Proses Perumusan Pancasila
Proses Perumusan Pancasila
: VI/I
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Maha
Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan
kemerdekaanya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan Indonesiaitu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada tanggal 10 sampai dengan 16
Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI
membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang
Undang- Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk
kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan
rancangan UUD. Kelompok kecil ini diketuai Mr. Supomo dengan anggota
Wongsonegoro, Ahmad Subarjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil
kerjanya kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa
yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir. Sukarno
melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI
tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan
Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar
(batang tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun
UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal
17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno
BPUPKI.
2. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk menindaklanjuti
hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI
beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang
wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil, Maluku serta penduduk
Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, menambah anggota PPKI enam
orang lagi sehingga semua anggota PPKI berjumlah 27 orang.PPKI dipimpin oleh Ir.
Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya Ahmad Subarjo. Adapun
anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman Wedyodiningrat, R.P. Suroso, Sutardjo,
K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata,
Suryohamijoyo, Abdul Kadir,
Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan,
Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki
Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, dan Iwa Kusumasumantri.
a. Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada
sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI
membahas konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam
Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta
Ir. Sukarno lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901.
Ayahnya bernama Raden Sukemi Sasrodiharjo yang masih keturunan Raja Kediri.
Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang masih keturunan bangsawan Bali.
Sukarno muda ketika menjadi mahasiswa di Sekolah Teknik Bandung (sekarang ITB)
membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada Kongres PNI Pertama, Sukarno
terpilih sebagai Ketua PNI. Kegiatan politik Sukarno muda tidak disukai Belanda
sehingga ia sering dipenjarakan.
Meskipun demikian, Sukarno tidak patah semangat untuk berjuang memerdekakan
Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang, Ir. Sukarno diminta Jepang
mengobarkan semangat bangsa Indonesia agar bersedia membantu melawan
Sekutu. Untuk itu, Ir. Sukarno bersama dengan Drs. Moh. Hatta. K.H. Mas Mansyur,
dan Ki Hajar Dewantara (Empat Serangkai) ditunjuk sebagai pemimpin organisasi
Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Namun, oleh tokoh Empat Serangkai, Putera justru
dimanfaatkan untuk menggembleng watak bangsa Indonesia agar lebih cinta dan
rela berkorban untuk tanah airnya. Menjelang kemerdekaan Indonesia, Ir. Sukarno
berjuang di dalam organisasi BPUPKI dan PPKI. Ir. Sukarno menyumbangkan
pemikirannya dalam pembentukan dasar negara Indonesia merdeka yang
disebutnya dengan Pancasila pada lembaga BPUPKI. Ir. Sukarno juga dipercaya
menjadi Ketua PPKI yang dipersiapkan untuk membentuk Indonesia merdeka.
Puncaknya, Ir. Sukarno bersama Drs. Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945