Issue Penambahan Bahan Pemutih Berbahaya Pada Beras Sangat Mempengaruhi Jaminan Keamanan Pangan Komoditi Beras Sebagai Bahan Pangan Pokok Sebagian Besar Masyarakat Indonesia
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan1 halaman
Issue Penambahan Bahan Pemutih Berbahaya Pada Beras Sangat Mempengaruhi Jaminan Keamanan Pangan Komoditi Beras Sebagai Bahan Pangan Pokok Sebagian Besar Masyarakat Indonesia
Issue penambahan bahan pemutih berbahaya pada beras sangat
mempengaruhi jaminan keamanan pangan komoditi beras sebagai bahan
pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Setelah melakukan pengecekan ke lapangan, pengumpulan informasi dari pihak-pihak terkait, dan pembahasan antar Departemen, maka pada tanggal 12 Maret 2007 Menteri Pertanian mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Pada proses Penggilingan padi, Huller dan Penyosohan Beras.
Bahan kimia berbahaya yang dimaksud adalah :
Klorin dan senyawanya Bromat dan senyawanya Asam borat dan senyawanya Asam Salisilat dan garam-garamnya Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC) Dulsin (Dulcin) Kloramfenikol (Chloramphenicol) Nitrofurazon (Nitrofurazone) Larutan formaldhyde /formalin Rodamin B Paraformaldehyde Tiroksan atau Kuning Metanil Untuk bahan kimia yang belum termasuk sebagai bahan yang dilarang sebagaimana dimaksud di atas, apabila akan dipergunakan sebagai bahan tambahan pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras, wajib mendapatkan persetujuan dari Dinas yang bertanggungjawab di bidang tanaman pangan Kabupaten/Kota. Pengawasan terhadap perusahaan penggilingan padi, huller dan penyosohan beras dilakukan oleh Dinas yang bertanggungjawab dalam tanam pangan Kabupaten/Kota dilakukan melalui mekanisme penerapan sistem jaminan. mutu dan keamanan pangan.
Permentan Nomor : 32/Permentan/OT.140/3/2007 saat ini sedang dalam tahap
penyebarluasan ke seluruh menteri terkait, Gubernur, Bupati dan Walikota seluruh Indonesia serta Dinas Pertanian yang bertanggungjawab terhadap Tanaman Pangan baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Tahap selanjutnya adalah sosialisasi ke Perusahaan penggilingan padi, Huller dan penyosohan beras di seluruh Indonesia terutama di sentra-sentra beras. Diharapkan permentan ini dapat digunakan sebagai alat untuk melindungi konsumen beras sebagai makanan pokok bagi dua ratus jutaan manusia Indonesia dan sebagai pijakan hukum dalam membina Penggilingan padi, huller dan penyosohan beras.