Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 PENGANTAR
Tumor usus halus jarang terjadi,sebaliknya tumor usus besar atau rectum relative umum.
Di Amerika Serikat menempati urutan kedua untuk kanker organ visceral dan 20% dari kematian
karena penyakit kanker adalah akibat kanker kolorektal. arsinoma kolorektal sering dijumpai
pada dekade ! dan ", merupakan penyakit yang banyak menyebabkan kematian. ejadian
karsinoma kolorektal pada usia muda tidak banyak dijumpai.
Dari penelitian yang dilakukan olh #arijono Achmad di $SSA %alang, didapatkan bah&a kasus
karsinoma kolorektal di 'ndonesia sebanyak (" penderita selama ) tahun,terdiri dari penderita di
ba&ah *0 tahun sebanyak +, penderita -+,,2!%..
%enurut /etrek, lokasi keganasan kolorektal terbanyak pada rektum -22%., rekto sigmoid -0%.,
sigmoid -20%., kolon desenden -+2%., 1le2ura lienalis -0%., kolon tranversum -!%.,1le2ura
hepatika -,%., kolon asenden -!%., cecum -+2%.,appendi2 -2%..
arsinoma kolorektal banyak terdapat di 3ropa 4arat,.Amerika 5tara. Di Asia, banyak terdapat
di 6epang, diduga karena perbedaan pola hidup dan makanan. 4eberapa 1aktor antara lain
lingkungan, genetik dan immunologi merupakan 1aktor predisposisi tumbuhnya kanker kolon, di
samping bahan karsinogen, bakteri dan virus.
7ejala klinik karsinoma kolorektal tergantung dari lokasi tumor. anker cecum dan kolon
asenden biasanya tidak memberikan gejala obstruksi, sedangkan kanker rekto sigmoid dapat
menyumbat lumen atau berdarah.
8ebih dari +)!.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira9kira setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan
diagnosis dini dan tindakan segera. Laporan kasus Lab JUPF Ilmu Penyaki Dalam FK.
UNIBRAW RSSA Malan! "ana# #$ Juni #%%&.
1
I.2 ANATOMI KOLON DAN REKTUM
5sus besar terdiri dari caecum, appendi2, kolon ascendens, kolon transversum, kolon
descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus.

%ukosa usus besar terdiri dari epitel
selapis silindris dengan sel goblet dan kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan
submukosa tidak mempunyai kelenjar. :tot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar
longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli. 8apisan serosa
membentuk tonjolan tonjolan kecil yang sering terisi lemak yang disebut appendices epiploicae.
Didalam mukosa dan submukosa banyak terdapat kelenjar lim1a, terdapat lipatan9lipatan yaitu
plica semilunaris dimana kecuali lapisan mukosa dan lapisan submukosa ikut pula lapisan otot
sirkuler. Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli, yang mungkin
disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. 8etak haustra in vivo dapat
berpindah pindah atau menghilang.
;askularisasi kolon dipelihara oleh cabang9cabang arteri mesenterica superior dan arteri
mesenterica in1erior, membentuk marginal arteri seperti periarcaden, yang memberi cabang9
cabang vasa recta pada dinding usus. <ang membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica,
2
arteri colica de2tra, arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. #anya arteri
ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri mesenterica in1erior,
sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior. /ada umumnya pembuluh darah berjalan
retroperitoneal kecuali arteri colica media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon
transversum dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica de2tra membentuk pangkal yang sama
dengan arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. /embuluh darah vena mengikuti
pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior dan arteri mesenterica in1erior
yang bermuara ke dalam vena porta. Aliran lim1e mengalir menuju ke 8nn. ileocolica, 8nn.
colica de2tra, 8nn. colica media, 8nn. colica sinistra dan 8nn. mesenterica in1erior. emudian
mengikuti pembuluh darah menuju truncus intestinalis.
=olon ascendens panjangnya sekitar +* cm, dimulai dari caecum pada 1ossa iliaca de2tra sampai
1le2ura coli de2tra pada dinding dorsal abdomen sebelah kanan, terletak di sebelah ventral ren
de2tra, hanya bagian ventral ditutup peritoneum visceral. 6adi letak colon ascendens ini
retroperitoneal, kadang kadang dinding dorsalnya langsung melekat pada dinding dorsal
abdomen yang ditempati muskulus >uadratus lumborum dan ren de2tra. Arterialisasi colon
ascendens dari cabang arteri ileocolic dan arteri colic de2tra yang berasal dari arteri mesentrica
superior.
=olon transversum panjangnya sekitar *0 cm, berjalan dari 1le2ura coli de2tra sampai 1le2ura
coli sinistra. 4agian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum dan pankreas di sebelah
dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. ?le2ura coli sinistra letaknya lebih tinggi daripada
yang kanan yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang mobile.
?le2ura coli de2tra erat hubunganya dengan 1acies visceralis hepar -lobus de2tra bagian caudal.
yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang cabang arteri colica media.
Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica media yang berasal dari arteri
mesenterica superior pada 2@* proksimal, sedangkan +@* distal dari colon transversum mendapat
arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal dari arteri mesenterica in1erior.
3
7ambarA Arteri %esenterica Superior
%esokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang mem1iksasi colon transversum
sehingga letak alat ini intraperitoneal. /angkal mesokolon transversa disebut radi2 mesokolon
transversa, yang berjalan dari 1le2ura coli sinistra sampai 1le2ura coli de2tra. 8apisan cranial
mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut ligamentum gastro -meso.
colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi
pembuluh darah, lim1a dan syara1.

arena panjang dari mesokolon transversum inilah yang
menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.
4
7ambarA Arteri %esenterica 'n1erior
=olon descendens panjangnya sekitar 2) cm, dimulai dari 1le2ura coli sinistra sampai 1ossa iliaca
sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral
saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus >uadratus lumborum dan erat
hubungannya dengan ren sinistra.

Arterialisasi didapat dari cabang9cabang arteri colica sinistra
dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica in1erior.
=olon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperi toneal, dan terletak
didalam 1ossa iliaca sinistra. $adi2 mesosigmoid mempunyai perlekatan yang variabel pada
1ossa iliaca sinistra. =olon sigmoid membentuk lipatan9lipatan yang tergantung isinya didalam
lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus
pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke
dorsal lagi. =olon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada
aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang9 cabang arteri
sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica in1erior. Aliran vena
5
yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena
haemorrhoidalis medius dan in1erior, dari ketiga vena ini yang bermuara kedalam vena porta
melalui vena mesenterica in1erior hanya vena haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain
menuju vena iliaca interna. 6adi terdapat hubungan antara vena parietal -vena iliaca interna. dan
vena visceral -vena porta. yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta
misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal. %esosigmoideum
mempunyai radi2 yang berbentuk huru1 ; dan ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan
percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi cabang9cabangnya, dan diantara kaki9kaki
huru1 ; ini terdapat reccessus intersigmoideus.
8apisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut teniaB -teniaC taenia D
pita. yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat9lipat dan berbentuk seperti
sakulusB -sakulusC saculusDsaccus kecilC saccusDkantong., yang disebut haustraB-haustraC
haustrumDbejana..
olon transversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan
mesenterium.
6
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 EPIDEMIOLOGI
Di dunia kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden dan mortalitas. /ada
tahun 2002 terdapat lebih dari + juta insiden kanker kolorektal dengan tingkat mortalitas lebih
dari )0%. (,) persen pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada &anita
angkanya mencapai (,* persen dari total jumlah penderita kanker.
Angka insiden tertinggi terdapat pada 3ropa, Amerika, Australia dan Selandia baruC sedangkan
angka insiden terendah terdapat pada 'ndia, Amerika Selatan dan Arab 'srael. Di 3ropa, penyakit
ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada pria dan &anita pada
tingkat insidensi dan mortalitas. /ada tahun 200, di eropa terdapat 2.00!.000 insiden kanker
yang terdiagnosa dan +."++.000 kematian karena kanker. 'nsiden kanker yang paling sering
adalah kanker paru9paru -+*,*%., diikuti oleh kanker kolorektal -+*,2%. dan kanker payudara
-+*%.. anker paru9paru juga merupakan kanker yang tersering menyebabkan kematian
-*,+.000. diikuti oleh kanker kolorektal -20*."00., kanker lambung -+*".(00. dan kanker
payudara -+2(.(00.. Dengan estimasi 2,( juta kasus baru -),% muncul pada pria, ,!% pada
&anita. dan +," juta kematian -)!% pada pria, ,,% pada &anita. tiap tahunnya. Di Amerika
kanker kolorektal merupakan penyebab kematian tersering setelah kanker paru paru dan
menduduki peringkat ketiga pada kanker yang terdapat pria dan &anita dengan lebih dari
+*0.000 kasus baru tiap tahun dan menyebabkan kematian )).000 orang tiap tahun.

