Anda di halaman 1dari 50

PENGENALAN

PENGANTAR ILMU GEOLOGI



Deddy NSP Tanggara, ST., MT.
Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Palangka Raya





Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos yang artinya
ilmu, Jadi geologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bumi.

Bumi merupakan salah satu planet yang ada di sistem
tatasurya kita. Bumi dideskripsikan berbentuk bulat
pepat dan berputar pada poros pendeknya. Jari-jari
bumi 6.370 km, yang terdiri dari benda padat
(batuan), benda cair, dan gas (udara).

Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan
mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya
merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi.
Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang
dipelajari dalam geologi.





Interior dalam kerak bumi.


Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu :
1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi
2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi
3. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup
4. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi
Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu
lithosfer yang merupakan lapisan batuan
penyusun bumi dari permukaan sampai inti
bumi.
Struktur internal bumi
dapat dibedakan
menjadi tiga komponen
utama, yaitu inti (core),
mantel (mantle) dan
kerak (crust).

Interior dalam kerak bumi.
Dipusat bumi terdapat inti yang
berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti
dalam. Inti luar berupa zat cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti
dalam berupa zat padat yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan
inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity.

Dari data Geofisika material inti bumi
memiliki berat jenis yang sama dengan
berat jenis meteorit logam yang terdiri dari
besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli
percaya bahwa inti bumi tersusun oleh
senyawa besi dan nikel.

Interior dalam kerak bumi.
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang
berkomposisi kaya magnesium. Inti dan
mantel dibatasi oleh Gutenberg
Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi
dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis
sampai semiplastis memiliki kedalaman
sampai 400 km. Mantel bawah bersifat
padat dan memiliki kedalaman sampai
2900 km.

Mantel atas bagian atas yang mengalasi
kerak bersifat padat dan bersama dengan
kerak membentuk satu kesatuan yang
dinamakan litosfer. Mantel atas bagian
bawah yang bersifat plastis atau
semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
Interior dalam kerak bumi.
Kerak (crust) ;
Kerak bumi merupakan bagian terluar
lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80
km. kerak dengan mantel dibatasi oleh
Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi
dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral
silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu :

Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan
Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak samudra
berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis
rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut
lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama
berkomposisi basalt.

Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si
dan Al, oleh karenanya di sebut sial. Ketebalan kerak
benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-rata
35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc.
kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis
karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan
yang berkomposisi granit.

Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur
kerak benua biasanya lebih tua dari kerak samudra.
Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta
tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila
dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu
sekitar 3800 juta tahun.
Interior dalam kerak bumi.
Cabang-cabang ilmu geologi :

Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang
luas, di dalamnya terdapat kajian-kajian yang
kemudian berkembang menjadi ilmu yang
berdiri sendiri walaupun sebenarnya ilmu-ilmu
tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
menunjang satu sama lain.

Ilmu-ilmu tersebut yaitu :



yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa
pendeskripsian mineral yang meliputi warna,
kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat
lainnya.


yaitu ilmu yang mempelajari batuan,
didalamnya termasuk deskripsi, klasifikasi
dan originnya.
3.
Yaitu ilmu yang mempelajari batuan
sediment, meliputi deskripsi, klasifikasi
dan proses pembentukan batuan
sedimen.

yaitu ilmu yang mempelajari batuan, meliputi
proses dan urutan pembentukan batuan.
adalah ilmu yang mempelajari arsitektur
kerak bumi proses yang berlangsung selama
dan sesudah pembentukannya.

yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan
masa lalu yang berupa fosil. Paleontology
berguna untuk penentuan umur dan geologi
sejarah.

yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam
dan proses-proses pembentukan bentang alam
tersebut. Ilmu ini tidak hanya berguna dalam
menentukan struktur geologi dan batuan penyusun
suatu daerah, tapi juga dalam mengamati gejala
yang terjadi seperti gerakan tanah atau longsor.
merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang
digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya
Geologi Migas, Geologi Batubara, Geohidrologi, Geologi Teknik,
Geofisika, Geothermal, Geologi Tata Linkungan dan
sebagainya.



Batuan merupakan suatu bentuk padatan alami yang disusun oleh satu
atau lebih mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin.
Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa
tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen
(disusun oleh satu mineral atau monomineral).

Tekstur dari batuan akan memperlihatkan karakteristik komponen
penyusun batuan, sedangkan struktur batuan akan memperlihatkan
proses pembentukannya (dekat atau jauh dari permukaan).

Batuan kristalin terbentuk dari tiga proses (fisika-kimia) dasar, yaitu
kristalisasi dari suatu larutan panas (magma), presipitasi dari larutan,
serta rekristalisasi dari suatu bentuk padatan. Proses-proses tersebut
akan menghasilkan tipe atau produk akhir dari batuan sesuai dengan
kondisi atau tahapan pembentukannya, dan kadang-kadang muncul
sebagai suatu produk residual. Berdasarkan proses pembentukannya
batuan dapat dikelompokkan sebagai batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf.

Batuan Beku

Batuan beku merupakan produk akhir dari magma, yang
merupakan suatu massa larutan silikat panas, kaya akan
elemen-elemen volatil, dan terbentuk jauh di bawah permukaan
bumi melalui reaksi panas (fusion) dari massa padatan.

Bagian dari pelarutan pada bagian tengah lapisan kerak bumi
(hasil dari magma primer), biasanya mempunyai komposisi
basaltik, dan muncul di permukaan bumi melalui proses erupsi
membentuk batuan volkanik atau ekstrusif, atau melalui pen-
injeksian pada perlapisan atau rekahan-rekahan dalam kerak
bumi pada kedalaman yang bervariasi membentuk batuan
hipabissal (hypabyssal rocks).

Magma-magma lain yang berasal dari larutan basaltik yang
melalui proses differensiasi kadang-kadang juga muncul ke
permukaan bumi.
Batuan Beku

Mineral-mineral yang pertama kali mulai mengkristal dari basalt
(pada temperatur 1100C 1200C) membentuk mineral spinels
(kromit) & sulfida, mineral-mineral jarang, serta logam-logam
berharga (spt platinum), yang sering dikenal sebagai mineral-
mineral aksesoris yang terbentuk dalam jumlah yang sedikit
pada tipe batuan tersebut.

Kadang-kadang pada temperatur terendah (pada range
temperatur pembentukan), mengkristal silikat yang kaya akan
besi & magnesium (olivin), sodium & kalsium (piroksen), serta
kadang-kadang juga mengandung potasium & air (mika dan
amfibol).

Seri (reaksi-reaksi) pembentukan mineral pada batuan beku
(basaltis) dipelajari oleh N.L. Bowen, dan urutannya dikenal
dengan Deret (Series) Reaksi Bowen.
Pada deret ini dapat dipresentasikan dua urutan pararel, yaitu :

Seri continious, dimana tipe plagioklas berupa
feldspar (mineral-mineral felsik) yang terbentuk
setelah kristalisasi, dan dengan proses yang
berkesinambungan dengan turunnya temperatur
terbentuk komposisi yang kaya akan kalsium (anortit)
s/d komposisi yang kaya akan sodium (albit).

Seri discontinious, dimana mineral-mineral besi dan
magnesium terbentuk pada awal kristalisasi dari
larutan dan terendapkan dengan sempurna
membentuk mineral-mineral baru dengan suatu
sekuen reaksi yaitu :

Olivine - hypersthene - augit - hornblende - biotit
Berdasarkan letak dan bentuknya, batuan
beku dapat digambarkan seperti berikut :
Terbentuknya :

1. Plutonik atau Intrusi, terbentuk dalam lingkungan yang jauh di dalam perut
bumi dalam kondisi tekanan tinggi.
Bentuk intrusi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Bentuk Konkordan, adalah tubuh batuan yang mempunyai hubungan struktur batuan intrusi
imni dengan batuan sekelilingnya sedemikian rupa sehingga batas/bidang kontaknya sejajar dengan
bidang perlapisan batuan sekelilingnya. Macamnya : sill, laccolith, phacolith, lopolith

