I. Pengantar
Selama ini, kita sering mendengar dan menggunakan istilah “kesadaran hukum” dan
“ketaatan hukum”, namun sayangnya tidak jarang, tanpa kita sadari menyamakan 2 (dua)
istilah hukum tersebut, padahal itu keliru.
Nah dalam makalah ini kami ingin mengupas tentang hal tersebut, guna meluruskan
persepsi yang keliru tersebut.
Ewick dan Sylbey, merumuskan “kesadaran hukum” itu mengacu ke cara-cara di mana
orang-orang memahami hukum dan institusi-institusi hukum, yaitu pemahaman-pemahaman
yang memberikan makna kepada pengalaman dan tindakan orang-orang. Bagi Ewick dan
Sylbey, “kesadaran hukum” terbentuk dalam tindakan dan karenanya merupakan persoalan
praktik untuk dikaji secara empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan
“hukum sebagai perilaku” dan bukan “hukum sebagai aturan” norma atau asas”.[1]
Satjipto Raharjo menyatakan ilmu hukum sebagai sebenar ilmu (genuine science) tidak
hanya harus dapat membaca hukum yang dikonstruksikan, melainkan juga hukum sebagai
perilaku tersebut. Ilmu hukum itu tidak dapat memaksakan, melainkan dengan terbuka melihat
dan menerima apa yang terjadi dalam kenyataan dan kemudian menjelaskannya. Dalam
kenyataan, kehadiran hukum sebagai perilaku itu sama sekali tak dapat digusur atau
dipinggirkan oleh skema-skema hukum yang sengaja dibuat oleh manusia. System hukum
modern itu akan tetap berdampingan dengan hukum yang muncul secara spontan, seperti dalam
bentuk perilaku itu[2].
IV. Kesimpulan
1. Kesadaran hukum itu ada 2 (dua), yaitu:
(a) Legal consciousness as within the law, kesadaran hukum sebagai ketaatan hukum, berada
dalam hukum, sesuai dengan aturan hukum yang disadarinya atau dipahaminya.
(b) Legal consciousness as against the law, kesadaran hukum dalam wujud menentang hukum
atau melanggar hukum.
2. Ketaatan hukum itu kesadaran hukum yang positif sedangkan kesadaran hokum yang negatif
itu adalah ketidaktaatan hokum.
[1] Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 298
[2] Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perilaku, Hidup Baik Adalah Dasar Hukum Yang Baik,
(Jakarta: Kompas, 2009), hlm. 29
[3] Achmad Ali, Op. Cit, hlm. 510
[4] Ibid, hlm. 299
[5] Ibid, hlm. 299
[6] Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali Press,
1982), hlm. 140.
[7] Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, Makalah ini
adalah Kertas kerja dalam rangka kerja sama Kampanye Penegakan Hukum antara Fakultas
Hukum UGM dengan Kejaksaan Agung RI tahun 1978. Dikutip dari
http://sudiknoartikel.blogspot.com
[8] Selo Sumarjan, Perkembangan Politik Sebagai Penggerak Dinamika Pembangunan
Ekonomi, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1965), hlm. 26.
[9] Achmad Ali, Op. Cit, hlm. 347-348
[10] Ibid, hlm. 349
[11] Ibid, hlm. 350
[12] Ibid, hlm. 350-351
[13] Ibid, hlm. 376-78