Anda di halaman 1dari 31

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi
2.1.1 Anatomi sistem pernapasan
Anatomi sistem pernapasan pada manusia dibagi menjadi 2, yaitu:
Saluran napas atas
Saluran napas bawah

1) Saluran Napas Atas
a. Hidung

Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh
tulang hidung dan kartilago
4

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet
yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak
ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke
dan dari paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori
(penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam
mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia.
b. Faring

Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba
yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral
(orofaring), dan laring (laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif
5

c. Laring









Laring atau organ suara merupakan struktur epitel
kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium
ke arah laring selama menelan
Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea,
sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adams
apple)
Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang
komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago
tiroid)
Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita
suara dengan kartilago tiroid
Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot
yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat
pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batu
6

d. Trakea

Disebut juga batang
tenggorok
Ujung trakea bercabang
menjadi dua bronkus yang
disebut karina



2) Saluran Napas Bawah
a. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus
lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9
bronkus segmental
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi
bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat
yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori
7

Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional
antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar
Dan kemudian menjadi alveoli
f. Alveoli

Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu
lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara
metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu
fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan.





8

3) Paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya
4) Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastic
Terbagi mejadi 2 :
Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis
pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu
bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan
toraks dengan paru-paru
9

Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

2.1.2 Fisiologi sistem pernafasan
Bernafas / pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara
individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan
CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus
ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada
inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru
bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2) Pertukaran Gas
Gas pernapassan dipertukarkan di alveoli dan kapiler jaringan
tubuh. Oksigen ditransfer dari darah ke alveoli yang akan
dihembuskan sebagai produk limbah. Pada tingkat jaringan,
oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida
ditransfer ke jaringan, ke darah untuk kembali ke alveoli dan akan
dihembuskan. Transfer ini tergantung pada proses
difusi.Pertukaran gas meliputi Difusi, Tranpor Oksigen, dan
Transpor Karbondioksida.
(1) Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida)
antara alveolus dan kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan
tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli
10

sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah
kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-
masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses
difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli
dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
(2) Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel
jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan
tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali
ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke
jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 %
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
3) Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut
11

serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di
kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah
sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan
ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat
ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan
aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga
rasio ventilasi dan perfusi adalah:
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/menitt = 0,8
Aliran darah kapiler pulmonar (Q) 5,0 lt/menit
Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran
gas. Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu
maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang mengalir ke
alveeolus kurang mendapat oksigen. Demikian halnya dengan jika
perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka
terjadi peningkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan
rendah.

2.1.3 Gangguan Fungsi Pernafasan
Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
antara lain sebagai berikut:
1) Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang
menyebabkan kesukaran bernapas.Asma biasanya disebabkan oleh
hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap benda-
benda asing di udara.penyebab penyakit ini juga dapat terjadi
dikarenakan faktor psikis dan penyakit menurun.
2) Tuberkulosis (TBC)
12

Tuberkulosis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosae.Bakteri ini dapat menyerang
semua organ tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan
tulang. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang
terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
a. Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi
untuk pertukaran udara paru-paru
b. Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
c. Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan
meningkatkan ketebalan membran pernapasan sehingga
menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru
3) Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul
rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan
terasa kering.Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus dan dapat juga disebabkan terlalu banyak merokok.Bakteri
yang biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus
pharyngitis.
4) Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang
membawa udara menuju paru-paru).Penyebabnya bisa karena
infeksi kuman, bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap
rokok, debu, atau polutan udara.
5) Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana alveolus biasanya
terinfeksi oleh cairan dan eritrosit berlebihan. Infeksi disebarkan
oleh bakteri dari satu alveolus ke alveolus lain hingga dapat meluas
ke seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan
oleh bakteri streptokokus (Streptococcus), Diplococcus
pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma pneumoniae.
6) Emfisema Paru-paru
13

Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas
alveolus.Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang
terdapat dalam paru-paru.Pada penderita emfisema, volume paru-
paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena
karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru
terperangkap didalamnya.Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-
antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru
ini.
7) Dipteri
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan
pada rongga faring (faringitis) maupun laring (laringitis) oleh lendir
yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
8) Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan
yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah,
ataupun jaringan tubuh.Misalnya alveolus yang terisi air karena
seseorang tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon
monoksida yang disebabkan karena hemoglobin lebih mengikat
karbon monoksida sehingga pengangkutan oksigen dalam darah
berkurang.
9) Kanker Paru-paru
Penyakit ini merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali di dalam jaringan paru-paru.Kanker ini mempengaruhi
pertukaran gas di paru-paru dan menjalar ke seluruh bagian
tubuh.Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus
kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% kasus pada
wanita.Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko
untuk menderita kanker paru-paru.Tetapi tidak menutup
kemungkinan perokok pasif pun mengalami penyakit ini.Penyebab
lain yang memicu penyakit ini adalah penderita menghirup debu
asbes, kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
14

