Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Negara
Berkembang. Menurut Survei Morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat
kecenderungan insidensi naik, pada tahun 2000 yaitu 301 per 1000 penduduk dan
pada tahun 2010 menjadi 411 per 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi, dengan Case Faetality Rate (CFR) yang masih
tinggi. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi pada tahun 2010 di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (Case Fatality rate
(CFR) 1,74 %.)1, 2
Diare kebanyakan disebabkan oleh infeksi, data menunjukan bahwa 90%
kasus diare disebabkan karena infeksi dan 10% disebabkan oleh kondisi lain. Pada
kondisi diare, keseimbangan mikroflora pada saluran pencernaan didominasi oleh
bakteri patogen. Kondisi sehat atau seimbang dapat dicapai jika, kelompok bakteri
baik mendominasi saluran pencernaan. Kedudukan bakteri baik yang seimbang
dapat dicapai dengan penggunaan bakteri probiotik sehingga dapat disimpulkan
probiotik dapat mengobati diare. Potensi probiotik tidak hanya dalam mengobati
melainkan juga dalam mencegah diare.3, 4, 5

Probiotik menurut WHO adalah mikroorganisme yang jika digunakan dalam


jumlah yang adekuat dapat memberikan dampak kesehatan bagi tubuh. Probiotik
merupakan bakteri baik yang menguntungkan bagi usus. Probiotik bekerja dengan
cara membentuk koloni dan dapat memberikan efek dalam memodifikasi
komposisi dan aktivitas dari mikroflora usus dengan cara meningkatkan
komponen bakteri baik. Fungsi utama dari bakteri baik diantaranya aktivitas
metabolik yang berperan dalam menjaga energi dan nutrisi yang dapat diserap
usus, efek dalam menstimulasi epitel usus dan struktur dan fungsi imun, dan
proteksi terhadap invasi dari mikroba asing.5, 6, 7, 8
Konsumsi probotik oleh manusia telah meningkat daya tariknya, berhubung
dengan telah bertambahbanyaknya bukti yang memberikan manfaat dalam
kesehatan berhubungan dengan penggunaannya. Salah satu bakteri probiotik
adalah Lactobacillus sp.. Lactobacillus sp. dapat ditemukan dalam variasi olahan
makanan dan minuman, yang paling sering dijumpai adalah susu fermentasi.6, 9, 10
Lactobacillus sp. yang dimasukan melalui makanan pertama harus bertahan
ketika melalui saluran gastrointestinal atas, kemudian tinggal di dalam usus untuk
memberikan efek yang menguntungkan terhadap inang. Dengan demikian untuk
dapat digunakan sebagai probiotik yang potensial Lactobacillus sp. juga harus
memiliki kemampuan untuk bertahan dan tumbuh melaui seluruh saluran cerna
agar dapat sampai ke lokasi dimana terjadi ketidakseimbangan mikroflora. Faktorfaktor yang mempengaruhi daya tahan mikroorganisme diantaranya adalah
tersedianya sumber energi, air, suhu, pH, oksigen dan potensi oksidasi-reduksi,
adanya zat penghambat, dan adanya jasad renik lain.11, 12, 13 14

Daya tahan Lactobacillus sp. dalam saluran cerna dapat ditingkatkan dengan
cara penambahan gula dalam proses produksi. Gula yang menjadi sumber energi
Lactobacillus sp. diantaranya laktosa, glukosa, galaktosa, fruktosa, sukrosa, dan
maltosa. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa glukosa dapat meningkatkan
daya tahan Lactobacillus sp. pada kondisi lambung yang asam, didapatkan hasil
bahwa kelompok Lactobacillus sp. yang tidak diberikan glukosa viabilitasnya
menurun sampai 4log10 CFU/mL. Glukosa juga merupakan suatu bentuk gula
sederhana sehingga glukosa dapat digunakan langsung oleh Lactobacillus sp.
sebagai sumber energi dalam pertumbuhannya, sehingga dapat memperbanyak
koloni Lactobacillus sp. dalam saluran cerna. Sehingga dapat disimpulkan,
apabila kita ingin menambah daya tahan Lactobacillus sp. dalam saluran cerna,
maka diperlukan penambahan glukosa. Glukosa yang dijadikan sebagai substrat
dalam penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan daya tahan koloni
Lactobacillus sp. yang terdapat dalam saluran cerna sehingga akan berakibat lebih
baik dalam menjaga keseimbangan mikroflora usus, yang berakibat baik kepada
manusia sebagai inang.15, 16, 17, 18, 19
Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan penelitian secara in vitro dimana
dilakukan penambahan glukosa 0%, 4%, 7%, dan 10%, didapatkan hasil bahwa
Total Plate Count (TPC) Lactobacillus sp. terbanyak didapatkan pada
penambahan glukosa 10% yaitu 8,71010 CFU/ml dan terdapat perbedaan TPC
yang paling signifikan antara penambahan glukosa 10% dengan 0%, 4%, dan 7%.
Namun, belum ada penelitian mengenai pengaruh penambahan glukosa terhadap
jumlah koloni lactobacillus secara in vivo. Berdasarkan dari penelitian

sebelumnya tersebut peneliti ingin meneliti mengenai pengaruh penambahan


glukosa terhadap jumlah koloni Lactobacillus sp. yang dapat melewati saluran
cerna. Isolasi Lactobacillus sp. dari feses setelah diberikan administrasi secara per
oral dilakukan untuk menunjukan daya tahan Lactobacillus sp. di dalam saluran
cerna. Daya tahan lactobacillus dilihat dari seberapa banyak Lactobacillus sp.
yang terdapat dalam feses. Penambahan konsentrasi glukosa yang digunakan
adapun 0%, 4%, 7% dan 10% yang berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.20, 21

1.2 Identfikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diidentifikasi pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah konsentrasi glukosa mempengaruhi jumlah koloni Lactobacillus sp.
pada feses mencit?
2. Berapa jumlah koloni Lactobacillus sp. pada konsentrasi glukosa 0%, 4%,
7%, dan 10% pada feses mencit?
3. Pada glukosa konsentrasi berapakah Paling banyak koloni Lactobacillus sp.
tumbuh?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1

Maksud

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan


glukosa terhadap jumlah koloni Lactobacillus sp. yang dapat melewati saluran
cerna.
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini:
1.

