(Studi Kasus dilakukan di IRNA Sepsis RS. Saiul An!a" Malan#$ OLE% & 'UNI AR'ANTI, S.(a") *+*,-.*+- PENDIDIKAN PRO(ESI APOTEKER PERIODE // (AKULTAS (ARMASI UNI0ERSITAS AIRLANGGA SURABA'A 1**2 BAB I TIN3AUAN PUSTAKA -.- Tin4auan Tentan# A5ses 1.1.1 Definisi Abses Abses atau furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila furunkelnya lebih dari satu maka disebut furunkolosis. Suatu furunkel, biasanya dikenal sebagai suatu bisul atau boil, ditandai suatu massa material bernanah timbul dari folikel rambut dan meluas pada jaringan subkutan (Pendland,S.L et al., 2005. 1.1.2 !tiologi Abses Abses sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Pendland,S.L et al., 2005. 1.1." #anifestasi klinik $akteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. %ada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core. Apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh. %redileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada &ajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan. 1.1.' (erapi )urunkel yang besar (multiple umumnya diterapi dengan peni*illinaseresistant peni*illin (di*lo+a*illin 250 mg per oral tiap , jam selama -. 10 hari. /ika pasien alergi penisilin maka alternatif lain adalah *lindamy*in (150. "00 mg per oral tiap , jam. (indakan insisi diindikasikan untuk lesi yang besar dan flu*tuant yang tidak drain spontaneously (Pendland S. L. et al., 2005. -.1 Tin4auan Diabetes Mellitus -.1.- Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (D# merupakan kumpulan gangguan metabolik yang terkarakterisasi dengan hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dapat dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensiti0itas insulin, atau keduanya ((riplitt et. al., 2005. -.1.1 1lasifikasi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus, dibedakan menjadi 2 yaitu ((riplitt et. al., 2005 2 a. Diabetes Mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus D# tipe 1 disebabkan adanya kerusakan pada sel beta pankreas yang dimediasi oleh imun sehingga kekurangan insulin bersifat absolut. b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus D# tipe 2 biasanya terkarakterisasi oleh penurunan resistensi insulin dan kekurangan insulin bersifat relatif. *. %enyebab lain dari D# (1.23 dari kasus D# sangat jarang termasuk gangguan dari sistem endokrin (misal akromegali, Cushings syndrome, D# gestasional, penyakit eksokrin (pankreatitis, dan karena pengaruh obat seperti glukokortikoid, pentamidin, niasin. -.1.. #anifestasi 1linik Diabetes Mellitus 4ejala D# antara lain banyak ken*ing (poliuria, banyak minum (polidipsia, penurunan berat badan tanpa sebab &alaupun banyak makan (polifagia, kadar gula darah tinggi5hiperglikemia, glikosuria, ketosis, asidosis, bahkan koma (4anong, 2005. 1.2.5 (erapi Diabetes Mellitus (erapi D# meliputi mengatur pola makan dan olah raga, oral antidiabetik (6AD dan insulin. Adapun terapi diabetes mellitus tipe 77 yaitu diberikan oral antidiabetik (6AD yang dapat merangsang sensitifitas insulin. 