Definisi Polio (poliomielitis) adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh poliovirus (PV), Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan kelemahan otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Epidemiologi Kasus polio telah menurun > 99% sejak tahun 1988 setelah adanya global polio eradication. Indonesia pada tahun 2005 ditemukan kasus polio di sukabumi, jawa barat. Total terdapat 295 kasus polio tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten/kota di Indonesia. Semua golongan umur bisa terkena polio Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio, 70-80% anak usia < 3 tahun.
Etiologi Familia : Picornaviridae Genus : Enterovirus Spesies : Poliovirus virus RNA kecil tahan pada pH 3-10, Virus tidak rusak beberapa hari dalam suhu 2-8 0 C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol l% mati pada suhu 50-55 0 C selama 30 menit, bahan oksidator,klorin dan sinar UV menular melalui oro-fekal, kotoran atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi serta melalui benda benda yang terkontaminasi. Manusia adalah hospes, reservoir utama
Patogenesis Virus masuk oro-fekal
Multiplikasi di usus halus peyers patch
Invasi ke limfatik dan peredaran darah ( viremia) penyebaran virus sampai ke persarafan belum diketahui
Terjadinya paralisis asimetris dan atrofi otot sesuai dengan persarafan medula spinalis yang terkena.
Gejala klinis Polio non-paralitik masa inkubasi 7-10 hari, gejala klinis minimal, bisa asimtomatik atau abortif yang sembuh dalam minggu- bulan. malaise,anoreksi, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, konstipasi dan nyeri abdomen. Gejala lebih berat terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh
Polio paralitik Polio yg berkembang menjadi paralitik permanen 2 %. Paralitik spinal : menghancurkan sel tanduk anterior spinal yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Paralitik bulbar : batang otak ikut terserang. Organ vital bisa terpengaruh, seperti pernafasan, proses menelan Otot otot yang lumpuh dan tidak pulih, menunjukkan paralisis tipe flaksid dengan atonia (tidak ada kontraksi otot), arefleksi(tidak adanya refleks), dan degenerasi(kemunduran fungsi sel). DD Guillain barre sindroma sistem imun menyerang sel saraf. Biasanya lumpuh simetris, tanpa demam, progresifitas beberapa hari-4 minggu. Neuritis traumatik, didahului adanya trauma saraf
Pemeriksaan penunjang Isolasi virus dari usap tenggorok 36 jam- 1 minggu stlh inkubasi. Feses 72 jam 5 minggu stlh masa inkubasi. Uji serologi Cerebrovaskular fluid Radiologi
Penatalaksanaan Belum ada obat yg bisa menyembuhkan Terapi suportif : Tirah baring pada fase akut analgesik antipiretik Jika ada tanda kelumpuhan anjurkan fisioterapi
Pencegahan Imunisasi usia 0 , 2 bln, 4 bln, 6 bln, 18-24 bln, 3 tahun survailence accute flaccid paralysis atau usaha penemuan penderita yang di curigai lumpuh layu pada usia di bawah 15 tahun, kemudian dilakukan pemeriksaan pada tinjanya untuk mengetahui adanya polio atau tidak Melakukan mopping-up, yakni pemberian vaksin massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia dibawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya TETANUS Definisi Tetanus (lockjaw)adalah toksemia akut disebabkan oleh tetanospasmin yaitu suatu neurotropik yang diproduksi oleh bakteri Clostridium Tetani yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot (rigid). Epidemiologi Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab kematian pada anak. Angka kematian dapat mencapai 60%. Tetanus neonatorum sebesar 12,5 per 1000 kelahiran hidup (2007) Insiden tertinggi tetanus anak kelompok usia 5-9tahun, kelompok 1-4 tahun
Etiologi Clostridium tetani Basil Gram-positif Obligat anaerob (bentuk vegetatif ), berflagella Bakteri tidak tahan panas dan tidak dapat bertahan dalam lingkungan yang terdapat oksigen. eksotoksin (tetanospasmin) yang kuat Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektan spora mampu bertahan selama bertahun-tahun. resisten terhadap panas dan antiseptik. Spora dapat bertahan dalam autoklaf pada suhu 249,8 F (121C) selama 10-15 menit. resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya.
Faktor risiko Infeksi karena luka tusukan, luka terbuka, kotor (69%) Infeksi karena luka yang kronis dan abses (20%) Tetanus neonatorum pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril Belum mendapat imunisasi DPT yang lengkap Otitis media, gigi berlubang
clostridium tetani banyak terdapat di tanah, kotoran manusia, hewan seperti kuda, sapi, anjing, dll.
Patogenesis Spora masuk lewat luka yang terkontaminasi
Bergenerasi dalam bentuk vegetatif
Mulai memproduksi eksotosin, menyebar dari tempat luka lewat motor end plate dan saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan menyebar ke SSP, teori lain lewat kelenjar limfe dan pembuluh darah.
Masuk ke sinaps ganglion saraf , inhibisi neurotransmiter GABA eksitasi kontraksi terus menerus dan spasme
Gejala klinis Masa inkubasi 7-21 hari, bisa lebih pendek Tetanus general trismus/lock jaw 75% kasus, kekakuan otot maseter sehingga sukar untuk membuka mulut, mulut mencucu. Kesulitan menelan, disfagia Hipersalivasi Risus sardonikus kekakuan otot mimik Epistotonus spasme otot punggung, leher, badan melengkung kaku kuduk, kesulitan menelan, dan spasme pada otot abdomen. Iritabilitas suara, gerakan, cahaya, udara dingin Tetanus berat, jika disertai kejang dan spasme laring Tetanus neonatorum gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mencucu dan spasme berat. Pemeriksaan Uji spatula menyentuh dinding posterior faring positif kontraksi rahang involunter (menggigit spatula) , negatif refleks muntah. Lekosit dapat meningkat Enzim otot (kreatin kinase) meningkat
Penatalaksanaan luka baru, kotor bersihkan irigasi, debridement ATS 50.000 i.m + 50.000 i.v atau Human Tetanus Immunoglobuline (HTIG) 3000-6000 IU secara i.m Metronidazol loading dose 15 mg/kg BB/jam, selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap 6 jam selama 10 hari Kejang diazepam 5-10 mg, dilanjut terapi rumatan Jaga jalan nafas, 02, suction atau trakeostomi jika perlu Diet cukup kalori dan protein
Usia 7 bln belum mendapat imunisasi DPT kunjungan pertama, 2 bln , 4 bln, 6-12 bln, 4-6 tahun setelah injeksi pertama, diulang tiap 10 tahun Usia 7 tahun/ lebih, belum diimunisasi 3 suntikan Td - kunjungan pertama - 4-8 minggu stlh Td pertama - 6-12 mnggu setelah Td kedua - diulang tiap 10 tahun