Anda di halaman 1dari 9

JENIS GLAUKOMA

Glaukoma dibedakan dalam 2 bentuk penyakit berdasarkan susunan anatominya. Bentuk-


bentuk glaukoma dibedakan dalam bentuk glaukoma sudut terbuka (glaukoma kronis), dan
glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut). Dengan bentuk dasar ini terdapat berbagai bentuk
variasinya.
Penyakit glaukoma sudut terbuka dimasukkan kedalam penyakit maling penglihatan yang
berjalan perlahan tanpa memberikan rasa sakit. Perjalanan penyakit berlangsung tanpa dirasakan
dan tanpa teramati akan memberikan kerusakan yang berat pada saraf optik.
Glaukoma sudut tertutup merupakan kelainan akut, jarang dan berjalan dengan akibatnya
secara cepat. Untuk mengerti maksud dengan pengaliran terbuka dan tertutup cairan dalam mata
pada glaukoma maka sebaiknya mata digambarkan sebagai kotak tertutup.
Cairan mata dihasilkan didalam bola mata terus-menerus selama 24 jam sehari membuat
bola mata menjadi bulat akibat tekanan cairan mata didalamnya. Selain dari pada itu cairan mata ini
juga memberikan makanan pada isi bola mata. Cairan didalam bola mata ini seperti darah akan
tetapi tidak mempunyai butir-butir darah sehingga ia bersifat bening.
Cairan bola mata yang dibentuk perlu diganti atau dikeluarkan terus-menerus untuk
memberikan mutu makanan yang lebih baik. Apa yang akan terjadi bila terdapat penyumbatan
pengaliran keluar cairan bola mata ini. Cairan yang berlebihan ini akan melimpah dan akibat tidak
ada jalan keluar maka cairan yang melimpah ini akan terbendung didalam bola mata yang
mempunyai batas kemampuan tampung tertentu. Perlimpahan cairan mata ini dapat terhalang
sedikit atau mendadak.
Pada keadaan ini tekanan bola mata didalam mata akan meningkat yang akan menekan dan
merusak serabut saraf optik dan menimbulkan apa yang disebut sebagai glaukoma
Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang normal jalan
keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudut terbuka terjadi pembendungan. Bila
hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun didalam bola mata sehingga tekanan bola mata akan
meningkat.
Pada glukoma sudut terbuka cairan mata setelah melalui pupil masuk kedalam bilik mata
depan dantidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan ini menyebabkan tekanan bola mata
naik dan merusak saraf optik.
Glaukoma sudut terbuka dan tertutup dapat dalam bentuk primer dan sekunder. Pada
glaukoma sekunder maka penyebabnya dapat diketahui, seperti trauma dan penyakit mata lainnya.
Pada glaukoma sudut terbuka terjadi perubahan didalam jaringan mata akibat tekanan yang
tinggi merusak serabut penglihatan halus dalam mata yang berguna untuk penglihatan. Sering
glaukoma ini tidak memberikan gejala. Biasanya penderita tidak menyadari menderita glaukoma
sudut terbuka karena pada permulaannya tidak memberikan keluhan. Pada akhir dari penyakitnya
biasanya baru disadari pasien yang mengeluh pada dokternya bahwa penglihatannya mulai kabur.
Biasanya glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40 tahun, walaupun bisa timbul
pada usia berapa saja. Benda yang terletak dibagian sentral masih terlihat jelas akan tetapi yang
terletak diperifer tidak terlihat sama sekali.pada keadaan ini lapangan penglihatan secara perlahan
akan menyempit. Bila keaadaan ini berlanjut penglihatan akan terus berkurang sehingga dapat
menjadi buta sama sekali.
Tekanan bola mata biasanya lebih dari 25 dan terus-menerus merusak saraf optik sehingga
disebut maling penglihatan. Glukoma sudut terbuka tidak memberikan keluhan dengan tekanan bola
mata yang tinggi perlahan-lahan merusak serabut saraf optik, walaupun tekanan bola mata sidah
teratasi penglihatan yang telah hilang tidak dapat diperbaiki lagi.
Pada pemeriksaan goniokopi pemeriksaan sudut bili mata dengan goniolens dapat dilihat
sudut bilik mata depan tempat mengalirnya cairan mata keluar terbuka lebar. Bila sudut ini terbuka
lebar sedangkan tekanan bola mata tinggi maka dapat diduga pembendungan cairan mata keluar
berada jauh didalam atau dibelakang sudut pengeluaran ini. Daerah penyaringan keluar cairan mata
ini disebut anyaman trabekulum.
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan anyaman trabekula akan tetapi
mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula atau jumlahnya berkurang akibat bertambahnya
usia. Pendapat lain adanya gangguan dari enzim pada trabekula.
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik maka sebaiknya
dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui apakah glaukoma
adalah glaukoma primer sudut terbuka atau sekunder. Gambaran gonioskopi pada glaukoma sudut
terbuka primer memberikan susunan anatomi yang normal.
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf maka akan
berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi penglihatan dan lapangan
pandangan. Glaukoma sudut tebuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat diobati.
Hanya dapat diperlambat dengan pengobatan.