Sill : merupakan Intrusi yang melembar sejajar dengan lapisan batuan sekitarnya dengan ketebalan
beberapa milimeter hingga beberapa kilometer

Laccolith : Sill dengan bentuk kubah (plankonvex)

Lopolith : bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari lebar tubuhnya dengan bentuk
seperti lensa dimana bagian tengahnya melengkun ke arah bawah karena batuan di bawahnya lentur.

phacolith : masa intrusi yang melensa yangterletak pada sumbu lipatan

Bentuk Diskordan, adalah tubuh batuan yang mempunyai hubungan struktur yang memotong
(tidak sejajar) dengan batuan induk yang diterobosnya. Macamnya : dike, batolith, stock.

Dike : Intrusi yang berbentuk tabular yang memotong lapisan batuan sekitarnya

Batholith : intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100 km persegi, bentuk takberaturan dan
tidak diketahui dasarnya.

Stock : intrusi mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap di permukaan <10 km, terbentuk
pada lingkungan yang tidak jauh dari permukaan bumi.

2. Effusive atau Volkanik, terbentuk dipermukaan bumi dalam kondisi tekanan rendah.


Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
perbedaan susunan kimianya, yaitu :
Batuan beku asam, dengan kandungan SiO2
> 55% (granit, monzonit).
Batuan beku sedang, dengan kandungan
SiO2 50-55% (granodiorit, diorit, andesit).
Batuan beku basa, dengan kandungan SiO2
< 50% (basalt, gabro).
Batuan beku sangat basa (ultra basa), tidak
mengandung SiO2, tetapi mengandung
banyak plagioklas dan ortoklas (peridotit,
hazburgit).
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
Strukturnya (Struktur adalah kenampakan batuan secara makro
yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan
batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat
dilapangan saja ), yaitu :
1. Masif, secara keseluruhan kenampakan batuan terlihat
seragam.
2. Vesikuler, pada masa batuan terdapat lubang-lubang kecil yang
berbentuk bulat atau elips dengan penyebaran yang tidak
merata. Lubang ini merupakan lubang bekas gas yang
terperangkap pada waktu magma membeku.
3. Amigdaloidal, struktur vesikuler yang telah terisi oleh mineral.
4. Scorious, struktur vesikuler yang penyebarannya merata
dengan lubang-lubang yang saling berhubungan.
5. Aliran, kesejajaran mineral pada arah tertentu dengan orientasi
yang jelas.
6. Lava Bantal (Pillow Lava), lava yang memperlihatkan struktur
seperti kumpulan bantal-bantal, hal ini disebabkan karena
terbentuk di lingkungan laut.
7. Columnar Joint, struktur yang memperlihatkan seperti kumpulan
tiang-tiang, hal ini disebabkan adanya kontraksi pada proses
pendinginannya.
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Teksturnya
(Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan ), yaitu :
A. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya
akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali
maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin
yang telah membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Teksturnya
(Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan ), yaitu :
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan
satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis
fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan
mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis
mikroskopis dapat dibedakan:
- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01 mm.
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Teksturnya
(Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan ), yaitu :
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan.

Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

- Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,
yaitu:

- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.
- Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Teksturnya
(Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan ), yaitu :
D. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai
hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk
batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya,
maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

2. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain
disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan Kandungan mineralnya, yaitu :
Berdasarkan indeks warna atau komposisi mineral terang dan
gelapnya (mineral felsik dan mafic).

Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang,
terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid
dan muskovit.

Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama
biotit, piroksen, amphibol dan olivin.


Klasifikasi ini berdasarkan atas susunan mineral dari batuan itu,
biasanya dilakukan di bawah mikroskop yang didasarkan atas
sifat-sifat optik dari mineral.
Batuan Sedimen :
Adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi. Sekitar
80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi
terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan
ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam
seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltion),
terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution).
Klasifikasi lebiih lanjut seperti berikut:

Adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi
dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan
seterusnya terendapkan. Batuan sediment ini bias digolongkan lagi
menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan
sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan sediment klastik
terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang
mengalami proses transportasi.

Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi
batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya
batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung.

Batuan sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan.
Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks)
hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (salt).
Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk
hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan
penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping terumbu.

Klasifikasi Batuan Sedimen :

Berdasarkan proses pengendapannya
batuan sedimen klastik
batuan sedimen kimiawi
batuan sedimen organik

Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
batuan sedimen aerik
batuan sedimen aquatik
batuan sedimen marin
batuan sedimen glastik

Berdasarkan tempat endapannya
batuan sedimen limnik
batuan sedimen fluvial
batuan sedimen marine
batuan sedimen teistrik


Penamaan Batuan Sedimen :

Penamaan batuan sedimen bisa juga dilakukan
berdasarkan atas besar butir penyusun batuan tersebut.
Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir,
batulanau, batulempung.

Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butitan yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari
2 mm dengan bentuk butiran yang membundar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm
sampai 1/16 mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm
sampai 1/256 mm
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256 mm


Proses-proses pelapukan, erosi, transportasi,
dan pengendapan batuan
Batuan Metamorf
Batuan yang sudah ada/terbentuk, dapat juga mengalami perubahan menjadi batuan lain
oleh proses metamorfos/metamorfisme (suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas
panas dan tekanan yang tinggi).

Metamorfosa terjadi sebab beberapa mineral stabil hanya di bawah kondisi tekanan dan
temperature tertentu. Ketika terjadi perubahan tekanan dan temperatur, terjadi reaksi
kimia yang menyebabkan mineral dalam batuan berubah hingga mencapai kestabilan
pada tekanan dan temperature tertentu.

Karena perubahan temperatur, tekanan, atau temperatur dan tekanan (secara bersama)
akan merubah struktur dalam (kristal) dari mineral-mineral yang menyusun batuan
tersebut. Dalam proses metamorfosa ini dianggap tidak ada penambahan unsur dari luar.

Batuan metamorf terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan pada
bersuhu tinggi.

Genis
Quartzite
Batuan metamorf dapat dibedakan
Sebagai berikut :
a. Batuan Metamorf Kontak
Batuan yang mengalami metamorfosa sebagai akibat dari adanya suhu
yang sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Adanya suhu
yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun
warna batuan. Contohnya batu kapur (gamping) menjadi marmer.

b. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan yang mengalami metamorfosa sebagai akibat dari adanya
tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang
lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjzdi batu tulis (slate).
Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.

c. Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis
Batuan yang mengalami metamorfosa sebagai akibat dari adanya
pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan
gas fluorium berubah menjadi topas.

Batuan metamorf dapat diklasifikasikan
berdasarkan unsur kimianya :
Klasifikasi ini di tinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam
batuan metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Terbagi menjadi 5
kelompok, yaitu :

1. Calcic Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik
(kaya unsur Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih. Contoh:
batusabak dan Phyllite.

Quartz Feldsphatic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur
kuarsa dan feldspar. Contoh : Gneiss

Calcareous Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping dan dolomit.
Contoh : Marmer

Basic Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semibasa
dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan
dengan kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.

Magnesia Metamorphic Rock
adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan Mg.
Contoh : serpentit, sekis.
Struktur Batuan Metamorf :
Dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1. Struktur foliasi : yaitu struktur yang
ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-
mineral penyusun batuan metamorf.
2. Struktur Non foliasi : yaitu struktur yang
tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral penyusun batuan metamorf.

A. Struktur slatycleavage
Peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf. Merupakan derajat
rendah dari lempung. Mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan
kesan kesejajarannya halus sekali, dengan memperlihatkan belahan-
belahan yang rapat dimana mulai terdapat daun-daun mika yang halus.

b. Struktur filitik (phylitik):
Struktur ini hampir mirip dengan struktur slatycleavage hanya mineral
dan kesejajarannya sudah mulai mulai agak kasar. Derajat
metamorfose lebih tinggi dari sabak (slate). Di mana daundaun mika
dan khlorit sudah cukup kasar, berkilap sutera pada pecahannya.

c. Struktur skistose (schistosity)
Mineral pipih (muskovit, biotit, feldspar) lebih dominan dibanding
dengan mineral butiran.

d. Struktur gnesose (gneissic)
Struktur di mana mineral-mineral yang granular relatif lebih banyak
dari mineral-mineral pipih.
Struktur Non Foliasi :
1. Struktur hornfelsik :
Dicirikan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk pada bagian dalam daerah kontak sekitar
batuan beku. Pada umumnya merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan
halus dan padat.

2. Struktur milonitik :
Struktur yang berkembang karena adanya penghacuran batuan asal yang mengalami metamorfosa
dinamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukan oleh adanya orientasi mineral yang
berbentuk rentikuler terkadang masih menyimpan batuan asalnya.

3. Struktur kataklastik :
Struktur ini hampir mirip sama dengan struktur milonit hanya butirannya lebih kasar.

4. Struktur pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relatif lebih kasar dan stukturnya mendekati tipe
filitik

5. Struktur flaser.
Seperti struktur kataklastik di mana struktur batuan asal yang terbentuk lensa tertanam pada
massa dasar milonit

6.Struktur augen
Seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam masa dasar yang
lebih halus.

7. Struktur granulos
Strutur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya tidak sama besar

8. Struktur liniasi
Struktur yng diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum (fibrous).

Tekstur batuan metamorf :
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan
metamorf.

Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan
blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya.
Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan
Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa :
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan
sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih
tampak pada batuan metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab
proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah
mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.


Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan Ukuran
Butir :
Fanerik, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

Afanitik, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan
mata.


Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan Bentuk
Individu Kristal :
Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal
berbentuk euhedral.

Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi
oleh kristal berbentuk anhedral.

Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan Bentuk
Mineral :
Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk
tabular.

Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk
prismatic.

Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk
granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat
sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.

Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk
granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat
unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya
berbentuk anhedral.
Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan Hal Khusus :
Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih
besar tersebut sering disebut porphyroblasts.

Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih
kecil.

Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar
terdapat padamassadasar material yang barasal dari kristal yang
sama yang terkena pemecahan (crushing).

Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan
polimeneralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.

Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti
gula pasir.

Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering
disebut berstektur homeoblastik.

Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan
Berdasarkan Ukuran Butir :
Fanerik, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

Afanitik, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan
mata.


Tekstur Batuan Metamorf Berdasarkan Bentuk
Individu Kristal :
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan
bidang kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang
permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang
permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang
permukaan kristal lain disekitarnya.

Siklus Batuan

Secara alami semua batuan bisa berubah menjadi batuan lain seperti
yang terlihat pada gambar berikut :
Urutan-urutannya :
Magma membeku membentuk batuan beku pada kerak bagian
dalam.
Kerak dalam kalau terangkat > di permukaan bumi.
Secara kimia, fisika dan biologi batuan bisa menjadi lapuk,
tererosi, tertransportasi dan diendapkan menjadi sedimen.
Karena beban dan konsolidasi serta penyemenan, sedimen
berubah menjadi batuan sedimen yang kompak dan keras.
Batuan sedimen dapat terangkat ke permukaan bumi. Atau
mengalami proses metamorfosa menjadi batuan metamorf.
Batuan sedimen juga bisa tenggelam (penunjaman) dan
meleleh menjadi magma baru (mantel).
Batuan metamorf dapat terangkat ke permukaan bumi atau
tenggelam menjadi magma baru (mantel).
Batuan beku juga dapat mengalami metamorfosa menjadi
batuan metamorf.

Anda mungkin juga menyukai