Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 KETERANGAN UMUM
Nama : An. K
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Geneng Kelurahan Kandangan,Kecamatan
Bawen
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Tgl. periksa : 06 Agustus 2014
NO. RM : 062887-2014
1.2 ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan utama : Hidung beringus
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak 5 tahun yang lalu sebelum datang ke Poliklinik THT RSUD
Ambarawa, pasien mengeluh hidung beringus. Keluhan tersebut dirasakan
terutama pada pagi dan malam hari. Keluhan juga timbul saat cuaca dingin dan
ketika terkena debu. Keluhan disertai dengan bersin-bersin lebih dari 6 kali tiap
serangan disertai keluarnya cairan encer jernih dan tidak berbau dari hidung. Hal
ini diperparah bila pasien kontak dengan debu. Keluhan juga disertai dengan mata

2


gatal dan berair serta merah. Keluhan disertai hidung yang terasa gatal. Keluhan
ini mengganggu aktivitas pasien karena dirasakan hampir lebih dari 4 kali dalam
seminggu. Keluhan mengakibatkan gangguan tidur dan olahraga pada
pasien.Keluhan tidak disertai adanya sesak nafas dan bunyi mengi.Keluhan tidak
disertai nyeri pada kedua pipi dan bawah kelopak mata akibat di tekan. Keluhan
juga tidak disertai dengan wajah yang terasa penuh, nyeri kepala, dan bau mulut.
Rumah pasien mendapatkan cukup cahaya matahari dan ventilasi. Pasien
mengatakan bahwa di kamarnya terdapat karpet berbulu yang jarang dicuci dan
dijemur. Pasien tidak mempunyai binatang peliharaan di rumahnya.Keluhan tidak
disertai dengan hidung tersumbat secara bergantian yang dipengaruhi oleh
perubahan posisi tubuh dan emosi.
Keluhan tidak disertai dengan gangguan pendengaran atau penurunan
pendengaran.Riwayat bepergian ke luar kota dan kontak dengan penderita
influenza tidak ada dalam beberapa hari terakhir.Riwayat alergi di keluarga ada,
yaitu ibu pasien sering mengalami gejala saat udara dingin dan memiliki penyakit
asma.Riwayat alergi obat dan makanan tertentu tidak ada.
Riwayat Penyakit dahulu :
Pasien sering mengalami sakit seperti ini,kambuh-kambuhan, pasien sering
membeli obat di toko untuk mengurangi keluhannya
Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat keluhan serupa : Ibu
- Deabetus melitus : disangkal
- Hipertensi : disangkal

3


- Asma : Ibu
- Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat sosial ekonomi
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, orang tuanya bekerja
sebagai wiraswasta, pembayaran di tanggung oleh orangtuanya. Kesan
ekonomi cukup
Riwayat pribadi
Pasien sering minum es, pasien suka makan sayur-Sayuran dan buah. Merokok
dan minum alkohol disangkal. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan di
rumah.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Tanda vital : T : 110/ 70mmHg
N : 80 x/menit (regular,isi, dan tegangan
cukup)
R : 20 x/menit
S : 36,7
o
C
Berat Badan : 33 kg
Tinggi badan : 139 cm
Maxilofacial

4


Muka : simetris, Alergi salute -/-, Adenoid face -
Mata : konjungtiva anemis -/-
sklera ikterik -/-
alergic shiners +/+
THT : lihat status lokalis
Mulut : lihat status lokalis
Leher : lihat status lokalis
Thoraks : bentuk dan gerak simetris
Cor : bunyi jantung I dan II murni reguler
Pulmo : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : datar
nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba, ruang Traube kosong
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
Neurologis : refleks fisiologis +/+
refleks patologis -/-





5




Status Lokalis
TELINGA

Bagian Kelainan
Auris
Dextra Sinistra
Preaurikular

Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma

-
-
-

-
-
-

Aurikular

Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma

-
-
-

-
-
-



Bagian Kelainan
Auris
Dextra Sinistra
Retroaurikular

Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi

-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-

6


Canalis
Acustikus
Excterna

Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma

-
Tenang
-
-
-
-
-
-


-
Tenang
-
-
-
-
-
-


Membrana
timpani



Warna
Intak
Refleks cahaya





Putih keabuan
+
+






Putih keabuan
+
+







Tes Pendengaran
Auris
Dextra Sinistra
Test suara
Jarak 1 meter mendengar suara
bisikan
Jarak 1 meter mendengar
suara bisikan
Rinne Positif Positif
Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

