kata al-
'aqdu (

) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (

) yang berarti kepercayaan atau


keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (

) yang artinya mengokohkan (menetapkan),


dan ar-rabthu biquw-wah (

) yang berarti mengikat dengan kuat, at-


tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai
arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan). "Al-Aqdu" (ikatan) lawan kata
dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: "
Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " Aqdan" (ikatan sumpah), dan " Uqdatun
Nikah.Allah taala berfirman :


Artinya :
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud
(untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang
kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh
orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau
memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa
tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari.
Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan
kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya) (Al-Maa-idah : 89)
Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan.
Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah
adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati.
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati
dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak
tercampur oleh keraguan.


4 Veritas Probitas Iustitia

2.2 Nama-nama Aqidah
Al Iman
'Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an
dan hadits -hadits Nabi saw, karena 'aqidah membahas rukun iman yang enam dan
hal - hal yang berkaitandengannya. Sebagaimana penyebutan al?Iman dalam sebuah
hadits yang masyhur disebutdengan hadits jibril as. Dan para ularna sering
menyebut istilah 'Aqidah dengan al Iman dalarnkitab - kitab mereka.

Aqidah (Itiqaad dan 'Aqaa'id)
Para ularna juga sering menyebut ilmu 'Aqaa'id dan al'I'tiqaad.

Tauhid
'Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid
ataupengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma' wa Shifat.
jadi, Tauhidmerupakan kajian ilmu 'Aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan
utamanya. Oleh karenaitulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid.

As Sunnah
Disebut As Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang diternpuh oleh
Rasulullah danpara Sahabat ra, di dalam masalah 'aqidah. Dan istilah ini merupakan
istilah masyhur (populer)pada tiga generasi pertama

Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun - rukun Iman, rukun - rukun Islam dan masalah - masalah yang
qath'i sertahal - hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.

Al Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al Fiqhul Ashghar, yaltu kumpulan
hukum -hukum ijtihadi.

Asy Syari'ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah saw, dan
RasulNya berupa jalan - jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah
Ushuluddin (dasar - dasar agama)

2.3 Sumber Aqidah Islam
Jika kita menelaah tulisan para ulama dalam menjelaskan akidah, maka akan
didapati 2 sumber pengambilan dalil penting. Dua sumber tersebut meliputi :
5 Veritas Probitas Iustitia

1. Dalil asas dan inti yang mencakup Al Quran, As Sunnah dan Ijma para ulama
2. Dalil penyempurnaan yang mencakup akal sehat manusia dan fitrah kehidupan
yang telah diberikan oleh Alloh azza wa jalla Al-Quran Sebagai Sumber Aqidah
Al Quran adalah firman Alloh yang diwahyukan kepada Rasululloh sholallahu alaihi
wassalam melalui perantara Jibril. Di dalamnya, Alloh telah menjelaskan segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia maupun
di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman
hidup bagi orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Keagungan
lainnya adalah tidak akan pernah ditemui kekurangan dan celaan di dalam Al Quran,
sebagaimana dalam firman-Nya :


Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.
Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Anam:115)

Al Imam Asy Syatibi mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah
menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang di dalamnya terdapat penjelasan atas
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang
dipikulkan di atas pundaknya, termasuk di dalamnyam perkara akidah.

Allah menurunkan Al Quran sebagai sumber hukum akidah karena Dia tahu
kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-
Nya. Bahkan jika dicermati, akan ditemui banyak ayat dalam Al Quran yang
menjelaskan tentang akidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh
karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami akidah yang
bersumber dari Al Quran karena kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari
Rabb manusia, yang haq dan tidak pernah sirna ditelan masa.
As Sunnah: Sumber Kedua
Seperti halnya Al Quran, As Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Alloh
subhanahu wataala walaupun lafadznya bukan dari Alloh tetapi maknanya datang
dari-Nya. Hal ini dapat diketahui dari firman Allah :
()

()


Dan dia (Muhammad) tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, ia tidak lain kecuali
wahyu yang diwahyukan (Q.S An Najm : 3-4)



6 Veritas Probitas Iustitia

2.4 Fungsi Aqidah
Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya
disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu
maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan semangat
peningkatan kualitas hidup seseorang. Fungsi tersebut antara lain:
A. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.
Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang
kuat, akan selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil dalam segala
usahanya. Keyakinan ini didorong oleh keyakinan yang lain bahwa allah sangat
dekat padanya, bahkan selalu menyertainya dalam usaha dan aktivitas-
aktivitasnya.

B. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.
Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh beberapa Ulama, adalah kepatuhan
dan ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku,
termasuk hukum alam (sunnah allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab.
Akidah yang mantap akan mampu menempatkan diri seseorang sebagai makhluk
berdisiplin tinggi dalam kehidupanya. Disiplin adalah kata kunci untuk
keberhasilan.














7 Veritas Probitas Iustitia

BAB III
Syariat

3.1 Pengertian syariat
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam,
syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan
hidup manusia dan kehidupan dunia ini. Terkait dengan susunan tertib syariat, Al
Qur'an dalam surat Al Ahzab ayat 36 yang berbunyi :


Artinya :
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata (QS Al Azhab 73:33)

mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu
perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh
sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang
Allah dan Rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat
menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat Al
Qur'an dalam Surat Al Maidah (QS 5:101) yang menyatakan bahwa hal-hal yang
tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah. Yang berbunyi :


Artinya :
8 Veritas Probitas Iustitia

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-
hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu
menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu. Allah mema`afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun (QS 5:101)



Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani
hidup beribadahnya kepada Allah SWT itu dapat disederhanakan dalam dua
kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori
Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.
Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Qur'an atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Qur'an itu asas
pertama Syara' dan Al Hadits itu asas kedua Syara'. Sifatnya, pada
dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan
Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan
yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang
terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan
keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya,
demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika
keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang
berlaku.
Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al'quran dan
Al Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada
dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil
Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam
wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga
disebut sebagai perkara ijtihadiyah.
Pengertian Secara Istilah
Secara istilah, syariah mempunyai dua makna, pertama makna umum dan kedua
makna khusus. Makna pertama adalah agama, yaitu apa-apa yang Allah tetapkan
untuk hamba-hamba-Nya dan mengutus utusan dengan kitab-kitab untuk
9 Veritas Probitas Iustitia

menyampaikannya dan untuk menunjukkan manusia kepada kebaikan akhlak,
muamalah dan dalam hubungan dengan Sang Pencipta. dengan makna ini, syariah
bermakna agama secara keseluruhan yang mencakup dasar dan bagian-bagiannya.
Sebagaimana.firman.Allah :





Artinya : "Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya)." (QS Asy-Syura : 13)

Setiap nabi dan rosul di perintahkan untuk menegakkan agama Allah, yaitu
menegakkan tauhid dengan meng-esa-kan Allah. dan dengan ini, maka syariah berarti
dasar agama.
Makna kedua adalah makna yang khusus, yaitu hukum-hukum syariah amaliyah
(fiqih). dengan makna ini, syariah di sebut untuk bagian-bagian agama yang termasuk
di dalamnya masalah-masalah ibadah. dengan makna ini juga berarti syariah tidak
sama dengan syariah yang lainnya. Allah berfirman :


Artinya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
10 Veritas Probitas Iustitia

dan batu ujian[1] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-
tiap umat diantara kamu[2], Kami berikan aturan dan jalan yang terang." (QS Al-
Maidah : 48)

Dan agama berarti hukum-hukum dan aturan-aturan. dan hukum syariah di bagi
menjadi tiga: Hukum Syariah I'tiqadiyah (Tauhid), Hukum Syariah Akhlaqiah
(Tahdzib), dan Hukum Syariah Amaliyah (Fiqih).





3.2 Sumber hukum islam
1. Al Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
hingga akhir zaman (QS Saba 34:28). Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al
Qur'an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama Syara'.
(QS Saba 34:28) Berbunyi :


Artinya : Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS Saba 34:28)

Perbedaan Al Qur'an dan Al Hadist

AL QUR'AN, merupakan Kitab Suci yang Oleh Pemeluknya dianggap sebagai
'Suara Tuhan' yang dituliskan.
Al HADIS, merupakan Kumpulan yang Khusus memuat 'Ucapan-ucapan nabi
Muhammad' dan 'Cerita-cerita tentang Nabi Muhammad'.




11 Veritas Probitas Iustitia

3.3 Pembagian Syariat Islam

Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Ilmu Tauhid,
yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus
benar-benar menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan
dengan Dzat dan Sifat Allah swt. yang harus iman kepada-Nya, iman kepada
rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada
hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada
qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu
Kalam.
2. Ilmu Akhlak,
yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan
penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita
harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang
berdusta dan berkhianat.
3. Ilmu Fiqh,
yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung
dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum
hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima)
kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan
haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum
hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh dapat juga disebut
Qanun (undang-undang)

3.4 Tujuan Syariat Islam
Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan
tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)

12 Veritas Probitas Iustitia

Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-
jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam
memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran:

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah [2]: 256).

Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin,
maka Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat
musyrik dan murtad:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-
Nisaa [4]: 48).

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)

Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu,
diberlakukanlah hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan.
Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah
mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang
lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan
kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik,
dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af
dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan
kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka
baginya siksa yang sangat pedih. (QS Al-Baqarah [2]: 178).
13 Veritas Probitas Iustitia


Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan,
atau daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan
hal ini:

3. Memelihara akal (Hifzh al-aqli)

Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia
dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah
(sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam
memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)

Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam
Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja
yang tidak boleh dinikahi
5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)
Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih
aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki.
Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana
(QS Al-Maidah [5]: 38).

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu
dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri
dengan serta merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa
yang dicurinya serta kadarnya. Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil
beberapa butir buah untuk mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong
tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan
menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan
demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.


14 Veritas Probitas Iustitia

BAB IV
Akhlak

4.1 Pengertian Ahlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai
arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk,
seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan
terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa
merupakan'buah' pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun
syari'ah. Pentingnyakedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah
(sunnah dalam bentuk perkataan)Rasulullah. Diantaranya adalah:

Akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu,
disebut akhlak Islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam
Al-Qur'an yang menjadisumber utama ajaran Islam.

4.2 Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
Akhlak Al-Karimah ( Mahmudah )

Akhlak Al-Karimah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang
dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan ummat. Adapun
yang tergolong kepada akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia di antaranya :
1. Benar atau jujur
Benar atau jujur termasuk golongan akhlak al-karimah. Benar artinya sesuainya
sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan
tetapi juga perbuatan. Dal;am bahasa arab benae atau jujur di sebut siddik (

),
lawan dari kizbu (

) yaitu bohong atau dusta



15 Veritas Probitas Iustitia

2. Ikhlas
Ikhlas adalah murni atau bersih, tak ada campuran, ibarat emas, ialah emas tulen,
bersih dari segala macam campuran yang lain seperti: perak dan lain sebagainya.
Maksud bersih disini ialah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif
yang selain Allah, seperti ingin di puji orang, ingin mendapat nama dan lain
sebagainya. Jadi, sesuatu pekerjaan dapat di katakan ikhlas, kalau pekerjaan itu di
lakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridhonya dan pahalanya
3. Qonaah
Qonaah ialah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa
yang dimiliki. Qonaah dalam pengertian yang luas sebenarnya mengandung lima
perkara:
a. Menerima dengan rela apa yang ada
b. Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar
c. Menerima dengan sabar ketentuan tuhan
d. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia
4. Malu
Malu ialah perasaan undur seseorang sewaktu lahir atau tampak dari dirinya sesuatu
yang membawa ia tercela. Adakala ia malu kepada dirinya sendiri, atau kepada orang
lain, atau adakala juga malu kepada Allah. Ketiga macam ini lebih-lebih malu kepada
Allah merupakan sendi keutamaan dan pokok dasar budi pekerti yang mulia, sebab
dengan adanya malu kepada Allah orang tidak akan berani durhaka kepada Allah
dengan melanggar segala larangannya serta mengabaikan perintah-perintahnya, baik
sewaktu dilihat orang maupun tidak.
Akhlak Mazmumah
Akhlak mazmumah yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau berasal dari
hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaithoniyah dan dapat membawa suasana
negatif serta destruktif bagi kepentingan umat islam Macam-macam akhlak
mazmumah
Bohong atau dusta
Bohong atau dusta adalah pernyataan tentangn suatu hal yang tidak cocok dengan
kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja menyangkut perkataantetapi juga
perbuatan. Dalam pandangan agama, dusta adalah suatu hal yang sangat terkutuk
dan tercela, ia merupakan pokok dan induk dari bermacam-maacm akhlak yang
buruk, yang tidak saj amerugikan masyarakat pada umumnya tetapi juga merugikan
orang itu sendiri.
16 Veritas Probitas Iustitia


Takabur
Takabbur ialah salah satu diantara akhlak yang tercela pula. Arti takabbur ialah
merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi atau mulia, melebihi orang lain, pendek
kata merasa dirinya serba hidup. Sikap yang demikian berakibat dia tidak tahu
dirinya, sukar menyadari kelemahan atau kesalahan dirinya, dan kelebihan atau
kebenaran orang lain, karena itu Nabi SAW
barkata:

Takabbur itu ialah menolak kebenaran dan


menghinakan orang lain ( HR. Muslim )

Dengki

Dengki atau kata arabnya hasad jelas termasuk akhlak mazmumah. Dengki itu ialah
rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang di peroleh orang lain dan
berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan
maksud supaya kenikmataan itu berpindah ketangan sendiri atau tidak

4.3 Ahlak baik terhadap Allah SWT , Orang tua , Sesama
manusia Dan Lingkungan

A. Akhlak Baik Terhadap Allah SWT
- Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Aalh untuk menyembah-
Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan
ketundukan terhadap perintah Allah.
- Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,
baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
- Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
Kekuatan doa dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus
kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdoa merupakan dua sisi
tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap
muslim.Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak menerima
17 Veritas Probitas Iustitia

keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
- Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
- Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain,
dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah


B. Ahlak baik terhadap orang tua
Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid adalah berbakti kepada
kedua orang tua. Bahkan, menurut pendapat banyak ulama, ajaran berbakti kepada
kedua orang tua ini menempati urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada
Allah S.w.t. Dalam Al-Quran disebutkan:



Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia (Q, s. al-Isra / 17:23)

Ada tiga kelompok yang disebut orang tua dalam ajaran
Islam. Pertama, : bapak-ibu yang melahirkan, yaitu bapak-ibu
kandung. Kedua, : bapak-ibu yang mengawinkan, yaitu bapak-ibu
mertua. Ketiga, : bapak-ibu yang mengajarkan, yaitu bapak-ibu guru.
Ketiga kelompok inilah yang diwajibkan atas kita untuk menghormati dan berbuat
baik kepadanya.




18 Veritas Probitas Iustitia

C. Ahlak baik terhadap sesama manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan
perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk
larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau
mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati
dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar
atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263
yakni:

Artinya: "Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya
Lagi Maha Penyantun (al-Baqarah :263)


Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara
wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan
salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam
surat an-Nur ayat 24 yakni :
Artinya: "Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjaka (An-Nur : 24).

















19 Veritas Probitas Iustitia

BAB V
PENUTUP

Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Quran disebut iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan
akhlak.
Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya
hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah.
Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud
pelaksanaan syariah disebut amal saleh.
Kerena itu didalam Al-Quran kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.

Antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55) :
Allah menjanjikan bagi orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh
menjadi pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum
mereka (kaum muslimin dahulu) sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka agama
mereka yg Ia Ridhai bagi mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut mereka (dengan
rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepada-Ku,mereka tidak menserikatkan Aku
dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, makamereka itu adalah orang-orang
yg fasik (An-Nur, 24:55)

Oleh karena itu sebagai muslim dan muslimah yang taat kita harus menjalankan
Aqidah , syariat dan ahlak secara bersamaan agar dapat mendapat ridha Allah SWT.
Demikian makalah ini kami tulis, yang kami harap dapat berguna untuk kami khususnya dan
untuk teman-teman , agar dapat memahami lebih dalam apa itu Aqidah, Syariah dan Ahlak.
Semoga kita semua termasuk golongan orang yang benar.

Anda mungkin juga menyukai