3
KONSEP PENGENDALIAN BANJIR KOTA
DAIK
3.1
KONDISI SUNGAI
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 4-2. Kondisi Sungai Daik disebelah kanan kiri bantaran sungai
merupakan pemukiman
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
Banjir yang dominant terjadi di lokasi pekerjaan dapat digolongkan sebagai Banjir Luapan,
yaitu banjir akibat kapasitas sungai yang tidak mampu untuk menampung air yang masuk
sehingga air menjadi meluap keluar sungai tersebut. Masalah luapan ini diperparah bila
pada saat banjir di sungai terjadi bersamaan dengan pasang tinggi (spring tide) di laut. Jika
banjir di sungai melimpah ke bantaran, maka air banjir mengenangi areal permukiman yang
terletak di hilir sungai Daik. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk disekitar
sungai Daik, banjir sungai Daik hampir terjadi setiap tahun dengan ketinggain kurang
lebih 1 meter diatas permukaan jalan Merdeka. Walaupun demikian sampai saat ini
banjir tidak menimbulkan kerugian yang berarti karena relatif berlangsung singkat.
Pada tahun 1986 banjir yang cukup besar terjadi di Pulau Lingga. Banjir tersebut
terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan jatuh hampir merata di seluruh Pulau lingga
telah mengakibatkan meluapnya berbagai sungai-sungai yang ada. Bencana banjir
tersebut sangat terasa dampaknya khususnya pada wilayah dimana terdapat
permukiman penduduk yang padat atau pada wilayah dengan aktivitas perekonomian
yang tinggi. Meskipun tidak sampai menimbulkan korban jiwa, banjir tersebut telah
menimbulkan kerugian yang nyata bagi masyarakat dan telah mengganggu berbagai
kegiatan sosial/perekonomian masyarakat.
Jika dilihat dari kondisi hutan, khususnya yang berada di sisi barat Gunung Lingga dan
Gunung Sepincang, kondisi hutan lindung saat ini masih relatif baik. Seperti halnya
banjir pada tahun 1986, pada saat mana kondisi hutan Pulau Lingga masih sangat
baik, banjir ternyata tetap terjadi dan akan tetap terjadi secara periodik dimasa datang,
karena banjir diwilayah ini adalah siklus alam tidak bisa dihindarkan. Dengan demikian,
banjir yang terjadi khususnya yang menggenangi wilayah pemukiman disekitar Kota
Daik bukan terjadi akibat kerusakan hutan, namun merupakan peristiwa yang terjadi
secara alamiah yang merupakan akibat dari curah hujan yang tinggi, topografi lahan
yang relatif landai dan drainase lahan yang buruk serta pengaruh pasang surut di laut.
Gambaran kondis Kota Daik saat terjadi banjir ditunjukan pada Gambar 8 -4.
3.3
Secara umum ada 3 (tiga) prinsip dasar yang biasa digunakan dalam perencanaan
penanggulangan masalah banjir yaitu:
1)
Prinsip menjauhkan air dari manusia (get water away from people). Hal ini
diwujudkan dengan membangun prasarana dan sarana pengendalian banjir yang
bersifat struktural, misalnya tanggul, sudetan, waduk, normalisasi sungai dan
sebagainya. Upaya ini memerlukan biaya yang besar baik untuk konstruksi
maupun pembebasan tanah.
2)
Prinsip "menjauhkan manusia dari air" (get people away from water). Hal ini
dilakukan dengan pemindahan penduduk atau resettlement, pengaturan dataran
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
banjir dan sebagainya. Upaya ini memerlukan biaya besar untuk konpensasi
pemindahan penduduk dan dapat menimbulkan masalah-masalah yang bersifat
sosial sehingga diperlukan dialog dan perundingan untuk mencapai kesepakatan.
