Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Topografi secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), danasteroid. Dalam
pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi
juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal.
Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan
identifikasi jenis lahan. Unsur relief yang disajikan nantinya dalam bentuk garis kontur.
Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk
pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal
yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini.
Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan
militer dan eksplorasi geologi, untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan
proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.
Untuk pengertian peta topografi sendiri merupakan peta penyajian unsur-unsur
alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam
tersebut diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya. Mengenai pengukuran
melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan titik kontrol yang
dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran
pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat berdasarkan koordinat yang telah
ditentukan pada pengukuran titik kontrol.
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan posisi
keadaan planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya digambarkan
diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang hasilnya berupa peta
topografi.
Peta topografi mempunyai ciri khas yang dibuat dengan teliti (secara geometris
dan georefrensi) dan penomorannya berseri, standart. Peta topografi mempunyai peta
dasar (base map) yang berarti kerangka dasar (geometris/georefrensi) bagi pembuatan
peta-peta lain.
B. MATERI
1. Sketsa denah lokasi pengukuran
2. Penentuan titik kontrol polygon
3. Kalibrasi alat
4. Kerangka Kontrol Horizontal

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi dari lokasi pengukuran
2. Mahasiswa dapat menentukan lokasi peletakkan titik kontrol guna kegiatan
pengukuran
3. Mahasiswa dapat mengetahui besar kesalahan yang dimiliki oleh alat yang
digunakan
4. Mahasiswa dapat mengetahui jarak antar titik kontrol serta besar sudut yang
dibentuk untuk memudahkan tahapan pengukuran selanjutnya

D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan pengukuran dilaksanakan setiap mata kuliah praktikum Survei Topografi
pada ;
hari : Kamis
waktu : 09.00 12.00 WIB
Kegiatan pengukuran dimulai pada tanggal 7 Maret 2013 hingga saat ini

E. LOKASI PENGUKURAN
Kegiatan pengukuran ini berlokasi di wilayah sekitar Kantin dan Musholla
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


BAB II
PEMBAHASAN

A. ALAT YANG DIGUNAKAN
Teodolit T0 Topcon seri Z 31354 1 set
Statip ukuran kecil 1 buah
Tripod 2 buah
Unting-unting 2 buah
Pita ukur 1 buah
Jalon 3 buah
Patok kayu/paku paying secukupnya
Alat tulis

B. LANGKAH KERJA
a. Penggambaran sketsa denah lokasi
1. Beberapa orang anggota melakukan survey di sekitar lokas pengukuran
2. Mengamati kondisi di sekitar lokasi serta bagaimana bentuk dan jalan
disekitarnya
3. Membuat sketsa kasar denah lokasi pengukuran

b. Kalibrasi alat
1. Mendirikan statip pada titik yang sudah tersedia di tempat yang tidak harus
sama dengan lokasi pengukuran
2. Memasang Teodolit T0 pada statip yang sudah didirikan setinggi dada
pengamat
3. Sentering alat dan memastikan sumbu I vertikal
4. Membidik salah satu target pada titik tertentu
5. Membaca besar sudut pada piringan horizontal dengan metode biasa melalui
teropong yang berada dekat teropong objek



V
Bacaan vertikal diabaikan

H

Bacaan sudut horizontal

6. Mencatat hasil bacaan
7. Melakukan pembacaan dengan metode luar biasa, kemudian dilanjutkn kembali
hingga 2 seri rangkap
8. Menghitung besar sudut yang diperoleh serta kesalahan kolimasinya
9. Membaca besar sudut vertikal pada teropong yang sama dengan pembacaan
sudut horizontal
V
Bacaan sudut vertikal

H

Bacaan horizontal diabaikan
10. Mencatat hasil bacaan kemudian melanjutkan pengukuran metode luar biasa
hingga 2 seri rangkap
11. Menghitung besar sudut yang diperoleh serta kesalahan indeks vertikalnya.

c. Penentuan titik kontrol poligon
1. Melalui denah lokasi yang telah dibuat, ditentukan beberapa titik yang sesuai
dengan keefektifan dan keefisienan pengukuran
2. Mengadakan survey secara langsung di lokasi pengukuran
356
32 00
87
59 20
3. Memilih titik yang tidak menghalangi jalan kendaraan ataupun aktifitas orang
lain
4. Memilih titik yang bisa dilihat dari dua titik polygon lain yang ada di sisi kiri
dan kanan titik tersebut
5. Melakukan estimasi jarak agar tidak terlalu berbeda jauh antara jarak disisi satu
dengan sisi lainnya
6. Melakukan pertimbangan dengan pengukuran detil yang akan dilakukan
selanjutnnya.