7



Kesan : Normal

HIDUNG
Pemeriksaan
Nasal
Dextra Sinistra
Keadaan luar

Nasal crease
Bentuk dan ukuran

-
Dalam batas normal

-
Dalam batas normal
Rhinoskopi
anterior
Mukosa

Sekret

Krusta
Concha nasalis
Septum

Polip/ tumor
Pasase udara
Edema (-), livide (+),
licin (+)
(+) serosa, tidak
berbau,tidak berdarah
-
Eutrofi


Tidak ada
(+) normal
Edema (-), livide (+),
licin (+)
(+) serosa, tidak berbau,
tidak berdarah
-
Eutrofi


Tidak ada
(+) normal
Tidak ada deviasi

8


Transiluminasi :
4 4
4 4
















Pemeriksaan
Nasal
Dextra Sinistra
Rhinoskopi
posterior
Mukosa nasofaring

Koana

Sekret

Torus tubarius

Fossa rosenmuller
Muara tuba
Eustachius
Tenang

Terbuka

(-)

Tenang

Tenang, massa -
Tenang
Tenang

Terbuka

(-)

Tenang

Tenang, massa -
Tenang

Pemeriksaan Sinus Paranasal


9


MULUT DAN OROFARING

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Mulut

Mukosa
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi


Uvula
Halitosis

Tenang
Gerakan normal ke segala arah
Tenang, simetris


Ket: O = karies , X = tanggal
Simetris, normal
Tidak ada
Tonsil

Mukosa
Besar
Kripta
Detritus
Perlengketan

Tenang
T
1
T
1

Tidak melebar
(-/-)
Tidak ada
Faring

Mukosa
Granula
Post nasal drip

Tenang
(-)
(-)







7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7


10


Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Laring
(laringoskopi
indirek)

Epiglotis
Kartilago aritenoid
Plika ariepiglotis
Plika Vestibularis
Plika Vokalis
Rima Glotis
Cincin Trachea

Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Gerak simetris, massa (-/-)
Terbuka
Ditengah

MAKSILOFACIAL
Bentuk : simetris
Parese N. Cranialis : tidak ada






LEHER
Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
Massa : tidak ada




11


1.4 RESUME
Anamnesis
Seorang laki-laki, berusia 12 tahun, sejak 5 tahun yang lalu sebelum
datang ke Poliklinik THT RSUD Ambarawa, pasien mengeluh hidung beringus.
Keluhan tersebut dirasakan terutama pada pagi dan malam hari. Keluhan juga
timbul saat cuaca dingin dan ketika sedang menyapu rumah dan membersihkan
karpet.
Keluhan disertai dengan bersin-bersin lebih dari 6 kali tiap serangan
disertai keluarnya cairan encer jernih dan tidak berbau dari hidung. Hal ini
diperparah bila pasien kontak dengan debu.
Keluhan juga disertai dengan mata gatal dan berair serta merah. Keluhan
disertai hidung yang terasa gatal. Keluhan ini mengganggu aktivitas pasien karena
dirasakan hampir lebih dari 4 kali dalam seminggu. Keluhan mengakibatkan
gangguan tidur dan olahraga pada pasien.
Rumah pasien mendapatkan cukup cahaya matahari dan ventilasi. Pasien
mengatakan bahwa di kamarnya terdapat karpet berbulu yang jarang dicuci dan
dijemur. Pasien tidak mempunyai binatang peliharaan di rumahnya.
Riwayat alergi di keluarga ada, yaitu ibu pasien sering mengalami gejala
saat udara dingin dan memiliki penyakit asma.





12


Pemeriksaan Fisik :
Status generalis :
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Tanda vital : T : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
R : 20 x/menit
S : 36,7
o
C
Maxilofacial
Muka : Alergi salute -/-
Adenoid face -
Mata : konjungtiva anemis -/-
alergi shiners +/+

Status Lokalis
1. Telinga
A. Dekstra : dalam batas normal
B. Sinistra : dalam batas normal
2. Hidung
Nasal crease : -
Mukosa : edema (-/-), livide (+/+), licin (+/+)
Konka : hipertrofi (-/-)
Sekret : serosa (+/+), tidak berbau, tidak berdarah

13


Pasase udara : normal/normal
3. Sinus paranasal : dalam batas normal
4. Rongga Mulut : dalam batas normal
5. Maksilofacial : dalam batas normal
6. Leher : dalam batas normal

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Rinitis Alergi Persisten Sedang-Berat
Rinitis Vasomotor