8ang termasuk dalam 6AD antara lain2 a. Sulfonilurea Sulfonilurea bekerja dengan merangsang sekresi insulin oleh pankreas. 4olongan sulfonilurea antara lain (olbutamide (6rinase, 4lipi9ide (4lu*otrol, 4limepiride (Amaryl b. Short acting insulin secretagogues (#eglitinides #eglitinides memiliki *ara kerja yang sama dengan sulfonilurea yaitu merangsang sekresi insulin oleh pan*reas. *. $iguanide 4olongan biguanide dapat menurunkan kadar gula darah dengan *ara meningkatkan sensitifitas insulin yang dihasilkan oleh hati dan jaringan. d. (hia9olidinediones (4lita9one 4olongan obat ini akan mengaktifkan %%A:; yang merupakan faktor penting dalam transkripsi pada sel lemak dan metabolisme asam lemak. e. <.4lu*osidase 7nhibitor 4olongan ini akan meme*ah sukrosa ataupun karbohidrat kompleks di usus. Adapun penggunaan insulin pada diabetes mellitus tipe 77, yaitu keadaan yang diikuti dengan infeksi ((riplitt et. al., 2005. BAB II DOKUMEN ASU%AN KE(ARMASIAN LAPORAN KASUS 7nisial %asien 2 (n.Sgt $erat $adan 2 4injal 2 normal =mur 2 ,> th (inggi $adan 2 ?epar 2 normal 1eluhan =tama 2 benjolan di punggung sejak " bln, lemas sejak 1 minggu yang lalu Diagnosis 2 Abses punggung, diabetes mellitus (D# tipe 2 :i&ayat %enyakit 2 . :i&ayat %engobatan 6bat Dosis 7ndikasi . . . Alergi 2 . 1epatuhan %atuh 6bat (radisional . #erokok . 6(@ . Alkohol . Aain.lain Status Askes %BS (abel 77.1 @atatan %erkembangan %asien 7nisial %asien2 (n. Sgt (anggal %roblem5 1ejadian5 (indakan 1linisi 2,52 %asien masuk rumah sakit (#:S melalui 7:D dengan keluhan benjolan di punggung sejak " bulan yang lalu, lemas sejak 1 minggu yang lalu, nyeri luka (C, pus (C, radang (C 2-52 %asien mengeluh nyeri luka (C, pus (C, radang (C sehingga dilkukan ra&at luka 2D52 E 15" %asien mengeluh nyeri luka (C, pus (C sehingga dilakukaan ra&at luka. "5" E -5" Dilakukan ra&at luka pada pasien berdasarkan data klinik yang ada, yaitu nyeri luka (C, pus (C, radang (C. D E 155" Dilakukan ra&at luka pada pasien berdasarkan data klinik yang ada, yaitu nyeri luka (C, pus (C. 1,5" .1D5" %asien mengeluh nyeri luka (F, pus (C dan dilakukan ra&at luka pada luka pasien. 1>5" Dilakukan insisi luka pada pasien sehingga diberikan petidin untuk menghilangkan nyeri saat insisi. (abel 77.2 %rofil %engobatan %asien Aanjutan (abel 77.2 7nisial %asien2 (n. Sgt #:S2 2,52 7nisial %asien2 (n. Sgt =mur5$$5(inggi2 ,> th Alamat2 #alang :i&ayat Sosial2 Askes %BS 1eluhan =tama2 benjolan di punggung sjk " bln, lemas sjk 1 minggu ini Diagnosa 2 Abses punggung, D# tipe 2 :i&ayat %enyakit2 . :i&ayat 6bat 2 . 1epatuhan 2 patuh Alergi: - #erokok5Alkohol2 .5. 6bat (radisional2 . 6(@2 . PRO(IL PENGOBATAN PADA SAAT MRS 6bat :ute Dosis )rekuensi (anggal %emberian 6bat
2,52 7:D 2-52 2D52 15" 25" "5" '5" 55" ,5" -5" D5" >5" @efota+im i0 1 g " + 1 G G G G G #etronida9ol i0 500 mg " + 1 G G G G G G G G @eftria+on i0 1 g 2 + 1 G G G G G G G 4entamisin i0 D0 mg 2 + 1 G G G #eropenem i0 1 g 2 + 1 :anitidin i0 50 mg 2 + 1 G G G G G G G G G G G G 1etorola* i0 10 mg " + 1 (15% G #etami9ol i0 1 g " + 1 (15% G G G G G G G G G G G A*trapid s* ' = 1.1.1 G G G G G G ,.,., 7nsulatard s* 10 = 0.0.10 G G G G G G G G 0.0.1' Albumin 25 3 i0 100 ** G BS i0 20 tts5mnt G G G G G G G G G BS 2:D 5 3 i0 2 2 2 G G G %:@ i0 2 labu5hari G PRO(IL PENGOBATAN PADA SAAT MRS 6bat :ute Dosis )rekuensi (4A 105" 115" 125" 1"5" 1'5" 155" 1,5" 1-5" 1D5" 1>5" 4entamisin i0 D0 mg 2 + 1 G G G #eropenem i0 1 g 2 + 1 G G G G G G G G @lindamy*in po "00 mg 2 + 1 G G G G :anitidin i0 50 mg 2 + 1 G G G #etami9ol i0 1 g " + 1 (15% G G G G G G G G G G A*trapid s* D = 1.1.1 G G '.'.' G G G G 7nsulatard s* 1D = 0.0.1 G G 0.0.10 G Albumin 25 3 i0 100 ** G G G 5 3 G G BS i0 20 tts5mnt G G G G G G G G G BS 2 D 5 3 i0 2 2 1 G D 5 3 i0 20 tpm G %ethidin i0 G (abel 77." Data 1linik %asien yang #endukung Data 1linik Bilai Bormal (anggal 1omentar dan Alasan 2,5 2 2-5 2 2D5 2 15" 25" "5" '5" 55" ,5" -5" D5" Respiratory rate (:: pasien pada a&al masuk rumah sakit (#:S menunjukkan adanya infeksi karena bakteri pada abses punggung pasien, yang didukung oleh peningkatan leukosit dan suhu tubuh pasien. (D 1205D0 mm?g 1125 D' 1"05 >0 1205 ,0 1205 ,0 1105 D0 1105 D0 1105 D0 1205 ,0 1105 D0 1105 D0 1105D0 Badi D0 . 100 +5menit >2 >0 >0 >0 D0 D0 D0 D' >2 >2 DD :: 1D.20 +5menit 2' 20 20 20 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, Suhu "-,' oH @ "-," "-,2 ",,D ",,2 "-,2 "-,2 "- "-,' "- ",," "- 4@S '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, Data 1linik Bilai Bormal (anggal >5" 105 " 115 " 125 " 1"5 " 1'5" 155" 1,5" 1-5 " 1D5" (D 1205D0 mm?g 1205 D0 1205 D0 1205 -0 1205 -0 1205 -0 1205- 0 1"05>0 1"05>0 1"05 -0 1"05>0 Badi D0 . 100 +5menit DD >0 >2 DD D0 DD DD DD DD DD :: 1D.20 +5menit 1, 1D 20 2' 20 1D 22 22 22 22 Suhu "-,' oH @ "- ", ", "-,D ", ", ",,' 4@S '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, '5, (abel 77.' Data Aaboratorium yang #endukung Data Aaboratorium
Bilai Bormal
(anggal 1omentar dan Alasan 2,52 2-52 25" 55" ,5" -5" >5" 125" 1"5" 1'5" 1,5" 1D5" Aeukosit pasien yang lebih tinggi dari rentang normal menunjukkan adanya infeksi karena bakteri pada abses punggung pasien. %eningkatan gula darah pasien menunjukkan adanya D# tipe 2 yang dapat memperberat kondisi abses punggung pasien. Ib* '000.100005uA 1,100 1D"00 11'00 >D00 -D00 '0.'00 -100 ?b 11.1, g5dl >,1 >,> ,,> 11,' 12,2 11,1 10,, ?*t "5.'5 3 2,,, "2,> "',D "2,D "1,D (rombosit 150000.'50000 5=l ',1000 50-000 2>1000 "0"000 "1,000 "05000 25>000 4DS J200 mg5dl 50> D' 4D% J12, mg5dl "0" 110 21- 220 2, 1, 112 4D2%% J200 mg5dl "-, 201 2-- 2D- D' >2 21> Albumin ",5.5 mg5dl 2,,' 2,1" 2,-2 2,25 2,1D 2,55 2,,' 2,,> 2,5> =reum 10.2' mg5dl 2D," "0,1 1reatinin 0,5.1,5 mg5dl 0,-' 0,,- (4 J150 mg5dl 1'' ?DA K50 mg5dl 1D ADA J150 mg5dl ," 1olesterol total J200 mg5dl 10, Ba 1",.1'5 mmol5l 11D 12> 1 ",5.5 mmol5l 5,01 ",D Aanjutan (abel 77.' Data Aaboratorium Bilai Bormal (anggal 2,52 2-52 ,5" 125" ?asil pus tgl '5" $akteri 2 gram (., basil 1ultur 2 Enterobacter agglomerans Sensitif kuat 2 4entamisin, Amikasin, #eropenem @l >D.10, mmol5l >2 10' A!D J 15 mm5jam 10 1" S46( 11.'1 u5l 1, 12 S4%( 