Dari data
berdasarkan +( tahun 1ollo& up pada insiden kanker kolorektal di S&edia pada tahun +(!0 pada
)*.*"" kasus yang diketemukan -20.00* pria dan 2).*", &anita., Didapatkan suatu hubungan
yaitu +. terdapat perbedaan insiden pada pria dan &anita yang berusia lanjut, yang meningkat
seiring dengan usiaC 2. meningkatnya insiden kanker kolorektal seiring dengan kepadatan
pendudukC *. rendahnya insiden pada pria yang belum pernah menikah dibandingkan dengan
pria lainnya.
7
/erkiraan insiden kanker di 'ndonesia adalah +00 per +00.000 penduduk. Eamun, hanya *,2%
dari kasus kanker yang baru mencari pera&atan di $umah Sakit. /rogram yang dilaksanakan
oleh proyek penga&asan kanker terpadu yang berbasis komunitas di Sidoarjo menunjukkan
kenaikan +0920% dari kasus kanker yang menerima pera&atan dari $umah Sakit. De&asa ini
kanker kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di 'ndonesia, data
yang dikumpulkan dari +* pusat kanker menunjukkan bah&a kanker kolorektal merupakan salah
satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun &anita.
7ambar 2.* 'nsiden anker di 'ndonesia
Dari berbagai laporan, di 'ndonesia terdapat kenaikan jumlah kasus kanker kolorektal, meskipun
belum ada data yang pasti, namun data di Departemen esehatan didapati angka +,0 per +00 ribu
penduduk. Sejak tahun +((,9200*, terdapat *"2 keganasan kolorektal yang datang berobat ke $S
anker Dharmais -$SD.. 4erdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 2," penderita
dengan catatan lengkap, terdiri dari 20* -),,)"%. pria dan +!( -,*,,)%. &anita berusia antara
209"+ tahun.
8
II.2 PATOFISIOLOGI
5mumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polyp adenoma.
'nsidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan
kolon sigmoid. /ertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala.
/ada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan lebih dalam dari
jaringan usus dan oragan9organ yang berdekatan. anker kolorektal menyebar dengan perluasan
langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang
berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa,
saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. %etastasis ke
kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu
terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal -Fay,
+((,.. Sel9sel kaner dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem
sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru9paru, otak, tulang, dan ginjal. G/enyemaianH dari
tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau
selama pemotongan pembedahan.
A&alnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut. arena pola
pertumbuhan lamban, ) sampai +) tahun sebelum muncul gejala -Fay, +((,..
anker kolon dan rectum terutama -()%. adenokarsinoma -muncul dari lapisan epitel usus.
dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer
dan menyebar ke dalam tubuh yang lain -paling sering ke hati..
II.3 FAKTOR PREDISPOSISI
II.3.1 Polip
epentingan utama dari polip bah&a telah diketahui potensial untuk menjadi kanker kolorektal.
3volusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai
dari hiperplasia sel mukosa, adenoma 1ormation, perkembangan dari displasia menuju
trans1ormasi maligna dan invasi1 kanker. Akti1asi onkogen, inakti1asi tumor supresi gen, dan
9
kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari 1ormasi adenoma, perkembangan dan
peningkatan displasia dan invasi1 karsinoma.

Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel yaitu proto9onkogen,
gen penekan tumor -'umor Suppresor (ene D TS7., dan gen a"ekeeper. /roto9onkogen
menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel. TS7 menghambat pertumbuhan
sel atau menginduksi apoptosis -kematian sel yang terprogram.. elompok gen ini dikenal
sebagai anti9onkogen, karena ber1ungsi melakukan kontrol negati1 -penekanan. pada
pertumbuhan sel. 7en p)* merupakan salah satu dari TS7 yang menyandi protein dengan berat
molekul )* kDa. 7en p)* juga ber1ungsi mendeteksi kerusakan DEA, menginduksi reparasi
DEA. 7en a"ekeeper ber1ungsi mempertahankan integritas genomik dengan mendeteksi
kesalahan pada genom dan memperbaikinya. %utasi pada gen9gen ini karena berbagai 1aktor
membuka peluang terbentuknya kanker.
/ada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan melalui siklus sel
normal yang dikendalikan secara terpadu oleh 1ungsi proto9onkogen, TS7, dan gen a"ekeeper
secara seimbang. 6ika terjadi ketidakseimbangan 1ungsi ketiga gen ini, atau salah satu tidak
ber1ungsi dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan penyimpangan siklus
sel. /ertumbuhan sel tidak normal pada proses terbentuknya kanker dapat terjadi melalui tiga
mekanisme, yaitu perpendekan &aktu siklus sel, sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel
dalam satuan &aktu, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan proses apoptosis, dan
masuknya kembali populasi sel yang tidak akti1 berproli1erasi ke dalam siklus proli1erasi.
7abungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini akan menyebabkan kelainan siklus sel, yang
sering terjadi adalah mutasi gen yang berperan dalam mekanisme kontrol sehingga tidak
ber1ungsi baik, akibatnya sel akan berkembang tanpa kontrol -yang sering terjadi pada manusia
adalah mutasi gen p)*.. Akhirnya akan terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa
kendali dan karsinogenesis dimulai.
Secara histologi polip diklasi1ikasikan sebagai neoplastik dan non neoplastik. Eon neoplastik
polip tidak berpotensi maligna, yang termasuk polip non neoplastik yaitu polip hiperplastik,
mukous retention polip, hamartoma -juvenile polip., lim1oid aggregate dan in1lamatory polip.
10
7ambar A Adenoma =arcinoma Se>uences
Eeoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi malignaC dan berdasarkan
F#: diklasi1ikasikan sebagai tubular adenoma, tubulovillous adenoma dan villous adenoma.
Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous, dimana ")%90)% tubular adenoma, +0%9
2)% tubulovillous adenoma dan villous adenoma diba&ah )%.
2

7ambar A Adenomatous /olip
Displasia dapat dikategorikan menjadi lo& atau high grade. 3nam persen dari adenomatous polip
berupa high grade displasia dan )% didalamnya berupa invasi1 karsinoma pada saat terdiagnosa.
/otensi malignansi dari adenoma berkorelasi dengan besarnya polip, tingkat displasia, dan umur.
/olip yang diameternya lebih besar dari + cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong
sebagai villous adenoma dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal.
11
/olip yang berukuran kecil -I+ cm. tidak berhubungan dengan meningkatnya timbulnya kanker
kolorektal. 'nsiden dari kanker meningkat dari 2,)9, 1old jika polip lebih besar dari + cm, dan )9"
1old pada pasien yang mempunyai multipel polip. Dari penelitian didapatkan bah&a polip yang
lebih besar dari + cm jika tidak ditangani menunjukkan risiko menjadi kanker sebesar 2,)% pada
) tahun, 0% pada +0 tahun dan 2,% pada 20 tahun. Faktu yang dibutuhkan untuk menjadi
malignansi tergantung beratnya derajat displasia. Tiga koma lima tahun untuk displasia sedang
dan ++,) tahun untuk atypia ringan.
7ambarA /olip Eeoplastik. -A. tubular adenoma, -4. villous adenoma, -=. tubulovillous
adenoma, -D. karsinoma pada tangkai tubular adenoma, -3. karsinoma invasi1 yang muncul dari
sebuah villous adenoma.
II.3.2 Idiopathi I!"la##ato$% Bo&'l Di('a('
II.3.2.1 Ul('$ati" Koliti(
5lserati1 kolitis merupakan 1aktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar +% dari pasien
yang memiliki ri&ayat kronik ulserati1 kolitis. $isiko perkembangan kanker pada pasien ini
berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan
12
keakti1an dari ulserati1 kolitis. $isiko kumulati1 adalah 2% pada +0 tahun, 0% pada 20 tahun, dan
+0% pada *0 tahun. /endekatan yang direkomendasikan untuk seseorang dengan risiko tinggi
dari kanker kolorektal pada ulserati1 kolitis dengan mengunakan kolonoskopi untuk menentukan
kebutuhan akan total proktokolektomi pada pasien dengan kolitis yang durasinya lebih dari 0
tahun. Strategi yang digunakan berdasarkan asumsi bah&a lesi displasia bisa dideteksi sebelum
terbentuknya invasi1 kanker. Sebuah studi prospekti1 menyimpulkan bah&a kolektomi yang
dilakukan dengan segera sangat esensial untuk semua pasien yang didiagnosa dengan displasia
yang berhubungan dengan massa atau lesi, yang paling penting dari analisa mendemonstrasikan
bah&a diagnosis displasia tidak menyingkirkan adanya invasi1 kanker. Diagnosis dari displasia
mempunyai masalah tersendiri pada pengumpulan sampling spesimen dan variasi perbedaan
pendapat antara para ahli patologi anatomi.
II.3.2.2 P'!%a)it *$oh!+(
/asien yang menderita penyakit crohnJs mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker
kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulserati1 kolitis.
7ambarA 5lserati1 =olitis
13
eseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohnJs sekitar 20%. /asien dengan
striktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari adenokarsinoma pada tempat yang terjadi
1ibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari
dinding intestinal harus dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga
bah&a s>uamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada 1istula kronik pasien dengan
crohnJs disease.

