Oleh :
Nama
: HENI HERWIYANTI
NIM
: 115130107111026
hewan yang sangat disukai oleh manusia, sehingga tak jarang kucing mendapat
perhatian khusus dari pemiliknya. Namun apabila kucing ini telah tumbuh dewasa
dan mulai memasuki proses normal fisiologis reproduksi akan tercipta naluriah untuk
berkembang biak. Dampaknya adalah pengaruh perubahan hormonal terhadap
perilaku (behavior) hewan tersebut untuk kawin yang dapat menciptakan populasi
yang berlebihan (over population). Selain itu, peningkatan jumlah populasi kucing
akan mengakibatkan resiko penularan penyakit antar kucing atau dari kucing ke
manusia (zoonosis) menjadi lebih tinggi.
Di Amerika serikat, lebih dari 50.000 anak kucing & anjing lahir setiap
harinya. Dari sekian banyak anjing dan kucing ini hanya 1/5 nya yang bisa
mendapatkan rumah, sisanya berkeliaran secara liar, terabaikan atau mendapat
perlakuan kasar. Setiap tahunnya, 6-8 juta anjing & kucing ini masuk penampungan
hewan dan sekitar setengahnya (3-4 juta) harus di euthanasi karena tidak ada yang
ingin memelihara mereka. Di Amerika Serikat terdapat sekitar 4.000 - 6.000
penampungan anjing & kucing. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya
mempunyai beberapa penampungan hewan. Di Indonesia, meskipun belum ada
penelitian menyeluruh mengenai populasi anjing/kucing liar, di beberapa tempat
populasi mereka dirasakan mulai meningkat dan bila tidak segera ditangani, bisa
menyebabkan over populasi.
Meskipun belum terasa mengganggu, beberapa orang & komunitas penyayang
hewan mulai merasakan peningkatan populasi kucing-kucing ini. Kontrol populasi
dirasakan perlu untuk mengurangi jumlah kucing liar yang "menderita" karena tidak
mendapatkan penghidupan berupa tempat tinggal & makanan yang layak. Maka dari
itu, salah satu untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan melakukan
tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan jantan
dapat dilakukan dengan kastrasi. Sedangkan sterilisasi pada hewan betina dapat
dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi
pengambilan atau pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari
rongga abdomen (ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk
terapi adanya tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi
biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan hewan peliharaan dan bukan
pada hewan ternak.
1.2
Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Organ Reproduksi Betina
Ikhtisar organ-organ reproduksi betina dan fungsi utama dari organ-organ
tersebut ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Ovarium terdiri dari medulla dan cortex korteks pada kulit terluarnya,
medula tersusun dari pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat. Korteks berisi
lapisan-lapisan sel dan jaringan yang terkait dengan ovum dan produksi hormon.
Uterus memanjang dari persimpangan uterotubal ke serviks. Pada sapi,
babi, dan kuda panjang keseluruhan berkisar 35-60 cm. Pada babi, rusa, domba,
dan sapi tanduk uterus mencapai 80 sampai 90% dari panjang total, sedangkan
pada kuda, tanduk uterus sekitar 50% dari total panjang. Fungsi uterus umumnya
untuk
mempertahankan
melekat ke uterus, makanan embrio berasal dari kuning telur dalam embrio atau dari
susu uterus rahim yang disekresikan oleh kelenjar dalam lapisan mukosa uterus.
Setelah melekat pada uterus embrio mengambil nutrisi dan buangan produkproduk limbah melalui plasenta.
Gambar 6 menunjukkan jenis dasar uterus pada hewan mamalia. Uterus terdiri dari
tanduk uterus, badan uterus dan leher uterus (serviks). Proporsi relatif masingmasing uterus, bentuk dan tanduk uterus bervariasi tergantung spesies. Pada
babi, uterus dengan tipe bikornua (uterus bicornis). Tanduk uterus berlipat-lipat
dan mencapai panjang 4 5 kaki, sedangkan badan uterus pendek. Panjang
uterus ini merupakan adaptasi anatomik dalam melahirkan sejumlah anak apada
satu satuan waktu kelahiran. Pada sapi, domba dan kuda, tipe uterus aadalah
bipartite (uterus bipartitus). Pada ternak-ternak ini, uterus mempunyai penyekat
(septum) yang memisahkan dua tanduk uterus dan badan uterus. Kedua bagian
uterus melakat pada pelvis dan dinding abdominal.
Meskipun secara teknis serviks merupakan bagian dari uterus, namun
demikian serviks ini akan dibahas sebagai salah satu organ reproduksi tersendiri.
