Anda di halaman 1dari 3

Melihat kondisi tersebut, maka tempat tempat konservasi atau tempat memelihara harimau

sumatera diluar habitat aslinya ( ex-situ) menjadi penting adanya. Bentuk konservasi ini sendiri dapat
berupa kebun binatang, taman sahari, tempat pelatihan satwa khusus dan lain sebagainya. Fungsi
utama dari tempat konservasi ini adalah sebagai tempat pengembangbiakan dan penyelamatan
dengan tetap mempertahankan kemurnian jenis satwa-satwa tersebut. Salah satu lebaga konservasi
ex-situ yakni taman satwa yang memiliki koleksi peliharaan harimau sumatera adalah Taman Safari
Indonesia (TSI) II, Prigen Pasuruan.
Demi menjalankan tujuan konservasi tentu harus memperhatikan segala aspek, khususnya aspek
kesehatan. Aspek kesehatan ini menjadi penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan
keberlangsungan hidup dari satwa itu sendiri baik pada lingkungan ex-situ maupun in-situ. Aspek
kesehatan ini meliiputi beberapa faktor dianttaranya pemeliharaan, tindakan preventif (pencegahan)
terhadap penyakit dan tindakan kuratif ( pengobaatan)
Berdasarkan pemaparan tersebut maka, Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini akan menjadi sangat
penting untuk dilaksanakan.
Latar belakang
Harimau merupakan hewan terbesar dari keluarga kucing, dengan panjang badan, dari
ujung kepala
hingga ujung ekor, yang dapat mencapai sekitar 2,5 meter, tinggi 90 cm, dan berat 300
kg. Satwa
ini tergolong sangat adaptif untuk hidup di berbagai macam tipe ekosistem dan tipe
habitat sejauh
HARIMAU SUMATERA
Di antara enam anak jenis harimau yang masih bertahan hidup, harimau sumatera dapat
dikategorikan
sebagai yang paling unik. Berdasarkan karakteristik isik, geograis, dan khususnya
genetik, anak jenis
ini bahkan dinilai cukup layak untuk dipisahkan sebagai satu jenis tersendiri dengan nama
ilmiah
Panthera sumatrae18-19. Dibandingkan anak jenis harimau lainnya yang hidup di daratan
utama Asia,
harimau sumatera telah lama terpisah dan terisolasi oleh lautan yang luas di Pulau
Sumatera. Selain
itu, kondisi iklim tropis tepat di sekitar garis katulistiwa juga telah menuntut adaptasi dan
membentuk
karakteristik isik harimau sumatera ke arah yang berbeda dibandingkan anak jenis
lainnya. Sebagai
wujud adaptasi tersebut, harimau sumatera memiliki warna kulit yang relatif lebih gelap,
dengan pola
loreng yang lebih rapat, serta ukuran tubuh yang relatif kecil.
Harimau sumatera hidup di hutan hujan yang semakin menyempit dan terfragmentasi, dan
olehHASIL-HASIL PENELITIAN MELALUI KAMERA INTAI Para peneliti dalam
program kerja sama antara WWF, PHKADephut,
dan VA Tech telah menghasilkan sejumlah temuan yang menarik, seperti harimau telah
terbukti melakukan aktivitas
baik pada siang maupun malam hari dan bahwa harimau dapat menjelajahi kawasan hutan
tanaman industri dengan tingkat
aktivitas manusia yang rendah. Kamera-kamera dipasang pada sejumlah habitat utama
harimau di wilayah Riau. Penelitian
serupa juga dilakukan oleh beberapa lembaga lain di beberapa kawasan lindung dan
nonlindung di Sumatera.
TAK TAKUT BERAKTIVITAS DI LAHAN BASAH Hasil kamera intai yang terpasang
di salah satu hutan rawa gambut
di Provinsi Riau, telah membuktikan bahwa harimau mampu beradaptasi di berbagai
macam tipe habitat, selama kebutuhan
hidupnya terpenuhi, khususnya mangsa dan tempat untuk bersembunyi.
fOTO-FOTO: WWF_PHKA_VA Tech WWF_PHKA_VA Tech
karenanya diperkirakan populasinya pun terus menurun. Tahun 1977, Markus Borner6
yang kala itu
bekerja untuk WWF, memperkirakan populasi harimau sumatera yang hidup di alam
bebas pada
tahun 1970an adalah sekitar 1.000 ekor. Berdasarkan perkiraan para ahli20, jumlah itu
menyusut
menjadi sekitar 500 ekor pada tahun 1992. Dari jumlah tersebut sekitar 400 ekor tersebar
di lima
taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak, dan Bukit Barisan
Selatan)
dan di dua suaka margasatwa (Kerumutan dan Rimbang Baling). Sisa populasi lainnya,
diperkirakan
kurang dari 100 ekor, berada di luar ketujuh kawasan konservasi tersebut.
Lalu, berapa sebenarnya jumlah populasi harimau sumatera saat ini? Dengan adanya
teknik
pemantauan populasi yang lebih canggih, antara lain dengan menggunakan kamera intai,
para peneliti
kini justru terkesan lebih berhati-hati sebelum berani mengeluarkan angka pasti. Pasalnya,
survei yang
dilakukan belum mencakup seluruh wilayah sebaran satwa tersebut dan masih banyak
kawasan yang belum terjangkau oleh survei dengan kamera intai.
Kini para peneliti dari berbagai lembaga tengah aktif melakukan survei di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai