rinci
dalam
Pasal
Perpres
tersebut,
antara
lain:
tugas
dan
fungsi
kementerian.
Secara lebih rinci, beban tugas kementerian tertentu terdapat dalam organiasi dan
tata laksana (orta) kementerian yang bersangkutan. Dari rincian itulah dapat
dipilah-pilah, mana beban kerja yang memerlukan penanganan secara khusus pada
kementerian itu, dan mana yang tidak.
Pada Kementerian Hukum dan HAM, misalnya, terdapat beban kerja yang
memerlukan penanganan khusus, yakni mempersiapkan dan mengharmonisasikan
rancangan peraturan perundang-undangan, serta beban mewakili Presiden
membahas RUU dengan DPR.
Maka, Wamenkumham seharusnya tugasnya menangani bidang ini saja, bukan
yang lain. Ini agar Menkumham tidak perlu menghabiskan sebagian besar
waktunya di DPR, sehingga kurang waktu mengerjakan tugas-tugas lain.
Akan tetapi, dengan Perpres No 60/2012, Wamenkumham bukan lagi berfungsi
melaksanakan beban kerja yang memerlukan penanganan secara khusus,
melainkan membantu Menkumham melaksanakan hampir semua tugas pokok
kementerian. "Bukan itu maksud ketentuan Pasal 10 UU Kementerian Negara,"
kata Yusril.
Yusril menjelaskan, tugas Wamen dalam Pasal 10 UU Kementerian Negara
hampir sama dengan kedudukan Menteri Muda sejak Kabinet Amir Sjarifuddin
sampai Kabinet Soeharto, yakni membantu menteri untuk menangani tugas
tertentu.
Dr Daoed Joesoef misalnya menjadi Mendikbud dan Dr Abdul Gafur menjadi
Menmud Pemuda dan Olah Raga. Tugas Gafur hanya menangani pemuda dan
olahraga. Dia tidak membantu Daoed Joesoef menangani kurikulum SD atau
pengadaan buku-buku di sekolah dan perguruan tinggi.
Demikian pula Menmud Sekkab Saadillah Mursyid yang membantu Mensesneg
Moerdiono. Tugasnya jelas hanya menangani bidang-bidang tertentu yang
KPK sudah lebih dulu menyelidiki satu perkara. Presiden, kata dia, seyogianya
memahami amanat undang-undang ini.
"Presiden harus segera memerintahkan Kapolri menghentikan penyidikan.
Presiden harus memberikan ruang bagi KPK. Jangan sampai ada pendapat bahwa
permasalahan ini berlarut karena Presiden yang tidak tanggap," ungkapnya.
Ditemui dalam kesempatan terpisah, Koordinator Indonesia Corruption Watch,
Danang Widoyoko, mengemukakan hal yang sama. Menurutnya, uji materi tidak
akan berpengaruh dalam penyelesaian sengketa. Sebab, apa pun keputusan MK
tidak berlaku surut, sementara penyidikan tidak bisa dihentikan semata-mata
hanya menunggu putusan MK.
Oleh karena itu, menurut dia, langkah yang paling tepat adalah Presiden meminta
Polri tunduk pada UU KPK. "Keputusan MK atas uji materi UU KPK tidak
berpengaruh, kan, sifat putusan MK tidak berlaku surut. Kalau sekarang baru
mengajukan uji materi ke MK, keputusan diterima atau tidaknya, kan, masih
beberapa bulan ke depan, sementara proses penyidikan tidak dapat dihentikan,"
papar Danang.
Polemik bendera dan lambang Aceh terjadi setelah pekan lalu ketika DPR Aceh
menetapkan Qanun Nomor 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh.
Bendera itu dinilai mirip bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kementerian
Dalam Negeri meminta qanun itu dievaluasi kembali.
Menurut Irmanputra, pesoalan bendera Aceh sebenarnya tidak perlu terlalu
dikhawatirkan karena bentuk bendera partai politik, bendera klub sepak bola, atau
bendera kelompok lain juga bermacam-macam. Reaksi keras diperlukan jika
bendera itu dianggap menjadi bagian dari upaya atau rangkaian dari rencana suatu
perbuatan merongrong kewibawaan UUD 1945. Jika bisa dibuktikan demikian,
maka hal itu layak untuk diwaspadai.
"Pemerintah jangan sampai bereaksi terlalu berlebihan yang kemudian dapat
mengganggu kedamaian yang terjadi di suatu wilayah, termasuk di Aceh.
Sebaiknya masalah ini didekati secara bijaksana oleh semua pihak. Jangan
diselesaikan secara linear hitam-putih. Namun, yang utama, semuanya jangan
menabrak UUD 1945 sebagai hukum tertinggi di Negara Kesatuan Republik
Indonesia," tuturnya.
pencabutan
grasi
melanggar
konvensi
dan
akan
menimbulkan
ketidakpastian hukum.
Selain itu, tidak ada alasan materiil seperti kesalahan identitas penerima grasi
untuk mencabut grasi yang telah diberikan kepada Ola. Upaya yang harus
dilakukan adalah mengevaluasi mengapa Ola dapat mengendalikan bisnis narkoba
di lembaga pemasyarakatan dan segera memproses hukum kasus ini.
Menurut Denny maupun Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, tidak adil
jika Presiden dinilai negatif atas pemberian grasi kepada Ola yang
ternyata diduga terlibat lagi peredaran narkoba.
Kesalahan tidak pada Presiden yang memberikan grasi, tapi pada Ola yang diberi
grasi yang membalasnya dengan air tuba, kalau memang Ola dan kawan-kawan
terbukti melakukan yang disangkakan, katanya.
Secara terpisah, Djoko Suyanto membantah anggapan bahwa Presiden salah
menerima masukan saat memutuskan grasi bagi Ola. Dulu (grasi) diberikan
karena yang bersangkutan itu tidak melakukan apa-apa. Dia bukan pengedar, tapi
waktu itu hanya kurir. Kalau sekarang di penjara masih seperti itu, kemungkinan
besar (grasi) akan dicabut, katanya.
Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari mendukung jika Presiden mencabut
grasi yang telah diberikan kepada Ola. Perlu juga ditelusuri bagaimana proses
pengusulan dan pertimbangan grasi yang tidak akurat itu bisa masuk kepada
Presiden.
Menurut anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Albert Hasibuan, grasi bisa saja
dicabut. Namun, grasi baru bisa dicabut kalau ada putusan pengadilan yang
menyatakan Ola mengendalikan perdagangan narkoba dari LP.
Analisis
Dari beberapa artikel dari media cetak maupun media online di atas dapat
dikatakan bahwa masalah ketatanegaraan di Indonesia masih sangat banyak, mulai
pemberian grasi Presiden hingga munculnya peraturan tentang harus ada
perwakilan 30% caleg perempuan yang dianggap peraturan yang terlalu dini
dikeluarkan karena tingkat partisipasi perempuan yang masih minim.
Selain itu polemic muncul karena posisi Wakil Menteri dianggap membingungkan
karena tidak sesuai konstitusi dan tidak terdapat dalam ketentuan Pasal 9 UndangUndang Nomor 39 Tahun 2008 yang mengatur struktur organisasi kementerian.
Disebutkan dalam pasal itu bahwa struktur organisasi kementerian terdiri atas
pimpinan, yakni menteri, sekretariat jenderal sebagai pembantu pimpinan, direktur
jenderal sebagai pelaksana tugas pokok, dan seterusnya. Walaupun hal ini sudah
dibantah Mahkamah Konstitusi dengan mengeluarkan putusan MK Nomor
79/PUU-IX/2011 yang mempertegas Perpres 60/2012.
Posisi wakil menteri sendiri mucul karena beberapa alas an. Menurut Presiden,
terdapat sejumlah Kementrian yang beban tugasnya sangat besar. Presiden
mencontohkan Kementrian Keuangan. Menteri Keuangan (Menkeu) menurutnya
memiliki beban tugas yang sangat berat dan menghabiskan waktunya dengan DPR
untuk membahas soal anggaran. Apalagi Menkeu juga dirasa penting untuk
menghadiri sejumlah forum ekonomi internasional.Sejumlah asas kehematan dan
kemanfaatan terkait pengangkatan sejumlah Wamen telah menjadi perhatian
dalam pertimbangan Presiden mengambil kebijakan pengangkatan sejumlah
Wamen. Dengan kata lain pengangkatan beberapa wakil menteri tersebut
bertujuan untuk optimalisasi kementrian. Begitulah jika dilihat dari sudut pandang
Presiden. Namun masih banyak juga yang menganggap terlalu banyak kelemahan,
salah satunya adalah pemborosan anggaran.
Undang-undang No. 10
tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif dan Undang-undang No. 2 tahun 2008
tentang Partai Politik (Parpol), mengatur bahwa kuota keterlibatan perempuan
dalam dunia politik adalah sebesar 30 persen, terutama untuk duduk di dalam
parlemen. Bahkan dalam Pasal 8 Butir d UU No. 10 tahun 2008, disebutkan
penyertaan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan pada
kepengurusan parpol tingkat pusat sebagai salah satu persyaratan parpol untuk
dapat menjadi peserta pemilu. Dan Pasal 53 UU mengatakan bahwa daftar bakal
calon peserta pemilu juga harus memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan
perempuan.
Ada yang pro dan ada yang kontra pastinya. Namun ketetapan itu sudah ada sejak
awal tahun 2004 lalu, melalui UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilu, yang secara
khusus termaktub di pasal 65 ayat 1. Aturan ini dianggap masih terlalu premature
jika ditetapkan karena tingkat partisipasi kaum perempuan ini masih sangat
rendah. Hal inilah yang dianggap menjadi salah satu penyebab makin merosotnya
kinerja Parlemen karena parlemen banyak diisi oleh orang ang tidak berkompeten.
Memang partai politik dalam proses kaderisasi terkesan asal-asalan untuk
memenuhi kuota tersebut dan kebanyakan partai politik hanya mengejar kuantitas
dan bukan kualitasnya.
Situasi tersebut diataslah yang dikhawatirkan juga berpengaruh kepada
munculnya banyak kebijakan yang akan menibulkan kontroversi dan polemic di
masyarakat. Namun tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa kaum perempuan
dapat memberkan perubahan pada parlemen dengan mampu melakukan perbaikan
kebijakan.
Memang tidak semua kebijakan mampu berjalan dengan baik, banyak juga
kebijakan yang bertujuan baik tetapi dianggap bertentangan dengan kebijakan
lain. Hal ini dapat dilihat dalam pemberian grasi oleh Presiden kepada Meirika
Franola (42) alias Ola. Memang Grasi merupakan hak prerogratif Presiden melalui
Pasal 4: "Dalam hal penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh kepolisian dan/
atau kejaksaan dan KPK, penyidikan yang dilakukan kepolisian dan kejaksaan
tersebut segera dihentikan".
Tentu saja hal ini membuat banyak pihak mendukung KPK. Selain itu KPK
dinilai sebagai Lembaga yang independen dan tingkat kredibilitasnya dinilai
masyarakat tinggi, dibandingkan dengan Polri yang banyak dianggap berbagai
pihak tidak mampu menindak jenderal tersebut dengan objektif dan banyak yang
memprediksi jika kasus ini ditangani oleh POLRI maka akan muncul skenarioskenario tertentu yang akan menguntungkan Djoko Susilo.
Dari perspektif ketatanegaraan Presiden sebenarnya bisa memerintahkan POLRI
untuk menghentikan penyidikan, karena POLRI berada di bawah kedudukan
Presiden. Hal ini sesuai dengan pasal 8 dan pasal 11 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang membahas
kedudukan Polri yang langsung di bawah Presiden, selain itu sesuai dengan
kontitusi pasal 10 yang menyebutkan bahwa Presiden merupakan Panglima
tertinggi angkatan darat, laut maupun udara.
Masalah yang terbaru adalah mengenai qanun atau peraturan daerah aceh
mengenai lambang dan bendera daerah aceh yang baru-baru ini disahkan oleh
DPR aceh. Bendera Aceh yang hampir identik dengan bendera Gerakan Aceh
Merdeka(GAM). Hal ini berdasarkan pada Qanun Aceh Nomor 3/2013 tentang
Bendara dan Lambang Aceh yang menetapkan bendera GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) sebagai bendera Propinsi. DPRAceh berdalih bahwa pemakaian bendera
tersebut adalah untuk mengenang masa kejayaan Aceh di masa kerajaan dan untuk
mengenang pahlawan aceh. Namun hal itu akan menimbulkan problem psikologis
di kalangan masyarakat. Pemakaian symbol dan bendera tersebut dikhawatirkan
akan membangkitkan kenangan lama yang bisa mengganggu proses perdamaian
yang tercantum dalam nota kesepakatan dan MoU Helsinki.
Sesuai MoU Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The
Free Aceh Movement (MoU Helsinki). Aceh memiliki hak untuk menggunakan
simbol-simbol
wilayah
termasuk
bendera,
lambang
dan
hymne.