Perbedaan yang mendasar dari uterus adalah bahwa serviks berdinding tebal dan
elastis, bagian anterior yang menuju badan uterus sedangkan ujung posterior
menjorok ke vagina. Kebanyakan spesies, panjang serviks berkisar antara 5 sampai
10 cm dengan diameter luar 2 sampai 5 cm. Serviks terdiri dari saluran yang
merupakan
pembukaan
ke
dalam
mencegah
Labia minora adalah homolog dengan preputium (selubung) pada jantan dan tidak
menonjol. Labia majora, homolog dengan skrotum pada jantan, merupakan bagian
dari sistem betina yang dapat terlihat secara eksternal. Pada sapi labia
majora
sejak penemuan
bahwa
pelepasan
dan
mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk
terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor ovarium, serivks,
dan uterus. Selain
piometra pada betina yang tidak steril. Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan
berumur masih muda. Pada kasus
Masalah tingkah laku dan higienis: selama siklus estrus akan muncul beberapa
permasalahan tingkah laku. Betina yang sedang estrus akan aktif mencari pejantan
dan mungkin berusaha untuk pergi jauh dari rumah.
Kanker mamae: Hormon reproduksi adalah salah satu penyebab utama kanker
mamae pada kucing betina.
Tumor pada traktus reproduksi : tumor akan muncul pada uterus dan ovarium. OH
tentu saja akan mengeliminasi berbagai kemungkinan munculnyatumor.
Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5 8 bulan. Para ahli perilaku
hewan menyarankan mengkebirikucing sebelum memasuki masa puber, karena dapat
mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.
Keuntungan kastrasi, antara lain:
Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan Salah satu keuntungan
adalah mencegah kelahiran anak kucing yang tidak diinginkan. Selain menjaga
populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik
kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.
Tidak Suka Berkeliaran, Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon
yang dapat menyebar melalui udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang
cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui dimana letak kucing betina yang
sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari dan mendatangi sang
betina meskipun jaraknya cukup jauh.
Lebih Jarang Terluka, Keuntungan medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing
terluka akibat berkelahi dengan kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil
juga kemungkinan terkena penyakit yang dapat menular melalui luka/kontak.
Alopecia
menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan
depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata menyebabkan
midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi
hidung, mulut dan bronkus.
Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu
atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung
dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin
sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan
pada otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga
menyebabkan retensi urin (Ganiswarna, 2001).
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat
anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan
kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya
rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi
dapat berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).
Anestesi umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat menyebabkan
penderita mengalami analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri sedangkan otot-otot
mengalami relaksasi dan penekanan reflek yang tidak dikehendaki (Mycek, 2001).
Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya
adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan,
dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah
didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran
pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi,
menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek
yang tidak diingini (Gan, 1987). Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy
(1993) mempunyai sifat-sifat antara lain : pada dosis yang aman mempunyai daya
analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian mudah, mulai kerja obat yang
cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain itu obat tersebut
harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak
dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), stadium ini dimulai dari
pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada
stadium ini hewan masih sadar dan memberontak. Rasa takut dapat
meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan
defekasi.
Stadium III (pembedahan/operasi), stadium ini terbagi dalam 3 bagian yaitu; (a)
Plane I, ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak.
Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerakgerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepres. ( II, ditandai dengan respirasi
thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi
kecuali otot perut. (c) Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal,
bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
anastesi terhadap: (1) Tingkat kedalaman anastesi, sesuai tingkat depresi terhadap
sistem syaraf pusat yang dapat dilihat melalui tekanan darah, respirasi, reflek pupil,
pergerakan bola mata dan kesadaran, (2) temperatur tubuh, dimana umumnya tubuh
tidak mampu mempertahankan temperatur tubuhnya, (3) kardiovaskular melalui
monitoring pulsus dan detak jantung dan (4) respirasi, melalui pemeriksaan tipe
respirasi dan komplikasi sistem respirasi (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan
relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim
somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot
lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin
analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk
kristal yang mempunyai titik cair 258-261C. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5
ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk
injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5 (Anonimus b, 2005).