Glaukoma Sudut Tertutup
Terdapat dua tipe glaukoma sudut tertutup yaitu akut dan kronis. Glaukoma sudut tertutup
akut dimana tempat mengalir keluar cairan mata tertutup mendadak. Bila terjadi penutupan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan bola mata mendadak. Hal ini merupakan keadaan gawat
karena akan etrjadi kerusakan saraf optik disertai gangguan penglihatan. Glaukoma akut akan
datang mendadak dengan penglihatan sangat kabur, mata merah disertai rasa sakit sekeliling mata,
pelangi disekitar lampu, mual dan kadang-kadang muntah. Gejala ini sama sekali tidak boleh
diabaikan. Kadang penyakit ini betrjalan kronis sehingga dinamakan glukoma sudut tertutup sempit
kronis yang akan seperti glaukoma sudut terbuka tanpa memperlihatkan gejala dan keluhan.
Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat:
Herediter
Lebih sering terdapat pada pasien rabun dekat (hipermetropia)
Bilik mata depan dangkal
Makin dangkal bilik mata makin dekat hubungan iris dengan kornea tepi
Pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea
Bila tekanan bola mata cukup tinggi iris akan lebih terdorong kedepan sehingga makin
tertutup jalan keluar cairan mata dan akibatnya da[at menimbulkan serangan glaukoma
akut
Iris terletak dekat anyaman trabekula
Pada usia lanjut ukuran lensa bertambah
Dua bentuk glaukoma sudut tertutup:
Glakoma sudut tertutup akut.
Berbeda dengan glaukoma sudut terbuka primer, pada glaukoma sudut tertutup akut
tekanan bola mata naik dengan tiba-tiba. Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi penutupan
pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan memberikan rasa
sakit ysng sangat, yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa muntah dan mual. Kepala sekan dipukul
dengan martil pada sisi mata yang dapat serangan akut.
Mata menjadi merah, kornea keruh dan edematus, penglihatan kabur disertai adanya halo
(pelangi disekitar lampu). Pemeriksaan rutin gonioskopi dapat dilihat sudut tertutup atau
memberikan dugaan seseorang akan mengalami glaukoma sudut tertutup.
Bila telah diatasi tekanan bola mata yang tinggi dapat terlihat:
Jaringan parut pada trabekula (sinekia) sehingga glaukoma lebih sukar dikontrol
Katarak
Kerusakan saraf optik sehingga tajam penglihatan akan tetap rusak
Serangan glaukoma mudah terjadi pada keadaan:
Ruang gelap, (bioskop) yang memungkinkan pupil melebar
Akibat beberapa obat tertentu (antidepresan, influenza, antihistamin, anti muntah)
Obat yang melebarkan pupil
Glaukoma sudut tertutup kronis
Pada glaukoma sudut tertutup kronis iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar tanpa gejala yang
nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan
mata. Tekanan bola mata akan naik jika terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya
jaringan parut. Dengan pengobatan pilokarpin maka serangan akut tidak akan terjadi dengan bentuk
kronis yang tetap berjalan. Pengobtan hanya menghindarkan kebutaan kebutaan yang dapat terjadi
pada glaukoma.



LASER PADA GLAUKOMA
Bedah laser pada glaukoma sudut terbuka
Bedah laser pada glaukoma dengan argon laser trabekuloplasti bertambah populer pada
saat ini. Dahulu dilakukan untuk mendahului semua pengobatan glaukoma. Prosedur palaksanaan
memakan waktu kira-kira 20 menit tanpa rasa sakit dan tidak perlu dirawat.
Dilakukan 50-100 pembakaran pada anyaman trabekulum 180-360 derajat. Dengan
melakukan laser pada bagian ini akibat panas maka sebagian trabekulum mengkerut yang akan
menarik dan membukanya sehingga cairan mata mudah mengalir keluar. Ada yang mengatakan
sinar ini mengakibatkan pertumbuhan kembali sel trabekulumyang mengatur pengaliran cairan
mata.
Umumnya hail tidak jelas pada glaukoma sudut terbuka dan tidak dapat dilakukan pada
pasien glaukoma dibawah usia 40 tahun. Tindakan laser akan menurunkan tekanan pada 80% pasien
dengan glaukoma sudut terbuka. Pada pasien yang tidak berhasil laser tidak akan memberikan
kesulitan baru.
Trabekuloplasti laser
Trabekuloplasti laser sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Trabekuloplasti laser
cairan mata keluar.
Hasil trabekuloplasti laser akan lebih baik pada keadaan berikut:
Pasien usia lanjut
Belum pernah mendapat pembedahan
Glaukoma bertekanan rendah
Tidak ada peradangan

Bedah laser pada glaukoma sudut tertutup
Iridotomi laser
Pada glaukoma sudut tertutup terdapat hambatan relatif pengaliran keluar cairan dari bilik mata
belakang melalui pupil ke bilik mata depan. Iridotomi merupakan suatu tindakan bedah glaukoma
yag sering dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Iridotomi laser merupakan bentuk lain bedah
laser pada glaukoma. Tindakan laser digunakan untuk mendapatkan lubang pada bagian iris yang
berwarna. Pada keadaan ini dbuat lubang kecil pada selaput pelangi perifer.
Iridektomi laser adalah prosedur yang terbaik dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Bila
hal ini tidak dilakukan maka dengan dapat terjadi serangan akut glaukoma sudut tertutup.


TEST DIAGNOSTIK GLAUKOMA
Pemeriksaan khusus pada glaukoma
1. Digital tonometri
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat yaitu
dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memmakai alat khusus (tonometer). Dengan
menekan bola mata menggunakan jari pemeriksa diperkrakan besarnya tekanan didalam
bola mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Penderita disuruh melihat kebawah
Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak mata tarsus penderita
Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita
Satu telunjuk menginmbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola mata.
Penilaian dialkukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dinyatakan tekanan
mata N+1, N+2, N+3, atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih
rendah dari pada normal.
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau
dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara ini
memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subyektif.
2. Tonometri schiotz
Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan
kornea dengan beban yang dapt bergerak bebas pada sumbunya. Bila tekanan rendah atau
bola mata empuk maka beban akan dapat mengidetasi lebih dalam dibanding tekanan bola
mata tinggi atau bola mata keras.
Teknik pemeriksaan:

Penderita diminta tidur telentang
Mata ditetesi dengan tetrakain
Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
Penderita diminta meletakkan ibu jari tegak lurus didepan mukanya
Kelopak mata penderita dibuka denga telunjuk dan ibu jari( jangn menekan
bola mata).
Penderita diminta untuk ,melihat ibu jari yang terletak didepanya.
Telapak tonometer diletakkan pada permukaan kornea mata yang akan
diperiksa
Setelah tapak terletak dengan baik pada permukaa kornea maka dilihat
angka yang ditunjuk pada tonometer
Hasil pembacaan pada skala tonometer dokonversi pada tabel untuk
mengetahui tekanan bola mata dalam milimeter air raksa.
Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmhg dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari
25 mmhg pasien menderita glaukoma.