DIAGNOSIS KERJA
Rinitis Alergi Persisten Sedang-Berat

USUL PEMERIKSAAN
Skin Prick Test

PENATALAKSANAAN
Umum
- Hindari kontak dengan alergen penyebab (MIisal: karpet yang kotor,
debu)
- Olahraga secara teratur

Khusus

14


- Cetirizine 1 x 10 mg
- Pseudoefedrin HCl 3 x 60 mg
- Budesonide topical spray hidung 2 x 1 semprotan

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam

















15


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
pangkal hidung (bridge),
dorsum nasi,
puncak hidung,
ala nasi,
kolumela dan
lubang hidung (nares anterior).


Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung.
Kerangka tulang terdiri dari:


tulang hidung (os nasalis),
prosesus frontalis os maksila dan
prosesus nasalis os frontal

16


Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang
rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu:
sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor),
beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.
Pada dinding lateral terdapat:
1

4 buah konka


- konka inferior
- konka media
- konka superior
- konka suprema (rudimenter)
kartilago nasalis lateralis superior
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)
beberapa pasang kartilago alar minor
tepi anterior kartilago septum.

17




Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus.
Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan
superior.
Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan
dinding lateral rongga hidung. Terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis
Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga
hidung. Terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid
anterior.
Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan
konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.


18


BAB III
DISKUSI KASUS

3.1 Keterangan Umum
Dari keterangan umum didapatkan pasien adalah seorang laki-laki berusia
12 tahun.
Rhinitis alergi adalah penyakit yang menyerang semua usia dan dari hasil
penelitian menunjukkan angka tertinggi kejadian rinitis alergi yaitu pada usia
sekolah dan usia muda produktif. Harianto dan Sumarman (1999) menemukan
angka tertinggi antara usia 10-30 tahun (45%).

2.2 Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu : Hidung beringus
Pada Rhinitis alergi, gelajanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung
tersumbat, dan beringus. Juga dapat disertai gatal pada hidung, gatal pada mata,
kaligata (urtikaria), dan asma.

2.3 Anamnesis
Sejak 5 tahun sebelum datang ke Poliklinik THT RSUD Ambarawa,
pasien mengeluh hidung tersumbat dan beringus terutama pada pagi dan malam
hari. Keluhan juga timbul pada saat cuaca dingin dan pada saat terkena debu.
Keluhan hidung tersumbat terutama pada cuaca dingin, pagi dan malam
hari, atau setelah terpapar debu. Proses ini dikarenakan adanya paparan allergen

19


yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi fase cepat, yaitu terjadinya granulasi
sel mastosit sehingga mengeluarkan mediator-mediator alergi:
1. Histamin yang menstimulasi saraf vidianus
2. Peptid endotelin-I
3. Leukotrien
Berdasarkan WHO initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
2008, berdasarkan sifat berlangsungnya, Rhinitis alergi dibagi menjadi:
1. Intermiten (kadang-kadang), bila gejala kurang dan 4 hari/minggu atau
kurang dari 4 minggu
2. Persisten (menetap), bila gejala lebih dari 4 kali/minggu atau lebih dari
4 minggu.

Keluhan hidung tersumbat dan beringus ini terjadi sebanyak 4 kali
dalam seminggu.
Keluhan pasien termasuk kedalam klasifikasi rhinitis alergi persisten,
karena keluhan pasien terjadi lebih dari 4 hari dalam seminggu dan terjadi lebih
dari 4 minggu.
Keluhan disertai bersin-bersin, keluar cairan encer dan bening dari
hidung serta gatal pada hidung. Keluhan juga disertai mata merah, berair, dan
gatal.
Gejala ini merupakan gejala-gejala dari rhinitis alergika.
Rinitis alergi ditandai oleh trias gejala, yaitu hidung beringus, bersin-
bersin, dan sumbatan hidung. Penyakit ini dapat disertai gatal pada hidung, gatal
pada mata, kaligata (urtikaria), dan asma jika reaksi alergi terjadi pada organ-
organ lain.