7ambarA /enyakit =rohnJs
II.3.3 Fa)to$ G'!'ti)
II.3.3.1 Ri&a%at K'l,a$-a
Sekitar +)% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan ri&ayat kanker kolorektal
pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang mempunyai kanker kolorektal
mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila
dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki ri&ayat kanker kolorektal pada
keluarganya.
14
II.3.3.2 H'$'dit'$ Ka!)'$ Kolo$')tal
Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari normal menuju mukosa kolon
yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan adenokarsinoma yang besar
berhubungan dengan mutasi. 8angkah yang paling penting dalam menegakkan diagnosa dari
sindrom kanker herediter yaitu ri&ayat kanker pada keluarga. %utasi sangat jarang terlihat pada
adenoma yang lebih kecil dari + cm. Allelic deletion dari +"p ditunjukkan pada K dari seluruh
kanker kolon, dan deletion dari )> ditunjukkan lebih dari +@* dari karsinoma kolon dan adenoma
yang besar. Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama dari sindrom ini
menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali karakternya. Dua sindrom ini, dimana mempunyai
predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki mekanisme yang berbeda, yaitu 1amilial
adenomatous polyposis -?A/. dan hereditary non polyposis colorectal cancer -#E/==..
II.3.3.2.1 FAP
7en yang bertanggung ja&ab untuk ?A/ yaitu gen A/=, yang berlokasi pada kromosom )>2+.
Adanya de1ek pada A/= tumor supresor gen dapat menggiring kepada kemungkinan
pembentukan kanker kolorektal pada umur ,0 sampai )0 tahun. /ada ?A/ yang telah
berlangsung cukup lama, didapatkan polip yang sangat banyak untuk dapat dilakukannya
kolonoskopi polipektomi yang aman dan adekuatC ketika hal ini terjadi, direkomendasikan untuk
melakukan prophylactic subtotal colectomy diikuti dengan endoskopi pada bagian yang tersisa.
'dealnya prophylactic colectomy harus ditunda kecuali terdapat terlalu banyak polip yang dapat
ditangani dengan aman. /rosedur pembedahan elekti1 harus sedapat mungkin dihindari ketika
memungkinkan. Screening untuk polip harus dimulai pada saat usia muda. /asien dengan ?A/
yang diberi ,00 mg celeco2ib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata jumlah
polip sebesar 20%. Tumor lain yang mungkin muncul pada sindrom ?A/ adalah karsinoma
papillary thyroid, sarcoma, hepatoblastomas, pancreatic carcinomas, dan medulloblastomas otak.
;arian dari ?A/ termasuk gardnerJs syndrom dan turcotJs syndrom.
II.3.3.2.2 HNP**
/ola autosomal dominan dari #E/== termasuk lynchJs sindrom ' dan ''.
2
7enerasi multipel
yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal muncul pada umur
15
7ambarA ?amilial Adenomatous /oliposis
yang muda -L,) tahun., dengan predominan lokasi kanker pada kolon kanan. Abnormalitas
genetik ini terdapat pada mekanisme mismatch repair yang bertanggung ja&ab pada de1ek eksisi
dari abnormal repeating se>uences dari DEA, yang dikenal sebagai mikrosatellite -mikrosatellite
instability.. $etensi dari s>uences ini mengakibatkan ekspresi dari phenotype mutator, yang
dikarakteristikkan oleh 1rekuensi DEA replikasi error -$3$M phenotype., dimana predisposisi
tersebut mengakibatkan seseorang memiliki multitude dari malignansi primer. /asien dengan
#E/== mungkin juga memiliki adenoma sebaceous, carcinoma sebaceous, dan multipel
keratocanthoma, Termasuk kanker dari endometrium, ovarium, kandung kemih, ureter, lambung
dan traktus biliaris.

6ika dibandingkan dengan sporadic kanker kolorektal, tumor pada #E/==
seringkali poorly di11erentiated, dengan gambaran mucoid dan signet9cell, reaksi yang mirip
crohnJs -nodul lymphoid, germinal centers, yang berlokasi pada peri1er in1litrasi kanker
kolorektal., kehadiran in1iltrasi lymphocytes diantara tumor. arsinogenesis yang terakselerasi
muncul pada #E/==, pada keadaan ini adenoma kolon yang berukuran kecil dapat menjadi
karsinoma dalam 29* tahun, bila dibandingkan dengan proses pada rata9rata kanker kolorektal
yang membutuhkan &aktu 09+0 tahun. etika kriteria amsterdam digunakan untuk menentukan
proporsi dari kanker kolorektal yang dikarenakan #E/==, estimasi keakurasiannya sekitar
+9!%.
16
Spesi1ik mutasi gen pada kromosom 2 dan *, dikenal sebagai h%S#2, h%8#+, h/%S+ dan
h/%S2, telah dihubungkan dengan #E/==. Sembilan puluh persen dari seluruh mutasi gen
yang teridenti1ikasi adalah %8#+ dan %S#2. /asien dengan $3$M phenotype kemungkinan
tidak mempunyai germ line abnormal dan mungkin mempunyai abnormal metilasi dari DEA
yang didapat sebagai sumber dari ketidakhadiran ekspresi dari gen tersebut. %etilasi abnormal
lebih sering pada orang yang lebih tua. Tes germ line untuk menentukan apakah $3$M
phenotype merupakan keturunan atau didapat sangat penting sebagai bagian dari genetik
konseling. 'munohistochemical stains dapat digunakan untuk menentukan apakah tumor
bermani1estasi pada microsatellite instability dan kemudian pasien yang tidak mempunyai
ekspresi gen harus menjalani germ line testing untuk adanya konseling yang tepat pada anggota
keluarga.
/asien dengan #E/== mempunyai kecenderungan untuk menderita kanker kolorektal pada
umur yang sangat muda, dan screening harus dimulai pada umur 20 tahun atau lebih dini ) tahun
dari umur anggota keluarga yang pertama kali terdiagnosa kanker kolorektal yang berhubungan
#E/==. Angka rata9rata pasien dengan #E/== yang didiagnosa menderita kanker kolorektal
pada umur ,, tahun, dibandingkan dengan pasien kontrol yang menderita kanker kolorektal pada
umur !0 tahun. /rognosis dari pasien #E/== terlihat lebih baik daripada pasien dengan
sporadic kanker kolon. Dari penelitian menunjukkan bah&a pasien dengan #E/== kurang
mendapat man1aat dari adjuvant kemoterapi berdasarkan kombinasi 1luorourasil daripada pasien
tanpa kelainan ini.
II.3.. Di't
%asyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat berkemungkinan
besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian, meskipun terdapat juga
penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara serat dan kanker kolorektal. Ada dua
hipotesis yang menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan resiko kanker kolorektal. Teori
pertama adalah pengakumulasian bukti epidemiologi untuk asosiasi antara resistensi insulin
dengan adenoma dan kanker kolorektal. %ekanismenya adalah menkonsumsi diet yang berenergi
tinggi mengakibatkan perkembangan resistensi insulin diikuti dengan peningkatan level insulin,
trigliserida dan asam lemak tak jenuh pada sirkulasi. ?aktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel
17
kolon untuk menstimulus proli1erasi dan juga memperlihatkan interaksi oksigen reakti1.
/emaparan jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kanker kolorektal.
#ipotesis kedua adalah identi1ikasi berkelanjutan dari agen yang secara signi1ikan menghambat
karsinogenesis kolon secara e2perimental. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan
mekanismenya, yaitu hilangnya 1ungsi pertahanan lokal epitel disebabkan kegagalan di1erensiasi
dari daerah yang lemah akibat terpapar toksin yang tak dapat dikenali dan adanya respon
in1lamasi 1okal, karakteristik ini didapat dari bukti terakti1asinya enNim =:O92 dan stres
oksidati1 dengan lepasnya mediator oksigen reakti1. #asil dari proli1erasi 1okal dan mutagenesis
dapat meningkatkan resiko terjadinya adenoma dan aberrant crypt 1oci. /roses ini dapat
dihambat dengan -a. demulsi yang dapat memperbaiki permukaan lumen kolonC -b. agen anti9
in1lamasiC atau -c. anti9oksidan. edua mekanisme tersebut, misalnya resistensi insulin yang
berperan melalui tubuh dan kegagalan pertahanan 1okal epitel yang berperan secara lokal, dapat
menjelaskan hubungan antara diet dan resiko kanker kolorektal.
II.3./ Ga%a Hid,p
/ria dan &anita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk memiliki
adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun
berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar.
Diperkirakan )0009"000 kematian karena kanker kolorektal di Amerika dihubungkan dengan
pemakaian rokok. /emakaian alkohol juga menunjukkan hubungan dengan meningkatnya risiko
kanker kolorektal.
/ada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara akti1itas, obesitas dan asupan
energi dengan kanker kolorektal. /ada percobaan terhadap he&an, pembatasan asupan energi
telah menurunkan perkembangan dari kanker. 'nteraksi antara obesitas dan akti1itas 1isik
menunjukkan penekanan pada akti1itas prostaglandin intestinal, yang berhubungan dengan risiko
kanker kolorektal. The Eurses #ealth Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan
antara akti1itas 1isik dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bah&a penurunan akti1itas
1isik akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma.
18
II.3.0 U(ia
/roporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut -P !) thn. pria dan &anita adalah !+% dan
)!%. ?rekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir " kali -2+)0 per +00.000 orang per tahun.
dan pada &anita berusia lanjut sekitar , kali -++(2 per +00.000 orang per tahun. bila
dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda -*09!, thn.. Sekitar setengah dari kanker
yang terdiagnosa pada pria yang berusia lanjut adalah kanker prostat -,)+ per +00.000., kanker
paru9paru -++0 per +00.000. dan kanker kolon -+"! per +00.000.. Sekitar ,0% kanker yang
terdiagnosa pada &anita yang berusia lanjut adalah kanker payudara -2,0 per +00.000., kanker
kolon -+** per +00.000., kanker paru paru -++0 per +00.000. dan kanker lambung -") per
+00.000..
5sia merupakan 1aktor paling relevan yang mempengaruhi risiko kanker kolorektal pada
sebagian besar populasi.

$isiko dari kanker kolorektal meningkat bersamaan dengan usia,
19
terutama pada pria dan &anita berusia )0 tahun atau lebih, dan hanya *% dari kanker kolorektal
muncul pada orang dengan usia diba&ah ,0 tahun.

8ima puluh lima persen kanker terdapat pada
usia P !) tahun, angka insiden +( per +00.000 populasi yang berumur kurang dari !) tahun, dan
**" per +00.000 pada orang yang berusia lebih dari !) tahun.
Di Amerika seseorang mempunyai risiko untuk terkena kanker kolorektal sebesar )%.

Sedangkan
kelompok terbesar dengan peningkatan risiko kanker kolorektal adalah pada usia diatas ,0 tahun.
Seseorang dengan usia diba&ah empat puluh tahun hanya memiliki kemungkinan menderita
kanker kolorektal kurang dari +0%.

Dari tahun 20009200*, rata9rata usia saat terdiagnosa
menderita kanker kolorektal pada usia "+ tahun. 'nsidensi berdasarkan usia diba&ah 20 tahun
sebesar 0,0%, 209*, tahun sebesar 0,(%, *)9,, tahun sebesar *,)%, ,)9), tahun sebesar +0,(%,
))9!, tahun sebesar +",!%, !)9", tahun sebesar 2),(%, ")90, tahun sebesar 20,0%, dan Q 0)
sebesar +2,*%.
/ada kebanyakan kasus kanker terdapat variasi geogra1ik pada insiden yang ditemukan pada usia
lanjut yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi, terutama antara Eegara berkembang dan
Eegara maju. 4ila di Eegara maju angka kejadian penyakit ini meningkat tajam setelah
seseorang berusia )0 tahun dan hanya * persen di ba&ah ,0 tahun, di 'ndonesia berdasarkan data
4agian /atologi Anatomi ?akultas edokteran 5niversitas 'ndonesia -?5', +((!9+(((.
menunjukkan persentase yang lebih tinggi yakni *),2)%.
/roporsi dari orang yang berusia lanjut telah meningkat di berbagai Eegara beberapa dekade
terakhir, dan akan terus meningkat lebih jauh beberapa tahun mendatang. Tingkat harapan hidup
di 'ndonesia pada saat kelahiran diperkirakan adalah !",0! tahun untuk pria dan &anita.
/eningkatan usia harapan hidup yang ada beserta populasi 'ndonesia yang menduduki peringkat
, dunia akan menjadikan 'ndonesia pada tahun +((09202) akan mempunyai jumlah usia lanjut
paling tinggi di dunia. %eningkatnya jumlah orang yang berusia lebih tua akan menambahkan
beban ganda pada penyakit, dengan umumnya penyakit yang menular di satu sisi, dan
meningkatnya prevalansi penyakit yang tidak menular di sisi lainnya. anker pada usia lanjut di
masa9masa yang akan datang merupakan masalah yang perlu ditangani dengan serius
dikarenakan perubahan populasi penduduk dengan kelompok usia lanjut yang semakin banyak.
20
:leh karena itu sangat perlunya penggalakan penelitian mengenai pencegahan kanker dan
perencanaan terapi pada orang yang berusia lanjut.
II.. MANIFESTASI KLINIK
II...1 Hi(tolo-i
#istologi merupakan suatu 1aktor penting dalam hal etiologi, penanganan dan prognosis dari
kanker. Secara mikroskopis kanker kolorektal mempunyai derajat di11erensiasi yang berbeda9
beda, tidak hanya dari tumor yang satu dengan tumor yang lain tetapi juga dari area ke area pada
tumor yang sama, mereka cenderung mempunyai mor1ologi yang heterogen.
/ada penelitian mengenai gambaran histologi kanker kolorektal dari tahun +((09200+ di
Amerika Serikat yang melibatkan )22.!*0 kasus kanker kolorektal. Didapatkan gambaran
histopatologis dari kanker kolorektal sebesar (!% berupa adenocarcinoma, 2% karsinoma
lainnya -termasuk karsinoid tumor., 0,,% epidermoid carcinoma, dan 0,00% berupa sarcoma.
/roporsi dari epidermoid carcinoma, mucinous carcinoma dan carcinoid tumor banyak
diketemukan pada &anita. Secara keseluruhan, didapatkan suatu pola hubungan antara tipe
histopatologis, derajat di11erensiasi dan stadium dari kanker kolorektal. Adenocarcinoma sering
21
ditemukan dengan derajat di11erensiasi sedang dan belum bermetastase pada saat terdiagnosa,
signet ring cell carcinoma banyak ditemukan dengan derajat di11erensiasi buruk dan telah
bermetastase jauh pada saat terdiagnosa, lain pula pada carcinoid tumor dan sarcoma yang sering
dengan derajat di11erensiasi buruk dan belum bermetastase pada saat terdiagnosa, sedangkan
small cell carcinoma tidak memiliki derajat di11erensiasi dan sering sudah bermetastase jauh
pada saat terdiagnosa.
Dari 20+ kasus kanker kolorektal periode +((,9200* di $S anker Dharmais -$SD.
didapatkan bah&a tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah adenocarcinoma
Rdi1erensiasi baik ,0 -2*,00%., sedang "0 -*0,00%., buruk ,) -22,*(%.S, dan yang jarang adalah
musinosum +( -(,,)%. dan signet ring cell carcinoma ++ -),,"%.. 6ika dari hasil penelitian di
$SD didapatkan bah&a 1rekuensi terbanyak adalah adenocarcinoma dengan derajat
di11erensiasi sedang -*0,00%., maka lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Soeripto
et al di 6ogjakarta pada tahun 200+ yang mendapati 1rekuensi derajat di11erensiasi kanker
kolorektal banyak didominasi oleh derajat di11erensiasi baik. /erbedaan pola demogra1ik dan
klinis yang berhubungan dengan tipe histopatologis akan sangat membantu untuk studi
epidemiologi, laboratorium dan klinis di masa yang akan datang. 4erbagai varian gambaran
histopatologi kanker kolorektal berdasarkan klasi1ikasi Forld #ealth :rganiNation diperlihatkan
pada table.
II...2 Lo)a(i Ka!)'$
22
Dua pertiga dari kanker kolorektal muncul pada kolon kiri dan sepertiga muncul pada kolon
kanan. Sebagian besar terdapat di rektum -)+,!%., diikuti oleh kolon sigmoid -+0,0%., kolon
descendens -0,!%., kolon transversum -0,0!%., kolon ascendens -",0%., dan multi1okal
-0,20%.. Data dari kanker statistik di Amerika Serikat terlihat bah&a sekitar !0% dari kanker
kolorektal ditemukan pada rektum, hal ini juga terlihat di =hina yaitu sekitar 00% dari kanker
kolorektal ditemukan di rektum, dengan Q !0% kanker kolorektal hanya terdapat pada rektum.
/ada penelitian selama +, tahun -+(029+((). di Australia yang melibatkan (!"* kasus kanker
kolorektal, didapatkan suatu pola hubungan antara lokasi kanker dengan jenis kelamin, yaitu
kanker yang terdapat pada rektum 1rekuensinya lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan
&anita -,A+.. /ola seperti ini juga didapatkan di 'ndonesia, data yang dikumpulkan dari +* pusat
kanker menunjukkan bah&a kanker yang terdapat pada rektum 1rekuensinya lebih banyak
terdapat pada pria dibandingkan &anita, dengan perbandingan sebesar 2A+.
7ambarA 8etak anker olorektal.
23
II...3 G'1ala
5sus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang
diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan -caecum, kolon
ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum., dan arteri mesenterika in1erior yang
memperdarahi belahan kiri -sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid,
dan bagian proksimal rektum.. Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak
spesi1ik. eluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi
dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung
tetap tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen
usus lebih besar dan 1eses masih encer. 7ejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen,
perdarahan dan symptomatic anemia -menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat
badan.. Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan pola de1ekasi