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan
thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit
dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi
dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah
pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama
xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian
tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis
pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama
kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit (Lumley, 1990). Menurut
Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan
secara intra muskuler.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Signalemen
Nama hewan
: Nayla
Jenis hewan
: Kucing
Ras
: Domestik
Warna
Berat badan
: 2 kg
Jenis kelamin
: Betina
Umur
: + 1 tahun
Tanda khusus
Dosis (mg/kg
Konsentrasi
Rute pemberian
Penghitungan dosis
BB)
(mg/ml)
Betamox
15
150
IM
Amoxicilin
20
125/5
PO
Atropin sulfat
0,04
SC
Ketamin
10
100
IM
Xylazine
20
IM
Castran
0,02
IM
2 x 0,02 = 0,04 ml
Topikal
1 ml
= 0,2 ml
= 1,6 ml
sirup
Vicilin
Tolfedine
40
IM
0,04 x 2 = 0,08 ml
= 0,2 ml
= 0,2 ml
= 0,2 ml
Lidocain
Topikal
1 ml
15
30
45
60
75
90
105
Pulsus/
116
112
100
96
88
92
96
96
38,2
38,2
37,9
37,6
37,1
37,4
37,8
36,7
Menit
120
135
150
165
180
195
210
225
Pulsus/
96
96
96
100
100
100
100
92
36,9
36,2
35,2
35,2
35,1
35,3
34,5
34,5
Menit
240
255
305
320
335
350
365
380
Pulsus/
92
92
88
88
92
92
96
92
34,5
34,5
34,2
34,2
33,8
33,8
34,2
34,5
Menit
395
410
425
440
455
470
485
500
Pulsus/
96
104
100
104
112
116
116
116
34,7
34,5
35,1
35,2
35,4
35,5
35,5
35,6
menit
Temp
(0C)
menit
Temp
(0C)
menit
Temp
(0C)
menit
Temp
(0C)
Menit
515
530
545
Pulsus/
116
120
120
128
35,5
35,8
36,8
38,6
menit
Temp
(0C)
kasa, cairan infus, koran, plester, hipafix, Alat-alat yang digunakan disterilisasi
menggunakan autoklaf selama kurang lebih 1 jam kecuali gunting tidak diautoklaf
supaya tidak tumpul.
3.4
Prosedur operasi
Kucing yang sudah ditimbang berat badannya diberi antibiotik Betamox
darah besar disekitar fetus. Untuk meminimalisir terjadinya perdarahan pada saat
pemotongan ovarium, tuba fallopi serta uterusnya, semua pembuluh-pembuluh darah
besar disekitar fetus diligasi dengan menggunakan catgut chromic , setelah semua
pembuluh darah diligasi, fetus beserta organ reproduksinya dipotong. Setelah itu,
dipastikan kembali dan diamati dengan cermat apakah pembuluh-pembuluh darah
tersebut sudah terligasi dengan baik dan tidak terjadi adanya perdarahan. Selanjutnya
sisa saluran reproduksi yang telah dipotong dikembalikan lagi ke tempat semula dan
siap dilakukan penjahitan.
Selama dilakukan operasi, setiap 15 menit hewan diperiksa suhu dan
pulsusnya untuk mencegah hewan mengalami kematian. Vicilin diberikan secara
topikal pada organ dalam.
Penjahitan pertama dilakukan pada peritoneum dan musculus dengan pola
jahitan terputus sederhana dengan benang catgut chromic menggunakan jarum ujung
bulat kemudian diberi Vicilin lagi. Penjahitan kedua yaitu pada sub cutan dengan tipe
jahitan menerus sederhana menggunakan catgut chromic dan jarum ujung bulat. Saat
opersi berlangsung kucing menunjukkan kondisi hendak sadar sehingga diberikan
anestesi dari dosis awal. Setelah pennjahitan kedua selesai, pada derah subkutan
ditambahkan lagi jahitan horizontal matres untuk memperkuat penutupan luka.
Penjahitan paling luar yaitu kulit menggunakan pola jahitan terputus sederhana
dengan benang silk menggunakan jarum ujung segitiga kemudian diberi Vicilin lagi
untuk mencegah kontaminasi dan infeksi. Saat penjahitan kulit, diberi injeksi
Lidocain HCl disekitar luka secara intra cutan karena hewan mulai merasakan sakit
saat dijahit. Setelah penjahitan selesai, luka diberi povidone iodine dan ditutup
dengan kasa dan hypafix kemudian hewan dipakaikan grito agar luka tidak dijilat dan
digigiti. Kucing kemudian ditunggu hingga sadar dan diberi lampu karena suhunya
yang dibawah normal.
3.5
Prosedur post-operasi
Kucing yang sudah sadar, diberi analgesik tolfedine yang diinjeksikan secara
IM dan diberi Sangobion sebanyak 1 ml PO. Kondisi kucing setiap hari diamati mulai
dari fisik, suhu, pulsus, defekasi, urinasi dan nafsu makan Setiap hari dilakukan
penggantian kasa dan hypafix dan luka diberi antibiotik topikal Nebacetin bubuk.