d. Kerangka Kontrol Horizontal
Pengukuran Jarak Langsung
1. Melakukan pelurusan dengan jalon dari titik 1 ke titik 2 sambil membagi
jarak menjadi beberapa bagian
2. Menandai titik yang dijadikan sebagai titik bantuan untuk mengukur jarak
pergi 1-2 dengan symbol yang berbeda, misal a,b
3. Kemudian pelurusan kembali dengan memebrikan symbol yang berbeda
lagi dengan sebelumnya untuk pengukuran pulang 1-2, misal c,d
4. Mengukur jarak 1-a dengan pita ukur kemudian jarak a-b, lalu yang
terakhir b-1
5. Menjumlahkan hasil dari ketiga pengukuran yang kemudian merupakan
pengukuran jarak pergi 1-2
6. Melakukan pengukuran yang sama pada titik pulang 2-1 dengan prosedur
yang sama dengan pengukuran pergi
7. Menghitung rata-rata yang diperoleh dari kedua pengukuran hingga sesuai
dengan TOR =


8. Untuk pengukuran di area miring, prosedur yang dilakukan sama dengan
pengukuran jarak mendatar. Namun, pada saat penarikan pita ukur
digunakan unting-unting agar posisi pita ukur tetap mendatar, tidak
mengikuti kemiringan area. Unting-unting tegak lurus dengan pita ukur.
9. Pengukuran diulangi kembali jika belum sesuai dengan TOR

TOR =




Pengukuran Sudut
1. Membidik sebuah target A dengan teropong pada posisi biasa kemudian
membaca skala piringan horizontalnya dan mencatat hasilnya
2. Membidik kembali sebuah target B masih dengan posisi teropong biasa
3. Membaca skala piringan horizontalnya dan mencatat hasilnya
4. Mengubah posisi teropong menjadi luar biasa dengan bidikkan yang masih
sama dengan bidikan terakhir, target B
5. Membaca skala piringan horizontalnya dan mencatat hasilnya
6. Membidik teropong ke bidikkan awal, yaitu target A kemudian membaca
skala piringan horizontalnya dan mencatat hasilnya
7. Melakukan kembali pengukuran sudut dengan posisi biasa kemudian luar
biasa pada titik target yang masih sama, ini disebut pengukuran dua seri
rangkap.
8. Menghitung besar sudut yang diperoleh kemudian mencari rata-ratanya
Besar sudut ukuran: (B=biasa) = R
2
-R
1

(LB=luar biasa) = R
2
-R
1

() () () ()













O
A=R
1

B=R
2

C. HASIL KERJA
I. Kalibrasi Alat
Kesalahan Kolimasi
Bacaan Biasa = 356
0
32 00
Bacaan Luar Biasa = 176
0
31 40

356
0
32 00 - 176
0
31 40 = 180
0
00 20
180
0
00 20 - 180
0
00 00 = 00
0
00 20
Jadi kesalahan kolimasi yang dimiliki alat sebesar 20
Kesalahan Indeks Vertikal
Bacaan Biasa = 87
0
59 20
Bacaan Luar Biasa = 272
0
03 00
87
0
59 20 + 272
0
03 00 = 360
0
02 20
360
0
02 20 - 360
0
00 00 = 00
0
02 20
Jadi kesalahan indeks vertikal yang dimiliki alat sebesar 02 20

II. Hitungan Bowdith
Beberapa unsur yang dibutuhkan dalam melakukan hitungan bowdith,
diantaranya :
Besar sudut horizontal di tiap titik poligon
diperoleh melalui pengukuran masing-masing titik sudut

Besar azimuth
Besar azimuth yang pertama diperoleh melalui pengukuran, kemudian
untuk azimuth yang selanjutnya bisa diperoleh dengan menghitung
menggunakan rumus :

23
=
12
+ 180
0
S
2

Jarak antar titik polgon
diperoleh melalui pengukuran jarak langsung antar titik poligon

d sin , fx
d sin = merupakan perkalian antara jarak dengan sinus dari azimuth
fx = merupakan besar koreksi dari d sin

d cos , fy
d cos = merupakan perkalian antara jarak dengan cosinus dari azimuth
fy = merupakan besar koreksi dari d cos

koordinat X,Y
untuk koordinat awal (X
1
, Y
1
) sudah ditentukan terlebih dahulu sedangkan
untuk koordinat selnjutnya diperoleh melalui proses penghtungan :
X
2
= X
1
+ d
1
sin
12

Y
2
= Y
1
+ d
1
cos
12










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Peta topografi merupakan peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan
manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada
posisi yang sebenarnya. Mengenai pengukuran melalui titik kontrol yang telah menguraikan
cara-cara penempatan titik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol
yang dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat
berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol.
Pengukuran yang dilakukan antara lain pengukuran jarak langsung dan pengukuran
sudut. Dalam kegiatan pengukuran ini dibutuhkan ketelitian tinggi oleh pengukur. Karena
jika tidak teliti, maka hasilnnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.















LAPORAN PRAKTIKUM
SURVEI TOPOGRAFI
AREA MUSHOLLA DAN KANTIN FAKULTAS TEKNIK UGM

OLEH :

1. ABDURROSYID (12/329937/TK/39140)
2. ADHIANA MULAWARMAN (12/330246/TK/39428)
3. ANINDA RISKI DHANI S (12/329834/TK/39076)
4. ANISAH (12/329679/TK/39009)
5. LUTHFI GHINA BARKA (12/330231/TK/39413)
6. SITI GORA KRISDHI (12/330171/TK/39357)


JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

Anda mungkin juga menyukai