sebagai akibat iritasi dan respon re1leks, perdarahan, mengecilnya ukuran 1eses, dan konstipasi
karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi.
II...3.1 G'1ala S,2a),t
Tumor yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan perubahan pada pola buang air
besar -meskipun besar.. Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. /asien
mungkin memperhatikan perubahan &arna 1eses menjadi gelap, tetapi tumor seringkali
menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien. ehilangan darah dalam jangka
&aktu yang lama dapat menyebabkan anemia de1isiensi besi. etika seorang &anita post
menopouse atau seorang pria de&asa mengalami anemia de1isiensi besi, maka kemungkinan
kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan. arena perdarahan
yang disebabkan oleh tumor biasanya bersi1at intermitten, hasil negati1 dari tes occult blood tidak
dapat menyingkirkan kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit perut bagian ba&ah biasanya
berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang mereda setelah buang air besar.
/asien ini biasanya menyadari adanya perubahan pada pola buang air besar serta adanya darah
yang ber&arna merah keluar bersamaan dengan buang air besar. 7ejala lain yang jarang adalah
penurunan berat badan dan demam. %eskipun kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat
menjadi tempat utama intususepsi, sehingga jika ditemukan orang de&asa yang mempunyai
24
gejala obstruksi total atau parsial dengan intususepsi, kolonoskopi dan double kontras barium
enema harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker kolon.
II...3.2 G'1ala a),t
7ejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau per1orasi, sehingga jika ditemukan pasien
usia lanjut dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kanker.
:bstruksi total muncul pada I +0% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah sebuah
keadaan darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan penanganan bedah.
/asien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa 1latus atau buang air besar, kram
perut dan perut yang menegang. 6ika obstruksi tersebut tidak mendapat terapi maka akan terjadi
iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan menyebabkan peritonitis dan sepsis.
/er1orasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat disalah artikan sebagai akut
divertikulosis. /er1orasi juga bisa terjadi pada vesika urinaria atau vagina dan dapat
menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan 1ecaluria. %etastasis ke hepar dapat menyebabkan
pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini biasanya merupakan gejala pertama
kali yang muncul dari kanker kolon.
II.... M'ta(ta('
%etastase ke kelenjar lim1a regional ditemukan pada ,09"0% kasus pada saat direseksi. 'nvasi ke
pembuluh darah vena ditemukan pada lebih !0% kasus. %etastase sering ke hepar, cavum
peritoneum, paru9paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang. %etastase ke otak sangat
jarang, dikarenakan jalur lim1atik dan vena dari rektum menuju vena cava in1erior, maka
metastase kanker rektum lebih sering muncul pertama kali di paru9paru. 4erbeda dengan kolon
dimana jalur lim1atik dan vena menuju vena porta, maka metastase kanker kolon pertama kali
paling sering di hepar.
25
7ambarA anker olorektal 7ambarA 'skemik kronis kolon
II./ DIAGNOSA
Diagnosa karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan 1isik
pemeriksaan abdomen dan rectal, prosedur diagnostik paling pentng untuk kanker kolon adalah
pengujian darah samar, enema barium, proktosigmoidoskopi,dan kolonoskopi. /emeriksaan ini
sebaiknya dilakukan setiap tiga tahun untuk usia ,0 tahun keatas. Sebanyak !0% kasus dari
kanker kolorektal dapat diidenti1ikasi dengan sigmoideskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
II./.1 PEMERIKSAAN FISIK
Di-ital R'tal E3a#i!atio!
/ada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anteriorC serta spina
iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. %etastasis intraperitoneal dapat
teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas
sebagai akibat in1iltrasi sel neoplastik. %eskipun +0 cm merupakan batas eksplorasi jari yang
mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bah&a )0% dari kanker kolon dapat dijangkau
26
oleh jari, sehingga $ectal e2amination merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker
kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.
rectal toucher4 untuk menilai A
Tonus s1ingter ani A kuat atau lemah.
Ampula rektum A kolaps, kembung atau terisi 1eses
%ukosa A kasar,berbenjol benjol, kaku
Tumor A teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat ditembus jari, mudah
berdarah atau tidak, batas atas dan jaringan sekitarnya, jarak dari garis anorektal sampai tumor.
II./.2 PEMERIKSAAN PENUN5ANG
II./.2.1 Biop(i
on1irmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. 6ika terdapat sebuah
obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sikat sitologi akan sangat
berguna.
II./.2.2 *a$i!o'#2$io!i) A!ti-'! 6*EA7 S$''!i!-
=3A adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam
peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker
kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. =3A terlalu insensiti1
dan nonspesi1ik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. %eningkatnya nilai
=3A serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai =3A
berhubungan dengan tumor grade + dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase
ke organ dalam. %eskipun konsentrasi =3A serum merupakan 1aktor prognostik independen.
Eilai =3A serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah
pembedahan.
%eskipun keterbatasan spesi1itas dan sensi1itas dari tes =3A, namun tes ini sering diusulkan
untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes =3A sebelum operasi sangat berguna sebagai 1aktor
prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai =3A. /eningkatan
27
nilai =3A preoperati1 berguna untuk identi1ikasi a&al dari metatase karena sel tumor yang
bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai =3A.
II./.2.3 T'( O,lt Blood
/henol yang tidak ber&arna di dalam guaic gum akan dirubah menjadi ber&arna biru oleh
oksidasi. $eaksi ini menandakan adanya peroksidase katalis, oksidase menjadi sempurna dengan
adanya katalis, contohnya hemoglobin. Tetapi sayangnya terdapat berbagai katalis di dalam diet.
Seperti contohnya daging merah, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus untuk menghindari
hal ini. Tes ini akan mendeteksi 20 mg hb@gr 1eses. Tes imuno1luorosensi dari occult blood
mengubah hb menjadi porphirin ber1luorosensi, yang akan mendeteksi )9+0 mg hb@gr 1eses,
#asil 1alse negati1 dari tes ini sangat tinggi. Terdapat berbagai masalah yang perlu dicermati
dalam menggunakan tes occult blood untuk screening, karena semua sumber perdarahan akan
menghasilkan hasil positi1. anker mungkin hanya akan berdarah secara intermitten atau tidak
berdarah sama sekali, dan akan menghasilkan tes yang 1alse negati1. /roses pengolahan,
manipulasi diet, aspirin, jumlah tes, interval tes adalah 1aktor yang akan mempengaruhi
keakuratan dari tes occult blood tersebut.

