Anda di halaman 1dari 40

Grasberg, Peg.

Jayawijaya, Papue
Seoul, 22
nd
of September 2013
Tinjauan Umum Modul 4
Secara umum, Modul 4 akan membahas tentang penyusunan anggaran beban usaha atau
beban operasional, yang terdiri atas beban penjualan dan beban administrasi dan umum.

Modul 4 terdiri dari dua kegiatan belajar:
Kegiatan Belajar 1 Penyusunan Anggaran Beban Penjualan;
Kegiatan Belajar 2 Penyusunan Anggaran Beban Administrasi dan Rugi-Laba.

Setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu:
Menjelaskan pengertian anggaran beban penjualan;
Menjelaskan kegunaan anggaran beban penjualan;
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi anggaran beban penjualan;
Menyusun anggaran beban penjualan;
Menjelaskan pengertian anggaran beban administrasi;
Menjelaskan kegunaan anggaran beban administrasi;
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi anggaran beban administrasi;
Menyusun anggaran beban administrasi dan umum;
Menyusun anggaran rugi-laba.
2
Selling & Marketing
Beban penjualan adalah beban yang terjadi untuk kepentingan penjualan produk utama.
Beban penjualan berbeda dengan beban pemasaran karena penjualan berbeda dengan
pemasaran.

Pemasaran adalah suatu proses dari perusahaan untuk memperoleh barang (product),
menentukan harga (price), mempromosikan (promotion), dan mendistribusikan barang yang
dapat memuaskan konsumen (place).
Berdasarkan definisi tersebut, pemasaran meliputi 4P: product, price, promotion, dan place.
Sedangkan penjualan hanya meliputi 3P: price, promotion, dan place.
Penjualan hanya melakukan kegiatan menjual, sedangkan produk sudah tersedia. Adapun
pemasaran tidak hanya melakukan proses menjual produk, namun juga meliputi kegiatan
memperoleh produk yang diinginkan konsumen.
3
Marketing Mix
1. Produk
Produk merupakan hasil produksi yang meliputi barang dan jasa, termasuk desain, bungkus,
warna, harga, merk, kualitas, reputasi, dan layanan yang memuaskan konsumen.
Product mix (bauran produk) adalah kombinasi produk yang dijual dan di dalamnya terdapat
jalur produk atau lini produk (product line) dan bagian produk (product item).

Membuat produk (memproduksi) bukanlah bagian dari fungsi pemasaran, namun merupakan
fungsi dari produksi. Dalam hal ini manajer pemasaran bekerja sama dengan manajer
produksi. Riset pemasaran dilakukan oleh manajer pemasaran untuk menentukan produk
yang akan diproduksi, yaitu produk yang diinginkan konsumen. Setelah produk yang diingin-
kan konsumen ditentukan dalam fungsi pemasaran, kemudian dilakukanlah produksi.
4
Marketing Mix
2. Harga
Dalam hal ini harga meliputi harga pokok dan harga jual.
Harga pokok adalah harga untuk memperoleh produk, yang meliputi harga beli dan sejumlah
pengorbanan lainnya untuk memperoleh produk, seprti: ongkos angkut, ongkos pasang,
ongkos dokumen, dan lain-lain.
Harga jual adalah selisih lebih dari harga pokok yang konsumen bersedia untuk memenuhi.

Terdapat lima macam sasaran penetapan harga jual:
Sasaran penguasaan pasar dengan menetapkan harga jual yang rendah;
Sasaran pembumbungan pasar dengan menetapkan harga jual yang tinggi;
Sasaran mendapatkan pengembalian modal dengan cepat;
Sasaran mendapatkan rentabilitas ekonomi yang tinggi;
Sasaran mempromosikan lini produk seluruhnya.
5
Marketing Mix
2. Harga
a. Atas dasar biaya
Penetapan harga jual atas dasar biaya terdiri atas penetapan harga jual atas dasar biaya per
unit ditambah kenaikan (mark up pricing), penetapan harga jual atas dasar jumlah biaya
ditambah (cost plus pricing), dan penetapan harga jual sasaran (target).

Penetapan harga jual atas dasar biaya per unit ditambah kenaikan (mark up pricing):
Misalkan harga pokok produk per unit : Rp 438,00
Mark up (kenaikan) 59.82% : Rp 262,00
Harga jual : Rp 700,00

Penetapan harga jual atas dasar jumlah biaya ditambah (plus cost pricing):
Misalkan untuk memperoleh 300.000 unit produk diperlukan biaya sebesar Rp 112.000.000
dan manajemen menginginkan laba Rp 2.399.000.
Jumlah biaya : Rp 112.000.000
Laba yang diinginkan : Rp 2.399.000
Jumlah dapatan jualan : Rp 114.399.000

Harga jual per unit : Rp 114.399.000 / 300.000 unit = Rp 318,33.
6
Marketing Mix
2. Harga
a. Atas dasar biaya
Penetapan harga jual atas dasar biaya terdiri atas penetapan harga jual atas dasar biaya per
unit ditambah kenaikan (mark up pricing), penetapan harga jual atas dasar jumlah biaya
ditambah (cost plus pricing), dan penetapan harga jual sasaran (target).

Penetapan harga jual sasaran (target):
Misalkan untuk memperoleh 300.000 unit produk per tahun diperlukan biaya investasi
sebesar Rp 12.000.000 dan jumlah biaya usaha sebesar Rp 7.000.000 setahun. Manajemen
menginginkan imbalan dari investasi (IDI) sebesar 20%.

Harga pokok per unit : Rp 350,00
Persentase kenaikan : Rp 31,33
Harga jual per unit : Rp 381,33
7
% 95 . 8 kenaikan Persentase
350/unit Rp unit 300.000
7.000.000 Rp 12.000.000 Rp 20%
kenaikan Persentase
unit per pokok Harga produk Volume
usaha biaya Jumlah Investasi IDI
kenaikan Persentase

Marketing Mix
2. Harga
b. Atas dasar permintaan
Penetapan harga jual atas dasar permintaan yaitu tinggi rendahnya harga jual ditentukan
oleh permintaan, walaupun harga pokok produk sama, kualitas dan ukuran sama.
Misalnya penentuan harga makanan di gedung pertunjukan. Harga makanan yang ada di
dekat panggung Rp 150.000 per porsi sedangkan harga makanan yang jauh dari panggung
sebesar Rp 100.000 per porsi.

c. Atas dasar persaingan
Perusahaan yang menetapkan harga jual atas dasar persaingan dapat menetapkan harga
jual lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan harga jual pesaing (kompetitor).
Perusahaan tidak menghubungkan antara harga jual per unit dengan harga pokok produk
per unit. Harga pokok per unit mungkin berubah, tetapi perusahaan mempertahankan harga
jualnya karena pesaing tidak mengubah harga jual mereka. Sebaliknya perusahaan akan
mengubah harga jualnya bila pesaing mengubah harga jual mereka.
8
Marketing Mix
2. Harga
Setelah perusahaan menetapkan harga jual, selanjutnya adalah mengadakan kebijakan
potongan harga, yaitu:
a) Potongan kuantitas: potongan harga karena membeli dalam kuantitas yang besar;
b) Potongan dagang: potongan harga karena pembeli ikut memasarkan produk;
c) Potongan musiman: potongan harga karena pembeli membeli pada musim tertentu;
d) Potongan tunai: potongan harga karena pembeli membeli dengan cara tunai, atau
pembeli membayar lebih cepat dari waktu kredit yang dijanjikan;
e) Potongan promosi: potongan harga karena pembeli ikut mempromosikan produk.

Perusahaan juga dapat menempuh kebijakan komisi penjualan dan turun harga.
Komisi penjualan adalah uang balas jasa yang diberikan perusahaan dalam persentase
tertentu dari volume produk yang dijual. Misalnya ditetapkan komisi penjualan 10% dari
volume produk yang dijual. Bila volume produk yang dijual adalah 100 unit dengan harga jual
per unit adalah Rp 1.000, maka besarnya komisi penjualan adalah Rp 10.000.
Turun harga adalah harga jual yang diturunkan kepada pembeli yang bersedia membeli
dalam kondisi di bawah normal.
9
Marketing Mix
3. Promosi
Promotional mix (bauran promosi) terdiri atas periklanan, penjualan perseorangan (pribadi),
promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan publisitas.
Periklanan adalah proses kegiatan membujuk, menciptakan kesan, dan memuaskan produk
untuk memuaskan keinginan pembeli dan penjual.
Penjualan perseorangan (pribadi) adalah kegiatan perseorangan yang secara langsung ber-
komunikasi untuk menciptakan, memperbaiki, dan mempertahankan hubungan pertukaran
yang saling menguntungkan dengan pihak lain.
Promosi penjualan adalah proses untuk mendorong mendorong konsumen agar berminat
membeli serta mendorong perantara membeli dalam jumlah besar dan memperoleh
dukungan yang luas, dengan cara seperti: peragaan, pameran, demonstrasi, pemberian
sampel gratis, pemberian kupon hadiah, dsb.
Hubungan masyarakat bertujuan untuk mendapatkan pengertian dan pengakuan dari masya-
rakat luas terahadap perusahaan.
Publisitas merupakan kegiatan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat melalui
media, baik cetak maupun elektronik.
10
Marketing Mix
4. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan yang menyangkut penyaluran produk dari produsen sampai ke
konsumen atau pemakai industri.
11
Marketing Mix
4. Distribusi
Pelaku dalam kegiatan distribusi:
Produsen adalah penghasil produk;
Agen adalah perwakilan produsen;
Pedagang besar adalah pedagang yang menjual barang yang dibeli kepada pengecer;
Distributor industri adalah pedagang yang menjual barang kepada pemakai industri;
Pengecer adalah pedagang yang menjual barang kepada konsumen;
Konsumen adalah pembeli dan pemakai akhir (end-user) dari suatu produk;
Pemakai industri adalah pembeli akhir dari suatu produk yang kemudian akan dipakai lagi
untuk kegiatan produksi.
12
Marketing Mix
4. Distribusi
Dalam pemilihan jalur distribusi, ada empat faktor yang harus dipertimbangkan:
a. Pertimbangan pasar, karena saluran distribusi dipengaruhi pola pembelian konsumen;
b. Pertimbangan produk yang perlu diperhatikan antara lain: nilai, unit, ukuran barang,
kekuatan barang, sifat teknis, sifat barang, dan jalur produk;
c. Pertimbangan perusahaan yang perlu diperhatikan antara lain: sumber dana, pengala-
man manajemen, pengawasan saluran, dan pelayanan;
d. Pertimbangan perantara yang perlu diperhatikan antara lain: pelayanan yang diberikan
perantara, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijakan produsen, volume
barang yang dijual, dan beban industri.

Setelah saluran distribusi ditetapkan, maka yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah
kegiatan distribusi fisik, yang terdiri atas:
a. Penentuan lokasi sediaan dan sistem penyimpanannya;
b. Sistem penanganan;
c. Sistem pengawasan sediaan;
d. Prosedur memproses pesanan;
e. Pemilihan cara pengangkutan.
13
Selling Expenses Budget
Beban penjualan meliputi:
1. Beban penghapusan piutang usaha;
Metode pencatatan piutang usaha ada dua, yaitu: metode langsung dan metode cadangan.
Beban penghapusan piutang usaha yang termasuk beban penjualan adalah beban pengha-
pusan piutang usaha yang menggunakan pencatatan piutang dengan metode cadangan
(taksiran), sedangkan yang menggunakan metode langsung (aktual) bukanlah beban peng-
hapusan piutang usaha, melainkan kerugian penghapusan piutang dan termasuk pos luar
biasa.

Misalkan piutang usaha sebesar Rp 100.000 ditaksir tidak tertagih Rp 10.000.





Misalkan terjadi piutang usaha secara aktual tidak tertagih Rp 10.000 (misal karena debitor)
bangkrut, maka piutang usaha baik menggunakan metode cadangan maupun metode
langsung adalah Rp 90.000
14
Metode cadangan Metode langsung
Piutang usaha Rp 100.000 Piutang usaha Rp 100.000
Cadangan penghapusan piutang usaha Rp 10.000
Rp 90.000
Selling Expenses Budget
Beban penjualan meliputi:
2. Beban turun harga;
Beban turun harga terjadi karena keadaan produk di bawah kondisi normal (sudah dianggar-
kan). Kemudian apabila beban turun harga benar terjadi dan tidak dianggarkan, disebut
kerugian turun harga dan termasuk pos luar biasa.

Misalkan sediaan produk jadi sebesar Rp 100.000 ditaksir turun harga Rp 10.000.





Misalkan terjadi turun harga sebenarnya (aktual) Rp 10.000 (misal karena warna produk
berubah karena usang), maka sediaan produk jadi baik menggunakan metode cadangan ma
upun metode langsung adalah Rp 90.000

15
Metode cadangan Metode langsung
Sediaan produk jadi Rp 100.000 Sediaan produk jadi Rp 100.000
Cadangan turun harga Rp 10.000
Rp 90.000
Selling Expenses Budget
Beban penjualan meliputi:
3. Beban komisi penjualan;
Anggaran beban komisi penjualan berguna untuk memotivasi perantara dan pramuniaga
dalam rangka meningkatkan omset produk yang dijual, karena mereka akan merasa lebih di-
hargai atas jasanya ikut berperan aktif dalam penjualan produk perusahaan.

4. Beban promosi penjualan;
Anggaran beban promosi penjualan yang digunakan untuk mengenalkan produk kepada
calon pembeli dan membujuk calon pembeli agar mau membeli, dimaksudkan dalam rangka
meningkatkan omset produk yang dijual.

5. Beban distribusi;
Anggaran beban distribusi sangat bermanfaat dalam rangka memperlancar arus produk dari
produsen ke konsumen. Hal ini merupakan salah satu pelayanan untuk memuaskan konsu-
men.
16
Selling Expenses Budget
Faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran beban penjualan meliputi:
1. Beban penghapusan piutang usaha;
Beban penghapusan piutang usaha dipengaruhi volume kegiatan penjualan secara kredit.
2. Beban turun harga;
Beban turun harga dipengaruhi oleh faktor volume barang yang akan dijual, faktor musim,
dan selera konsumen.
3. Beban promosi penjualan;
Beban promosi penjualan dipengaruhi oleh selera konsumen yang mendorong produsen
untuk melakukan inovasi terhadap produk atau membuat produk baru.
4. Beban distribusi;
Beban distribusi dipengaruhi oleh volume kegiatan penjualan.
5. Beban komisi penjualan;
Beban komisi penjualan dipengaruhi oleh volume kegiatan penjualan.
6. Beban gaji pegawai penjualan;
Beban gaji pegawai penjualan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (tentang UMR)
dan permintaan dan penawaran tenaga kerja.
17
Selling Expenses Budget
Penyusunan Anggaran Beban Penjualan
Data ilustrasi:
1. Selama Triwulan I dianggarkan barang yang dijual sebanyak 10.000 ton dengan harga jual
Rp 50 per ton. Maka total penjualan Rp 500.000. Sebanyak 80% barang dijual secara kredit.
2. Beban distributor dianggarkan Rp 3 per ton;
3. Beban komisi penjualan dianggarkan 10%;
4. Beban penghapusan piutang usaha ditaksir 1% dari barang yang dijual secara kredit;
5. Beban promosi dianggarkan Rp 20.000 selama satu triwulan;
6. Beban gaji pegawai penjualan dianggarkan Rp 50.000 selama satu triwulan;
7. Beban pernik perusahaan dianggarkan 0.5% dari produk yang dijual;
8. Beban turun harga ditaksir 1.5% dari hasil produksi;
9. Beban produksi dianggarkan 12.000 ton dengan harga pokok per ton adalah Rp 10;
10. Beban penjualan lainnya (seperti beban telepon, beban sewa bangunan, dsb) dianggarkan
Rp 40.000 selama satu triwulan (sudah termasuk beban sewa Rp 10.000).
18
Selling Expenses Budget
Penyusunan Anggaran Beban Penjualan
Perhitungan unsur beban penjualan:
19
1 Beban penghapusan piutang 1% x (80% x Rp 500.000) 4,000 Rp
2 Beban turun harga 1.5% x (12.000 ton x Rp 10/ton) 1,800 Rp
3 Beban promosi penjualan 20,000 Rp
4 Beban distribusi 10.000 ton x Rp 3/ton 30,000 Rp
5 Beban komisi penjualan 10% x Rp 500.000 50,000 Rp
6 Beban gaji pegawai penjualan 50,000 Rp
7 Beban pernik penjualan 0.5% x Rp 500.000 2,500 Rp
8 Beban penjualan lainnya 40,000 Rp
198,300 Rp Beban penjualan yang dianggarkan (Triwulan I)
General-Administration-
Expenses Budget
Beban administrasi dan umum adalah beban usaha selain beban penjualan.
Beban administrasi dan umum terjadi pada bagian personalia, kesekretariatan, administrasi
umum, dan bidang lain yang terkait.
Beban adminsitrasi dan umum meliputi:
1. Beban gaji manajemen puncak;
2. Beban gaji pegawai kantor;
3. Beban pemeliharaan kantor;
4. Beban sewa kantor;
5. Beban telepon, air, listrik, dsb;
6. Beban pernik kantor;
7. Beban depresiasi bangunan, kendaraan, dan alat kantor;
8. Beban penarikan dan seleksi pegawai kantor;
9. Beban pendidikan dan pengembangan pegawai kantor;
10. Beban administrasi dan umum lainnya.
20
General-Administration-
Expenses Budget
Kegunaan menyusun beban administrasi dan umum :
1. Beban gaji manajemen puncak terjadi karena fungsi manajemen puncak untuk melakukan
kegiatan perencanaan dan pengawasan perusahaan secara menyeluruh;
2. Beban gaji pegawai kantor terjadi karena fungsi untuk mengurus administrasi pegawai,
administrasi surat menyurat dan administrasi keuangan;
3. Beban pemeliharaan kantor dan depresiasi kantor terjadi agar terdapat kenyamanan dan
kelancaran pekerjaan kantor;
4. Beban penarikan dan seleksi pegawai kantor terjadi agar dapat mendapatkan pegawai yang
diperlukan, yang berkualitas, yang handal, yang dapat memajukan perusahaan;
5. Beban telepon, listrik, air, dsb, dan pernik kantor terjadi agar dapat mendukung kelancaran
pekerjaan kantor;
6. Beban pendidikan dan pengembangan pegawai kantor terjadi agar kemampuan pegawai
berkembang sesuai dengan perkembangan perusahaan dan perkembangan zaman.
21
Depreciation Expenses
Bangunan, kendaraan, dan alat kantor merupakan harta tetap berwujud.
Harta tetap berwujud adalah harta tetap yang diperkirakan mempunyai masa manfaat (taksiran
usia) dalam operasi penjualan yang normal lebih dari satu tahun dengan maksud tidak untuk
dijual, tetapi untuk dipakai keperluan perusahaan.
Selama masa manfaat, harta tetap nilainya akan berkurang dikarenakan aus, usang, ketinggalan
zaman, dan kapasitasnya berkurang. Berkurangnya nilai harta tetap ini disebut depresiasi.

Dalam menentukan beban depresiasi ada tiga faktor yang harus diperhatikan:
1. Harga pokok (cost);
2. Nilai sisa;
3. Masa manfaat.

Metode yang dapat digunakan dalam mengukur depresiasi antara lain:
1. Metode beban tetap;
2. Metode beban berkurang;
3. Metode beban variabel;
4. Metode beban bertambah.
22
Depreciation Expenses
1. Metode beban tetap
Metode beban tetap cocok diterapkan untuk aktiva tetap berwujud yang mempunyai ciri:
Kegunaan ekonomis aktiva menurun secara proposional pada tiap periode;
Reparasi dan pemeliharaan tiap periode jumlahnya relatif tetap;
Kegunaan ekonomis berkurang karena lewat waktu;
Kapasitas aktiva tetap tiap periode relatif tetap.
Aktiva berwujud semacam ini contohnya adalah bangunan dan perabot (lemari, meja).

Metode beban tetap terdiri dari atas metode garis lurus dan metode jam kerja/jam jasa.
Dengan menggunakan kedua metode tersebut, beban depresiasi akan tetap sama tiap tahun
Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan perusahaan, baik volume kegiatan
produksi maupun kegiatan penjualan.
Semakin besar harga pokok aktiva tetap semakin besar beban depresiasinya.
Semakin panjang masa manfaat aktiva tetap semakin kecil beban depresiasinya.
23
Depreciation Expenses
1. Metode beban tetap
a. Metode garis lurus


Misalkan aktiva tetap berwujud adalah bangunan dengan masa manfaat selama 4 tahun.
Harga pokok adalah Rp 10.000 dengan nilai residu Rp 1.000.
Beban depresiasi = (Rp 10.000 Rp 1.000) / 4 = Rp 2.250 per tahun.
Atau Rp 2.250 / Rp 9.000 = 25% per tahun.

24
Manfaat Masa
Residu Nilai - Pokok Harga
per tahun Depresiasi
Tahun Beban Depresiasi Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 2,250 Rp 2,250 Rp 7,750 Rp
2 2,250 Rp 4,500 Rp 5,500 Rp
3 2,250 Rp 6,750 Rp 3,250 Rp
4 2,250 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Total 9,000 Rp Nilai Residu 1,000 Rp
Depreciation Expenses
1. Metode beban tetap
b. Metode jam kerja/jam jasa




Misalkan aktiva tetap berwujud adalah kendaraan dengan masa manfaat selama 4 tahun.
Kendaraan dipakai selama 10.000 jam selama satu tahun. Harga pokok adalah Rp 10.000
dengan nilai residu Rp 1.000.
Beban depresiasi per jam = (Rp 10.000 Rp 1.000) / 10.000 jam = Rp 0.9 per jam.
Beban depresiasi per tahun = (10.000 jam / 4 tahun) x Rp 0.9/jam = Rp 2.250 per tahun.

25
Jam Jumlah
Residu Nilai - Pokok Harga
jam per Depresiasi
Tahun Beban Depresiasi Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 2,250 Rp 2,250 Rp 7,750 Rp
2 2,250 Rp 4,500 Rp 5,500 Rp
3 2,250 Rp 6,750 Rp 3,250 Rp
4 2,250 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Total 9,000 Rp Nilai Residu 1,000 Rp
jam per Depresiasi
Manfaat Masa Jumlah
Jam Jumlah
per tahun Depresiasi
Depreciation Expenses
2. Metode beban berkurang
Metode beban berkurang terdiri dari atas metode persentase tetap dari nilai buku dan
metode jumlah angka tahun.
a. Metode persentase tetap dari nilai buku
Metode persentase tetap dari nilai buku terdiri atas metode saldo menurun (declining
balance) dan metode saldo menurun berganda (double declining balance).
Metode saldo menurun


Misalkan aktiva tetap berwujud adalah kendaraan dengan masa manfaat 4 tahun.
Harga pokok adalah Rp 10.000 dengan nilai residu Rp 1.000.
Beban depresiasi per tahun = 1 (((Rp 10.000 / Rp 10.000) x 100%) = 43.77%


26
manfaat Masa % 100
pokok Harga
un residu tah Nilai
1 setahun Depresiasi
Tahun Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 43.77% x Rp 10.000 = 4,377 Rp 4,377 Rp 5,623 Rp
2 43.77% x Rp 5.623 = 2,461 Rp 6,838 Rp 3,162 Rp
3 43.77% x Rp 3.162 = 1,384 Rp 8,222 Rp 1,778 Rp
4 43.77% x Rp 1.778 = 778 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Beban Depresiasi
Depreciation Expenses
2. Metode beban berkurang
Metode beban berkurang terdiri dari atas metode persentase tetap dari nilai buku dan
metode jumlah angka tahun.
a. Metode persentase tetap dari nilai buku
Metode persentase tetap dari nilai buku terdiri atas metode saldo menurun (declining
balance) dan metode saldo menurun berganda (double declining balance).
Metode saldo menurun berganda
Metode saldo menurun berganda sama prinsipnya dengan metode garis lurus dalam
metode baban tetap, hanya saja persentase beban depresiasi digandakan.
Misalkan aktiva tetap berwujud adalah kendaraan dengan masa manfaat 4 tahun.
Harga pokok adalah Rp 10.000 dengan nilai residu Rp 1.000.
Beban depresiasi = (Rp 10.000 Rp 1.000) / 4 = Rp 2.250 per tahun atau 25%/tahun.
Maka beban depresiasi dengan metode saldo menurun berganda adalah 50%/tahun.
27
Tahun Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 50% x Rp 10.000 = 5,000 Rp 5,000 Rp 5,000 Rp
2 50% x Rp 5.000 = 2,500 Rp 7,500 Rp 2,500 Rp
3 50% x Rp 2.500 = 1,250 Rp 8,750 Rp 1,250 Rp
4 250 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Beban Depresiasi
Depreciation Expenses
2. Metode beban berkurang
Metode beban berkurang terdiri dari atas metode persentase tetap dari nilai buku dan
metode jumlah angka tahun.
b. Metode jumlah angka tahun
Metode jumlah angka tahun dilakukan dengan mempergunakan pembobotan pada tiap-
tiap tahun. Tahun yang paling awal biasanya diberi bobot paling besar dibandingkan
dengan tahun yang paling akhir.
Misalkan aktiva tetap berwujud adalah kendaraan dengan masa manfaat 4 tahun.
Harga pokok adalah Rp 10.000 dengan nilai residu Rp 1.000.
Pembobotan adalah 0.4, 0.3, 0.2, dan 0.1 masing-masing pada tahun pertama, kedua,
ketiga, dan keempat secara berturut-turut.
28
Tahun Bobot Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 0.4 0.4 x Rp 9.000 = 3,600 Rp 3,600 Rp 6,400 Rp
2 0.3 0.3 x Rp 9.000 = 2,700 Rp 6,300 Rp 3,700 Rp
3 0.2 0.2 x Rp 9.000 = 1,800 Rp 8,100 Rp 1,900 Rp
4 0.1 0.1 x Rp 9.000 = 900 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Beban Depresiasi
Depreciation Expenses
3. Metode beban variabel
Metode beban variabel sangat cocok untuk aktiva tetap berwujud yang dipergunakan
langsung untuk kegiatan produksi atau kegiatan penjualan, seperti: mesin dan alat produksi,
kendaraan yang digunakan untuk mengatur produk yang akan dijual.
Metode beban variabel terdiri atas metode satuan hasil produksi dan metode satuan jasa
a. Metode satuan hasil produksi


