BAB I PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah penanganan leismaniasis pada anjing?
I.3 Tujuan
a. Mengetahui penanganan leismaniasis pada anjing boxer.
I.4 Manfaat
Mahasiswa PPDH mampu menganalisa tinjauan kasus medis veteriner
secara luas meliputi aspek diagnosis, penanganan dan pengobatan.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leishmaniasis
Leishmaniasis disebabkan oleh infeksi dari berbagai spesies
Leishmania, parasit protozoa dari family Trypanosomatidae ordo Kinetoplastida.
Sampai saat ini sudah 30 spesies yang menjadi bagian dari Leishmania yang
sudah teridentifikasi, dan 20 spesies diantaranya bersifat patogen bagi mamalia.
Genus Leishmania terdiri dari dua subgenera, yaitu Leishmania dan Viannia,
yang dibedakan berdasarkan tempat berkembang biak di saluran pencernaan dari
vektor serangga. Penyebaran paresis Leishmania disebabkan oleh gigitan
serangga yang terinfeksi. Gejala klinis yang muncul akibat Leishmaniasis sangat
beragam dari gejala ringan pada bagian kulit dan juga gejala yang fatal pada
kasus visceral (Dostlov and Volf, 2012).
Human visceral Leishmaniasis disebabkan oleh Leishmania
donovani dan L. infantum/ L. chagasi. L. donovani merupakan anthroponotik
yang dapat menular diantara manusia, yang bertindak sebagai host reservoir
sedangkan L.infantum memiliki sifat zoonotik. Sebagian besar
spesies Leishmania menyebabkan cutaneous Leishmaniasis pada manusia.
Beberapa strains dari L. infantum dapat menyebabkan cutaneous Leishmaniasis
tanpa merusak organ internal. L. infantum merupakan spesies dari Leishmania
yang banyak dilaporkan terjadi pada hewan domestik serta dapat menyerang
spesies lain. Sebagaimana vector borne disease lainnya, Leishmaniases sangat
erat kaitannya dengn perubahan global serta dinamika dari vektor, reservoir, dan
kondisi populasi manusia itu sendiri (Gonzlez et al. 2010). Lebih lanjut, kondisi
ekologi dan distribusi dari phlebotomine sand flies ini terpengaruh langsung oleh
variasi iklim dan kondisi lingkungan sekitar (Peterson and Shaw, 2003).
3
Gambar 2.1 Leismania spp
4
kaki yang panjang. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thoraks, dan
abdomen. Kepala lalat terdapat sepasang mata faset besar, sepasang antena
dengan 16 segmen, dan proboscis. Thoraks lalat pasir terdapat sepasang halter, 3
pasang kaki dan sepasang sayap dengan vena sejajar, dan berbentuk bengkok.
Abdomen merupakan segmen terakhir yang terdiri dari cerci dan hypopogium
5
a. Stadium amastigote atau stadium leismania yang terdapat pada manusia
atau hospes reservoir;
b. Stadium promastigote atau stadium leptomonas yang terdapat pada
hospes perantara (lalat Phlebotomus atau lalat Lutzomyia) (Peterson and
Shaw, 2003).
6
albiventris), Egyptian mongooses (Herpestes ichneumon), genets (Geneta
geneta), Iberian lynxes (Lynx pardinus), rodensia dan kelelawar (Carollia
perspicillata) (Gonzlez et al. 2010).
7
Pada anjing dengan lesio cutaneus, kukunya panjang abnormal dan rapuh
(Peterson and Shaw, 2003).
8
amstigot ditemukan dari biopsi sampel yang diperoleh dari hewan tersebut.
Manzilo et al., 2009 menggambarkan beberapa lesi nodular berwarna merah
pada dorsal dan permukaan lateral lidah. Diagnosis dibuat atas dasar hasil positif
pada pemeriksaan IFAT dan observasi amastigote pada lesi lingual dan sumsum
tulang.
9
BAB III STUDI KASUS
3.1 Signalmen
Jenis Hewan : Anjing
Ras : Labrador Retriver
Jenis Kelamin : Betina
Berat : 29 kg
Umur : 3 tahun
3.2 Anamnesa
Seekor anjing Labradror Retriver betina steril dibawa ke salah satu
departemen kesehatan hewan dengan keluhan anjing mengalami kesulitan
menelan dan mengunyah makanan. 2 tahun sebelumnya anjing tersebut telah
didiagnosis mengidap penyakit lesmaniasis.