10.'1 u5l 1, 11 p? urin - S45$/ 1,025.1,02> 1,010 4lukosa urin tra*e Sedimen =rin 2 . !pitel C . !ri . . Aeu 0.1 1ristal urin C @a. Sulfat $akteri . (abel 77.5 %engobatan %asien 6bat %emantauan 1efarmasian 1omentar dan Alasan #ulai /enis 6bat :ute Dosis )rek $erhenti 7ndikasi 6bat 2,52 @efota+im i0 1 g " + 1 "5" Antibiotik untuk abses punggung Suhu tubuh, I$@ %emberian *efota+im didukung adanya peningkatan suhu tubuh dan I$@ pasien dari nilai normal pada 2,52, *efota+im merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga untuk infeksi bakteri gram (C dan (. (#artin et. al., 200,. 2-52 #etronida9ol i0 500 mg " + 1 -5" #etronida9ol digunakan untuk infeksi bakteri anaerob karena abses punggung sudah men*apai sub kutan yang memungkinkan bakteri anaerob tumbuh (#artin et. al., 200,L Pendland,S.L et al., 2005. "5" @eftria+on i0 1 g 2 + 1 105" @eftria+on merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga untuk infeksi bakteri gram (C dan (., dimana dapat menembus blood brain barier (Aa*y, et all, 200D. -5" 4entamisin i0 D0 mg
2 + 1 1"5" 4entamisin digunakan untuk infeksi bakteri gram (. (#artin et. al., 200,. Aktifitas tersebut sesuai dengan hasil kultur pus. 125" #eropenem i0 1 g 2 + 1 #eropenem bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri ((atro et al., 200". #eropenem diberikan karena kondisi pasien yang lebih jelek, ditunjukkan adanya peningkatan I$@. %emberian meropenem sesuai dengan hasil kultur pus tanggal ' #aret 200>. Aanjutan (abel 77.5 6bat %emantauan 1efarmasian 1omentar dan Alasan #ulai /enis 6bat :ute Dosis )rek $erhenti 7ndikasi 6bat 1,5" @lindamy*in po "00 mg 2 + 1 (erapi masih dilanjutkan Antibiotik untuk abses punggung Suhu tubuh, I$@ @lindamy*in merupakan antibiotik spektrum luas untuk infeksi bakteri gram (C, (. dan anaerob yang *o*ok untuk infeksi kulit (#artin et. al., 200,. 2,52 :anitidin i0 50 mg 2 + 1 1"5" %rofilaksis stress ul*er 1eluhan nyeri perut, mual, muntah :anitidin merupakan pengeblok reseptor ?2 di lambung untuk mengurangi produksi asam lambung pasien ((atro et al., 200". 2,52 1etorola* i0 10 mg " + 1 2-52 Analgetika 1eluhan nyeri luka 1etorola* merupakan analgesik non steroid yang bekera denan menghambat @6M dan sintesis prostaglandin ((atro et al., 200". 1etorola* diberikan untuk menghilangkan nyeri luka pasien. 2-52 #etami9ol i0 1 g " + 1 (erapi masih dilanjutkan Analgetika 1eluhan nyeri luka #etami9ol merupakan analgesik untuk menghilangkan nyeri luka pasien. Aanjutan (abel 77.5 6bat %emantauan 1efarmasian 1omentar dan Alasan #ulai /enis 6bat :ute Dosis )rek $erhenti 7ndikasi 6bat 2D52 A*trapid s* ' = " + 1 ,5" #engontrol kadar gula darah pasien 4ula darah A*trapid merupakan insulin short acting yang onsetnya *epat sehingga dapat terkontrol gula darah setelah makan dengan baik ((riplitt et. al., 2005. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan gula darah pasien. A*trapid diberikan karena nilai 4D2%% pasien lebih dari normal. ,5" A*trapid s* , = " + 1 105" 105" A*trapid s* D = " + 1 125" 125" A*trapid s* ' = " + 1 2,52 7nsulatard s* 10 = 0.0.1 ,5" #engontrol kadar gula darah pasien 4ula darah 7nsulatard merupakan insulin intermediate-acting yang memiliki masa kerja panjang sehingga dapat mengontrol gula darah basal pasien dengan baik ((riplitt et. al., 2005. $esarnya dosis yang diberikan disesuaikan dengan gula darah pasien 7nsulatard diberikan karena nilai 4D% pasien lebih dari normal. ,5" 7nsulatard s* 1' = 0.0.1 105" 105" 7nsulatard s* 1D = 0.0.1 125" 125" 7nsulatard s* 10 = 0.0.1 1'5" "5" Albumin i0 25 3 100 mA '5" #engatasi hipoalbumin Albumin %ada pasien terjadi penurunan albumin akibat kondisi pasien, oleh karena itu diberikan tranfusi albumin. Albumin 25 3 diberikan jika nilainya J 2,5 mg5dl. Albumin 5 3 diberikan jika nilainya 2,5." mg5dl. 105" Albumin i0 25 3 100 mA 115" 125" Albumin i0 25 3 100 mA 1'5" 1-5" Albumin i0 5 3 100 mA Aanjutan (abel 77.5 6bat %emantauan 1omentar dan 1efarmasian Alasan #ulai /enis 6bat :ute Dosis )rek $erhenti 7ndikasi 6bat 1>5" %etidin i0 205" Analgetika operasi Byeri saat operasi %etidin merupakan analgesik opioid untuk menghilangkan nyeri pada tindakan insisi luka pasien. 2,52 BS i0 20 tts5mnt 2D52 =ntuk keseimbangan *airan tubuh dan nutrisi pasien 1adar elektrolit BS merupakan *airan isotonis yang mengandung elektrolit natrium dan klorida untuk mengatur keseimbangan *airan tubuh (#artin et. al., 200,. "5" BS i0 20 tts5mnt 1'5" 155" BS i0 20 tts5mnt 2D52 BS 2 :D 5 3 i0 2 2 2 "5" BS dengan :D 5 3, BS dengan D 53 yang diberikan merupakan *airan hiperosmolar untuk hemodilusi, dimana mengandung glukosa sebagai sumber kalori. (#artin et. al., 200,. 125" D 5 3 i0 20 tpm 1"5" 1'5" BS 2 D 5 3 i0 1 2 1 155" -5" %:@ i0 2 labu5hari D5" #eningkatkan ?b pasien ?b ?b pasien saat #:S sudah mengalami penurunan tetapi ?b pasien J D g5dl pada tanggal ,5" sehingga diberikan tranfusi %:@. (abel 77., Asuhan 1efarmasian 6bat %roblem (indakan (usulan pada klinisi, pera&at, pasien A*trapid 7nsulatard !fek samping hipoglikemi 7njeksi a*trapid sebaiknya "0 menit sebelum makan untuk men*apai kontrol gula darah 2 jam setelah makan (4D2%% se*ara optimal BAB III PEMBA%ASAN %asien (n. Sgt masuk rumah sakit pada 2, )ebruari 200> dengan keluhan benjolan di punggung sejak tiga bulan sebelum masuk rumah sakit, lemas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. %asien didiagnosa oleh Dokter menderita abses punggung dan diabetes mellitus (D# tipe 2. %ada saat masuk rumah sakit, pasien menjalani pemeriksaan klinik dan laboratorium yang menunjukkan bah&a adanya peningkatan denyut nadi, respiratory rate (::, suhu tubuh, leukosit, gula darah dan penurunan elektrolit darah, albumin, serta hemoglobin. %eningkatan suhu tubuh dan leukosit menunjukkan adanya infeksi bakteri yang berasal dari abses punggung pasien, terapi yang digunakan adalah antibiotik *efota+im. @efota+im merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai mekanisme aksi menghambat sintesis dinding sel bakteri ((atro, 200". @efota+im dipilih karena mempunyai *akupan bakteri yang luas (@hambers, 200-. 