Misalkan aktiva tetap berwujud adalah mesin produksi dengan masa manfaat 4 tahun.
Harga pokok adalah Rp 10.000 dengan nilai residu Rp 1.000. Jumlah produk yang di-
hasilkan selama masa manfaat tersebut adalah 15.000 unit.
Beban depresiasi per unit produk = (Rp 10.000 Rp 1.000) / 15.000 = Rp 0.6/unit
29
Tahun Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 5.000 unit x Rp 0.6 = 3,000 Rp 3,000 Rp 7,000 Rp
2 4.000 unit x Rp 0.6 = 2,400 Rp 5,400 Rp 4,600 Rp
3 3.500 unit x Rp 0.6 = 2,100 Rp 7,500 Rp 2,500 Rp
4 2.500 unit x Rp 0.6 = 1,500 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Beban Depresiasi
manfaat masa selama dihasilkan yang produk Jumlah
residu Nilai - pokok Harga
produk unit per Depresiasi
Depreciation Expenses
3. Metode beban variabel
Metode beban variabel sangat cocok untuk aktiva tetap berwujud yang dipergunakan
langsung untuk kegiatan produksi atau kegiatan penjualan, seperti: mesin dan alat produksi,
kendaraan yang digunakan untuk mengatur produk yang akan dijual.
Metode beban variabel terdiri atas metode satuan hasil produksi dan metode satuan jasa
b. Metode satuan jasa


Misalkan aktiva tetap berwujud adalah kendaraan dengan masa manfaat 4 tahun. Harga
pokok adalah Rp 10.000 dengan nilai residu Rp 1.000. Kendaraan beroperasi selama
masa manfaat sepanjang 80.000 km.
Beban depresiasi per km = (Rp 10.000 Rp 1.000) / 80.000 = Rp 0.1125/km
30
Tahun Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 30.000 km x Rp 0.1125 = 3,375 Rp 3,375 Rp 6,625 Rp
2 25.000 km x Rp 0.1125 = 2,813 Rp 6,188 Rp 3,813 Rp
3 15.000 km x Rp 0.1125 = 1,688 Rp 7,875 Rp 2,125 Rp
4 10.000 km x Rp 0.1125 = 1,125 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Beban Depresiasi
manfaat masa selama jasa satuan Jumlah
residu Nilai - pokok Harga
jasa satuan per Depresiasi
Depreciation Expenses
4. Metode beban bertambah
Metode beban bertambah, misalnya bunga majemuk cocok bila aktiva tetap berwujud yang
dibeli bersumber dari pinjaman bank dengan bunga majemuk.


Misalkan aktiva tetap berwujud adalah bangunan yang diperoleh dengan pinjam di bank
dengan harga pokok adalah Rp 10.000. Masa manfaat diasumsikan 4 tahun dengan dengan
nilai residu Rp 1.000. Bunga majemuk (i) adalah 30% per tahun.
Beban depresiasi = (Rp 10.000 Rp 1.000) x (0.3 / (1 + 0.3)
4
1) = Rp 1.455
31
Tahun Cadangan Depresiasi Nilai Buku
0 - Rp - Rp 10,000 Rp
1 1,455 Rp 1,455 Rp 8,545 Rp
2 Rp 1.455 + (30% x Rp 1.455) 1,891 Rp 3,346 Rp 6,654 Rp
3 Rp 1.455 + (30% x Rp 3.346) 2,458 Rp 5,804 Rp 4,196 Rp
4 Rp 1.455 + (30% x Rp 5.804) 3,196 Rp 9,000 Rp 1,000 Rp
Beban Depresiasi
1 i 1
i
Perolehan Harga Depresiasi
manfaat Masa


General-Administration-
Expenses Budget
Penyusunan Anggaran Beban Administrasi dan Umum
Data ilustrasi:
1. Gaji satu bulan untuk bagian personalia adalah Rp 5.000, bagian kesekretariatan Rp 6.000,
bagian tata usaha Rp 3.000, dan bagian keuangan Rp 7.000. Gaji komisaris dan direksi
adalah Rp 8.000 per bulan;
2. Beban pernik kantor ditaksir pada triwulan I adalah Rp 12.000, triwulan II dan III sebesar Rp
10.000 dan pada triwulan IV sebesar Rp 14.000;
3. Beban telepon, air, dan listrik ditaksir per bulan adalah sebagai berikut. Bulan pertama dan
kedua sebesar Rp 8.000, bulan ketiga sampai ketujuh sebesar Rp 10.000, bulan kedelapan
sampai keduabelas sebesar Rp 9.000;
4. Beban depresiasi bangunan dan alat kantor ditaksir Rp 2.500 per bulan;
5. Pada awal tahun direncanakan membeli kendaraan kantor seharga Rp 100.000 dengan nilai
residu Rp 10.000 dan masa manfaat empat tahun. Selama empat tahun kendaraan ditaksir
dapat menempuh 80.000 km. Tahun pertama ditaksir dapat menempuh 30.000 km (triwulan I
9.000 km, II 8.000 km, III 7.000 km, dan IV 6.000 km);
6. Beban pemeliharaan kantor ditaksir Rp 10.000 tiap bulan, kecuali untuk bulan Juli dan
Agustus masing-masing sebesar Rp 12.000 dan Desember sebesar Rp 14.000;
7. Beban administrasi dan umum lainnya ditaksir Rp 7.000 per bulan.
32
General-Administration-
Expenses Budget
Penyusunan Anggaran Beban Administrasi dan Umum
Perhitungan anggaran beban administrasi dan umum:
33
Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Beban gaji komisaris dan direksi 24,000 Rp 24,000 Rp 24,000 Rp 24,000 Rp 96,000 Rp
Beban gaji pegawai kantor 63,000 Rp 63,000 Rp 63,000 Rp 63,000 Rp 252,000 Rp
Beban telepon, air, listrik 26,000 Rp 30,000 Rp 28,000 Rp 27,000 Rp 111,000 Rp
Beban depresiasi 17,625 Rp 16,500 Rp 15,375 Rp 14,250 Rp 63,750 Rp
Beban pemeliharaan kantor 30,000 Rp 30,000 Rp 34,000 Rp 34,000 Rp 128,000 Rp
Beban adm. dan umum lainnya 21,000 Rp 21,000 Rp 21,000 Rp 21,000 Rp 84,000 Rp
Total 181,625 Rp 184,500 Rp 185,375 Rp 183,250 Rp 734,750 Rp
Income Statement
Dalam penyusunan anggaran rugi-laba, semua anggaran yang terdapat dalam anggaran opera-
sional harus dimasukkan karena semua anggaran tersebut saling berkaitan.
Anggaran tersebut adalah:
Anggaran Jualan (Modul 2 Kegiatan Belajar 2);
Anggaran Produk (Modul 3 Kegiatan Belajar 1);
Anggaran Biaya Bahan Baku (Modul 3 Kegiatan Belajar 2);
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung (Modul 3 Kegiatan Belajar 3);
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (Modul 3 Kegiatan Belajar 3);
Anggaran Beban Penjualan (Modul 4 Kegiatan Belajar 1);
Anggaan Beban Administrasi dan Umum (Modul 4 Kegiatan Belajar 2).
34
Income Statement
Anggaran Jualan
35
Daerah dan Jenis Kecap Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Banjarmasin
Kecap Sedang 1,000,000 Rp 1,000,000 Rp 1,500,000 Rp 500,000 Rp 4,000,000 Rp
Kecap Manis 2,400,000 Rp 3,600,000 Rp 2,400,000 Rp 1,200,000 Rp 9,600,000 Rp
Kecap Asin 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,000,000 Rp 2,000,000 Rp 6,000,000 Rp
Jumlah 4,900,000 Rp 6,100,000 Rp 4,900,000 Rp 3,700,000 Rp 19,600,000 Rp
Martapura
Kecap Sedang 600,000 Rp 600,000 Rp 900,000 Rp 300,000 Rp 2,400,000 Rp
Kecap Manis 1,500,000 Rp 2,250,000 Rp 1,500,000 Rp 750,000 Rp 6,000,000 Rp
Kecap Asin 900,000 Rp 900,000 Rp 600,000 Rp 1,200,000 Rp 3,600,000 Rp
Jumlah 3,000,000 Rp 3,750,000 Rp 3,000,000 Rp 2,250,000 Rp 12,000,000 Rp
Jumlah Total 7,900,000 Rp 9,850,000 Rp 7,900,000 Rp 5,950,000 Rp 31,600,000 Rp
Income Statement
Anggaran Biaya Bahan Baku
36
Jenis Kecap Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Kecap Sedang
Kedelai 605.0 Rp 599.0 Rp 898.0 Rp 302.0 Rp 2,404.0 Rp
Gula Merah 363.0 Rp 359.4 Rp 538.8 Rp 181.2 Rp 1,442.4 Rp
Jumlah 968.0 Rp 958.4 Rp 1,436.8 Rp 483.2 Rp 3,846.4 Rp
Kecap Manis
Kedelai 1,200.0 Rp 1,795.0 Rp 1,204.0 Rp 598.0 Rp 4,797.0 Rp
Gula Merah 1,080.0 Rp 1,615.5 Rp 1,083.6 Rp 538.2 Rp 4,317.3 Rp
Jumlah 2,280.0 Rp 3,410.5 Rp 2,287.6 Rp 1,136.2 Rp 9,114.3 Rp
Kecap Asin
Kedelai 900.0 Rp 904.0 Rp 600.0 Rp 1,198.0 Rp 3,602.0 Rp
Gula Merah 270.0 Rp 271.2 Rp 180.0 Rp 359.4 Rp 1,080.6 Rp
Jumlah 1,170.0 Rp 1,175.2 Rp 780.0 Rp 1,557.4 Rp 4,682.6 Rp
Jumlah Total 4,418.0 Rp 5,544.1 Rp 4,504.4 Rp 3,176.8 Rp 17,643.3 Rp
Income Statement
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung






Anggaran Biaya Overhead Pabrik

37
Jenis Kecap Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Kecap Sedang 151,250 Rp 149,750 Rp 224,500 Rp 75,500 Rp 601,000 Rp
Kecap Manis 300,000 Rp 448,750 Rp 301,000 Rp 149,500 Rp 1,199,250 Rp
Kecap Asin 225,000 Rp 226,000 Rp 150,000 Rp 299,500 Rp 900,500 Rp
Jumlah Total 676,250 Rp 824,500 Rp 675,500 Rp 524,500 Rp 2,700,750 Rp
Jenis Biaya Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Bahan Pembantu 90,000 Rp 90,000 Rp 90,000 Rp 90,000 Rp 360,000 Rp
Tenaga Kerja Tidak Langsung 62,000 Rp 62,000 Rp 62,000 Rp 62,000 Rp 248,000 Rp
Depresiasi Pabrik:
Bangunan Pabrik 2,000 Rp 2,000 Rp 2,000 Rp 2,000 Rp 8,000 Rp
Mesin dan Alat 550,000 Rp 550,000 Rp 550,000 Rp 550,000 Rp 2,200,000 Rp
Biaya Lain-lain 33,000 Rp 33,000 Rp 33,000 Rp 33,000 Rp 132,000 Rp
Total 737,000 Rp 737,000 Rp 737,000 Rp 737,000 Rp 2,948,000 Rp
Income Statement
Anggaran Beban Usaha (Penjualan, Administrasi, dan Umum)





38
Beban Usaha Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Gaji Pegawai Penjualan 92,000 Rp 92,000 Rp 92,000 Rp 92,000 Rp 368,000 Rp
Promosi 565,000 Rp 565,000 Rp 565,000 Rp 565,000 Rp 2,260,000 Rp
Depresiasi Penjualan 2,500 Rp 2,500 Rp 2,500 Rp 2,500 Rp 10,000 Rp
Penghapusan Piutang 110,600 Rp 185,300 Rp 169,700 Rp 130,700 Rp 596,300 Rp
Beban Penjualan Lainnya 10,500 Rp 10,500 Rp 10,500 Rp 10,500 Rp 42,000 Rp
Total Beban Penjualan 780,600 Rp 855,300 Rp 839,700 Rp 800,700 Rp 3,276,300 Rp
Gaji Pegawai 85,000 Rp 85,000 Rp 85,000 Rp 85,000 Rp 340,000 Rp
Depresiasi Umum 5,000 Rp 5,000 Rp 5,000 Rp 5,000 Rp 20,000 Rp
Administrasi Lainnya 10,000 Rp 10,000 Rp 10,000 Rp 10,000 Rp 40,000 Rp
Total Beban Adm. dan Umum 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 400,000 Rp
Total Beban Usaha 880,600 Rp 955,300 Rp 939,700 Rp 900,700 Rp 3,676,300 Rp
Income Statement
Anggaran Rugi-Laba




39
Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Setahun
Anggaran Jualan 7,900,000 Rp 9,850,000 Rp 7,900,000 Rp 5,950,000 Rp 31,600,000 Rp
Anggaran Biaya Bahan Baku 4,418,000 Rp 5,544,100 Rp 4,504,400 Rp 3,176,800 Rp 17,643,300 Rp
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 676,250 Rp 824,500 Rp 675,500 Rp 524,500 Rp 2,700,750 Rp
Anggaran Biaya Overhead Pabrik 737,000 Rp 737,000 Rp 737,000 Rp 737,000 Rp 2,948,000 Rp
Anggaran Biaya Pabrik 5,831,250 Rp 7,105,600 Rp 5,916,900 Rp 4,438,300 Rp 23,292,050 Rp
Anggaran Sediaan Produk Jadi Awal 127,221 Rp 150,850 Rp 146,540 Rp 150,850 Rp 127,221 Rp
Anggaran Produk Siap Dijual 5,958,471 Rp 7,256,450 Rp 6,063,440 Rp 4,589,150 Rp 23,419,271 Rp
Anggaran Sediaan Produk Jadi Akhir 150,850 Rp 146,540 Rp 150,850 Rp 146,540 Rp 146,540 Rp
Harga Pokok Jualan 5,807,621 Rp 7,109,910 Rp 5,912,590 Rp 4,442,610 Rp 23,272,731 Rp
Laba Kotor 2,092,379 Rp 2,740,090 Rp 1,987,410 Rp 1,507,390 Rp 8,327,269 Rp
Beban Usaha 880,600 Rp 955,300 Rp 939,700 Rp 900,700 Rp 3,676,300 Rp
Laba Usaha 1,211,779 Rp 1,784,790 Rp 1,047,710 Rp 606,690 Rp 4,650,969 Rp
Bunga 330,000 Rp 330,000 Rp 330,000 Rp 330,000 Rp 1,320,000 Rp
Laba Sebelum Pajak 881,779 Rp 1,454,790 Rp 717,710 Rp 276,690 Rp 3,330,969 Rp
Pajak (10% dari Laba Sebelum Pajak) 88,177.90 Rp 145,479.00 Rp 71,771.00 Rp 27,669.00 Rp 333,097 Rp
Laba Setelah Pajak 793,601 Rp 1,309,311 Rp 645,939 Rp 249,021 Rp 2,997,872 Rp
Grasberg, Peg. Jayawijaya, Papue
Terima Kasih



Sampai Bertemu Lagi di Pertemuan Kelima
Seoul, 22
nd
of September 2013

Anda mungkin juga menyukai