31ek langsung dari tes occult blood dalam menurunkan
mortalitas dari berbagai sebab masih belum jelas dan e1ikasi dari tes ini sebagai screening kanker
kolorektal masih memerlukan evaluasi lebih lanjut.
II./.2.. Ba$i,# E!'#a
Tehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang
sensiti1itasnya mencapai (0% dalam mendeteksi polip yang berukuran Q+ cm. Tehnik ini jika
digunakan bersama9sama 1leksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya sebagai
alternati1 pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau
digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai ri&ayat polip atau
kanker yang telah di eksisi. $isiko per1orasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah,
yaitu sebesar 0,02 %. 6ika terdapat kemungkinan per1orasi, maka sebuah kontras larut air harus
digunakan daripada barium enema. 4arium peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius
yang dapat mengakibatkan berbagai in1eksi dan peritoneal 1ibrosis. Tetapi sayangnya sebuah
28
kontras larut air tidak dapat menunjukkan detail yang penting untuk menunjukkan lesi kecil pada
mukosa kolon.
II./.2./ E!do()opi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena *% dari pasien
mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.
29
II./.2.0 P$o)to(i-#oido()opi
/emeriksaan ini dapat menjangkau 2092) cm dari linea dentata, tapi akut angulasi dari
rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya instrumen. /emeriksaan ini dapat
mendeteksi 2092)% dari kanker kolon. $igid proctosigmoidoskopi aman dan e1ekti1 untuk
digunakan sebagai evaluasi seseorang dengan risiko rendah diba&ah usia ,0 tahun jika
digunakan bersama sama dengan occult blood test.
II./.2.8 Fl'3i2l' Si-#oido()opi
?le2ible sigmoidoscopi dapat menjangkau !0 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai
bagian proksimal dari kolon kiri. 8ima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi dengan
menggunakan alat ini. ?le2ible sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi
terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnyaC kecuali pada keadaan khusus, seperti pada
ileorektal anastomosis. ?le2ible sigmoidoscopi setiap ) tahun dimulai pada umur )0 tahun
merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang asimptomatik yang
berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip
adenomatous yang ditemukan pada 1le2ible sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk
dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil -I+0 mm., adenoma yang berada di distal
kolon biasanya berhubungan dengan neoplasma yang letaknya proksimal pada !9+0% pasien.
II./.2.9 Kolo!o()opi
olonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rectum
-gambar 2.+*.. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai +!0 cm. olonoskopi
merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari +
cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar (,%, lebih baik daripada barium
enema yang keakuratannya hanya sebesar !"%.
2
Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan
untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. olonoskopi
merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama -perdarahan, komplikasi
anestesi dan per1orasi. hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. olonoskopi merupakan
30
cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari in1lammatory bo&el disease,
non akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik,
striktur kolon dan neoplasma. omplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada
diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik,
sedangkan per1orasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik.
II./.2.: I#a-i!- T'h!i)
%$', =T scan, transrectal ultrasound merupakan bagian dari tehnik imaging yang digunakan
untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi tehnik ini bukan
merupakan screening tes.
II./.2.:.1 *T (a!
=T scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operati1. =T scan
bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar lim1a dan organ lainnya
di pelvis. =T scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai =3A
yang meningkat setelah pembedahan kanker kolon. Sensiti1itas =T scan mencapai ))%. =T scan
memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya dalam menentukan
stage dari lesi sebelum tindakan operasi. /elvic =T scan dapat mengidenti1ikasi invasi tumor ke
dinding usus dengan akurasi mencapai (0 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening
Q+ cm pada ")% pasien.
+(
/enggunaan =T dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat
mengidenti1ikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.
31
II./.2.:.2 MRI
%$' lebih spesi1ik untuk tumor pada hepar daripada =T scan dan sering digunakan pada
klari1ikasi lesi yang tak teridenti1ikasi dengan menggunakan =T scan. arena sensi1itasnya yang
lebih tinggi daripada =T scan, %$' dipergunakan untuk mengidenti1ikasikan metastasis ke
hepar.
II./.2.:.3 E!do()opi Ult$aSo,!d 6EUS7
35S secara signi1ikan menguatkan penilaian preoperati1 dari kedalaman invasi tumor, terlebih
untuk tumor rektal. eakurasian dari 35S sebesar ()%, "0% untuk =T dan !0% untuk digital
rektal e2amination. /ada kanker rektal, kombinasi pemakaian 35S untuk melihat adanya tumor
dan digital rektal e2amination untuk menilai mobilitas tumor seharusnya dapat meningkatkan
ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan menentukan pasien yang telah mendapatkan
keuntungan dari preoperati1 kemoradiasi. Transrektal biopsi dari kelenjar lim1a perirektal bisa
dilakukan di ba&ah bimbingan 35S.
32
II.0 PENATALAKSANAAN
II.0.1 P'#2'daha!
/embedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai penanganan kurati1
untuk kanker kolorektal. /embedahan kurati1 harus mengeksisi dengan batas yang luas dan
maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan 1ungsi dari kolon sebisanya.
5ntuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum margin ) cm bebas tumor. /endekatan
laparaskopik kolektomi telah dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik bedah terbuka pada
beberapa randomiNed trial. Subtotal kolektomi dengan ileoproktostomi dapat digunakan pada
pasien kolon kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang tersebar pada kolon atau
pada pasien dengan ri&ayat keluarga menderita kanker kolorektal.

3ksisi tumor yang berada pada
kolon kanan harus mengikutsertakan cabang dari arteri media kolika sebagaimana juga seluruh
arteri ileokolika dan arteri kolika kanan. 3ksisi tumor pada hepatik 1le2ure atau splenic 1le2ure
harus mengikutsertakan seluruh arteri media kolika.

/ermanen kolostomi pada penderita kanker
yang berada pada rektal bagian ba&ah dan tengah harus dihindari dengan adanya tehnik
pembedahan terbaru secara stapling.

Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kanan
biasanya ditangani dengan reseksi primer dan anastomosis. Tumor yang menyebabkan obstruksi
pada kolon kiri dapat ditangani dengan dekompresi.

