Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan Millenium Development Goal (MDGs) 2015 di bidang
kesehatan adalah menurunkan angka kematian anak. Dalam 20 tahun terakhir,
angka kematian balita di dunia menurun cukup tajam dari 12 juta pada 1990
menjadi berkisar 7,6 juta pada 2010 (dari 88 per 1.000 kelahiran hidup menjadi
57 per 1.000 kelahiran hidup).1 Sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia
dengan perhitungan lebih dari satu bayi lahir prematur diantara sepuluh bayi
yang lahir. Hampir disemua negara, angka kejadian bayi lahir prematur terus
meningkat setiap tahunnya.2
Tahun 2005 diperkirakan bahwa 9,6% dari seluruh kelahiran di dunia
adalah prematur atau sekitar 12,9 juta kelahiran didefinisikan sebagai prematur.2
Rata-rata kelahiran prematur di 65 negara meningkat dari 7,5 % dengan jumlah
kelahiran prematur sebesar 2 juta kasus menjadi 8,6 persen dengan total 2,2 juta
kasus kelahiran prematur. Menurut survei yang dilakukan oleh WHO pada tahun
2009, ada sepuluh negara yang memiliki angka kejadian bayi lahir prematur
tertinggi di dunia, yaitu India 3.519.100, China 1.172.300, Nigeria 773.600,
Pakistan 748.100, di Indonesia 675.700 dan diikuti oleh negara

Amerika,

Bangladesh, Philipine, Kongo dan Brazil. 3


Menurut Profil Kesehatan RI pada tahun 2004, pada tahun 2003 Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sempat mengalami penurunan yaitu sebesar
22,9% per 100 kelahiran hidup, namun pada tahun 2004 mengalami kenaikan
kembali menjadi 29,4% per 100 kelahiran hidup meskipun angka tersebut tidak

mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena tidak semua


persalinan bayi prematur yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan,
terutama yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya.4
Sebanyak 5% kehamilan di Indonesia akan berakhir pematur.5 Angka
kejadian persalinan prematur di Indonesia sebenarnya belum dapat dipastikan
jumlahnya, namun berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Departemen Kesehatan tahun 2007, proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka
kejadian persalinan prematur.6
Bayi lahir prematur bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti Ketuban
Pecah Sebelum Waktunya (KPSW), kelainan uterus, vaginosis bakterialis,
komplikasi medis dan obstetri, serta penyakit sistemik kronis. Komplikasi medis
dan obstetri yang terbanyak dialami oleh ibu yang melahirkan bayi prematur
adalah preeklamsi/eklampsia yaitu sebanyak 109 ibu (33,9%). Preeklamsia/
eklamsi selama kehamilan secara nyata meningkatkan risiko mortalitas dan
morbiditas perinatal.7
Penelitian yang dilakukan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tahun
2010 menunjukkan bahwa 13 % ibu dengan preeklampsia melahirkan bayi
prematur.8 Faktor risiko bayi lahir prematur antara lain usia, paritas, riwayat
persalinan sebelumnya, keadaan sosial ekonomi, dan faktor gaya hidup. Pada
sebuah penelitian di RS dr. Soebandi Jember tahun 2008, usia antara 20 sampai
35 tahun merupakan usia ibu terbanyak yang mengalami prematur yaitu 72 ibu
dari 168 ibu. Hal ini dikarenakan pada rentan usia tersebut merupakan usia
produktif atau usia yang paling banyak melahirkan.9 Penelitian Mufidah di Kediri
mendapatkan hasil bahwa paritas ibu yang terbanyak mengalami prematur

adalah multipara.10 Penelitian yang dilakukan di RS Santa Elisabeth Medan


didapatkan hasil yang sama yaitu paritas yang banyak mengalami prematur
adalah ibu multipara.11
Perawatan bayi yang lahir prematur juga membutuhkan biaya yang cukup
tinggi.4 Di Indonesia sendiri belum ada upaya yang terintegrasi untuk
menurunkan angka kejadian persalinan prematur dengan tujuan menurunkan
angka kematian perinatal.11 Upaya yang sudah dilakukan saat ini adalah dengan
merawat bayi yang lahir prematur dengan risiko biaya yang tinggi dan tetap
mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas yang sama tingginya.12
Berdasarkan latar belakang diatas, menunjukan bahwa angka kejadian
bayi lahir prematur di Indonesia masih cukup tinggi dan belum ada data lengkap
mengenai penyebab serta faktor risiko bayi lahir prematur yang bisa dijadikan
sebagai sumber informasi. Belum adanya data mengenai jumlah bayi lahir
prematur, penyebab bayi lahir prematur serta belum adanya data lengkap
mengenai faktor risiko bayi lahir prematur di rumah sakit Dustira yang merupakan
rumah sakit rujukan menjadi alasan penulis tertarik untuk membahas Jumlah
Bayi Lahir Prematur dan Penyebab serta Faktor Risikonya di Rumah Sakit
Dustira periode tahun 2010-2011

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Berapa jumlah bayi lahir prematur di Rumah Sakit Dustira periode tahun
2010?
2. Apa saja penyebab terbanyak bayi lahir prematur di Rumah Sakit Dustira?

3. Apa saja yang menjadi faktor risiko terbanyak bayi lahir prematur di Rumah
Sakit Dustira?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui jumlah bayi lahir prematur di Rumah Sakit Dustira pada periode
tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penyebab bayi lahir prematur di Rumah Sakit Dustira.
2. Untuk mengetahui faktor risiko bayi lahir prematur di Rumah Sakit Dustira.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Akademis
Dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan menambah
informasi khususnya tentang jumlah bayi lahir prematur, penyebab, dan faktor
risikonya di Rumah Sakit Dustira.
1.4.2 Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan dalam upaya
pencegahan persalinan prematur sehingga diharapkan dapat menurunkan angka
kematian bayi lahir prematur.

Anda mungkin juga menyukai