Anda di halaman 1dari 7

1 Mekanisme Resapan Dalam

Secara prinsip, pengisian airtanah dilakukan melalui sumur resapan dalam, dimana
diharapkan massa air akan mengisi pori-pori akifer dengan suatu tekanan dan
hasilnya akan menaikan muka airtanah atau dengan kata lain menambah besarnya
cadangan airtanah yang ada. Parameter-parameter yang perlu diketahui dalam
pelaksanaan metode ini adalah : permeabilitas (K), porositas (p), kenaikan/
penurunan muka airtanah (So).
Persamaan matematik yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
ntuk akifer tertekan dengan air diin!eksikan dengan debit "r mendekati steady
state, maka menurut #odd ($%&%) perhitungannya menggunakan Persamaan $a
dan 'ambar &.$ yaitu:
dimana :
"r : debit imbuhan airtanah (m
(
/hari)
K : kelulusan akifer (m/hari)
b : tebal akifer (m)
h) : ketinggian muka airtanah di atas dasar akifer setelah periode pengimbuhan
tertentu (m)
ho : ketinggian muka airtanah di atas dasar akifer pada saat belum dilakukan
imbuhan (m)
ro : !ari-!ari pengaruh imbuhan (m)
r) : !ari-!ari sumur imbuhan (m)
) / ln(
) .( . 2
rw ro
ho hw kb
Qr

=

Persamaan 1a
Sedangkan untuk akifer tak tertekan, perhitungan dilakukan dengan menggunakan
persamaan $b ('ambar &.$), yaitu :
dimana :
K : permeabilitas
* : tebal akifer tertekan
ro : !ari-!ari kerucut
r) : !ari-!ari sumur
ho : tinggi muka airtanah sebelum in!eksi
h) : tinggi muka airtanah akibat in!eksi
+dapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut di atas
adalah:
- Semua sumur pengisian mempunyai batas air yang sama pada !arak So
(kenaikan muka airtanah) di atas batas airtanah asli.
- Penggunaan pompa dengan karakteristik ta!am, semua sumur reco,ery
mempunyai kapasitas sama.
-asalah utama dalam sumur resapan dalam adalah sering di!umpainya clogging
dengan sebab-sebab utamanya antara lain (.uisman,$%/() :
Kehadiran gelembung udara
Kehadiran material suspensi dalam air pengisi
Pertumbuhan bakteri dalam gra,el pack dan sekitar formasi
0eaksi antara air pengisi dengan airtanah asli dan material akifer dalam formasi
Kemacetan mekanik
) / (
) ( .
2 2
rw ro In
ho hw K
Qr

=

Persamaan 1b
Mekanisme sumur resapan dalam dan dangkal
1alam usaha untuk mengatasi clogging ada beberapa cara umum yang perlu
ditempuh yaitu pembersihan sumur resapan dalam dengan back pumping, metode
hidraulik intensif dan pembersihan kimia)i. 1ikarenakan usaha-usaha perbaikan
tadi mahal, maka untuk lebih efektif dan efesiennya usaha in!eksi, sebelumnya
harus dilakukan analisis kimia dari material suspensi dan kandungan biologis air
pengisinya.
' a m b a r ( - e k a n i s m e i m b u h a n a i r t a n a h b u a t a n p a d a s u m u r i n ! e k s i
a . + k i f e r #e r t e k a n
b . + k i f e r #a k t e r t e k a n
*erikut adalah contoh suatu skema mekanisme dan perhitungan sistem resapan di
suatu lingkungan industri.
Mekanisme dan perhitungan sumur resapan
2 Pengukuran Kelulusan Air/Open and End Test (SNI !"!#$%"1##&'
-etode ini merupakan satu dari tiga test untuk mengukur permeabilitas di
lapangan (insitu). -etoda ini digunakan untuk mendapatkan nilai kelulusan air pada
2ona tak !enuh. Persyaratan kondisi, ketentuan, cara pengukuran dan pelaporan
dari metoda ini kami lampirkan pada halaman terakhir *+* ini.
F.3. Simulasi Numerik
Simulasi numerik adalah suatu teknik untuk mencari solusi dari persamaan
diferensial aliran airtanah. Persamaan diferensial airtanah tersebut adalah sebagai
berikut:
Untuk kondisi tunak (steady-state):
Kondisi tunak ini adalah suatu kondisi dimana !umlah airtanah yang masuk
(recharge) adalah sama dengan !umlah air anah yang keluar (discharge). Pada
persamaan diatas dapat dilihat bah)a pada kondisi ini tinggi muka airtanah adalah
hanya merupakan fungsi dari ruang (3,y, dan 2).
Simulasi pada kondisi ini bertu!uan untuk mendapatkan gambaran model 4sik
simulasi yang mendekati dengan kenyataan di lapangan. +dapun caranya adalah
dengan membandingkan hasil pengukuran muka airtanah di lapangan dengan
muka airtanah hasil simulasi. 5ika muka airtanah hasil simulasi belum sesuai
dengan muka airtanah hasil pengukuran, maka dilakukan perubahan terhadap
parameter 4sik dari model. Perubahan ini terus dilakukan sampai dengan kondisi
dimana muka airtanah hasil pengukuran adalah sama dengan muka airtanah hasil
simulasi. 5ika kondisi ini telah tercapai, maka parameter dari model 4sik adalah
sudah mendekati dengan kenyataan di lapangan.
Untuk kondisi tidak tunak (unsteady state/transient)
Kondisi tidak tunak ini adalah suatu kondisi dimana !umlah airtanah yang masuk
(recharge) adalah tidak sama dengan !umlah yang keluar (discharge). .al ini
berarti telah ter!adi gangguan terhadap sistem alamiah aliran airtanah. Sebagai
0
2
2
2
2
=