Tumor yang menyebabkan per1orasi
membutuhkan eksisi dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan reanastomosis
dan closure dari kolostomi.
II.0.2 T'$api Radia(i
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan 29ray berenergi tinggi untuk
membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi
dan internal radiasi. /emilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker.
3ksternal radiasi -e2ternal beam therapy. merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi
secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker,
maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat disekitarnya. Terapi
radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung beberapa menit.
33
'nternal radiasi -brachytherapy, implant radiation. menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam
tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut
radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor.
'nternal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan &aktu yang relati1 singkat
bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa penanganan internal radiasi secara
sementara menetap didalam tubuh.
II.0.3 Ad1,;a!t K'#ot'$api
anker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen kemoterapi. 4agaimanapun
juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat
menambah e1ekti1itas dari agen kemoterapi. emoterapi sangat e1ekti1 digunakan ketika
kehadiran tumor sangat sedikit dan 1raksi dari sel maligna yang berada pada 1ase pertumbuhan
banyak. :bat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau dengan kombinasi, contoh A )9
1luorouracil -)?5., )?5 M levamisole, )?5 M leucovorin. /emakaian secara kombinasi dari obat
kemoterapi tersebut berhubungan dengan peningkatan survival ketika diberikan post operati1
kepada pasien tanpa penyakit penyerta. Terapi )?5 M levamisole menurunkan rekurensi dari
kanker hingga *(%, menurunkan kematian akibat kanker hingga *2%.
II.0.3.1 Ad1,;a!t K'#ot'$api ,!t,) Ka!)'$ Kolo$')tal Stadi,# II
/emakaian adjuvant kemoterapi untuk penderita kanker kolorektal stadium '' masih
kontroversial. /eneliti dari Eational Surgical Adjuvant 4reast /roject -ESA4/. menyarankan
penggunaan adjuvant terapi karena dapat menghasilkan keuntungan yang meskipun kecil pada
pasien stadium '' kanker kolorektal pada beberapa penelitiannya. Sebaliknya sebuah meta9
analysis yang mengikutkan sekitar +000 pasien menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna
pada )9years survival rate sebesar 2%, antara yang diberi perlakuan dan yang tidak untuk semua
pasien stage ''.
II.0.3.2 Ad1,;a!t K'#ot'$api ,!t,) Ka!)'$ Kolo$')tal Stadi,# III
/enggunaan )9?5 M levamisole atau )9?5 M leucovorin telah menurunkan insiden rekurensi
sebesar ,+% pada sejumlah prospekti1 randomiNed trial. Terapi selama satu tahun dengan
34
menggunakan )9?5 M levamisole meningkatkan )9year survival rate dari )0% menjadi !2% dan
menurunkan kematian sebesar **%. /ada kebanyakan penelitian telah menunjukkan bah&a !
bulan terapi dengan menggunakan )9?5 M leucovorin telah terbukti e1ekti1 dan sebagai
konsekuensinya, standar regimen terapi untuk stage ''' kanker kolorektal adalah )9?5 M
leucovorin.
II.0.3.3 Ad1,;a!t K'#ot'$api Ka!)'$ Kolo$')tal Stadi,# La!1,t
Sekitar delapan puluh lima persen pasien yang terdiagnosa kanker kolorektal dapat dilakukan
pembedahan. /asien dengan kanker yang tidak dapat dilakukan penanganan kurati1, dapat
dilakukan penanganan pembedahan palliati1 untuk mencegah obstruksi, per1orasi, dan
perdarahan. 4agaimanapun juga pembedahan dapat tidak dilakukan jika tidak menunjukkan
gejala adanya metastase. /enggunaan stent kolon dan ablasi laser dari tumor intraluminal cukup
memadai untuk kebutuhan pembedahan &alaupun pada kasus asymptomatik.
$adiasi terapi dapat digunakan sebagai tindakan primer sebagai modalitas penanganan untuk
tumor yang kecil dan bersi1at mobile atau dengan kombinasi bersama sama kemoterapi setelah
reseksi dari tumor. $adiasi terapi pada dosis palliati1 meredakan nyeri, obstruksi, perdarahan dan
tenesmus pada 00% kasus. /enggunaan hepatic arterial in1usion dengan )9?5 terlihat
meningkatkan tingkat respon, tetapi penggunaan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah
termasuk berpindahnya kateter, sklerosis biliaris dan gastrik ulserasi. $egimen standar yang
sering digunakan adalah kombinasi )9?5 dengan leucovorin, capecitabine -oral )9?5 prodrug.,
1lo2uridine -?5D$., irinotecan -cpt9++. dan o2aliplatin.
II.0.. P'!a!-a!a! 5a!-)a Pa!1a!-
Terdapat beberapa kontroversi tentang 1rekuensi pemeriksaan 1ollo& up untuk rekurensi tumor
pada pasien yang telah ditangani dengan kanker kolon. 4eberapa tenaga kesehatan telah
menggunakan pendekatan nihilistic -karena prognosis sangat jelek jika terdeteksi adanya
rekurensi dari kanker.. Sekitar "0% rekurensi dari kanker terdeteksi dalam jangka &aktu 2 tahun,
dan (0% terdeteksi dalam &aktu , tahun. /asien yang telah ditangani dari kanker kolon
mempunyai insiden yang tinggi dari metachronous kanker kolon. Deteksi dini dan
penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini dapat meningkatkan prognosa. 3valuasi 1ollo& up
35
termasuk pemeriksaan 1isik, sigmoidoskopi, kolonoskopi, tes 1ungsi hati, =3A, 1oto polos
thora2, barium enema, liver scan, %$', dan =T scan. Tingginya nilai =3A preoperati1 biasanya
akan kembali normal antara ! minggu setelah pembedahan.
+. 3valuasi klinik
Selama ) tahun setelah tindakan pembedahan, target utama 1ollo& up adalah untuk mendeteksi
tumor primer baru. 4eberapa pasien kanker kolorektal membentuk satu atau beberapa tempat
metastasis di hepar, paru9paru, atau tempat anastomosis dimana tumor primer telah diangkat.
2. $ontgen
?oto rontgen terlihat sama baiknya bila dibandingkan dengan =T scan dalam mendeteksi
rekurensi.
*. olonoskopi
/asien yang mempunyai lesi obstruksi pada kolonnya harus melakukan kolonoskopi * sampai !
bulan setelah pembedahan, untuk meyakinkan tidak adanya neoplasma yang tertinggal di kolon.
Tujuan dilakukannya endoskopi adalah untuk mendeteksi adanya metachronous tumor, suture
line rekurensi atau kolorektal adenoma. 6ika obstruksi tidak ada maka kolonoskopi dilakukan
pada satu sampai tiga tahun setelah pembedahan, jika negati1 maka endoskopi dilakukan lagi
dengan interval 29* tahun.
,. =3A
%eningkatnya nilai =3A menandakan diperlukannya pemeriksaaan lebih jauh untuk
mengidenti1ikasi tempat rekurensi, dan biasanya sangat membantu dalam mengidenti1ikasi
metastasis ke hepar. 6ika dicurigai adanya metastasis ke pelvis, maka %$' lebih membantu
diagnosa daripada =T scan.
36
II.8 STADIUM DAN PROGNOSIS
II.8.1 Stadi,#
6ika metastasis tidak ada, stadium pasti dari kanker kolorektal hanya dapat dipastikan setelah
pembedahan dan analisis histopatologi. Tidak seperti tumor yang lain, ukuran dari tumor primer
kecil sekali pengaruhnya pada prognosis kanker kolorektal. ?aktor yang menentukan tingkat
prognosis adalah kedalaman penetrasi tumor ke dinding usus, keterlibatan kelenjar lim1a regional
7ambar 2.+, 3ndoscopy 5ltrasound
dan ada tidaknya metastasis. 4erbagai sistem staging telah dibuat pada beberapa dekade terakhir,
tetapi sistem pengklasi1ikasian yang diajukan oleh dukes pada tahun +(02 terus dipakai secara
luas karena kemudahannya. Tetapi sistem ini tidak memperlihatkan in1ormasi penting untuk
in1ormasi prognosis, seperti invasi vaskuler, di1erensiasi histology dan DEA dari sel tumor.
4agaimanapun juga kemudahan yang dita&arkan oleh sistem klasi1ikasi ini dan korelasi
konsisten dengan prognosis, menjamin bah&a sistem ini akan terus digunakan selama beberapa
&aktu. )9years survival rate mencerminkan prognosa dari staging penyakit. /ada dukes stage A
Q(0% pasien selamat dalam ) tahun. /ada dukes stage 4 terjadi penurunan prognosis menjadi
!0900%. 6ika terdapat keterlibatan kelenjar lim1a regional -dukes stage =. maka prognosanya
adalah 209)0%, dan jika terdapat metastasis -dukes stage D. maka prognosanya hanya I)%.
37
Direkomendasikan menggunakan staging system TE% dengan dukes system yang telah
dimodi1ikasi oleh Astler =oller.
II.8.2 P$o-!o(i(
Stage merupakan 1aktor prognosis yang paling penting, )9years survival rate ditunjukkan pada
tabel 2.,.

7rade histologi secara signi1ikan mempengaruhi tingkat survival disamping stadium.
/asien dengan &ell di11erentiated karsinoma -grade + dan 2. mempunyai )9year survival yang
lebih baik dibandingkan dengan poor di11erentiated karsinoma -grade * dan ,..
8okasi kanker terlihat sebagai 1aktor prognostik yang independen. /ada stage yang sama pasien
dengan tumor yang berada di rektum mempunyai prognosa yang lebih buruk bila dibandingkan
dengan tumor yang berada di kolon.
Tabel 2.,. %A= A %odi1ied Astler =oller
Dan tumor yang berada pada kolon transversal dan kolon descendens mempunyai prognosa yang
lebih buruk bila dibandingkan dengan tumor yang berada pada kolon ascendens dan kolon
rektosigmoid.

/asien yang menderita obstruksi atau per1orasi mempunyai prognosa lebih buruk
bila dibandingkan dengan pasien yang tanpa keadaan ini.

/rognosa pasien yang kehilangan
allelic pada kromosom +0> secara signi1ikan lebih buruk daripada pasien yang tidak kehilangan
allelic pada kromosom +0>. Survival pasien dengan stage ''-4. yang tidak kehilangan allelic
pada kromosom +0> sama dengan pasien stage '-A., tetapi jika terdapat kehilangan allelic pada
38
kromosom +0> maka tingkat survival sama dengan pasien stage '''-=.. /emeriksaan pada
kromosom +0> ini telah terbukti sangat membantu dalam menyeleksi pasien stage ''-4. untuk
adjuvant terapi atau pasien stage '''-=. dengan prognosa yang lebih baik untuk menghindarkan
e1ek toksisitas dan pengeluaran biaya adjuvant terapi.
II.9 PEN*EGAHAN
II.9.1 E!do()opi
Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat mengidenti1ikasi dan mengangkat polip dan menurunkan
insiden dari pada kanker kolorektal pada pasien yang menjalani kolonoskopi polipektomi.
4agaimanapun juga belum ada penelitian prospekti1 randomiNed clinical trial yang menunjukan
bah&a sigmoidoskopi e1ekti1 untuk mencegah kematian akibat kanker kolorektal, meskipun
penelitian trial untuk tes ini sedang dalam proses. Adanya polip pada rektosigmoid dihubungkan
dengan polip yang berada diluar jangkauan sigmoidoskopi, sehingga pemeriksaan kolonoskopi
harus dilakukan.
II.9.2 Di't
/eningkatan dari diet serat menurunkan insiden dari kanker pada pasien yang mempunyai diet
tinggi lemak. Diet rendah lemak telah dijabarkan mempunyai e1ek proteksi yang lebih baik
daripada diet tanpa lemak. The Eational $esearch =ouncil telah merekomendasikan pola diet
pada tahun +(02. $ekomendasi ini diantaranya A -a. menurunkan lemak total dari ,0 ke *0% dari
total kalori, -b. meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat, -c. membatasi
makanan yang diasinkan, dia&etkan dan diasapkan, -d. membatasi makanan yang mengandung
bahan penga&et, -e. mengurangi konsumsi alkohol.
II.9.3 No! St'$oid A!ti I!"la##atio! D$,-
/enelitian pada pasien 1amilial poliposis dengan menggunakan ESA'D sulindac dosis +)0 mg
secara signi1ikan menurunkan rata9rata jumlah dan diameter dari polip bila dibandingkan dengan
pasien yang diberi plasebo. 5kuran dan jumlah dari polip bagaimanapun juga tetap meningkat
tiga bulan setelah perlakuan dihentikan. Data lebih jauh menunjukkan bah&a aspirin mengurangi
39
1ormasi, ukuran dan jumlah dari polipC dan menurunkan insiden dari kanker kolorektal, baik pada
kanker kolorektal 1amilial maupun non 1amilial. 31ek protekti1 ini terlihat membutuhkan
pemakaian aspirin yang berkelanjutan setidaknya *2) mg perhari selama + tahun.
2