10
Diagnosa banding berdasarkan gejala yang ada antara lain penyakit
nodular dan ulseratif lidah termasuk proses neoplastik, calcinosis circumscripta,
suryaglositis, vaskulitis, amiloidosis, eosinophilic granuloma, kimia dan luka
bakar, uremik glositis dan penyakit autoimun (Systemic lupus erythematosus,
pemfigus vulgaris) dan kejadian Leishmaniasis berulang sesuai dengan diagnosa
sebelumnya.
11
dibawah mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan adanya amastigote dari
leismania spp yang ditunjukkan pada Gambar 4.2
3.6 Diagnosa
Berdasarkan temuan klinis dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
anjing menderita leismaniasis. Prognosa dari kasus tersebut adalah dubius,
dikarenakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit biasanya dapat
berulang kembali meskipun sebelumnya telah dinyatakan sembuh.
3.7 Pengobatan
12
13
BAB IV PEMBAHASAN
14
glositis ulseratif dan beberapa kemerahan, terlihat pula nodul lembut dengan
diameter 2-9 mm pada dorsal lingual yang dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Bagian Dorsal Permukaan lidah sebelum pengobatan
Diagnosa banding berdasarkan gejala yang ada antara lain penyakit nodular
dan ulseratif lidah termasuk proses neoplastik, calcinosis circumscripta, suryaglositis,
vaskulitis, amiloidosis, eosinophilic granuloma, kimia dan luka bakar, uremik glositis
dan penyakit autoimun (Systemic lupus erythematosus, pemfigus vulgaris)dan
kejadian Leishmaniasis berulang sesuai dengan diagnosa sebelumnya.
Hasil IFAT dengan mengunakan antibodi lesmania menunjukkan hasil negatif.
Hasil CBC (Complete Blood Count) menunjukkan adanya leucopenia berat yaitu
sebesar 1,4 x109/L dengan kisaran normal 6-17x109/L, hal tersebut terkait dengan
terjadinya neutropenia yaitu sebesar 0,68x109/L dengan kisaran normal 3-11x109/L.
tampak pula adanya tromositopenia sebesar 182x10 9/L dengan kisaran normal 250-
500x109/L. Hasil kimia darah menunjukkan peningkatan alanin aminotransferase
(ALT) sedang yaitu sebesar 157 IU/L dengan kisaran normal 0-130 IU/L. Protein
urinaria sedang juga ditemukan sebesar 10 mg/L dan untuk level kreatinin urin yaitu
sebesar 1076 mg/L dengan rasio perbandingan [UP:C] 0,009 dengan kisaran normal
15
<0,2). Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan hasil normal atau tidak ditemukannya
sediment pada urin. Level serum protein ditunjukkan normal yaitu level albumin
sebesar 2,8 g/dl dengan kisaran normal 2,8-3,02 g/dl, globulin 3,4 g/dl dengan kisaran
normal 2,8-3,6 g/dl. Pengukuran antibodi antinuclear (ANA) menunjukkan titer di
bawah 1:40, yang dianggap normal. Lesi pada lingual tidak menghilang setelah tujuh
hari pengobatan dengan mengunakan antibiotik broad spectrum yaitu spiramisin
ditambah dengan metronidazol dengan dosis 75.000 IU / kg dan 12,5 mg / kg per
oral masing-masing, sekali sehari. Dilakukan aspirasi terhadap nodul lingual untuk
selanjutnya dibuat apusan dan diwarnai serta diamati dibawah mikroskop. Hasil
pengamatan menunjukkan adanya amastigote dari leismania spp yang ditunjukkan
pada Gambar 4.2
16
untuk mengobati leismaniasis termasuk visceral, mucocutaneus dan cutaneus
Leishmaniasis. Dapat diberikan secara injeksi (SC atau Im) atau pada daerah
terinfeksi. Efek samping dari penggunaan obat ini antara lain, kehilangan nafsu
makan, mual, batuk, mudah lelah, nyeri, aritmia jantung, dang gangguan ginjal.
Allopurinol adalah analog purin dalam bentuk oral. Metabolisme dari allopurinol
adalah mengganggu sintesis protein patogen oleh parasit Leishmania, karena mereka
tidak dapat mensintesis purin. Efek samping penggunaan allopurinol pada anjing
jangka panjang adalah terbentuknya uroliths xanthine. Keuntungan dari allopurinol
adalah: tidak bersifat toksik, efisiensi dalam meningkatkan status klinis, murah, dan
kemungkinan pemberian oral.Obat dapat diberikan sebagai sebagai mono terapi atau
terapi kombinasi dengan antimonials pentavalent. Dalam kombinasi terapi-terapi
allopurinol umumnya diterapkan selama berbulan-bulan atau bahkan seumur hidup
(Viegas et al., 2012).
Sepuluh hari pasca pengobatan tampak adanya peningkatan lesi.
Namun level hematologi dan kimia darah anjing normal. peningkatan lesi dapat
dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Terjadi Peningkatan Lesi Pada Dorsal Permukaan Lidah Setelah 10 Hari
Pengobatan
Setelah pengobatan selama 30 hari menggunakan antimoniate meglumine dan
allopurinol, teramati telah terjadi regresi makroskopik nodul lidah, tetapi beberapa
17
lesi masih bertahan. Dua bulan setelah diagnosis, beberapa erosi lesi masih terlihat,
terutama di tepi lidah.
Gambar 4.4 Penampakan Lidah Setelah 30 Hari Pengobatan
infiltrasi inflamasi ringan, yang terdiri dari sel-sel plasma, makrofag, beberapa
eosinofil dan neutrofil, dan tidak ditemukann bentukan leishmania.
Gambar 4.5 Gambaran histopatologi lesi 30 hari pasca pengobatan
18
Hal ini dapat dihipotesiskan bahwa anjing yang diilaporkan dalam kasus ini
menderita kekambuhan dari canin leishmaniasis (Canl), seperti yang disarankan
dalam kasus serupa oleh penulis lain. Parasit bisa langsung menyerang mukosa lidah
melalui gigitan atau tidak sengaja memakan phlebotomine yang merupakan vektor
leishmania bukan setelah menyebar dari kulit atau organ visceral (Manzilo, et al.,
2005). Leukopenia dan neutropenia mungkin dijelaskan oleh permintaan dari sel
darah putih tyang erkait dengan peradangan mulut parah.Dengan mempertimbangkan
perubahan patologi klinis dan kemungkinan kekambuhan , hipotesisdari hasil negatif
palsu untuk titer IFAT(01:40) pada saat diagnosis harus dipertimbangkan. Pengobatan
yang diberikan menunjukkan anjing mengalami perbaikan kondisi klinis pada area
lidah dengan baik.
Meskipun telah dinyatakan sembuh, kejadian penyakit Leishmaniasis masih
dapat muncul kembali. Hal ini disebabkan karena vektor dari penyakit tidak mungkin
untuk diberantas. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian
Leishmaniasis berulang adalah dengan meningkatkan system imunitas anjing dan
menjaga kebersihan lingkungan untuk mengedalikan adanya vektor penyakit (Viegas
et al., 2012).
19
BAB V KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Blavier, A., Keroack, S., Denerolle, P., Goy-Thollot, I., Chabanne, L., Cadore, J.L.,
Bourdoiseau, G. 2001. Atypical forms of canine leishmaniosis. Vet J, 162:108120.
Font, A., Roura, X., Fondevila, D., Closa, J.M., Mascort, J., Ferrer. L: Canine mucosal
leishmaniasis. J Am Anim Hosp Assoc 1996, 32:131137.
Gonzlez C, Wang O, Strutz SE, Gonzlez SC, Snchez CV, Sarkar S. 2010. Climate
Change And Risk Of Leishmaniasis In North America: Predictions From Ecological
Niche Models Of Vector And Reservoir Species. Trop. Dis. 4: 5-85.
Lamothe, J., Poujade, A. 2002. Ulcerative Glossitis In A Dog With Leishmaniasis. Vet Rec
151:182183.
Manzillo, V.F., Pagano, A., Paciello, O., Di Muccio, T., Gradoni, L., Oliva, G. 2005.
Papularlike Glossitis In A Dog With Leishmaniosis. Vet Rec 156:213215.
Manzillo,V.F., Paparcone, R., Cappiello, S., De Santo, R., Bianciardi, P., Oliva, G. 2009.
Resolution Of Tongue Lesions Caused By Leishmania Infantum In A Dog Treated
With The Association Miltefosine-Allopurinol. Parasit Vectors, 2:14.
Saari, S., Rasi, J., Anttila, M. 2000. Leishmaniosis Mimicking Oral Neoplasm In A Dog:
An Unusual Manifestation Of An Unusual Disease In Finland. Acta Vet Scand ,
41:101104.
21
Viegas, C., Requicha, J., Albuquerque, C., Sargo, Teresa., Machado, J., Dias, I., Pires, M.
A., Campino, L., Cardoso, L. 2012.Tongue Nodules In Canine Leishmaniasis. Eur J
dermatol. 5: 120
22
LAPORAN KEGIATAN PPDH
ROTASI INTERNA HEWAN KECIL
yang dilaksanakan di
KLINIK HEWAN DAN RUMAH SAKIT HEWAN PENDIDIKAN
FKH UB
Oleh
HENI HERWIYANTI, S.KH
NIM. 150130100011027
23
MALANG
2016
24