Anda di halaman 1dari 5

Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai

etiologi.Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia viral atau
bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak,
tenggelam, transfusi darah masif , bypass kardiopulmonal, keracunan O2, perdarahan
pankreatitis akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. "ADRS merupakan
keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung
ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru.(Hudson, 2011)
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba
dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah
terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal.(Hudson, 2011)
B. Etiologi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS adalah ;
1. Sistemik :
> Syok karena beberapa penyebab
> Sepsis gram negative
> Hipotermia
> Hipertermia
> Takar lajak obat ( Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone, Bleomisin )
> Gangguan hematology ( DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal )
> Eklampsia
> Luka bakar
2. Pulmonal :
> Pneumonia ( Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii )
> Trauma ( emboli lemak, kontusio paru )
> Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
> Pneumositis
3. Non-Pulmonal :
> Cedera kepala
> Peningkatan TIK
> Pascakardioversi
> Pankreatitis

> Uremia

C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :
> Penurunan kesadaran mental
> Takikardi, takipnea
> Dispnea dengan kesulitan bernafas
> Terdapat retraksi interkosta
> Sianosis
> Hipoksemia
> Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
> Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop

D. Patofisiologi
Secara pathofisiologi terjadinya ARDS dapat dijelaskan sebagai berikut :Kerusakan sistemik
menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga terjadi Hipoksia seluler dan terjadi Pelepasan
faktor-faktor biokimia( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen,
histamine ) yang menyebabkan Peningkatan permiabilitas kapiler paru yang berakibat terhadap
Penurunan aktivitas surfaktan sehingga terjadi Edema interstisial alveolar paru dan menyebabkan
Kolaps alveolar yang progresif sehingga compliance paru menurun (Stiff lung) dan
meningkatkan shunting sehingga terjadi Hipoksia arterial.
Pergerakan cairan paru pada kasus ARDS :
> Terjadi peregangan / deposisi dari mebran hialin
> Intraalveolar Epithelial junction melebar
> Terjadi edema interstisial, cairan intravascular keluar, protein keluar masuk ke dalam alveoli
> Endotel kapiler paru pecah
> Eritrosit keluar dari intavaskuler masuk kedalam paru menyebabkan fenomena frozzy sputum

E. Pathway
Kerusakan sistemik--> Penurunan perfusi jaringan --> Hipoksia seluler --> Pelepasan faktorfaktor biokimia ( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen,

histamine ) --> Peningkatan permiabilitas kapiler paru --> Penurunan aktivitas surfaktan -->
Edema interstisial alveolar paru --> Kolaps alveolar yang progresif --> Penurunan compliance
paru

(Stiff

lung)

-->

Peningkatan

shunting

-->

Hipoksia

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
> HIPOKSEMIA ( Peningkatan PAO2 )
> Hipokapnia ( peningkatan PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
> Hiperkapnia ( penurunan PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
> Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
> Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
Pemeriksaan Rontgent Dada :
> Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
> Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru :
> Penurunan komplain paru dan volume paru
> Pirau kanan-kiri meningkat
G. Komplikasi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
> Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
> Defek difusi sedang
> Hipoksemia selama latihan
> Toksisitas oksigen
> Sepsis
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
> Pasang jalan nafas yang adekuat * Pencegahan infeksi
> Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi
> TEAP * Monitor system terhadap respon
> Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar
> Cairan

arterial

> Farmakologi ( O2, Diuretik, A.B )


> Pemeliharaan jalan nafas

EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006).
Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar ke jaringan di sekeliling
jantung, dan sebagian kecil dari arus listrik ini akan menyebar ke segala arah di seluruh
permukaan tubuh. Impuls yang masuk ke dalam jantung akan membangitkan sistem konduksi
pada jantung sehingga terjadi potensial aksi.(Benson, 2005)
Dalam potensial aksi jantung secara umum, terdapat dua fase yang terjadi, yaitu depolarisasi dan
repolarisasi. Depolarisasi adalah rangsangam ketika gelombang rangsang listrik tersebar dari
nodus SA melalui sistem penghantar menuju miokardium untuk merangsang otot berkontraksi.
Sedangkan repolarisasi adalah pemulihan listrik kembali.(Benson, 2005)

Menurut Benson (2005), tujuan melakukan pemasangan EKG adalah untuk menentukan kelainan
seperti:
1.

Gangguan irama jantung (disritmia)

2.

Pembesaran atrium atau ventrikel

3.

Iskemik atau infark miokard

4.

Infeksi lapisan jantung (perikaraditis)

5.

Efek obat-obatan

6.

Gangguan elektrolit

7.

Penilaian fungsi pacu jantung

Menurut Richard (2009) indikasi penggunaan EKG adalah:


1.

Adanya anamnesis penyakit jantung

2.

Terlihatnya TTV yang berbeda dari TTV normal:

a.

Pergerakan dada yang tidak seimbang

b.

Bunyi jantung 3 dan 4

3.

Nyeri pada dada

4.

Intoleransi aktivitas

Kontraindikasi penggunaan EKG yaitu pada pasien yang menandatangani DNR (Do Not
Resuscitation). (Richards, 2009)

Hudson LD, Slutsky AS. Acute respiratory failure. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil
Medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders; 2011:chap 104.
Richards DB, Knaut AL. Drowning. In: Marx JA, Hockberger RS, Walls RM, et al, eds. Rosens
Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier;
2009:chap 143.
Benson, Harold J. 2005. Anatomy and Physiology. New York : Mc Graw Hill

Hudak, Gallo. Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta:


EGC. 1995.
Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai