Anda di halaman 1dari 16

1

DERMATO-TERAPI

I. DEFINISI
Dermato-terapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
pengobatan pada penyakit kulit.
1


II. PRINSIP DERMATO-TERAPI
Dalam mengobati penyakit kulit, dianut prinsip-prinsip umum, dan juga
berlaku prinsip khusus untuk pemberian obat.
a. Prinsip umum :
1. Perhatikan penderita secara keseluruhan, somatik dan psikis
2. Berikan kesempatan pada alam untuk menyembuhkan penyakit tersebut,
obat yang diberikan bertujuan membantu proses penyembuhan oleh alam.
3. Segi fisologi, patologi, biokimia, dan anatomi perlu diperhatikan.
4. Kuasai materi medika
5. Perhatikan farmasi dan farmakologi obat-obatan, misalnya sinergisme, efek
samping dan toksisitas obat.
6. Terapi yang baik adalah terapi kausal
7. Berikan obat sesederhana mungkin, untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan. Campuran obat yang sulit akan mempersulit apotik dalam
pembuatannya.
8. Individualisasi
9. Perhatikan segi ekonomi pasien.
2



b. Prinsip khusus:
1. Pemilihan vehikulum tergantung pada :
a) Stadium gambaran klinis penyakit
Obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perjalanan
penyakitnya, misal pada stadium akut (eritema/edema/basah) diberikan
kompres, pada stadium subakut (eritema +/-, tidak basah, tidak eritem)
diberikan krim, bedak kocok, bedak pasta, pada stadium kronik/kering
diberikan obat dengan bentuk salep.
b) Distribusi dan lokalisasi penyakit
Misalnya salep tidak digunakan untuk kelainan kulit yang generalisata
(kecuali salep 2-4 untuk skabies ), tidak boleh digunakan pada kulit
kepala berambut, sedangkan untuk daerah lipatan boleh diberikan
ketika penderita istirahat malam hari.
c) Efek yang diinginkan
Misalnya digunakan kompres untuk membersihkan.
2. Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsentrasi bahan
aktif yang digunakan.
3. Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian obat dan cara
membersihkannya.
4. Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer: misalnya
mengandung penisilin, tetrasiklin, sulfa dan anti histamin.
5. Batasi obat yang tidak stabil atau tidak dapat disimpan lama, misalnya
larutan tinktura podofilin.
3



III. JENIS DERMATO-TERAPI

A. Dermato-terapi Topikal
Pengobatan topikal yang bijaksana tidak hanya harus tepat dalam pemilihan
bahan, tetapi juga tepat dalam menentukan bagian tubuh yang akan dikenai,
stadium dari penyakit kulit, konsentrasi obat, jenis bahan dasar (vehikulum), cara
pemakaian, dan durasi pemakaian obat yang memaksimalkan keefektifitasannya
serta meminimalkan efek sampingnya. Pertimbangan tersebut merupakan prinsip
dasar dalam menentukan terapi yang rasional.
1
Vehikulum yaitu bahan dasar obat pembawa zat aktif (bersifat inert), dan
kedalamannya (tidak selalu) dapat ditambahkan bahan aktif, zat pewangi, zat
pewarna, dan lain-lain. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi vehikulum
monofasik (Cairan, Bedak, Salep), vehikulum bifasik (Bedak+cairan : bedak
kocok/bedak basah/lotion, salep+cairan: krim O/W dan W/O, bedak+salep :
pasta), vehikulum trifasik dan pasta pendingin/linimen (bedak+cairan+salep)
2
.
Dermatoterapi Medikamentosa
Topikal
Sistemik
Non-
medikamentosa
Bedah:
- Bedah listrik
- Bedah
skalpel
- Bedah kimia
- Bedah beku
- Laser

Non-Bedah:
- Penyinaran
- Psikoterapi

4



Dermato-terapi Topikal


















Gambar 1. Bagan Vehikulum

1) Cairan
2

Cairan terdiri atas:
a. Solusio
Solusio adalah suatu dermato-terapi topikal dengan vehikulum dasarnya aqua,
digunakan dengan cara kompres terbuka. Solutio terdiri atas solutio rivanol 1 ,
solutio as. Salisil 1 , dan solutio asid Boricid 1% dan 3%.
Contoh penulisan resep solusio:
Sol As. Salisil 1
R/ As. Salisil 1
Aqua ad 1000
m.f.l.a sol
u.e





