Anda di halaman 1dari 5

Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Oleh Fadhilatunnisa 1606833910


Judul

: Manusia Sebagai Individu, Kelompok, dan Masyarakat

Pengarang

: Evita E. Singgih, Miranda D.Z, Ade Solihat, Jossy P.Moeis.

Data Publikasi : Universitas Indonesia Depok, 2016


Proses pembentukan masyarakat dan perkembangannya tidak terlepas dari aspek
ekonomi. Masyarakat terbentuk karena keinginan untuk bersama-sama memenuhi
kebutuhannya dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Pemenuhan
kebutuhan dengan membentuk masyarakat akan lebih cepat(hemat waktu),
efisien(hemat sumber daya atau lebih banyak hasil), dan kualitas yang lebih baik
(akibat spesialisasi yang menghasilkan ketrampilan/skill).
Didalam masyarakat terbentuk perekonomian yang dalam lingkup makro meliputi
struktur ekonomi (economic structure), sistem ekonomi (economic system),
pembangunan ekonomi (economic development), dan performa ekonomi (economic
performance).
3.5.1

Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi menggambarkan kondisi perekonomian di suatu masyarakat


berupa kontribusi dari setiap sektor yang ada. Kontribusi bisa berupa sumbangan
terhadap pendapatan total masyarakat,atau dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan
bagi anggota masyarakat. Sedangkan sektor diartikan sebagai segmentasi
perekonomian dalam hal lokasi (perdesaan dan perkotaan), lapangan usaha
(pertanian, industri, dan jasa), bentuk hukum usaha (formal dan non-formal), pelaku
usaha (swasta, kooperasi, dan publik), cara pengelolaan usaha (tradisional dan
modern), dan sebagainya.
Perubahan struktur atau transformasi struktural terjadi dan terlihat dari perubahan
kontribusi masing-masing sektor sejalan dengan perkembangan masyarakat. Seberapa
jauh transformasi struktural akan terjadi, sistem ekonomi yang dianut dan
pembangunan ekonomi yang terjadi akan menentukan itu.
3.5.2 Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi apapun yang dianut, bentuknya sebagai berikut:

1.Value system
Sistem yang merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kepemilikan
sumber daya, sistem insentif yang digunakan, serta sistem alokasi yang diberlakukan.
Sistem nilai yang dianut bisa berupa sistem nilai utilitarian, egalitarian, syariah,
Pancasila, atau sistem nilai lainnya.
2. System of objectives
Tujuan yang ingin dicapai masyarakat. Tujuan dapat berupa kesejahteraan
(welfare), keadilan (justice), pemerataan (equality), kebebasan (liberty), stabilitas
(stability), perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan tujuan-tujuan lainnya.
3.System of ownership
Sistem kepemilikan sumber daya. Kepemilikan sumber daya bisa berupa
kepemilikan bersama (common ownership), swasta (private ownership), publik
(public ownership) kooperatif (cooperative ownership).
4.System of incentives
Sistem insentif dapat berupa insentif materi (uang, barang, atau jasa), atau
insentif moral, atau insentif berupa kekuasaan, atau insentif bentuk lainnya.
5.System of coordination/allocation
Sistem alokasi sumber daya dan hasil-hasil kegiatan ekonomi masyarakat,
yang dapat diperoleh dengan cara tradisi, mekanisme pasar bebas, atau perencanaan
baik perencanaan komando, terpimpin atau lainnya.
Contoh keseluruhan yaitu pada sistem utilitarian, merumuskan tujuannya
yaitu kesejahteraan yang diukur dari kepuasan atau kebahagiaan individu yang
diperoleh dari mengkonsimsi barang dan jasa. Untuk mencapai tujuan tersebut
pemilikan sumber daya umumnya oleh swasta, dengan sistem insentif yang bersifat
materi (uang atau kekayaan), dan mekanisme pasar bebas yang utama dalam
pengalokasian sumber daya dan hasil-hasil kegiatan ekonomi masyarakat.
3.5.3 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan
ekonomi
sering
diartikan
sebagai
pembangunan
infrastruktur,baik infrastruktur fisik (bangunan, jalan, pelabuhan, pasar, dan
sebagainya) maupun infrastruktur sosial (pendidikan, kesehatan, kebudayaan,

keamanan, pertahanan, dan sebagainya). Pembangunan juga diartikan sebagai proses


pemenuhan kebutuhan utama masyarakat.
Sejatinya pembangunan ekonomi adalah membangun manusia yang
bermartabat, berdaya-guna, dan mandiri.
3.5.4 Performa Ekonomi
Berbagai indikator performa ekonomi dapat digunakan. Pendapatan perkapita
yang dihitung dari gross domestic product percapita (GDP/cap) masih menjadi acuan
utama untuk ukuran performa ekonomi suatu perekonomian. Namun harus disadari
bahwa angka GDP ini memasukkan hasil produksi dan faktor-faktor produksi dari
luar negeri sehingga tidak sepenuhnya menggambarkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Mengandalkan GDP/cap dan pertumbuhan GDP sebagai acuan performa
ekonomi tentu saja bisa menyesatkan, apalagi bila klaim faktor produksi asing
semakin besar dalam perekonomian Nasional.
Ukuran performa lainnya dihitung oleh berbagai institusi internasional. Indeks
kebahagiaan (happiness index) dikeluarkan untuk hampir 200 negara di dunia oleh
PBB (UNSP). Indeks korupsi (corruption perception index) dikeluarkan oleh
Transparency International untuk lebih dari 160 negara di dunia.
Perekonomian sebagai lingkungan makro manusia yang berkelompok dan
membentuk masyarakat akan berkontribusi terhadap pembentukan watak dan karakter
anggota masyarakat. Dengan memahami perekonomian beserta aspek-aspeknya
secara baik maka setiap anggota masyarakat akan dapat menentukan sikap dan
tindakannya dalam setiap keadaan yang ada.
Menuju Masyarakat Peradaban
Istilah kebudayaan sering disamakan dengan istilah peradaban. Hal ini
disebabkan unsur-unsur yang dibahas di dalam kebudayaan merupakan unsur-unsur
yang dibahas pula didalam peradaban. Namun sebenarnya kebudayaan dan peradaban
berbeda. Dapat dikatakan bahwa semua masyarakat memiliki kebudayaan, namun
tidak semua masyarakat dapat atau telah mencapai peradaban. Jika kebudayaan suatu
masyarakat suku bangsa atau bangsa telah membawa masyarakat itu pada suatu
tingkatan yang disebut maju oleh masyarakat lainnya, maka dapat dikatakan bahwa
masyarakat itu telah mencapai peradaban.
Peradaban merupakan bagian dari kebudayaan, yang keduanya dibedakan
dalam hal kualitas. Dengan memperhatikan ketinggian dan keluhuran hasil-hasil
kebudayaan yang dapat dicapai masyarakat suatu bangsa, ada beberapa masyarakat

bangsa yang telah mencapai kebudayaan yang dianggap luhur dan tinggi, atau dengan
kata lain telah mencapai peradaban, dan ada masyarakat yang belum mencapai
perabadan.
Dalam sejarah peradaban dunia kita mengenal peradaban Mesopotamia,
Mesir, Persia, Yunani, Romawi, India, Cina, Jepang, Arab, dan lain sebagainya, yang
telah menjadi bukti sejarah kemajuan peradaban masyarakat bangsa-bangsatersebut.
Adapun dalam konteks sejarah Indonesia, kemajuan dan kemasyhuran kerajaan
Sriwijaya, Majapahit, Malaka, dan sebagainya, dianggap menjadi salah satu titik
peradaban masyarakat bangsa ini.
Untuk mencapai peradaban kita harus memahami keberadaan diri kita sebagai
diri pribadi (individu) yang memiliki keunikan dan kebebasan berkreasi, sebagai
bagian dari kelompok dan anggota masyarakat yang dapat menunjukkan
kebermanfaatan diri bagi masyarakat sekitar, bagi masyarakat Indonesia, dan bahkan
bagi masyarakat dunia dengan mengembangkan kebudayaan yang tinggi. Hingga
pada gilirannya kita sebagai bangsa dapat berdiri dengan gagah menegakkan
peradaban dunia.

Anda mungkin juga menyukai