II.9.. Ho$#o! R'pla'#'!t Th'$ap% 6HRT7
/enelitian oleh the Eurses #ealth Study yang melibatkan partisipan sebanyak )(.002 orang
&anita postmenopouse menunjukkan hubungan antara pemakaian #$T dengan kanker kolorektal
dan adenoma. /emakaian #$T menunjukkan penurunan risiko untuk menderita kanker
kolorektal sebesar ,0%, dan e1ek protekti1 dari #$T menghilang antara ) tahun setelah
pemakaian #$T dihentikan.
40
BAB III
PENUTUP
III.1 RINGKASAN
anker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia.
Di seluruh dunia (,) persen pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada
&anita angkanya mencapai (,* persen dari total jumlah penderita kanker.
3ropa sebagai salah satu negara maju dengan angka insiden kanker kolorektal yang tinggi. /ada
tahun 200, terdapat 2.00!.000 insiden dan +."++.000 kematian karena kanker, kanker kolorektal
menduduki peringkat kedua pada angka insiden dan mortalitas.
'nsidens kanker kolorektal di 'ndonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. /ada
tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada
pria, sedangkan pada &anita kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga dari semua kasus
kanker.

%eskipun belum ada data yang pasti, tetapi dari berbagai laporan di 'ndonesia terdapat
kenaikan jumlah kasus, data dari Depkes didapati angka +,0 per +00.000 penduduk.
/ada kebanyakan kasus kanker, terdapat variasi geogra1ik pada insiden yang ditemukan, yang
mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk, terutama antara negara maju
dan berkembang. Demikian pula antara Eegara 4arat dan 'ndonesia, terdapat perbedaan pada
1rekuensi kanker kolorektal yang ditemukan. Di 'ndonesia 1rekuensi kanker kolorektal yang
ditemukan sebanding antara pria dan &anitaC banyak terdapat pada seseorang yang berusia mudaC
dan sekitar ")% dari kanker ditemukan pada kolon rektosigmoid, sedangkan di Eegara 4arat
1rekuensi kanker kolorektal yang ditemukan pada pria lebih besar daripada &anitaC banyak
terdapat pada seseorang yang berusia lanjutC dan dari kanker yang ditemukan hanya sekitar )0%
yang berada pada kolon rektosigmoid.
8etak kanker kolorektal paling sering terdapat pada kolon rektosigmoid.

eluhan pasien karena
kanker kolorektal tergantung pada besar dan lokasi dari tumor. eluhan dari lesi yang berada
pada kolon kanan dapat berupa perasaan penuh di abdominal, symptomatic anemia dan
perdarahan, sedangkan keluhan yang berasal dari lesi pada kolon kiri dapat berupa perubahan
pada pola de1ekasi, perdarahan, konstipasi sampai obstruksi.
41
7ambaran histologi merupakan 1aktor penting dalam hal penanganan dan prognosis dari kanker.
7ambaran histopatologis yang paling sering dijumpai adalah tipe adenocarcinoma -(09()%.,
adenocarcinoma mucinous -+"%., signet ring cell carcinoma -29,%., dan sarcoma -0,+9*%..
/ro1. .8. 7oh dari departement o1 medicine 5niversity o1 %alaysia mengatakan bah&a
masyarakat di Asia telah mengikuti pola penyakit gastrointestinal yang muncul pada masyarakat
di negara 4arat beberapa dekade yang lalu, hal ini dikarenakan adanya perubahan pada kondisi
sosial ekonomi. /erubahan sosial ekonomi tersebut memba&a dua dampak yaitu perubahan gaya
hidup dari masyarakat serta peningkatan usia harapan hidup akibat kemajuan pembangunan.
/erubahan gaya hidup yang diasosiasikan dengan masalah kesehatan adalah diet, merokok, gaya
hidup yang sedentari serta obesitas. /eningkatan usia harapan hidup yang ada beserta populasi
'ndonesia yang menduduki peringkat , dunia akan menjadikan 'ndonesia pada tahun +((09202)
akan mempunyai jumlah usia lanjut paling tinggi di dunia.
6ika dilihat dari sudut pandang epidemiologi ada 2 1aktor yang menyebabkan suatu penyakit
menjadi suatu masalah kesehatan yang penting. <ang pertama adalah 1rekuensi, ini berkaitan
dengan tingginya insiden atau prevalensi, termasuk penyakit yang potensial akan meninggi
dalam tingkat insidensi. Adanya 1aktor9 1aktor gaya hidup dan populasi diatas memungkinkan
kanker kolorektal dimasa yang akan datang potensial meninggi dalam hal insidensi. <ang kedua
adalah derajat keparahan atau tingginya mortalitas. Dari data didapatkan )0 persen penderita
kanker kolorektal meninggal dikarenakan penyakit ini. #al ini disebabkan karena pada stadium
a&al seringkali tidak menunjukkan gejala, sehingga pasien baru datang setelah ada gejala yang
biasanya sudah pada stadium akhir, yang menyebabkan penanganan kurati1 sudah tidak dapat
dilakukan lagi.
III.2 TABEL
FAKTOR <ANG MENENTUKAN GE5ALA DAN TANDA
:8:E AEAE :8:E '$' $3T5%
T'/3 T5%:$ ;egetative
5lserati1
Stenotik 'n1iltrati1
;egetati1
5lserati1
A8'43$ ;'S5S 4esar ecil
/ipih
4esar
'S' ;'S5S Setengah cair Setengah padat /adat
?5E7S' 5TA%A Absorpsi /enyimpanan De1ekasi
GAMBARAN KLINIK KARSINOMA KOLOREKTAL LAN5UT
42
:8:E AEAE :8:E '$' $3T5%
AS/3 8'E'S olitis :bstruksi /roktitis
E<3$' arena penyusupan :bstruksi :bstruksi
D3?3AS' Diare@diare berkala onstipasi progresi1 Tenesmi terus
menerus
:4ST$5S' 6arang #ampir selalu #ampir selalu
DA$A# /ADA
?3S3S
Samar Samar@makroskopik %akroskopik
?3S3S Eormal@diare berkala Eormal /erubahan bentuk
D'S/3/S'A Sering 6arang 6arang
AE3%'A #ampir selalu 8ambat 8ambat
%3%45$5E<A
3ADAAE 5%5%
#ampir selalu 8ambat 8ambat
KLASIFIKASI *ARSINOMA RE*TUM MENURUT DUKES
D53S DA8A%E<A 'E?'8T$AS' /$:7E:S'S #'D5/
)TA#5E
A T3$4ATAS D' D'ED'E7 5S5S ("%
4 %3E3%45S 8A/'SAE %5S58A$'S
%5:SA
00%
= %3TASTAS'S 38 8'%?3
=+ 4343$A/A 38.8'%?3 D3AT T5%:$
/$'%3$
!)%
=2 DA8A% 38 8'%?3 6A5# *)%
D %3TASTAS'S 6A5# I)%
43
PENGELOMPOKAN STADIUM KARSINOMA KOLOREKTAL
STAD'5% T5%:$
/$'%3$
383E6A$ 8'%?3
$37':EA8
%3TASTAS'S
6A5#
D53S STA73
0 Tis E0 %0
' T+
T2
E0 %0 A
'' T*
T,
E0 %0 4
''' Setiap T
Setiap T
E+
E2@E*
%0 =
'; Setiap T Setiap E %+
44
DA?TA$ /5STAA
+. $. Sjamsuhidajat T Fim de 6ong. 4uku Ajar 'lmu 4edah.3disi '. /enerbit 4uku
edokteran 37=. 6akarta. +((".
2. 7ray #enry, 2000. 7rayJs Anatomy o1 #uman 4ody O''. Sur1ace Anatomy and Sur1ace
%arkings, 4artleby. /hiladelphia.
*. ?itNgibbons $6 Sch&art.200!. Sch&art %anual o1 Surgery, eight edition.5SAA %c 7ra&9
#ills =ompanies.
45

Anda mungkin juga menyukai