20


Keluhan mengakibatkan gangguan tidur dan olahraga pada pasien.
Berdasarkan WHO initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) 2008, berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi
dibagi menjadi:
1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, olah raga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
2. Sedang-berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

Keluhan tidak disertai dengan sesak nafas dan bunyi mengi.
Riwayat keluhan mata merah, gatal, dan berair sebelumnya tidak ada.
Komorbid Rhinitis alergi yang paling sering adalah :
1. Asma
2. Pharingitis
3. Conjungtivitis

Keluhan tidak disertai nyeri kedua pipi dan bawah kelopak mata akibat
ditekan. Keluhan juga tidak disertai dengan wajah yang terasa penuh, nyeri
kepala, dan bau mulut.
Keluhan tidak disertai dengan rasa nyeri ditelinga, gangguan
pendengaran, dan rasa penuh ditelinga.
Keluhan tidak disertai dengan penciuman dan nyeri pada hidung.
Komplikasi rhinitis yang paling sering:
1. Sinusitis

21


2. Otitis media
3. Polip hidung

Keluhan tidak disertai dengan hidung tersumbat secara bergantian yang
dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh dan emosi.
Riwayat menggunakan obat tetes dan semprot hidung tidak ada.
Keluhan tersebut dinyatakan untuk keperluan differential diagnosis dari
rinitis alergi. Keluhan pasien tidak disertai adanya hidung tersumbat secara
bergantian yang dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh dan emosi merupakan
gejala dari rinitis vasomotor. Penggunaan obat tetes dan semprot hidung yang
terus menerus, merupakan penyebab dari rinitis medika mentosa.
Rumah pasien mendapatkan cukup cahaya matahari dan ventilasi. Pasien
mengatakan bahwa di kamarnya terdapat karpet berbulu yang jarang dicuci dan
dijemur. Pasien tidak mempunyai binatang peliharaan di rumahnya.
Rumah pasien sudah cukup memenuhi kriteria rumah rendah alergen
karena sudah terdapat ventilasi udara dan cahaya matahari masuk ke dalam rumah
sehingga tidak akan mendorong tumbuhnya alergen-alergen (tungau dan jamur).
Karpet berbulu tebal yang jarang dicuci dan jemur merupakan faktor yang
mendorong pertumbuhan pencetus penyakit alergi serta tumbuh suburnya alergen.

Penderita tidak mempunyai binatang peliharaan di rumah.

22


Tidak adanya binatang peliharaan di rumah pasien memberikan
informasi bahwa intensitas kontak pasien dengan alergen sumber hewan
sangat kecil.
Riwayat alergi di keluarga ada, yaitu ibu pasien sering mengalami
kaligata saat udara dingin dan memiliki penyakit asma.
Hal ini untuk mengetahui riwayat atopi dalam keluarga. Pada pasien ini
terdapat riwayat atopi dalam keluarga yang mengakibatkan onset alergi pada
pasien terjadi lebih cepat.
Riwayat berpergian ke luar kota dan kontak dengan penderita influenza
dalam beberapa hari terakhir tidak ada.
Berpergian ke luar kota dapat menurunkan daya tahan tubuh pasien
sehingga pasien mudah terkena infeksi virus. Tidak adanya kontak dengan
penderita influenza dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa gejala
bersin-bersin pada pasien bukan akibat penularan penyakit influenza dari
penderita influenza.









23


BAB IV
PEMBAHASAN

3.1 Diagnosis
Pada kasus ini penderita di diagnosis Rhinitis Alergi Persisten Sedang-
berat berdasarkan;
1. Anamnesis
Anamnesis sangat penting karena sering kali serangan tidak terjadi
dihadapan pemeriksa. Diagnosis Rhinitis Alergi ditegakkan dari
anamnesis dengan adanya gejala yaitu, bersin (sneezing), beringus
(Rhinorea), dan sumbatan hidung ditambah rasa gatal pada hidung dan
mata.
Adanya hidung tersumbat 4 kali dalam seminggu, tidur dan
aktivitas sehari-hari terganggu menunjukkan bahwa Rhinitis alergi yang
dialami oleh pasien yaitu persisten sedang-berat.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Wajah : adanya allergic shiners yaitu dark circle di daerah mata
berhubungan dengan stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.
b. Hidung : Pada Rhinoskopi anterior ditemukan mukosa hidung kiri
dan kanan livide, licin, dan disertai adanya sekret serosa yang
banyak dan tidak berbau.


24


3.2 Differential Diagnosis
Rhinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rhinitis alergi
sehingga sulit untuk dibedakan. Pada umumnya pasien mengeluhkan gejala
hidung tersumbat, ingus yang banyak dan encer serta bersin-bersin
walaupun jarang. Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai
akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor dimana sistem saraf
parasimpatis relatif lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi,
posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan
sebagainya yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan
sebagai gangguan oleh individu lain.