W/O : Emulsi O/W : Krim
Cairan
- Solutio
- Tinktura
Salep
Bedak
Bedak
kocok
Pasta
Sol Rivanol 1
R/ Rivanol 1
Aqua ad 1000
m.f.l.a sol
u.e

Digunakan untuk ektima

Untuk kompres terbuka dermatitis numularis,
dermatitis kontak alergika, impetigo krustosa
5



Sol Acid Boricid 3%
R/ As. Boricid 3
Aqua ad 100
m.f.l.a sol
u.e

Digunakan untuk kompres terbuka


b. Tinktura
Tinktura adalah suatu dermato-terapi topikal dengan vehikulum selain aqua,
tersering etil alkohol dan spiritus dilutus, digunakan dengan cara ditotol.
Contoh penulisan resep tinktura:








2) Bedak
Bedak adalah suatu dermato-terapi topikal yang bahan vehikulum dasarnya
talk venerum, digunakan dengan cara ditabur.
Contoh penulisan resep bedak:
Bedak As. Salisil 2%
R/ As. Salisil 2 %
Talk Venetum ad 100
m.f.l.a talk
u.e



Digunakan pada
Impetigo Neonatorum
Tinktura podofilin 25%
R/ podofilin 25 gr
etil alkohol ad 100
m.f.l.a tinkt
u.e



Untuk kondiloma akuminata
Tinktura yodium 10%
R/ Yodium 10gr
Mercurochrom 10 gr
etil alcohol ad 100
m.f.l.a tinkt
u.e


Untuk luka terbuka
Tinktura LCD
R/ Liq. Carb. Det 5%
As. salisil 5%
Gliserin 5%
spiritus dilutus ad 100
m.f.l.a tinkt
u.e

Untuk Psoriasis
di kulit kepala berambut
6



3) Salep (Unguentum, Zalp, Ointment)
Salep adalah suatu dermato-terapi topikal dengan vehikulum dasar lemak,
biasanya vaselin (album dan flavum) dan adaepslanae.
Contoh penulisan resep salep:

















4) Bedak kocok
Bedak kocok adalah suatu dermato-terapi topikal yang vehikulum dasar
bifasik menggunakan bedak dan aqua biasanya ditambah dengan gliserin sebagai
emulsifying agent, yang digunakan dengan cara dikocok terlebih dahulu kemudian
dibalurkan.





Salep 2-4
R/ As. Salisil 2 %
Sulf Precip 4 %
vas.flav.ad 100
m.f.l.a ung
u.e

Untuk skabies
Ung Whitfield (full strength)
R/ As. Salisil 6%
As benzokum 12%
Lanolin 10%
Vas. Flav ad 100
m.f.l.a ung
u.e

Untuk dermatofitosis dan non
demartofitosis
Ung L.C.D
R/ Liq. Carb. Det. 5%
As Salisil 5%
Oxyd Zincii 5%
Lanolin 5%
Vas. Alb. Ad 100
m.f.l.a ung
u.e

Untuk psoriasis yang di
kulit kepala
Ung Whitfield (full strength)
R/ As. Salisil 6%
As benzokum 12%
Lanolin 10%
Vas. Flav ad 100
m.f.l.a ung
u.e

Untuk dermatofitosis dan non
demartofitosis
7



Contoh penulisan resep bedak kocok:
Lotion Asam Salisilat 2%
R/ As Salisilat 2%
Talk Venetum 10%
Gliserin 5%
Aqua ad 100
m.f.l.a lot
u.e

5) Krim
Krim adalah suatu dermato-terapi topikal dengan vehikulum dasar bifasik
terdiri atas lemak dan air dengan scara pemakaiannya dioles. Krim ada 2 jenis:
a. Krim W/O: air dalam minyak/salep: cold cream. Fasa luar adalah lemak,
air merupakan butir-butir di dalam lemak. Cocok digunakan malam hari.
b. Krim O/W: minyak dalam air. vanishing cream. Fasa luar adalah air,
lemak hanya merupakan butir-butir dalam air. Cocok digunakan siang hari.