6leh karena abses punggung yang dialami oleh pasien disertai adanya bisul yang sudah meluas sampai jaringan subkutan yang memungkinkan adanya bakteri anaerob untuk tumbuh maka diperlukan metronida9ol. #etronida9ol digunakan untuk infeksi bakteri anaerob yang mempunyai membunuh bakteri dengan *ara merusak sintesis DBA bakteri ((atro, 200". %enggunaan *efota+im dihentikan setelah lima hari kemudian diganti dengan *eftria+on yang mempunyai &aktu paro yang lebih panjang sehingga frekuensi penggunaannnya lebih sedikit yaitu sehari dua kali (Aa*y et. al., 200D. $erdasarkan hasil kultur pus tanggal ' #aret 200>, penggunaan metronida9ol dihentikan dan diganti dengan gentamisin yang menunjukkan sensitifitas terhadap hasil kultur bakteri yaitu bakteri gram negatif. 4entamisin membunuh bakteri dengan menghambat sintesis protein bakteri gram negatif yang sesuai hasil kultur (Aa*y et. al., 200D. Setelah pengunaan *eftria+on selama - hari maka dihentikan sehingga hanya menggunakan gentamisin saja. 6leh karena kondisi abses punggung pasien yang disertai oleh diabetes mellitus dan *akupan bakteri gentamisin tidak mampu untuk bakteri yang ada maka leukosit pasien meningkat menjadi '0.'00 5uA pada tanggal 12 #aret 200>. 6leh karena itu gentamisin diganti dengan meropenem yang mempunyai spektrum luas, yaitu menghambat en9im N.laktamase pada bakteri gram positif dan negatif serta anaerob (@hambers, 200-. Setelah pemberian meropenem selama lima hari, kondisi leukosit pasien sudah kembali normal. 1emudian meropenem dikombinasi dengan *lindamy*in yang merupakan terapi yang direkomendasikan untuk abses, dimana mekanisme kerja *lindamy*in yaitu menghambat sintesis protein bakteri gram positif dan negatif serta anaerob (@hambers, 200-. %asien juga didiagnosa D# tipe 2 yang ditunjukkan dengan peningkatan gula darah puasa (4D% dan gula darah dua jam setelah makan (4D2%%. %ada pasien D# dengan adanya infeksi, infeksi akan meningkatkan katabolisme tubuh sehingga dibutuhkan energi yang besar oleh karena itu perlu adanya insulin untuk memasukkan glukosa darah ke dalam sel sebagai sumber energi. %eningkatan 4D% diterapi dengan menggunakan insulatard yang merupakan Intermediate- acting Insulin. 7nsulatard memiliki mula kerja sekitar 2.' jam, kadar pun*ak '.12 jam, durasi kerja D.1D jam sehingga ditujukan untuk mengontrol gula darah basal pasien ((riplitt et. al., 200,. Sedangkan peningkatan 4D2%% diterapi dengan menggunakan a*trapid yang merupakan Regular Insulin Short !cting Insulin. A*trapid memiliki mula kerja sekitar "0 menit dan durasi kerja "., jam dengan durasi maksimum ,.D jam, sehingga digunakan untuk mengontrol gula darah dua jam setelah makan ((riplitt et. al., 200,. 7njeksi a*trapid sebaiknya "0 menit sebelum makan untuk men*apai kontrol gula darah 2 jam setelah makan (4D2%% se*ara optimal dan men*egah hipoglikemia setelah makan ((riplitt et. al., 200,. %emberian a*trapid dan insulatard pada pasien dapat mengontrol gula darah pasien dengan baik. Dosis a*trapid dan insulatard yang diberikan disesuaikan dengan gula darah pasien. Abses punggung pasien menyebabkan timbulnya keluhan nyeri sehingga pada a&al masuk rumah sakit diberikan ketorola* dan metami9ol selama masuk rumah sakit. 1etorola* dan metami9ol merupakan analgesik untuk menghilangkan nyeri luka abses punggung pasien. :anitidin merupakan pengeblok reseptor histamin 2 di lambung yang besifar re0ersibel sehingga mengurangi produksi asam lambung pasien ((atro, 200". Adanya infeksi kulit dapat menyebabkan penurunan kadar albumin pasien sehingga diperlukan tranfusi albumin, dimana albumin ini akan menjaga tekanan onkotik plasma ((atro, 200". (ranfusi albumin 253 diberikan jika nilai albumin serum pasien J 2,5 mg5dl, sedangkan jika nilainya 2,5." mg5dl maka diberikan albumin 5 3 (plasmanatO. Selama ra&at inap, pasien mengalami penurunan haemoglobin (?b yang *ukup signifikan, yaitu J D g5dl, sehingga perlu adanya tranfusi pac"ed red cell #%:@. Adapun terapi *airan yang diberikan yaitu untuk hemodilusi dan mengontrol kadar elektrolit pasien. %ada saat dilakukan tindakan insisi luka abses, diberikan petidin yang merupakan analgesik opioid untuk menghilangkan nyeri saat insisi. #onitoring yang perlu dillakukan antara lain memantau leukosit, suhu tubuh pasien, gula darah pasien, keluhan nyeri luka yang dialami pasien, albumin, hemoglobin serta elektrolit tubuh pasien. Asuhan kefarmasian yang perlu diperhatikan adalah efek samping yang potensial terjadi yaitu efek hipoglikemi pada penggunaan insulin. ?asil 4D% pasien pada tanggal 12 dan 1" #aret 200> menunjukkan adanya hipoglikemi tetapi kondisi pasien tidak menunjukkan tanda. tanda adanya hipoglikemi, yang didukung adanya pemeriksaan gula darah sesaat (4DS pasien yang masih dalam rentang normal. Studi kasus di ra&at inap penyakit dalam ini dilakukan sampai tanggal 1> #aret 200>, dimana perkembangan pasien selama dira&at semakin membaik. DA(TAR PUSTAKA 4anong, I.)., 2005. Review of Medical Physiology, 22th ed. @alifornia2 #*4ra& ?ill @ompanies. Aa*y, @.)., Amstrong, A.A., 4oldman, #.%., Aan*e, A.A., 200D. Drug Information Handbook, !d. 1- th , @anada 2 Ae+i.*omp 7n*. #artin, /ohn., /ordan, $ryony., #a*)arlane, @olin :., :yan, :a*hel S.#., Iagle, Shama #.S., 200,, ritish !ational "ormulary, 52 th !d., Aondon 2 $#/ 4roup and :%S %ublishing 4roup. Pendland S. L. et al., 2005, Skin and Soft (issue 7nfe*tions, in 2 /oseph Dipiro (., :obert A. (albert, 4ary @. 8ee, 4ary :. #at9ke, $arbara 4. Iells and A. #i*hael %osey (!ds, Pharmacothera#y$ % Patho#hysiologic %##roach, - th !d. =SA2 (he #* 4ra& ?ill @ompany, 7n*. (atro, Da0id S., $orgsdorf, Aarry :., @atalano, /oseph (., Aahl, /ennifer @., Aope9, /ulio :., )rederi*k, 1ristina., #et9ger, Stephanie 4., %ase, #arylin Belsen., 200", % to & Drug "acts and 'om#arisons, =SA2 (he #* 4ra& ?ill @ompany, 7n*. (riplit, @urtis A., :easner, @harles A., 7sley, Iilliam A., 2005, Diabetes #ellitus, in 2 /oseph Dipiro (., :obert A. (albert, 4ary @. 8ee, 4ary :. #at9ke, $arbara 4. Iells and A. #i*hael %osey (!ds, Pharmacothera#y$ % Patho#hysiologic %##roach, - th !d. =SA2 (he #* 4ra& ?ill @ompany, 7n*.