2.2 Komposisi Udara Normal
Selain berbagai macam gas, udara di sekitar kita juga mengandung
partikel-partikel padat, partikel-partikel cair, dan berbagai jenis mikroba.
Tabel berikut ini menjelaskan jenis dan komposisi gas yang terdapat dalam
udara normal atau udara bersih yang tidak mengandung uap.

Tabel. Komposisi Udara Normal
No Konstituen Rumus Konsentrasi Persentasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbon dioksida
Neon
Helium
Metana
Kripton
Xenon
Ozon
Nitrogen oksida
Hidrogen
N
2

O
2

Ar
CO
2
Ne
He
CH
4
Kr
Xe
O
3

NO
2

H
2

780.900 bds
209.400 bds
9.300 bds
315 bds
18 bds
5 bds
1 bds
1 bds
1 bds
1 bds
1 bds
1 bds
78,0900 %
20,9400 %
0,9300 %
0,0313 %
0,0018 %
0,0005 %
0,0001 %
0,0001 %
0,0001 %
0,0001 %
0,0001 %
0,0001 %


2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi
2.3.1 Saraf otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi.Hal ini dapat
terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun
parasimpatis.Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhodilatasi;
sedangkan parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh
pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergik dan
reseptor kolinergik pada saluran pernapasan.
15

2.3.2 Hormonal dan obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat
melebarkan saluran pernapasan.Obat yang tergolong parasimpatis dapat
melebarkan saluran napas, seperti Sulfas Atropin.Ekstrak Belladona dan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi), seperti obat yang
tergolong beta bloker nonselektif.
2.3.3 Alergi pada saluran nafas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu,
bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-
lain. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan
di daerah nasal; batuk apabila rangsangannya di saluran napas bagian
atas; bronkhokontriksi terjadi pada asma bronkhiale; dan rhinitis jika
rangsangannya terletak di saluran napas bagian bawah.
2.3.4 Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia
perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur
dengan adanya kecenderungan kurang pembentukan surfaktan. Setelah
anak tumbuh menjadi dewasa, kematangan organ terjadi seiring dengan
bertambahnya usia.
2.3.5 Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu.Kondisi-kondisi
tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
2.3.6 Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam
mengonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain. Perilaku
dalam mengonsumsi makanan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, seperti obesitasnya seseorang yang memengaruhi
16

proses pengembangan paru-paru. Sedangkan merokok dapat
menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah.

2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian dimulai dengan mengumpulkan biodata pasien, data yg
dikumpulkan yaitu nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk, nomor register, dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernafasan yaitu batuk,
produksi sputum berlebih, batuk darah, sesak napas, dan nyeri
dada. Penilaian keluhan utama sebaiknya menggunakan PQRST
(untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang keluhan
utama klien), yaitu : Provoking incident, Quality, Region (radiation
and relief), Severity (scale) dan Time.
a. Provoking Incident yaitu menilai apakah ada peristiwa yang
menjadi faktor pencetus atau faktor penyebab.
Keluhan utama batuk. Batuk merupakan suatu refleks
protektif yang timbul akibat iritasi percabangan
trakeobrankial. Kemampuan untuk batuk merupakan
mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran
pernafasan bagian bawah. Keluhan utama batuk
merupakan masalah yang paling sering bagi individu
untuk meminta pertolongan pada petugas kesehatan.
Bila keluhan batuk yang menjadi masalah utama klien,
maka harus dicari faktor pencetus yang menimbulkan
batuk misalnya karena klien menghirup asap,
banyaknya sekret yang menumpuk di saluran
pernafasan, adanya benda asing/tumor di jalan napas.
Ketiganya merupakanfaktor pencetus batuk.
Keluhan utama batuk darah. Batuk darah adalah
keluarnya darah dari saluran pernafasan akibat
17