Contoh penulisan resep krim:
EBB (Emulsi Benzyl Benzoat)
R/ Benzil benzoat 20%
Gliserin 5%
Spiritus dilitus ad 100
m.f.l.a tink
u.e


Penulisan resep krim kortikosteroid topikal





1. Kortikosteroid potensi sangat kuat
R/ Krim Clobetasol diproprionate 0,05% No. Tube I (5 gr)
u.e

2. Kortikosteroid potensi kuat
R/ Krim Bethametasone Valerat 0,1% No. Tube I (5 gr)
u.e

3. Kortikosteroid potensi sedang
R/ Krim Triamcinolone acetonide 0,1% tube No. I ( 5 gr)
u.e

8







6) Pasta dan pasta pendingin
Pasta Merupakan suatu dermato-terapi topikal dengan vehikulum dasar
trifasik berupa talk, aqua dan salep yang cara penggunaannya dioles
PEMILIHAN VEHIKULUM BERDASARKAN
DISTRIBUSI / LOKALISASI
Lokalisasi Bedak Sol Tinkt Salep B.kocok Pasta Krim
Generalisata
+ -* - - + - +
Kulit kepala
- + + - - - +
Wajah
+ + +
#
+ + + +
Badan,ekstremitas
+ + + + + + +
Genitalia
+ + - - + - +
Daerah lipatan
+ + + +
@
+ - +
Keterangan:
+ : boleh digunakan @ : boleh pada saat istirahat
- : tidak boleh digunakan # : keadaan tertentu harus hati-hati
* : kecuali pada saat istirahat (harus ada jeda)

7) Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah suatu hormon yang disekresi di dalam tubuh
oleh kelenjar suprarenal.
Efek Kortikosteroid sebagai Hormon:
Glukokortikoid: mempengaruhi metabolisme glukosa dengan peningkatan
glukoneogenesis, sehingga dapat meningkatkan glukosa dari lemak dan
protein
Mineralokortikoid: Mempengaruhi metabolisme mineral yaitu
kortikosteroid dapat menyebabkan retensi Na+ dan ekskresi K+.
Ion Na+ lebih banyak di cairan intersisial (ekstraseluler). Adanya retensi
Na+ menjadi hipertonis pada intersisial sehingga intravaskuler seolah-olah
menjadi hipotonis. Sehingga cairan akan ditarik dari intravaskuler ke
4. Kortikosteroid potensi lemah
R/ Krim Hydrocortisone Asetat 1% No. tube I (5 gr)
u.e
9



ekstravaskuler (intersisial) dan akan menyebabkan vasokonstriksi yang
mengakibatkan hipertensi, moon face, edema anasarka, dan bull neck. Ion
K+ lebih banyak di intraseluler. Dengan adanya ekskresi K+ yang berlebih
terutama di sel-sel jantung, dapat menyebabkan kelemahan jantung sampai
mengakibatkan kematian.

Efek Kortikosteroid sebagai Obat :
Kortikosteroid sebagai obat mempunyai efek kerja :
1. Antiinflamasi
Pada inflamasi terjadi kalor, rubor, dolor, tumor. Pemberian
kortikosteroid memiliki efek kerja antieritema, vasokontriksi,
antipruritus, antiproliferasi (antimitotik).
2. Immunosupresan
Kortikosteroid menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan
ekspresi gen yang menyandi berbagai sitokin (IL-1, IL-2, IL-6, IFN-,
TNF).

A. Kortikosteroid Topikal
Super poten Kuat Sedang Lemah
Beclomethasone
dipropionate
0.025%
Bethamethasone
dipropionate
0.05%
Desonide
0.05%
Hidrocortisone
asetat 1%
Diflucortolone
valerate 0.3%
Bethamethasone
valerate 0.1%
Triamcinolone
acetonide
0.1%
Hidrocortisone
asetat 2.5%
Diflucortolone
valerate 0.1%
Halcinonide
0.01%
Fluticasone
proplanate
0.05%
Prednisolon
0.25%
Halobetasol
proprionate
0.05%
Desoximetasone
0.05%
Fluocinolone
acetonide
0.025%
Metilpridnosolon
0.1%
Clobetasol
propionate0.03%
Desoximetasone
0.025%
Mometasone
fuorate 0.1%
Deksamethasone
0.04%
10



Efek Samping kortikosteroid Topikal
Pada pemberian kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan akan
menimbulkan efek antimitotik yang berlebihan sehingga menimbulkan atrofi
kulit. Atrofi kulit menngakibatkam hipopigmentasi karena kulit menipis. Akibat
hipopigmentasi akan terjadi telangiektasi. Serabut elastin menipis mengakibatkan
timbulnya striae. Di satu sisi kortikosteroid topikal sebagai fotosensitizer
sehingga terjadi hiperpigmentasi. Efek samping kortikosteroid topikal terhadap
folikel mengakibatkan hipertrikosis.