Berikut adalah tabel pemeriksaan pasca operasi :
Tanggal
22-10-2014
Pemeriksaan
Terapi
Appetice : ++
Pulsus :
Defekasi :-
128/menit
Urinasi :++
Luka
SL :+++
dibersihkan
dengan
24-10-2014
25-10-2014
26-10-2014
27-10-2014
28-10-2014
Appetice : +++
Pulsus :
Defekasi :++
120/menit
Urinasi :+++
Diberikan
SL:++++
Appetice : ++++
Pulsus :
Defekasi :+++
128/menit
Urinasi :++++
SL: ++++
Appetice : ++++
Pulsus :
Defekasi :++++
120/menit
Urinasi :++++
Diberikan
SL: +++
Appetice : ++++
Pulsus :
Defekasi :++++
128/menit
Urinasi :++++
SL: ++++
Appetice : +++
Pulsus :
Defekasi :++++
dan
132/menit
Urinasi :++++
SL: ++++
Suhu (0C) : 39
Appetice : ++++
nebacetin
nebacetin
diberikan
topikal
topikal
Bioplacenton
29-10-2014
Pulsus :
Defekasi :+++
dan
diberikan
128/menit
Urinasi :++++
topikal
SL: ++++
Appetice : ++++
Pulsus :
Defekasi :++++
dan
88/menit
Urinasi :++++
topikal
SL: ++++
diberikan
Bioplacenton
Bioplacenton
1 minggu pasca operasi kucing diperiksakan ke klinik yaitu pada tanggal 29 Oktober
2014 untuk dilakukan pelepasan jahitan pada daerah operasi, namun karena ada
beberapa bagian luka jahitan yang belum kering, jahitan baru dilepas seluruhnya pada
tanggal 31 Oktober 2014. 2 minggu pasca operasi, terlihat luka sudah menutup
sempurnadan hewan terlihat sudah sehat dan tidak merasakan kesakitan pada daerah
operasi ketika dipegang.
BAB IV
PEMBAHASAN
2.
Sedatif (Castran)
Sedatif ini diberikan secara intramuscular sebagai penenang agar hewan
tidak agresif sehingga memudahkan restrain dan pemberian obat selanjutnya.
Dosis Castran untuk kucing 0,02 mg/kg BB sehingga jumlah obat yang
diinjeksikan sebesar 0,04 ml. Sedatif ini diberikan pada pukul 13.08 WIB
3.
muskulus
bahkan
kadang-kadang
meningkatkan
tonus.
Analgesik (Tolfedine)
Tolfedine diberikan pasca operasi berfungsi sebagai antiinflamasi dan
analgesik. Dosis yang digunakan adalah 4 mg/kg BB dengan konsentrasi
obat 4 % sehingga jumlah obat yang diinjeksikan adalah 0,2 ml.
6.
Antibiotik (Vicilin)
Antibiotik berbentuk cairan bening yang diberikan saat penjahitan, dengan
cara disemprotkan pada luka incisi. Dosis obat ini 1 ml. Tujuan diberi
antibiotik topikal adalah mencegah terjadinya infeksi sekunder.
7.
Lidocain HCl
Lidocain diberikan secara intra cutan saat penjahitan kulit. Lidocain
berfungsi sebagai anestesi local. Jumlah Lidocain yang digunakan sebanyak
1 ml.
8.
Amoksisilin sirup
dan hasilnya
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prosedur Ovariohisterectomy dilakukan dengan cara mengangkat organ
reproduksi betina ovarium serta salurannya uterus. Kucing yang akan dilakukan
tindakan bedah harus dengan kondisi yang sehat dan dipuasakan sekitar 8-12 jam
agar mencegah terjadinya muntah dan makanan masuk ke organ respirasi yang
dapat menyebabkan hewan tersedak. Faktor yang penting dalam melakukan bedah
tersebut ada preoperasi, operasi, dan postoperasi. Faktor yang penting dalam
anastesi, dosis yang tepat dan monitoring efek anstesi selama operasi. Hal yang
perlu diperhatikan pasca operasi yakni, manajemen kesehatan, manajemen nutrisi,
manajemen kebersihan, restrain pasca operasi. Hal-hal tersebut yang nantinya akan
menentukan tingkat kecepatan kesembuhan luka sehingga pasien dapat segera
kembali sehat.
5.2 Saran
Semoga praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih lancar dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Ovariohisterctomy. Hills Pet Nutrition, Inc.
Anonim.2012.Kastrasikucing.http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Ovario
histerectomy.pdf, diakses 6 November 2014
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM press
Hickman, Jhon.dkk.1995.An Atlas of Veterinary Surgery. University press,
cambridge:Great Britain
M. Yusuf. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Hasanuddin,
fakultas peternakan : makassar.
Meyer K. 1957. Canine Surgery. American Veterinary Publication, Inc. Santa
Barbara California.
OMeara, Shauna. Spaying Cats A Complete veterinary guide to feline spay surgery.
http://www.pet informed-veterinary-advice-online.com/index.html.
Osborne dan Polzin D.J. 1979. Canine Estrogen-ResponsiVe Incontinance.
Pearson.1973. The Complication of Ovariohysterectomy in the Bitch. Jurnal Small
aminal Practices 14:257.
Rice, Dan. 1996. The Complete Book of Dog Breeding. China: BarronEducational
Series.
Tilley LP dan Smith FWJ. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and Feline.
Williams & Wilkins. USA.
LAMPIRAN