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
3.4
Prinsip "hidup secara harmoni dengan air (living in harmony with water). Hal ini
diwujudkan melalui penataan lingkungan makro yang melihat banjir sebagai
kenyataan yang tak bisa dihindari, kemudian secara proporsional diatasi
dengan perencanaan prasarana yang mengantisipasi elevasi ketinggian banjir
(sebagai contoh rumah panggung tradisional suku Melayu yang tahan
banjir), system drainase lahan yang memadai. Upaya ini memerlukan biaya yang
relatif lebih kecil dari pada dua prinsip yang telah disebutkan sebelumnya
METODA PENGENDALIAN BANJIR
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
B1
a)
b)
H2
LAPORAN AKHIR
LAPORAN PENDAHULUAN
S1
H
S2 > S1
H
L2 <
c)
L1
Q1
Q1
Q2
d)
Lo
ka
si
Pe
ke
rja
an
V1 = V2
Q2 < Q1
Lo
ka
si
Pe
ke
an
LAPORAN PENDAHULUAN
3)
4)
Tahap II, Perbaikan bangunan yang ada di daerah tepian banjir harus tahan
banjir
3.5
Alternatif Pertama
Komponen pokok dari alternative ini adalah dengan membangun kolam
Lo
penampung banjir (detension pond) yang terletak diutara
kota Daik. Banjir dari
ka ini dan akan dikeluarkan
hulu sungai Daik akan ditampung di kolam tampung
sesuai dengan kapasitas pengaliran ruas sungai Daik si
disekitar kota Daik. Alternatif
ini pada hakekatnya tidak menghilangkan banjir tetapi
Pe
memindahkan banjir
dari lokasi padat permukiman di kota Daik ke lokasi
lain
yang tidak dihuni.
ke
Seperti halnya banjir di Kota Daik, bajir yang dipindahkan
kelokasi
kolam tampung
rja
hanya akan tergenang dalam beberapa jam atau hari.anPada saat tidak terjadi bajir
kolam penampung banjir akan kering dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk pertanian asalkan tanaman yang dibudidayakan harus dipilih yang tahan
terhadap banjir (lihat Gambar-1)
LAPORAN AKHIR
10
Lo
LAPORAN PENDAHULUAN
2)
si
Pe
ke
rja
an
Alternatif Kedua
Komponen pokok dari alternative ini adalah dengan membangun jalan banjir (flood
way) berupa saluran/sudetan yang menghubungkan sungai Daik dengan sungai
Tanda dan Merawang. yang terletak diutara kota Daik. Banjir dari hulu sungai Daik
dibagi kesungai Tanda dan Merawang sesuai dengan kapasitas pengaliran
masing-masing ruas sungai yang dijadikan flood way. Alternatif ini pada
hakekatnya tidak menghilangkan banjir tetapi membagi banjir dari sungai
daik sehingga tidak seluruhnya melewati ruasLo
sungai Daik yang padat
penduduk. Pada alternative ini kemungkinan besarka
perlu dilakukan normalisasi
dan peningkatan kapsitas pengaliran sungai Tando. si
Hal ini relative lebih mudah
dilakukan karena kedua alur sungai ini tidak padat permukiman
(lihat Gambar-2).
Pe
ke
Alternatif mana yang akan dipilih sangat bergantung tergatung kepada pertimbangan
rja
biaya dan masalah sosial dan lingkungan yang mungkin timbul. Karena kondisi
topografi lahan yang sangat datar dengan drainase lahan an
yang buruk, banjir genangan
diwilayah ini sulit dihindarkan (kecuali jika dibangun sistem drainase lahan yang cukup
rapat dengan biaya mahal). Oleh karena itu prinsip"hidup secara harmoni dengan air
harus tetap dilakukan dengan membangun rumah yang memiliki lantai agak tinggi
sehingga lebih tahan terhadap banjir genangan.
Untuk membangun rumah yang tahan banjir antara lain dilakukan dengan mengadopsi
konsep dasar rumah panggung tradisional suku Melayu. Yang berbeda adalah pada
ketinggian lantai panggung yang lebih rendah karena ketingigian banjir yang datang
dari sungai telah dikurangi dengan salah satu dari dua alternative diatas (yaitu
memindahkan bajir kehulu atau membagi debit banjir agar tidak melewati satu ruas
sungai).
LAPORAN AKHIR
11
LAPORAN PENDAHULUAN
Sempitan
Mading
Sungai Daik
Alternatif-1
(Tampungan Banjir)
Sungaipanggak
Sudetan S. Daik
DAIK
Merawang
Putis
500 m
LAPORAN AKHIR
12
LAPORAN PENDAHULUAN
13
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB. 3.............................................................................................................3-1
KONSEP PENGENDALIAN BANJIR KOTA DAIK..........................................3-1
3.1
Kondisi Sungai.............................................................................................................................3-1
3.2
3.3
3.4
Metoda Pengendalian Banjir......................................................................................................3-6
3.4.1
Pengendalian Banjir dengan Bangunan (Structural Methods).............................................3-6
3.4.2
Penanganan Secara Non-struktural.......................................................................................3-9
3.5
LAPORAN AKHIR
14
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
15