B. Kortikosteroid Sistemik
Kortikosteroid sistemik (K.S.) banyak digunakan dalam bidang dermatologi
karena obat tersebut memiliki efek anti inflamasi dan imunosupresan.
Klasifikasi kortikosteroid berdasarkan waktu kerja obat:
a) Kerja singkat (8-12 jam): Hidrokortison & kortison.
b) Kerja sedang (12-36 jam): metilprednisolon, prednisolon, prednison,
triamnisolon.
c) Kerja lama (36-72 jam): Betametason, deksametason, parametason.

Dosis prednison adalah 1-2 mg/kgBB/hari. Berikut adalah dosis ekuivalen
untuk berbagai jenis kortikosteroid.
Macam
Kortikosteroid
Potensi
Glukokortikoid
Dosis
ekuivalen
(mg)
Potensi
Mineralokortikoid
Kerja singkat
Hidrokortison
Kortison
Kerja sedang
Meprednison
Metilprednisolon
Prednisolon
Prednison
Triamnisolon
Kerja lama


1
0,8

4-5
5
4
4
5



20.0
25.0

4.0
4.0
5.0
5.0
4.0



2+
2+

0
0
1+
1+
0

11



Betametason
Deksametason
Parametason
20-30
20-30
10
0,60
0,75
2,0
0
0
0

Efek samping kortikosteroid sistemik :
Ulkus peptikum
Atrofi
Osteoporosis
Retensi Na
+

Diabetes Melitus
Contoh penulisan resep kortikosteroid sistemik:





Contoh kasus
Seorang pasien dengan berat badan 50 kg dengan diagnosis Sindroma
Steven Johnson. Berapakah dosis kesetaraan prednison bila diganti dengan
deksametason? Bagaimana cara pemberiannya?
Dosis prednisone adalah 1-2 mg/kgBB/hari= 50 100 mg/hari (dosis yang
diambil yang tertinggi, maka pada pasien ini diberikan 100 mg/hari)
.Dexamethason :
Sediaan dexamethasone = ampul 5 ml (setara dengan 5 mg) pasien
membutuhkan 3 ampul dexamethasone sehari, maka pada resep tertulis:

R/ Dexamethasone 5 mg amp No. IX
2-0-1 I.V


R/ Kortisol 5 mg amp No. IX
2-0-1 I.V

R/ Metilprednisolon 4 mg tab No. VI
1-0-1 I.V

R/ Deksamethasone 5 mg amp No. III
1-0-0 I.V

12








Apabila kondisi pasien baik (bisa menelan) diberikan prednison (peroral) dengan
dosis 30-40 mg/hari dengan resep sebagai berikut:



Dosis prednisolon diturunkan pada hari ke-4, dengan resep:


Dosis prednisolon diturunkan pada hari ke-7, dengan resep:


Dosis prednisolon diturunkan pada hari ke-10, dengan resep:

Dosis prednisolon diturunkan pada hari ke-13, dengan resep:


8) Antihistamin
AH-1 generasi I (klasik/sedatif) : Chlorpheniramine Maleat dengan nama
dagang Chlortrimeton (CTM), cyproheptadine, cyproheptadine HCL dengan
merk dagang apeton, cylat, ennamax, esprocy, glocyp, heptasan, lexahist,
poncohist, prohessen, pronicy diphenhydramine, hydroxyzine diHCL,
hydroxyzine HCL dengan nama dagang bestalin, isterax. tripelenamine. Dosis
klorfeniramin adalah 0,3-0,35 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis atau 4 mg
dalam 20 jam
AH-1 generasi II (non-sedatif) : Astemizol dengan nama dagang Histapan,
Azelastine, Cetirizine dengan nama dagang Cerini. Ryzen, Alorini,
R/ Dexamethasone 5 mg amp No. VI
1-0-1 I.V

R/ Dexamethasone 5 mg amp No. III
2-0-1/2 I.V

R/ Prednison tab 5 mg No. XVIII
2 dd III pc

R/ Prednison tab 5 mg No. XII
2 dd II pc

R/ Prednison tab 5 mg No. IX
2-0-1 pc

Selama 3 hari
Selama 3 hari
Selama 3 hari
R/ Prednison tab 5 mg No. VI
2 dd I



R/ Prednison tab 5 mg No. IX
1 dd 1

Selama 3 hari
Selama 3 hari
13



Loratadine dengan nama dagang Claritin Hd, Claritin Bd. Dosis Histapan 2x1
tablet sehari
Antihistamin tipe 2 antara lain simetidin, famotidin, nizaridin dan ranitidin
Contoh penulisan resep antihistamin:
Klorfeniramin maleat tab
R/ Klorfeniramin Maleat tab. 4 mg No. XXI
3dd 1 pc

Setirizin dihidroklorida cap.
R/ Setirizin dihidroklorida cap. 10 mg No. VII
1 dd 1 pc
9) Antifungi
Antifungi sistemik
Griseofulvin
Bersifat fungistatik
Amfoterisin B
Bersifat fungistatik atau fungisida tergantung pada dosis dan sensitivitas
jamur yang dipengaruhi. Dosis : 1,5 mg/hari i.v.
Flusitosin
Bersifat fungistatik dengan mengganggu sintesis DNA dengan metabolit
klorourosil. Dosis 50-150 mg/kgBB/hari yuang terbagi dalam 4 dosis
Golongan Azol :
Golongan azol terdiri atas golongan imidazol seperti ketokonazol,
mikonazol dan klotrimazol. Golongan triazol terdiri atas itrakonazol, dan
flukonazol.Ketokonazol dengan dosis pada dewasa 1x200-400 mg / hari,
pada anak-anak 3,3-6,6 mg/KgBB/hari, Itrakonazol dan flukonazol
Golongan alil-amin
Bersifat keratofilik dan fungisidal. Contohnya ialah terbinafin: 250mg/hari
Contoh penulisan resep:
R/ Griseofulvin tab. 500 mg no. XIV
14



1 dd 1 pc.
R/ Ketokonazol tab. 200 mg no. XIV
1 dd 1 pc.

Antifungi mukokutan
Golongan Azol
Krim ketokonazol 2%, krim mikonazol 2%, krim klotrimazol.
Golongan Alilamin
Krim terbinafin 1%
Golongan Benzilamin
Butenafin & Tolnaftat 1-2x/hari
Nistatin
Bersifat fungistatik. Contoh : Kandistatin
Contoh penulisan resep ketokonazol:
Krim ketokonazole 2%
R/ Krim ketokonazol 2% tube No I (10 gr)
u.e

1. Antibiotik topikal
Antibiotik topikal diantaranya ialah neomisin, basitrasin, mupirosin,
gentamisin, fusidin. Antibiotik topikal sebaiknya tidak diberikan juga secara
sistemik agar tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas.
Contoh penulisan resep antibiotik topikal:
R/ Krim Gentamisin sulfat 0,1% tube No. I (5 gr)
u.e
R/ Krim Mupirosin 2% tube No. I (5 gr)
u.e

15



2. Antivirus
a. Antivirus Topikal
Contoh penulisan resep asiklovir:
R/ Krim Asiklovir 5% tube No. I (5gr)
u.e

b. Antivirus Sistemik
Antivirus sistemik diantaranya ialah asiklovir yang menghambat DNA
polymerase virus. Contoh lainnya adalah valasiklovir, dan famsiklovir. Dosis
asiklovir untuk anak-anak pada varisela dan hepres zoster 20 mg/kg berat
badan/kali pemberian, diberikan 4 kali sehari selama 5 hari.
Contoh penulisan resep antivirus sistemik:

DAFTAR PUSTAKA




R/ Asiklovir tab 400 mg No.XXXV
5 dd II pc

Untuk varisela dan herpes zoster
R/ Asiklovir tab 200 mg No. XXXV
5 dd I pc

Untuk herpes simpleks
16



DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah M. Dermato-Terapi. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah.,.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013: 342-352
2. Bergstrom KG, Strober E. Principles of Topical Therapy. In: Klaus W.,
Goldsmith LA., Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS., Leffel DJ.,
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine ed. 7th Edition. New York:
McGraww-Hill. 2008: 2092-6.

Anda mungkin juga menyukai