y
h
x
h
T
R
t
h
T
S
y
h
x
h

2
2
2
2
contoh, hal ini diakibatkan oleh pengambilan airtanah yang berlebihan (melebihi
recharge). 1alam kasus gangguan yang diakibatkan oleh pengambilan airtanah
yang berlebihan ini muka airtanah akan mengalami penurunan.
*esarnya penurunan muka airtanah ini dapat diprediksikan dengan menyelesaikan
persamaan di6erensial diatas. Pada persamaan di6erensial diatas dapat dilihat
bah)a muka airtanah merupakan fungsi dari ruang (3 dan y), )aktu (t), parameter
akifer (S dan #), dan besar pengambilan/imbuhan airtanah (0). 1engan mengetahui
parameter-parameter tersebut dan dengan menyelesaikan persamaan di6erensial
diatas, maka besarnya penurunan muka airtanah yang diakibatkan oleh
pengambilan/imbuhan airtanah dapat diprediksi.
Kemampuan melakukan prediksi ini men!adikan simulasi numerik sebagai alat yang
sangat berguna dalam melakukan management airtanah. 1engan mengetahui
prediksi perubahan muka airtanah yang akan ter!adi dalam )aktu yang akan
datang, maka kebi!akan-kebi!akan yang berkaitan dengan pengendalian
pemanfaatan airtanah dapat ditentukan.
1alam peker!aan ini, simulasi dilakukan dengan menggunakan bantuan software
Visual Modfow v. 3.1. Program ini menggunakan metoda fnite diference (beda
hingga) dan dikeluarkan oleh Waterloo !drologic "oftware.
#ahapan yang dilakukan dalam simulasi numerik ditun!ukkan pada 'ambar di
ba)ah ini. Pada gambar tersebut dapat dilihat bah)a langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan rekonstruksi model 4sik dan akifer dari daerah yang
akan disimulasi. 1asar dari perekonstruksian ini adalah data geologi yang berupa
peta dan penampang geologi serta data hidrogeologi yang berupa parameter akifer
dan data muka airt anah.
Setelah model 4sik dan parameter akifer terbentuk, kemudian dilakukan simulasi
numerik pada kondisi tunak. Simulasi numerik ini bertu!uan untuk melakukan
kalibrasi terhadap model 4sik yang telah terbentuk. 5ika muka airtanah yang
dihasilkan dari simulasi ini sudah sesuai dengan kondisi muka airtanah alamiah
hasil pengukuran, maka model 4sik dan parameter akifernya sudah mendekati
kenyataan lapangan. +kan tetapi, !ika muka airtanah yang dihasilkan tidak sesuai
dengan muka airtanah alamiah hasil pengukuran, maka dilakukan kembali
rekonstruksi model 4sik dan parameter akifernya.
Setelah model 4sik dan parameter akifernya sesuai dengan kenyataan lapangan,
maka titik-titik pengambilan airtanah dimasukkan ke dalam sistem. 1ata
pengambilan ini digunakan sebagai input dalam melakukan simulasi pada kondisi
transient.
.asil simulasi pada kondisi transient pada )aktu tertentu kemudian dibandingkan
dengan hasil pengukuran pada )aktu tertentu. 5ika hasilnya belum sesuai, maka
dilakukan perubahan terhadap besaran pengambilan airtanah. .al ini terus
dilakukan sampai dengan hasil simulasi sama atau mendekati hasil pengukuran.
1ari tahapan ini dapat diketahui perbandingan antara !umlah pengambilan airtanah
yang tercatat dengan !umlah pengambilan airtanah sebenarnya.
#ahapan selan!utnya adalah melakukan simulasi numerik dengan berbagai skenario
pengambilan airtanah. 1ari simulasi numerik ini akan dihasilkan kondisi muka
airtanah pada )aktu-)aktu tertentu. Kondisi ini kemudian akan dianalisis untuk
menentukan optimasi !umlah sumur reapan yang diperlukan untuk memperbaiki
daerah dengan kondisi kritis air tanah.

Anda mungkin juga menyukai