pecahnya pembuluh darah pada saluran pernafasan
bagian bawah. Gejala awal biasanya berupa rasa gatal
pada tenggorokan atau adanya keinginan untuk batuk,
lalu darah dikeluarkan lewat batuk. Darah berwarna
merah terang, berbuih, dan dapat bercampur sputum.
Berat ringannya batuk darah tergantung besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah merupakan
suatu gejala kegawatdaruratan paru dengan komlikasi
sufokasi yang dapat menutup jalan napas. Faktor
pencetus yang paling sering menyebabkan keluarnya
darah dari jalan napas adalah batuk yang kuat.
Keluarnya darah dari jalan napas menimbulkan
kecemasan bagi klien. Semakin gugup klien untuk
mengeluarkan darah, semakin besar kemungkinan
terjadinya bekuan darah pada jalan napas. Kecemasan
karena mengalami batuk darah akan menyebabkan
klien menahan batuk dengan maksud agar darah tidak
banyak keluar. Keadaan tersebut justru memungkinkan
terjadinya akumulasi darah pada jalan napas dan dapat
menyebabkan kematian karena penyumbatan saluran
pernafasan oleh bekuan darah.
Keluhan utama sesak napas. Sesak napas merupakan
gejala nyata adanya gangguan traeobronkial, parenkim
paru, dan rongga pleura. Saat terjadi sesak napas, ada
peningkatan kerja pernapasan akibat bertambahnya
resistensi paru, dinding dada, dan meningkatnya
resistensi nonelastisitas. Penting untuk membedakan
faktor pencetus sesak napas akibat gangguan sistem
kardiovaskuler. Serangan sesak napas karena asma
sering disebabkan oleh alergen yang berbeda untuk
setiap individu. Inhalasi akibat serbuk sari, debu, stres
psikologi, dan kecapekan juga dapat menjadi faktor
18

penyebab yang sering terjadi pada asma bronkial.
Sedangkan pada kasus penyakit pleura seperti
pneumothoraks faktor penyebab yang paling sering
adalah adanya trauma tajam ke rongga dada.
Keluhan utama nyeri dada. Keluhan utama lainnya yang
sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
adalah nyeri dada. Nyeri dada merupakan gejala yang
timbul akibat radang pada pleura. Nyeri itu bagaikan
teriris-iris dan tajam, diperberat dengan batuk, bersin,
dan napas yang dalam sehinggan klien bernapas cepat
dan dangkal. Faktor penyebab nyeri dada akibat
peradangan pleura sering kali diakibatkan oleh
perubahan posisi tubuh misalnya dari berbaring ke
duduk
Keluhan utama produksi sputum berlebih. Orang
dewasa normal membentuk sputum 100ml/hari, jika
produksi berlebihan, proses pembersihan mungkin tidak
efektif lagi sehingga sputum akan tertimbun. Perlu
dipelajari sumber sputum, warna, konsentrasi, dan
warna sputum.
b. Quality or Quantity yaitu kualitas dari masalah yang dirasakan
atau digambarkan klien, karena tiap klien berbeda-beda.
Masalah batuk klien yang perlu mendapat perhatian adalah
berapa lama batuk diderita, apakah batuk disertai sputum yang
purulen, dan bagaimana kualitas dari sputum yang keluar.
Sedangkan kualitas nyeri dada pada peradangan pleura
biasanya terasa seperti ditusuk-tusuk/terbakar. Kualitas napas
klien juga berbeda-beda, masalah sesak napas dari status asma
dan pneuomothoraks kualitas ventilasi yang dirasakan sangat
berat, sedangkan pada batuk darah yang perlu diperhatikan
adalah kualitas dari darah yang keluar, apakah berbuih, segar,
19

dan banyaknya darah yang keluar dapat memberi perasaan
yang berat bagi penderita.
c. Region (Radiation, Relief) yaitu, apakah rasa sakit yang
dikeluhkan dapat reda, apakah rasa sakitnya menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. Perlu dikaji faktor-
faktor yang dapat memperberrat dan meringankan keluhan.
Contohnya pada efusi pleura, keluhan sesak napas klien akan
berkurang dengan memiringkan posisi dari posisi yang sakit
atau dengan posisi duduk.
d. Severity (Scale) of Pain yaitu seberapa besar rasa nyeri atau
keluhan yang dirasakan klien, dapat berdasarkan skala nyeri
dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan nyeri
bersifat objektif. Cara terbaik untuk menilai berat ringannya
adalah menanyakan kepada klien apakah gejala atau keluhan
tersebut mempengaruhi kegiatan normal atau tidur.
e. Time yaitu kapan keluhan lebih sering muncul, berapa lama
biasanya muncul atau berlangsung dan apakah keadaannya
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem pernapasan
seperti menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya
keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak
kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan
tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana
pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan klien
ketika keluhan tersebut terjadi, adakah usaha mengatasi
keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau
tidakkah usaha tersebut.
b. Riwayat penyakit dahulu
20

