"PAKAI formalin nggak, Mang, tahunya?" tanya seorang ibu. "Kalau mau
tahu yang bebas formalin gampang kok, Bu, pilih saja yang dilaletin," sahut
ibu yang satu lagi.
Seperti biasa, celoteh sejumlah ibu saat merubungi tukang sayur keliling
selalu menghiasi suasana pagi di suatu kompleks perumahan. Namun, sejak
Tabloid GHS memberitakan tentang pengawet mayat (formalin), boraks
(antiseptik), juga pewarna tekstil (Rhodamin B) yang dipakai untuk
mengawetkan makanan, dan kemudian dilanjutkan oleh berbagai media
massa, banyak orang menjadi lebih berhati-hati.
Selain lebih cerewet tanya ini-itu kepada penjualnya, tiap orang juga
mencari kiat mudah untuk mencirikan makanan yang aman. Seperti ibu tadi.
Menurutnya, makanan berformalin akan dijauhi lalat. Lalu, makanan seperti
bakso yang mengandung boraks, tak bakal disentuh kucing. "Binatang saja
ndak doyan, masa iya manusia mesti memakannya," ujarnya.
Sampel dan pengujian laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) akan adanya pengawet berbahaya itu awal Desember lalu memang
hanya mencakup wilayah Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang,
Mi basah:
- Bau sedikit menyengat.
- Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25 Celsius). Pada suhu 10C
atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari.
- Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan
tidak lengket.
Tahu:
- Bentuknya sangat bagus.
- Kenyal.
- Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu kamar (25C).
Pada suhu lemari es (10C) tahan lebih dari 15 hari.
- Bau agak menyengat.
- Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.
Bakso:
- Kenyal.
- Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.
Ikan:
- Warna putih bersih.
- Kenyal.
- Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.
- Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
- Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat
Ikan asin:
- Ikan berwarna bersih cerah.
- Tidak berbau khas ikan.
- Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25C).
- Liat (tidak mudah hancur).
Ayam potong:
- Berwarna putih bersih.
- Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.
Boraks Bisa Mematikan
Menurut Dra. Euis Megawati, Apt., boraks adalah bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya
berwarna putih dan sedikit larut dalam air.
Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan
otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan
Efek Akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual,
nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala.
Penyelahgunaan boraks untuk makanan telah ditemukan pada mie basah,
baso, kerupuk dan jajanan lainnya.
Untuk mengetahui makanan mengandung boraks ciri-cirinya sebagai
berikut:
- Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenal, lebih mengkilat,
tidak lengket, dan tidak cepat putus.
- Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenal, warna tidak
kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
-Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat
kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan
meberikan rasa getir.
- Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa
menimbulkan rasa getir
Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat akut dan kronik.
a. Akut (efek pada kesehatan manusia terlihat langsung).
1)
Bila terhirup akan terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru dan
pembengkakan paru. Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang
tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala,
mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan
kematian.
2)
Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi
merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.
3)
Bila terkena mata akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah,
rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
b. Kronik (setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang).
1)
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang
selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada
paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan haid
dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut,
tenggorokan, paru dan otak.
2) Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan
terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
3)
Jika terkena mata, yang paling berbahaya adalah terjadinya radang selaput
mata.
yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gr dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan (additive) pada
Codex Alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh Depkes. Humas Pengurus Besar
Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) menyatakan
formalin mengandung 37% formalin dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung
10 persen methanol. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena
dapat menyebabkan kanker, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan
tubuh, korosif dan iritatif. Berdasarkan penelitian WHO, kandungan formalin yang
membahayakan sebesar 6 gram. Padahal rata-rata kandungan formalin yang terdapat
pada mie basah 20 mg/kg mie.
2.
Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat, berbentuk
kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium hidroksida
serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa
digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak,
larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Secara lokal boraks dikenal
sebagai 'bleng' (berbentuk larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan sebagai
pengawet misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan,
antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat
menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda
dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung
dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh
tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar),
sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks
dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan
kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau
lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika
dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.