3. Pemeriksaan kekakuan sklera (sclera rigidity)
Pada pemeriksaan tonometri sering pengukuran tidak tepat akibat terdapatnya
kekakuan sclera. Pada uji kekakuan sclera dapat diketahui besarnya kekauan dengan
menggunakan tabel nomogram friendenwald. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
beban 5,5 dan 10 gram atau 7,5 dan 15 gram. Nilai kekakuan sclera normal = 0.0125.
4. Tonometri aplanasi
Teknik pemeriksaan:
Diberi anastesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa
Kertas Fluoresein diltakkan pada selaput lendir
Diletakkan alat tonometer aplanasi pada selaput bening
Setelah terlihat lingkran telapak tonometer pada selaput bening maka tekanan
dinaikkan sehingga lingkran tersebut mendekat sehingga bagian dalam terhimpit.
Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang memberi gambaran
setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut merupakan tekanan bola mata.
Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20 mmHg dianggap sudah
menderita glaukoma.
5. Oftalmoskopi
Pemeriksaan kelainan pail saraf optik, dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik
didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf
optik.
Kelainan pada pemeriksaan ini dapat terlihat:
Kelainan papil saraf optik
- Saraf optik pucat atau atrofi
- Saraf optik tergaung
Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau
Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.
6. Tonografi
Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan pengaliran akueous humor
atau daya pengosonga cairan mata (fasility of outflow) pada sudut bilik mata. Telah
lama diketahui bila kita melakukan massage atau memberikan tekanan bola mata
akan mengakibatkan turunya tekanan bola mata, akibat terdorongnya akueous
humor melalui sdaluran keluar.
Dengan mempergunakan tonometer schiotz elektrik dihubungkan dengan
alat pencatat untuk mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan bola mata
bila diberi tekanan berkesimnambungan. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
Penderita tidur terlentang dan dengan santai atau nafas yang teratur
Telapak tonometer didekatkan pada kornea perlahan-lahan tanpa mengenai
jaringan lain, sampai terletak pada permukaan kornea
Tangan pemeriksa istirahat pada dahi penderita
Telapak tonometer diletakkan selama 4 menit
Alat tonografi dipasangkan akan melakukan pencatatan selama 4 menit
tersebut
Dari pencatatan dibaca
Po, tekanan intra okular permulaan
Pt, tekanan intra okular akhir 4 menit
Ditentukan delta R = Pt Po, dilihat pada gambaran tonografi dihitung beda tekanan Pt Po
Dari tabel perhitungan langsung fasilitas pencurahan atau C (direct determination facyliti of outflow)
dengan memakai tabel untuk beban tertentu apakah 5,5 atau 7,5 atau pun 10 gr ditentukan :
Pembacaan pertama atau Ro 0 menit
Pembacaan tekanan pertama atau Po
Perhitungan Pt-Po atau delta R
Dari tabel dapat dilihat C
Nilai :
o C = 0,18 normal
o C < 0,13 patologik
o Glaukoma sudut terbuka C nya rendah
o Glaukoma berat C < 0,05
o Po/C normal < 100 mata normal
o Flow atau F = Po 9 X C mu I/menit
Dianjurkan pada penderita selama pemeriksaan tidak boleh bicara. Kepercayaan beberapa ahli pada
alat ini agak berkurang.
7. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan
goneolens. Goneoskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut
bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda
asing. Dengan goneoskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma sudut tertutup atau sudut
terbuka dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder. Dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat sudut bilik mata yang merpakan tempat keluarnya cairan mata
dari bola mata.
Gonioskopi :
Gonioskopi statik yaitu goniokopi yang dilakukan tanpa penekanan
Gonioskopi dinamik, gonioskopi yang dilakukan penekanan anteroposterior
sumbu bola mata yang akan membuka sudut bilik mata dan melihat adanya
sinekia yang akan menurunkan glaukoma perlu dibedah.
Teknik:
1. Pemeriksaan dilakukan dikamar gelap
2. Mata yang akan diperiksa diberi tetes anastesi topikal
3. Pasien duduk menahan dagu didepan lampu celah atau slit lamp
4. Goniolens diletakkan pada permukaan kornea
5. Disatukan sinar pada prisma goniolens, dengan pandangan.
6. Dilihat melalui prisma goniolens, bagian-bagian pada sudut bilik mata :
o Garis schwalbe, bagian akhir dari memban decement
o Trabekulum anyaman penyaring akueous keluar dasri sudut bilik mata
o Saluran schelemm, lingkaran saluran akuous setelah trabekulum
o Scleral spur, akhir sklera tempat insersi M.silier
o Badan siliar
Pada akhirnya dapat dinilai kelainan patologi yang terlihat seperti :
o Sudut bilik mata sempit
o Sudut bilik mata terbuka
o Tertutup pigmen
o Tumbuhan jaringan patologik
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut :
Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea
dengan iris, disebut sudut tertutup.
Derajat 1, bila tidak terlihat setengah bagian jalinan trabekulum sebelah
belakang dan garis schuwalbe terlihat, disebut sudut sangat sempit. Sudut
sangat sempit sangat mungkin menjadi sudut tertutup.
Derajat 2, bila sebagian kanal schlemm terlihat, disebut sudut sempit
ssedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup.
Derajat 3, bila segaian belakang kanal schlemm masih terlihat termasuk
scleral spur, disebut sudut terbuka sedang. Pada keadaan ini tidak akan
terjadi sudut tertutup.
Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka.

8. Pemeriksaan lapangan pandang
Kampimetri-kampus
Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan
penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek lapangan
pandang.
Dasar
Saraf yang mempunyai fungsi sama akan mempunyai kemampuan mmelihat yang sama. Bila ada
rangsangan sinar pada retina maka retina akan melihat rangsangan tersebut.
Teknik
1. Pemeriksa menerangkan terlebih dahulu tentang perlunya kerja sama pada pemeriksaan ,
perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk bereaksi cepat bila sudah melihat sinar
datang dari perifer.
2. Pasien diminta duduk didepan perimetri g goldman dengan dagu terletak pada bantalan
dagu.
3. Mata ditutup sebelah
4. Mata yang tidak ditutup diberi koreksi untuk jauh disertai kaca mata adisi dan diminta fiksasi
pada target yang terletak di 33 cm didepan mata pasien.
5. Pasien harus segera memberi tahu bila melihat cahaya, yang dicatat pada kartu kampus. Bila
ditemukan defek lapang pandangan maka pemeriksaan diulang paling sedikit 2x.
6. Hal ini dilakukan pada18-20 meridian.
7. Selama pemeriksaan pemeriksa dapat melihat kemampuan fiksasi pasien melalui lobang
pengintip.

Anda mungkin juga menyukai

  • EPISTAKSIS
    EPISTAKSIS
    Dokumen14 halaman
    EPISTAKSIS
    Billy Anthony Tohar
    100% (3)
  • DM + Tiroid PDF
    DM + Tiroid PDF
    Dokumen1 halaman
    DM + Tiroid PDF
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Hypoglikemia, Ukdi
    Hypoglikemia, Ukdi
    Dokumen14 halaman
    Hypoglikemia, Ukdi
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • PJK + Gagal Jantung
    PJK + Gagal Jantung
    Dokumen9 halaman
    PJK + Gagal Jantung
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis + Pioderma + Inf Jamur + Inf Bakteri.3
    Dermatitis + Pioderma + Inf Jamur + Inf Bakteri.3
    Dokumen2 halaman
    Dermatitis + Pioderma + Inf Jamur + Inf Bakteri.3
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Apendisitis
    Apendisitis
    Dokumen22 halaman
    Apendisitis
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen14 halaman
    Asma
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Fix
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Bed 14
    Bed 14
    Dokumen3 halaman
    Bed 14
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Hypoglikemia, Ukdi
    Hypoglikemia, Ukdi
    Dokumen14 halaman
    Hypoglikemia, Ukdi
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • BKM 122 Slide Kontrasepsi Pil
    BKM 122 Slide Kontrasepsi Pil
    Dokumen21 halaman
    BKM 122 Slide Kontrasepsi Pil
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Bed 23
    Bed 23
    Dokumen4 halaman
    Bed 23
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen21 halaman
    Bab I
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 1
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Etmoidalis
    Sinusitis Etmoidalis
    Dokumen21 halaman
    Sinusitis Etmoidalis
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • OZAENA
    OZAENA
    Dokumen21 halaman
    OZAENA
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Bed 19
    Bed 19
    Dokumen3 halaman
    Bed 19
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Bed 27
    Bed 27
    Dokumen3 halaman
    Bed 27
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Rinos Kle Roma
    Rinos Kle Roma
    Dokumen19 halaman
    Rinos Kle Roma
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Kemoterapi Paru Last Check10
    Kemoterapi Paru Last Check10
    Dokumen18 halaman
    Kemoterapi Paru Last Check10
    Muhammad Andila
    Belum ada peringkat
  • Metodologi Penelitian
    Metodologi Penelitian
    Dokumen10 halaman
    Metodologi Penelitian
    Junaida Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Referat THT RSUP Fatmawati
    Referat THT RSUP Fatmawati
    Dokumen10 halaman
    Referat THT RSUP Fatmawati
    Agatha Juniar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Ab
    Sinusitis Ab
    Dokumen16 halaman
    Sinusitis Ab
    Chintya Permata Sari
    Belum ada peringkat