3.3 Usul Pemeriksaan
Skin Prick Test
Test ini merupakan tes kulit tusuk (tes kulit cungkit) yang bersifat
sederhana, aman, dan tidak nyeri. Tes ini dilakukan dikulit tangan bagian
volar. Pada tes ini menggunakan kurang lebih 10 zat alergen yang dicurigai
sebagai penyebabnya. Penilaian test ditentukan dengan munculnya kulit
yang kemerahan yang disertai dengan pembengkakan. Interpretasi hasil
dinyatakan dengan besarnya diameter dari nodul dimana hasil positif apabila
diameter lebih besar atau sama dengan 3 mm. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui adanya suatu reaksi alergi terutama yang melibatkan IgE.


25


3.4 Terapi
Umum:
- Hindari kontak dengan alergen penyebab (Misal: karpet yang kotor,
debu).
Tujuan dari penatalaksaan Rhinitis alergi adalah dengan mengurangi
gejala alergi dan cara yang terbaik adalah pencegahan terhadap paparan
zat alergen, karena bertujuan untuk mencegah kontak antara allergen
dengan IgE spesifik dapat dihindari sehingga degranulasi sel mastosit
tidak berlangsung dan gejala pun dapat dihindari.
- Olah raga secara teratur

Khusus:
- Pseudoefedrin HCl 60 mg 3x1
Pemberian oral dekongestan sangat efektif bila dikombinasi dengan
pemberian antihistamin oral. Perlu diperhatikan adanya rebound
phenomenon pada pemberian dekongestan topikal bila pemberian lebih
dari 7 sampai dengan 10 hari, hal ini untuk mencegah terjadinya rinitis
medikamentosa.

- Cetirizine 1 x 10 mg
Histamin merupakan mediator utama timbulnya gejala Rhinitis alergi
sehingga antihistamin dapat dijadikan salah satu obat rasional bagi
terapi Rhinitis alergi. Mekanisme kerja antihistamin dalam

26


menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi
dalam berikatan dengan reseptor histamin di organ sasaran. Reseptor
tersebut akan direbut atau diisi oleh antihistamin.
Cetirizine merupakan antihistamin generasi baru, merupakan
antihistamin yang sulit menembus sawar darah otak sehingga reseptor
histamin sel otak tetap diisi oleh histamin sehingga efek sedatif tidak
terjadi.
- Budesonid topical spray hidung 2 x 1 semprotan.
Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala sumbatan hidung akibat
respon fase lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain. Kortikosteroid
topical bekerja untuk mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa
hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, dan
mengurangi aktifitas limfosit.


3.5 Prognosa
Quo ad vitam : ad bonam
Dilihat dari tanda vital yang masih dalam batas normal dan tidak adanya
komplikasi yang mengancam jiwa, maka prognosa vitam pada pasien ini
adalah ad bonam.




27


Quo ad functionam : ad bonam
Karena dengan pertambahan usia gejala-gejala klinis dari rhinitis allergi
akan berkurang seiring dengan meningkatnya daya tahan tubuh. Selain itu
pada kasus ini pasien cepat diketahui diagnosisnya dan diberi terapi.




















28


DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA,Iskandar N, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Ed 6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2009.

2. Europian journal of allergy and clinical immunology (Allergic rhinitis and its
impact on asthma, ARIA) 2008 UPDATE. WILLEY-BLACKWELL.

3. Sumarman, Iwin. Pokok-pokok Konsep Mutakhir Pencegahan dan Pengobatan
Pilek Alergi. Bandung: FK UNPAD/RSHS. 2002.

4. Bailey J.Byron. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Vol 2. 4
th
Ed.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins Publishers. 2006.

5. www.emedicine.com/ Otolaryngology/ Rhinitis Allergic. Diunduh tanggal 20
Maret 2011.

6. Snow JR, James B. Ballenger`s Otorhinolaryngology Head And Neck Surgery.
India: Ajanta Offset and Packagings Limited. 2009.

7. Bull, Peter. Disases of The Ear, Nose and Throat. 10
th
Ed. Australia: Blackwell
Publishing. 2007.

8. Lalwani, Anil K. Current Diagnosis And Treatment in Otolaringology-Head and
Neck Surgery. USA: Mc Graw Hill. 2008.

9. Ballernger, John Jacob. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.
Jilid I. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.

10. Adams GL, Boies LR, dan Higler PA : Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
1997.

11. Soepardi, Efiati Arsyat, dkk. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-
Hidung-Tenggorok. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2003.

Anda mungkin juga menyukai