Pengkajian riwayat penyakit dahulu dengan menanyakan
tentang penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya..misalnya apakah klien pernah dirawat
sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami
sakit yang berat, dan sebagainya. Catat adakah efek
sampignyang terjadi di masa lalu. Alergi obat juga perlu
ditanyakan, dan jika terjadi tanyakan alergi apa yang timbul.
c. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem
pernafasan merupakan hal yang mendukung keluhan
penderita.Perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan
predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk
dalam jangka waktu yang lama, dan batuk darah dari generasi
terdahulu.
4) Riwayat Pekerjaan dan Gaya Hidup
Situasi tempat kerja dan lingkungan juga perlu dikaji.Kebiasaan
sosisal, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alkohol, atau
obat tertentu. Kebiasaan merokok, seperti sudah berapa lama,
berapa batang per hari, dan jenis rokok yang dihisap.
5) Riwayat Psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
Pengaruh sakit terhadap cara hidup
Perasaan klien terhadap sakit dan therapy
Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapi
6) Pengkajian Fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi,
mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan
hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
21

b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien,
letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba
trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
1. Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah
pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke
atas.
2. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang
dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan
diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah (1 : 2)
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
a) Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter
antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan.
b) Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu
sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-
posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan
diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
a) Kifosis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang.
22

b) Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung.
c) Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke
salah satu sisi.
3. Pola napas
a) Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan
16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh
tenaga untuk melakukannya,
b) Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat,
frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea
yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang
dari 16 x/mnt
c) Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
4. Kaji volume pernapasan
a. hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan
yang dalam dan panjang
b. hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam
paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang
lambat.
5. Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan
pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai
dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan
perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut.
6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal
adalah reguler atau irreguler,
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat
kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi
apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam,
atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme
23

maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
7. Kaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu
sesak napas yang dan kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
8. Kaji bunyi napas
a) stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya
obstruksi jalan napas bagian atas
b) stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan
didengar saat inspirasi
c) wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
d) rales yaitu bunyi yang mendesak atau
bergelembung dan didengar saat inspirasi
e) ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering
serta di dengar saat ekspirasi.
9. Kaji batuk dan sekresinya
a) batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh
sekresi,
b) non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa
sekresi
c) hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
10. Status sirkulasi
Dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
a) takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt,
ataukah
b) bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60
x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah
a) hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
b) hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
11. Kaji oksigenasi
24

a) anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen
dalam jaringan kurang
b) hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang
c) hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen
dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal
d) cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang
berlebihan dari Hb
e) clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan
akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang
lama.

Palpasi
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri
tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil
vremitus.Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat
dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama
seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar.Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria
besar.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
Bronkospasme, Peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
dan sekresi kental, Penurunan energi atau kelemahan.
2. Pertukaran gas, kerusakan, yang berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus,
jebakan udara.
25

3. Pola pernapasan, tak efektif yang berhubungn dengan obstruksi
trakeobronkial oleh bekuan darah, secret banyak, perdarahan aktif,
pnurunan ekspansi paru dan proses inflamasi.

2.4.3 Perencanaan
Diagnosa Keperawatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
Bronkospasme, Peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
dan sekresi kental, Penurunan energi atau kelemahan.
Hasil yang diharapkan (NOC) :
- Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas
bersih atau jelas.
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
nafas, mis., batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
No. Tindakan/ Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi nafas. Catat bunyi
nafas, mis., mengi, krekels, ronki.
Beberapa derajat
spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat/tak
dimanifestasikan
adanya bunyi nafas
adventisius, mis.,
penyebaran, krekels
basah (bronkitis); bunyi
nafas redup dengan
ekspirasi mengi
(emfisema); atau tak
adanya bunyi nafas
(asma berat).
2. Kaji atau pantau rekuensi
pernafasan. Catat rasio inspirasi atau
ekspirasi.
Takipnea biasanya ada
pada beberapa
derajatdan dapat
ditemukan pada
penerimaan atau selama
stress/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan
dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi
memanjang disbanding
inspirasi.
3. Catat adanya atau derajat dispnea,
mis., keluhan lapar udara, gelisah,
ansietas, distress pernafasan,
penggunaan otot bantu.
Disfungsi pernafasan
adalah variable yang
tergantung pada tahap
proses kronis selain
proses akut yang
26

menimbulkan
perawatan di rumah
sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.
4 Kaji pasien untuk posisi yang
nyaman, mis., peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
Peninggian kepala
tempat tidur
mempermudah fungsi
pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
Namun, pasien dengan
distress berat akan
mencari posisi yang
paling mudah untuk
bernafas. Sokongan
tangan atau kaki dengan
meja, bantal, dan lain-
lain dapat membantu
menurunkan kelemahan
otot dan dapat sebagai
alat ekspansi dada.
5. Pertahankan polusi lingkungan
minimum, mis., debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan
kondisi individu.
Pencetus tipe reaksi
alergi pernafasan yang
dapat mentriger episode
akut.
6. Dorong atau bantu latihan nafas
abdomen atau bibir.
Memberikan pasien
beberapa cara untuk
mengatasi dan
mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan
udara.
7. Observasi karakteristik batuk, mis.,
menetap, batuk pendek, basah. Bantu
tindakan untuk memperbaiki
keefektifan upaya batuk.
Batuk dapat menetap
tetapi tidak efektif,
khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau
kelemahan. Batuk
paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau
kepala dibawah setelah
perkusi dada.
8. Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi.
- Bronkodilator

- Xantin


- Kromolin



Merilekskan otot halus
dan menurunkan
kongesti lokal.
Menurunkan edema dan
spasme otot polos
dengan peningkatan
siklus AMP.
27



- Steroid oral

- Antimicrobial

- Analgesik
Menurunkan inflamasi
jalan nafas local dan
edema dengan
mengambat efek
histamine dan mediator
lain.
Kortikosteroid
digunakan untuk
mencegah reaksi alergi.
Mengontrol infeksi
pernafasan atau
pneumonia.
Batuk menetap yang
melelahkan perlu
ditekan untuk
menghemat energy dan
memungkinkan pasien
istirahat.

Diagnosa Keperawatan :
Pertukaran gas, kerusakan. Yang berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus,
jebakan udara.
Hasil yang diharapkan (NOC) :
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala
distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan atau situasi.
No. Tindakan/Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Catat penggunaan otot aksesori, nafas
bibir, ketidakmampuan berbicara atau
berbincang.
Berguna dalam
evaluasi derajat
distress pernafasan
dan/atau kronisnya
proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu
pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas. Dorong nafas
dalam perlahan atau nafas bibir sesuai
kebutuhan atau toleransi individu.
Pengiriman oksigen
dapat diperbaiki
dengan posisi duduk
tinggi dan latihan
nafas untuk
menurunkan kolaps
jalan nafas, dispnea,
dan kerja nafas.
3. Kaji atau awasi secara rutin kulit dan
warna membran mukosa.
Sianosis mungkin
perifer (terlihat pada
kuku) atau sentral
(terlihat di sekitar
28

bibir atau daun
telinga). Keabu-abuan
dan sianosis sentral
mengindikasi
beratnya hipoksemia.
4. Dorong mengeluarkan sputum;
penghisapan bila diindikasikan.
Kental, tebal, dan
banyaknya sekresi
adalah sumber utama
gangguan pertukaran
gas pada jalan nafas
kecil. Penghisapan
dibutuhkan bila batuk
tidak efektif.
5. Auskultasi bunyi nafas, catat area
penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
Bunyi nafas mungkin
redup karena
penurunan aliran
udara atau area
konsolidasi. Adanya
mengi
mengindikasikan
spasme bronkus atau
tertahannya sekret.
6. Palpasi fremitus. Penurunan getaran
vibrasi diduga ada
pengumpulan cairan
atau udara terjebak.
7. Awasi tingkat kesadaran atau status
mental. Selidiki adanya perubahan.
Gelisah dan ansietas
adalah status umum
pada hipoksia.
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Berikan lingkungan tenang. Batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk
tidur atau istirahat dikursi selama fase
akut. Mungkinkan pasien melakukan
aktivitas secara bertahap dan
tingkatkan sesuai toleransi individu.
Selama distress
pernafasan
berat/akut/refraktori
pasien secara total tak
mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
karena hipoksemia
dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas
perawatan masih
penting dari program
pengobatan.
9. Awasi tanda vital dan irama jantung. Takikardia, disritmia,
dan perubahan TD
dapat menunjukan
efek hipoksemia pada
fungsi jantung.
10. Kolaborasi pemilihan pemberian
cairan.
Tujuan utama terapi
cairan adalah untuk
29

mempertahankan
parameter fisiologis
normal.
11. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi.
Penggunaan
kortikosteroid masih
kontroversial.
Sebelumnya, terapi
antibotik diberikan
awal untuk
profilaksis, tetapi
pengalaman
menunjukan bahwa
ini tidak mencegah
sepsis bakteri gram
negative yang
berbahaya, sehingga
antibiotic profilaksis
rutin tidak lagi
digunakan.

Diagnosa Keperawatan :
Pola pernapasan, takefektif. Yang behubungan dengan obstruksi
trakeobronkial oleh bekuan darah, secret banyak, pendarahan aktif,
penurunan ekpansi dan proses inflamasi.
Hasil yang diharapkan (NOC) :
- Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan
kedalaman dalam rentang normal dan peru jelas/bersih.
- Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi
paru..
No. Tindakan/Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kdalam pernapasan dan
ekspansi dada. Cacat upaya
pernapasan, termasuk penggunaan otot
bantu/pelabaran nasal.
Kecepatan biasanya
meningkat. Dipnea
dan terjadi
peningkatan kerja
napas (pada awal atau
hanya tanda EP
subakut). Kedalaman
pernapasan bervariasi
tergantung derajat
gagal napas. Ekspansi
dada terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan/atau
nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas dan cacat
adanya napasadventisius, seperti
krekels, mengi, gesekan pleural.
Bunyi napas
menurun/tak ada bila
jalan napas obstruksi
30

sekunder terhadap
pendarahan, bekuan
atau kolaps jalan
napas kecil
(atelektasis). Ronki
dan mengi menyertai
obstruksi jalan
napas/kegagalan
pernapasan.
3. Tinggikan kepaladan bantu mengubah
posisi. Bangunkan pasien turun tempat
tidur dan ambulasi sesegera mungkin.
Duduk tinggi
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernapasan.
Pengubahan posisi
dan ambulasi
meningkat pengisian
udara segmen paru
berbeda sehingga
memperbaiki difusi
gas.
4. Observasi pola batuk dan karakter
secret.
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
kering atau iritasi.
Seputum berdarah
dapat diakibatkan
oleh kerusakan
jaringan (infakparu)
atau antikoagulan
berlebihan.
5. Dorong atau bantu pasien dalam napas
dalam dan latihan batuk penghisapan
peroral atau nasotrakeal bisa
diindikasikan.
Dapat meningkatkan
atau banyaknya
sekutum dimana
gangguan ventilasi
dan ditambah
ketidaknyamanan
upaya bernafas..
6. Bantu psien mengatasi takut atau
ansietas (rujuk DK ; ketakutan/ansietas
[uraikan tingkatan], halaman 181)
Perasaan takut dan
ansietas berat
berhubungan dengan
ketidakmampuan
bernapas/terjadinya
hipoksemia dan dapat
secara actual
meningkatkan
konsumsi
oksigen/kebutuhan.
7. Kolaborasi :
31

Berikan oksigen tambahan Memaksimalakan
bernapas dan
menurunkan kerja
napas.
8. Berikan humidifikasi tambahan mis,
nebulizer ultrasonik
Memberikan
kelembapan pada
membrane mukosa
dan membantu
pengenceran secret
untuk memudahkan
pembersihan.
9. Bantu fisioterapi dada (mis., drainase
postural dan perkusi area yang tak
sakit, tiupan botol/spiromertri insentif)
Memudahkan upaya
penapasan dalam dan
meningkatkan
drainase secret dari
segmen paru kedalam
bronkus, dimana
dapat lebih
mempercepat
pembuangan dengan
batuk/penghisapan.
10. Sipakan untuk/bantu bronkoskopi Kadang-kadang
berguna untuk
membuat bekuan
darah dan
membersihkan jalan
napas.











32

BAB III
KESIMPULAN

Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sangat penting bagi
tubuh, salah satu diantaranya adalah oksigen. Memegang peranan penting dalam
semua proses tubuh secara fungsional, tanpa adanya oksigen dapat menyebabkan
tubuh mengalami kemunduran bahkan dapat menimbulkan kematian.Masalah
kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi oksigenasi, yaitu saraf otonom,
hormonal dan obat, alergi pada saluran nafas, faktor perkembangan, faktor
lingkungan, faktor perilakuProses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia
dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,
membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara
normal.










33

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep,
Proses dan Praktik Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta
Kozier, B., Erb.,& Oliver, R. 2004. Fundamental of nursing; consept, process and
practice.fourth edition. California: Addison-Wesley Publishing CO
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba Medika. Jakarta
Nurachmah, Elly.2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah.EGC.
Jakarta
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika. Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed.9. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai