OECD merupakan pedoman yang berisi prinsip-prinsip dalam menjalani tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Tentu saja OECD memberikan pengaruh terhadap undang-undang kita, termasuk struktur kepemilikan perusahaan yang tertera dalam OECD principles 2. Struktur kepemilikan untuk perusahaan berbentuk Persero yang tertulis dalam Undang- undang no 19 tentang BUMN disebutkan dalam pasal 1 ayat 2, 3, dan 4. Ayat 2 mengatakan bahwa untuk perseroan terbatas modal minimum yang harus dimiliki negara adalah 51% dan memiliki tujuan untuk mengejar keuntungan. Pada ayat 3 dikatakan untuk perseroan terbuka, modal dan jumlah pemegang saham diatur sesuai perundang-undangan di pasar modal. Sedangkan, untuk perum, dijelaskan di ayat 4 bahwa seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, tujuannya adalah untuk memberi manfaat berupa penyediaan barang atau jasa bermutu tinggi untuk umum dan mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Beberapa hak utama pemegang saham selain mendapatkan hak yang sesuai dengan kepemilikan saham yang dibelinya dan mendapatkan sebagian laba dalam bentuk dividen, pemegang saham juga berhak mengikuti RUPS. RUPS merupakan kekuasaan tertinggi dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris. Dalam hal ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan harus mendapat persetujuan dan pengesahan dari RUPS. Organ lain dari perseroan selain RUPS, yaitu dewan direksi dan komisaris. Dewan direksi memiliki tanggung jawab dalam pengurusan BUMN, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Oleh karena itu, peran dari dewan komisaris sangat penting karena fungsinya sebagai pengawas sekaligus pemberi nasihat dewan direksi. Jika diurutkan sesuai wewenang dan kekuasaannya maka yang paling atas adalah RUPS, kedua yaitu dewan komisaris, kemudian dewan direksi. Struktur kepemilikan sendiri terdiri atas 2 jenis pola, yaitu tersebar (dispersed) dan terkosentrasi (concentrated). Pola tersebar / dispersed adalah dimana kepemilikan saham atau modal perusahaan tidak dimiliki secara mayoritas oleh beberapa pemegang saham saja namun tersebar, setiap pemegang saham tidak boleh memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang besar atau menjadi pemilik saham mayoritas. Sedangkan pola terkonsentrasi / concentrated adalah dimana kepemilikian saham dapat dimiliki oleh pemegang saham secara mayoritas sehingga beberapa pemegang saham memiliki kekuasaan yang lebih kuat atas perusahaan dibandingkan pemegang saham lain. Pola terkosentrasi ini lah yang dimiliki oleh sebagian besar negara di Asia, termasuk Indonesia. Pola terkosentrasi terbagi lagi dalam 3 jenis, yaitu terkosentrasi pada negara, keluarga, dan institusional. Hal ini tergantung pada budaya dari negara dimana perusahaan itu berada. Pada pola terkosentrasi ini tidak tertulis di perundang- undangan yang mengatur tentang kepemilikan maksimal yang dapat dimiliki oleh pemegang saham sehingga hal ini dapat menarik pemegang saham untuk membeli saham sebanyak yang mereka inginkan. Hal ini dapat memicu adanya pyramid structure. Struktur piramid adalah kepemilikan perusahaan melalui anak perusahaan. Pemegang saham mayoritas dapat memiliki power terhadap perusahaan melalui anak perusahaan atau perusahaan lain yang dimilikinya. Akibatnya, pemegang saham mayoritas mendapatkan hak kontrol yang lebih besar dibanding hak arus kas. Pada akhirnya, hal ini akan merugikan pemegang saham minoritas. Berbeda dengan pola menyebar, pola ini memiliki perlindungan terhadap investor yang kuat dengan membatasi kepemilikan yang boleh dimiliki pemegang saham. Selain itu, regulasi yang dibuat dan enforcement yang dilakukan sangat kuat. Pola ini tentunya menghindari adanya struktur piramida yang merugikan investor minoritas sehingga investor yang ingin melakukan investasi merasa nyaman dan aman untuk membeli saham dari perusahaan. Selain undang-undang BUMN, beberapa hal juga sedikit dibahas dalam UU No 40 tahun 2007 tentang PT. Dalam UU PT dijelaskan lagi tentang hak-hak dan wewenang RUPS, komisaris, dan direksi dalam lingkup yang lebih detail pada perseroan terbatas.