Anda di halaman 1dari 3

Undang-undang No 19 tahun 2003 tentang BUMN

OECD merupakan pedoman yang berisi prinsip-prinsip dalam menjalani tata


kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Tentu saja OECD
memberikan pengaruh terhadap undang-undang kita, termasuk struktur
kepemilikan perusahaan yang tertera dalam OECD principles 2. Struktur
kepemilikan untuk perusahaan berbentuk Persero yang tertulis dalam Undang-
undang no 19 tentang BUMN disebutkan dalam pasal 1 ayat 2, 3, dan 4. Ayat 2
mengatakan bahwa untuk perseroan terbatas modal minimum yang harus dimiliki
negara adalah 51% dan memiliki tujuan untuk mengejar keuntungan. Pada ayat 3
dikatakan untuk perseroan terbuka, modal dan jumlah pemegang saham diatur
sesuai perundang-undangan di pasar modal. Sedangkan, untuk perum, dijelaskan
di ayat 4 bahwa seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham,
tujuannya adalah untuk memberi manfaat berupa penyediaan barang atau jasa
bermutu tinggi untuk umum dan mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.
Beberapa hak utama pemegang saham selain mendapatkan hak yang sesuai
dengan kepemilikan saham yang dibelinya dan mendapatkan sebagian laba dalam
bentuk dividen, pemegang saham juga berhak mengikuti RUPS. RUPS merupakan
kekuasaan tertinggi dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada direksi dan komisaris. Dalam hal ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan
harus mendapat persetujuan dan pengesahan dari RUPS.
Organ lain dari perseroan selain RUPS, yaitu dewan direksi dan komisaris.
Dewan direksi memiliki tanggung jawab dalam pengurusan BUMN, baik di dalam
maupun di luar perusahaan. Oleh karena itu, peran dari dewan komisaris sangat
penting karena fungsinya sebagai pengawas sekaligus pemberi nasihat dewan
direksi. Jika diurutkan sesuai wewenang dan kekuasaannya maka yang paling atas
adalah RUPS, kedua yaitu dewan komisaris, kemudian dewan direksi.
Struktur kepemilikan sendiri terdiri atas 2 jenis pola, yaitu tersebar (dispersed)
dan terkosentrasi (concentrated). Pola tersebar / dispersed adalah dimana
kepemilikan saham atau modal perusahaan tidak dimiliki secara mayoritas oleh
beberapa pemegang saham saja namun tersebar, setiap pemegang saham tidak
boleh memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang besar atau menjadi pemilik
saham mayoritas. Sedangkan pola terkonsentrasi / concentrated adalah dimana
kepemilikian saham dapat dimiliki oleh pemegang saham secara mayoritas
sehingga beberapa pemegang saham memiliki kekuasaan yang lebih kuat atas
perusahaan dibandingkan pemegang saham lain. Pola terkosentrasi ini lah yang
dimiliki oleh sebagian besar negara di Asia, termasuk Indonesia.
Pola terkosentrasi terbagi lagi dalam 3 jenis, yaitu terkosentrasi pada negara,
keluarga, dan institusional. Hal ini tergantung pada budaya dari negara dimana
perusahaan itu berada. Pada pola terkosentrasi ini tidak tertulis di perundang-
undangan yang mengatur tentang kepemilikan maksimal yang dapat dimiliki oleh
pemegang saham sehingga hal ini dapat menarik pemegang saham untuk membeli
saham sebanyak yang mereka inginkan. Hal ini dapat memicu adanya pyramid
structure. Struktur piramid adalah kepemilikan perusahaan melalui anak
perusahaan. Pemegang saham mayoritas dapat memiliki power terhadap
perusahaan melalui anak perusahaan atau perusahaan lain yang dimilikinya.
Akibatnya, pemegang saham mayoritas mendapatkan hak kontrol yang lebih besar
dibanding hak arus kas. Pada akhirnya, hal ini akan merugikan pemegang saham
minoritas.
Berbeda dengan pola menyebar, pola ini memiliki perlindungan terhadap
investor yang kuat dengan membatasi kepemilikan yang boleh dimiliki pemegang
saham. Selain itu, regulasi yang dibuat dan enforcement yang dilakukan sangat
kuat. Pola ini tentunya menghindari adanya struktur piramida yang merugikan
investor minoritas sehingga investor yang ingin melakukan investasi merasa
nyaman dan aman untuk membeli saham dari perusahaan.
Selain undang-undang BUMN, beberapa hal juga sedikit dibahas dalam UU
No 40 tahun 2007 tentang PT. Dalam UU PT dijelaskan lagi tentang hak-hak dan
wewenang RUPS, komisaris, dan direksi dalam lingkup yang lebih detail pada
perseroan terbatas.

Anda mungkin juga menyukai