Mengetahui apakah konsentrasi glukosa mempengaruhi jumlah koloni


Lactobacillus sp. pada feses mencit.

2.

Mengetahui jumlah koloni Lactobacillus sp. pada konsentrasi glukosa 0%,


4%, 7%, dan 10% pada feses mencit.

3.

Mengetahui pada glukosa konsentrasi berapakah paling banyak koloni


Lactobacillus sp. tumbuh.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan informasi dan data ilmiah mengenai pengaruh variasi
konsentrasi glukosa pada jumlah koloni Lactobacillus sp. secara in vivo.

1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat


Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan dalam dasar
pembuatan minuman probiotik.

1.4.3 Manfaat bagi Pengembangan Penelitian


Dapat dijadikan sebagai data awal untuk pengembangan penelitian meengenai
pembuatan minuman probiotik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reid G, Jass J, Sebulsky MT, McCormick JK. Potential Uses of Probiotics in


Clinical Practice. Clinical Microbiology Reviews. 2003;16(4):658.
2. Situasi Diare di Indonesia: Kementrian kesehatan; 2011.
3. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, et al. Harrison's Principle
of Internal Medicine. 17th ed: Mc Graw-Hill; 2007.
4. National Digestive Diseases Information Clearinghouse (NDDIC): Diarrhea.
5. Guarner F, Malagelada JR. Review: Gut Flora in Health and Disease. The
Lancet. 2003;361:51219.
6. Soeharsono, Adriani L, Safitri R, Sjofjan O, Abdullah S, Rostika R. Probiotik
Basis Ilmiah, Aplikasi dan Aspek Praktis. 1st ed. Bandung: Widya Padjadjaran;
2010.
7. Brown A, Valiere A. Probiotics And Medical Treatment Therapy. Nutrition
Clinical Care. 2004;7: 56-68.
8. Parracho H, McCartney AL, Gibson GR. Probiotics and Prebiotics in Infant
Nutrition.
9. Saarela M, Mogensen G, Fonden R, Matto J, Mattila-Sandholm T. Review
Article: Probiotic Bacteria: Safety, Functional and Technological Properties.
Journal of Biotechnology. 2000; 84 (2000) 197 215.
10.
Qiang X, Yonglie C, QianBing W. Health benefit application functional
oligosaccharides Review. Carbohydrate Polymers 2009;77, 435-441.
11.
Huang Y, Adams M. In vitro Assessment of The Upper Gastrointestinal
Tolerance of Potential Probiotic Dairy Propionibacteria. Intern JFood
Microbiol. 2004;91, 253-260.
12.
Lankaputhra W, Shah N. Survival of Lactobacillus acidophilus and
Bifidobacteriumspp in the presence of acid and bile salts. Cultured Dairy Prod
J. 1995;30:2-7. .
13.
Ghadimi D, Folster-Holst R, deVrese M, Winkler P, Heller K,
Schrezenmeir J. Effects of Probiotic Bacteria and Their Genomic DNA on
TH1/TH2-Cytokine Production by Peripheral Blood Mononuclear Cells
(PBMCs) of Healthy and Allergic Subjects. Immunobiology. 2008; 213, 677
692.
14.
Fardiaz S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia; 1992.
15.
Klefstad K. The Effect of Sugar on Probiotics in Yogurt. 2011 [updated
Jun 14, 2011 ]; Available from: http://www.livestrong.com/article/298774-theeffect-of-sugar-on-probiotics-in-yogurt/.
16.
Vernazza CL, Rabiu BA, Gibson GR. Prebiotics: Development and
Application.
17.
Kunaepah U. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu kimia Kefir susu
Kacang Merah. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008.

18.
Supriyono T. Kandungan Betakaroten, Polifenol Total dan Aktivitas
"Merantas" Radikal Bebas Kefir Susu Kacang Hijau (Vigna radiata) oleh
Pengaruh Jumlah Starte Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) dan
Konsentrasi Glukosa. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008.
19.
Corcoran B, Stanton C, Fitzgerald G, Ross R. Survival of Probiotic
Lactobacilli in Acidic Environments Is Enhanced in the Presence of
Metabolizable Sugars. Appl Environ Microbiol 2005;6 3060-3067.
20.
Alander M, Satokari R, Korpela R, Saxelin M, Vilpponen-Salmela T, T
TM-S, et al. Persistence of Colonization of Human Colonic Mucosa by
Aprobiotic Strain, Lactobacillus rhamnosusGG, After Oral Consumption.
Applied and Environmental Microbiology. 1999;65, 351354.
21.
Atsari AG. Pengaruh Penambahan Glukosa Terhada Lama Fermentasi dan
Total Plate Count Lactobacillus sp. pada Media Susu Kedelai. Cimahi:
Universitas Jenderal Achmad Yani; 2012.

Anda mungkin juga menyukai