Anda di halaman 1dari 28

The Middle Ages

Abad Pertengahan/Abad Iman


450 - 1450

Apa yang terjadi di era Medieval?


Sekitar tahun 450, Kekaisaran Romawi jatuh.

Terjadi perang antar suku, migrasi besarbesaran, kekacauan, dan perang.


Era Medieval adalah saksi terjadinya dark

ages.
Kedudukan Gereja Katolik

menjadi semakin kuat

Contoh kota era Medieval

Bagaimana kondisi sosial


masyarakat di era Medieval?
Terjadi 3 pembagian kelas yang sangat tajam:
Nobility (Kaum Bangsawan)
Peasantry (Petani)
Clergy (Kaum Rohaniwan)

Perbedaan yang mencolok dalam


kondisi sosial era Medieval
Nobility (Kaum Bangsawan) hidup dalam kastil

berbenteng yang dikelilingi parit. Hidup nyaman.


Peasants (Petani) adalah mayoritas pekerjaan orang di

era Medieval. Mereka hidup menderita dalam gubuk dan


biasanya bekerja menggarap tanah para bangsawan.

Perbedaan yang mencolok dalam


kondisi sosial era Medieval
Semua aspek kehidupan di era Medieval berada di bawah

dominasi Gereja Katolik. Pada Abad Iman ini, neraka nampak


nyata dan bidaah (heresy/paham yang bertentangan dengan
Gereja) adalah kejahatan paling berat hukumannya.
Clergy (Kaum rohaniwan, disebut juga monks, biarawan, atau

scholars) memegang monopoli dalam pendidikan dan ilmu


pengetahuan. Yang boleh mempelajari ilmu pengetahuan
(science, baik ilmu pengetahuan agama maupun umum)
hanyalah para biarawan.
Masyarakat umum, baik rakyat jelata hingga kaum

bangsawan, rata-rata buta huruf dan tidak terdidik


(illiterate).

Kehidupan biarawan
Banyak masyarakat yang ingin hidup

sebagai biarawan, karena hidup di biara


lebih aman dan terjamin.
Di era Medieval, biara memiliki segalanya:

Pangan dari hasil kebun


sendiri, sumbangan dari
bangsawan dan rakyat
jelata, dan perpustakaan
(akses menuju ilmu
pengetahuan).

Kehidupan biarawan
Biara Abad Pertengahan di Snanque, Provene,
Prancis.

Kehidupan biarawan
Menyalin naskah Bible merupakan salah satu kegiatan
ibadat harian para biarawan. Di era Medieval, mesin
cetak belum ditemukan. Akses pengetahuan sangat
terbatas karena dimonopoli oleh kaum rohaniwan.

Seni pada era Medieval


Pada era Medieval,
seniman lebih
memusatkan perhatian
pada simbol religius
daripada representasi
visual. Lukisan Madonna
and Child Enthroned
(Tahta Bunda Maria dan
Putera) oleh seorang
seniman Byzantine tanpa
nama, dilukis pada abad
13.

Seni pada era Medieval


Choir of Cathedral of
Reims.
Pada era Medieval,
ajaran religius
disebarkan, dan iman
diperkuat, antara lain
melalui adegan yang
menggambarkan ayatayat Bible pada
stained-glass window
(jendela mozaik
berkaca patri).

Seni pada era Medieval

Arsitektur berganti pada era Medieval, dari gaya Romanesque


(sekitar abad ke-11) menuju gaya Gothic (sekitar abad 13)
dengan contoh Cathedral of Reims, Prancis. Perhatikan perbedaan
lengkungan atapnya.

Seni pada era Medieval


Katedral di kota Reims, Prancis, merupakan contoh yang
baik akan arsitektur Gothic yang populer pada abad 13.

Musik di era Medieval


Sebagaimana katedral dan biara mendominasi kehidupan

masyarakat Medieval, musisi penting pada era ini adalah


para biarawan.
Perempuan tidak diizinkan untuk menyanyi di Gereja,

namun biarawati diperbolehkan untuk menyanyi dalam


biaranya masing-masing, seperti kepala biara
Rupertsberg: Mother Abbess Hildegard of Bingen (10981179), menciptakan banyak musik untuk paduan suara
biarawatinya.
Gereja melarang penggunaan alat musik dalam ritual

keagamaan karena alat musik dekat dengan ritual


penyembahan berhala (pagan). Namun, sekitar tahun
1000, organ dan bel gereja mulai umum digunakan
dalam peribadatan di gereja dan biara.

Gregorian Chant
Pada awalnya, para biarawan dari

seluruh biara yang tersebar di berbagai


daratan Eropa saling menciptakan
nyanyian ibadahnya sendiri (Chant).
Paus Gregorius I (dalam masa

jabatannya tahun 590-604) membuat


standarisasi liturgi (ibadah gereja) dan
mengumpulkan seluruh Chant dari
berbagai biara tersebut. Oleh karena
itu, disebut Gregorian Chant.
Hingga saat ini, para biarawan pencipta

nyanyian (Chant) tersebut tidak


diketahui.

Gregorian Chant
Ciri-ciri Gregorian Chant:
Teks religius berbahasa Latin, sebagai bahasa resmi gereja.
Nyanyian bersifat monofoni yaitu hanya terdiri atas satu alur

melodi dan tanpa iringan.


Menggunakan Tangganada Church Modes (Modus Gereja): Ionian,

Dorian, Phyrgian, Lydian, Mixolydian, olian, Locrian


Dimana
Church Modes ini berasal dari tradisi Aristoxenus, yang
mengumpulkan melodi khas daerah di Yunani dan Asia Minor,
sebelum Masehi.
Belum mengenal nilai not atau tanda birama. Ritme, tempo, kalimat,

ditentukan oleh tekanan bobot kata pada lagu.


Belum ada standar frekuensi nada. Lagu yang sama, bisa

dinyanyikan pada pitch yang berbeda.

Gregorian Chant
Notasi Gregorian Chant disebut dengan notasi neumatic.
Terdiri atas 4 paranada, ada neume tunggal (simple) dan
ganda (compound).

Gregorian Chant
Lihatlah perbedaan antara notasi Gregorian
dengan notasi modern seperti yang kita kenal.
Gregorian

Notasi
modern

Dari Monofoni ke Polifoni


Sekitar abad ke-8, nyanyian Gregorian

dikembangkan menjadi bentuk Organum. Suara


nyanyian mulai dipecah dan di-double.
ARS ANTIQUA: Abad 12, Paris menjadi panutan

budaya di Eropa. Lahirlah aliran Notre Dame (Notre


Dame/Parisian School) dimana sekelompok musisi
aktif memproduksi musik polifoni untuk keperluan
ibadat di Katedral Notre Dame, Paris.
ARS NOVA: Abad 14, suatu bentuk seni baru

dicetuskan oleh Philippe de Vitry, yaitu


menyempurnakan musik polifoni dalam notasi yang
sudah disempurnakan.

Perkembangan Polifoni
Organum abad 8

Polifoni Ars Nova


Abad 14
Karya Guillaume de
Machaut

Musik Sekular (Non-Religius) di era Medieval


Meskipun Gregorian Chant mendominasi blantika musik di

era Medieval, musik yang ada di luar gereja (musik nonreligius) turut berkembang.
Sekitar abad 12/13, para bangsawan Prancis gemar

membuat puisi dan musik, dimana mereka menyanyikan


lagu-lagu bertemakan cinta. Mereka disebut:
Troubadours.
Para Troubadours ini besar dalam tradisi

kebangsawanan dan ksatria, dimana


mereka menyanyikan lagu-lagu cinta
untuk menarik perhatian para putri
istana setelah memenangkan duel.

Musik Sekular (Non-Religius) di era Medieval


Di era Medieval, penyanyi jalanan/pengamen

(minstrels/jugglers) biasanya menyanyi sambil


melakukan akrobat.
Minstrel menduduki tingkat terendah dalam

sistem masyarakat, mereka disamakan dengan


pelacur dan budak. Hanya segelintir yang bisa
mendapat kerja tetap sebagai penghibur di istana.
Di era dimana koran belum ditemukan, minstrels bisa

menjadi sumber informasi yang cukup dipercaya (karena


mereka mengamen dari kota ke kota).
Minstrels biasanya menyanyikan lagu yang diciptakan

orang lain, dengan harpa kecil, rebeq (nenek moyang biola),


atau lute (nenek moyang gitar).

Musik Sekular (Non-Religius) di era


Medieval
Penobatan Ksatria

Troubadours dan para puteri di taman

Instrumen musik era Medieval

Shawm

Bagpipe

Harpa

Rebec

Instrumen musik era


Medieval

Lute

Hurdy-gurdy

Instrumen musik era


Medieval

Pipe organ (orgel) merupakan alat musik penting,


telah ada sejak abad ke-8. Mekanismenya dengan
cara dihembuskan oleh angin.
Lihat bagian
belakang orgel,
ada pompa
angin untuk
meniupkan
udara pada
pipa.
Untuk
memainkan
orgel, biasanya
dibutuhkan 2
orang: Untuk
menekan
keyboard, dan
untuk
memompa

Cit de Carcassonne, kota abad pertengahan di selatan Prancis

Bagaimana,
apakah kalian
ada
pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai