Anda di halaman 1dari 2

Mahasiswa asyik dengan telepon genggam atau laptop ketika dosen mengajar.

Dulu mungkin berarti


tidak memperhatikan pelajaran. Sekarang? Bisa jadi tengah belajar.
Banyak orang beranggapan bahwa belajar adalah menghafalkan sejumlah materi. Rumus-rumus itu
harus hafal!, kata sebagian orang. Dengan hafal rumus, maka orang bisa menggunakan rumus yang
mana untuk mengerjakan suatu soal. Kalau tidak hafal, bagaimana mungkin mengerjakan soal?, tegas
orang lain lagi. Anggapan belajar yang demikian bisa dikatakan merupakan pondasi dari persekolahan
kita. Murid menjadi mesin fotocopy yang menyalin materi dari buku ke dalam otaknya.
Bayangkan seorang dosen atau guru (dan profesi lainnya) masuk dalam ruangan. Ia kemudian meminta
mahasiswa untuk ng-update di google+ ataupun di media sosial lainnya tentang pelajaran yang
didapatkan maupun apa yang dipikir dan dirasakan. Ng-update di google+ apapun dengan menggunakan
tagar contohnya #MedanListrik. Setelah itu, dosen itu bercerita menerangkan suatu materi pelajaran
sementara para mahasiswa sibuk ng-update di google+. Apa yang terjadi?
Mahasiswa menyimak dan menemukan pelajaran yang menurutnya menarik. Mahasiswa membuat
ringkasan dalam 1 updetan. Bisa jadi, mahasiswa membuat update-an tentang pertanyaan yang muncul
di benaknya. Selama kuliah akan terkumpul update-updatet-an yang juga jadi catatan kuliah.
Apa bedanya dengan mencatat secara tradisional? Ketika mencatat secara tradisional, mahasiswa bisa
menuliskan apa saja. Otak ketika tidak mendapat tantangan cenderung mengikuti cara yang nyaman,
menyalin kata-kata persis yang didengar. Beda dengan ngupdate, otak kita ditantang untuk menemukan
inti pelajaran yang dimana butuh kreativitas kita untuk membuat update-an yang memikat karena pada
akhirnya akan dibaca oleh teman dan dosen kita. Ng-update di google+ berarti menyimpulkan dan
mencari inti sebuah pernyataan dan juga mengubahnya menjadi kata-kata kita. Artinya dengan ng-
update di google+ kita harus menyimak dan memahami.
Pertanyaan terakhir, apa yang bisa jadi muara dari semua ini?! Jawabannya Banyak!
Kita bisa kolaborasi bareng teman-teman mengerjakan satu tugas/mata kuliah yang sama secara
berbarengan dengan cara bertukar pendapat tentang materi yang tersedia ditunjang berbagai aplikasi
lainnya dari google, seperti google hangout jika ingin mendalami konteks masalah lebih dalam dengan
orang yang dianggap lebih cakap dalam bidang tersebut.
Lanjutan dari yang diatas, jika kita tertarik dalam satu bidang tertentu, contohnya #MedanListrik, kita
bisa menindak lanjutinya dengan options bergabung di google groups yang berhubungan dengan itu,
sehingga kita dapat belajar tidak dibatasi ruang dan waktu, seperti jika di kelas formal telah berakhir kita
masih bisa lanjutkan di manapun kita mau, di kostan, kantin, dll.
Untuk tim pengajar, kumpulan updatet-an mahasiswa bisa ditampung sebagai bahan pengajaran seperti
bahan soal untuk ujian, bahan presentasi ataupun memfasilitasi mahasiswa sebagai bahan diskusi dalam
kelas.
Oleh karena itu, ng-update tidak sekedar menghafalkan pelajaran. Ng-update justru sebuah tantangan
untuk menciptakan pelajaran. Proses ng-update itu sendiri merupakan upaya menciptakan bangunan
pemahaman. Otak tidak pasif, justru aktif melakukan penemuan dan penciptaan. Otak yang aktif ini
merupakan tanda dari senyatanya pembelajaran.
Dengan semakin banyak ng-update di google+ kita maka semakin banyak belajar. Dengan semakin
banyak ng-update maka semakin banyak menciptakan kalimat inspiratif. Semakin ng-update, semakin
belajar. Semakin ng-update, semakin kreatif.
Oleh karena itu, harapan saya kedepannya semoga tim dari google bisa mengembangkan KHUSUS
sebuah media sosial yang bisa memenuhi keinginan anak muda sekarang ini, media sosial yang tidak
hanya sebagai tempat ngomong gak jelas dan tidak bermanfaat, tetapi media yang mampu berimbang
dalam hal memenuhi aspek ke"anak muda"an :D dan aspek edukatif seperti menyediakan referensi
referensi yang dibutuhkan mahasiswa dalam memenuhi prestasi akademisnya

Anda mungkin juga menyukai