Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GMIM SION MADIDIR URE

Pesisir pantai yang indah dengan pasir yang bersih kehitam-hitaman yang membentang dari arah barat ke
timur dan menghadap kearah selatan ke pulau yang disebut pulau lembeh, dengan latar belakang gunung
kembar Dua Sudara. Pesisir pantai indah inilah yang dijejaki para pendatang dari Daerah sanger Talaud
yang mengawali sejarah berdirinya Jemaat Sion Madidir Ure sekarang ini.
Warga asal Sanger Talaud yang datang di Paceda sebenarnya sudah terlebih dahulu tinggal di pulau
Lembeh, nanti pada tahun1903 ada 15 keluarga dengan tekad bulat ingin menetap ditempat baru (paceda
sekarang). Ke 15 keluarga itu adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Agus Sarante Tatelas


Yermias Makasiar
Kurinus Sumawe Nelo
Semuel Sarapi
Langkase Pinadendi

6.
7.
8.
9.
10.

Bernadus Maalangga
Hermanus Hamisi
Yesayas Malalutang
Benyamin Wangi
Yohanes Tege

11. Adrianus Kalebos


12. Wellem Elungan
13. Yesayas Lomoring
14. Melintang Tatili
15. Simon Baware

Setelah menetap disitu, sebagai orang-orang yang telah mengenal Injil Yesus Kristus di daerah
asalnya, maka mereka melaksanakan Ibadah sederhana sesuai kemampuan mereka. Ibadah mereka
lakukan dari rumah-rumah keluarga secara bergiliran.Ketika diketahui bahwa di Paceda telah ada orang
yang menetap maka satu keluarga suku minahasa datang dan tinggal bersama disana yaitu keluarga
Wellem Kalangi.Lewat keluarga Welem Kalangi terjalinlah hubungan jemaat paceda dan jemaat tanjung
Merah.Jemaat Tanjung Merah sebagai Jemaat induk dan jemaat Paceda sebagai kolom yang jauh.Apalagi
pada saat itu oleh Pemerintah, Bapak Wellem Kalangi telah diangkat sebagai wakil Pemerintah Tanjung
Merah di Paceda (sekarang barangkali sebagai kepala lingkungan).
Hubungan kasih Allah lewat
Pemerintah dan Gereja maka pada tahun 1906 diutuslah seorang Pinolong (penolong) Bpk Sarlis Katuuk
dari jemaat Tanjung Merah untuk Jemaat yang ada di Paceda. Atau Madidir, dan sebagai coordinator
adalah bapak Pugesehang.
Perkembangan jemaat madidir begitu pesat. Pada tanggal 19 oktober 1916 diadakan baptisan
pertama dijemaat madidir oleh seorang pdt. Asal Belanda yang namanya tidak sempat didokumentasikan
(lupa dicatat). Pada tahun 1918 jemaat Madidir berdiri sendiri tidak lagi sebagai kolom jauh jemaat
Tanjung Merah dengan jumlah 3 kolom pelayanan. Atas kesepakatan bersama jemaat memutuskan untuk
mendirikan bangunan tempat Ibadah atau Gereja yang tetap. Sehingga pada tanggal 31 Oktober 1918 di
bangun sebuah gedung Gereja yang sangat sederhana diatas lahan milik keluarga Maalangga (Bapak
Bernadus Maalangga) dari tiga kolom yang ada dua kolom berada di Madidir Barat (sekarang Paceda) dan
satu kolom dimadidir Timur (sekarang madidir Ure). Dua kolom di paceda penatuanya Bpk Piter Takasili
dan Bpk Petrus Talumesang, sedangkan kolom dimadidr timur penatuanya Bpk. Hendrik Walone,
sedangkan sebagai pinolong saat itu adalah Bpk A. Tumurang yang menggantikan Bpk Sarlis Katuuk
Dengan bertambahnya jumlah jemaat dan penduduk terlebih lagi anak-anak maka jemaat juga
mulai melaksanakan kegiatan belajar bagi anak-anak.Sebagi guru jemaat (guru jumat) pertama adalah Bpk
Karel Tumbal sekaligus sebagai kepala sekolah dan dibantu oleh para penatua yang ada. Kerja pelayanan
dan pendidikan berjalan bersama sehingga dapat disampaikann pula banyak bantuan dari guru bantu Bpk
Yakob Letto dan pelayan Bpk Yohanes Sumawe dan Bpk Bawekes.
Sekitar tahun1923 oleh NZG badan Zending dari Belanda yang menangani pelayanan di tanah
Minahasa saat itu maka jemaat-jemaat diharuskan mengadakan pengkaderan pelayan (Magang) dan
sebagai peserta magang adalah Bpk Titus Hamber dan Bpk Moses Sasambera dengan pembantupembantu pelayan adalah Bpk Pahaso dan Bpk Yohanis Berkati. Hal ini dilakukan agar pelayanan juga
dapat menjangkau jemaat yang ada di Bitung (sekarang Bitung Barat).Pada tahun 1927 jemaat di Bitung
memisahkan diri dan membangun gereja sendiri. Pada tahun 1929 pimpinan jemaat Bpk Guru Karel
Tumbal diganti oleh Bpk Titus Hamber dan tahun 1930 Bpk Titus Hamber diganti oleh Bpk Malumbot.
Tahun 1931 Bpk Malumbot diganti kembali oleh Bpk Titus Hamber, karena sebagai kepala sekolah maka
ketika Bpk Malumbot dimutasi dengan sendirinya maka pimpinan jemaat juga harus diganti.Bpk Titus
Hamber mengangkat pembantu-pembantunya yaitu Bpk Daniel Tempombuan, Bpk Daud Bambulu dan
Bpk Tadius Maalangga.

Dalam perkembangan kerja pelayanan sekitar tahun 1935 timbul prakarsa jemaat kolom di paceda
dan madidir untuk membuat gedung Gereja semi permanen.Hal ini diwujudkan dengan peletakkan batu
pertama pada tanggal 1 Oktober 1935. Dua tahun kemudian tanggal 31 Okrober 1937 gedung Gereja yang
baru ditahbiskan penggunaannya oleh pinolong Bpk A. Tumurang. Selama kurang lebih 5 tahun
beribadah digedung Gereja baru dengan pelayanan yang kian meningkat namun pada tahun 1942
pergumulan menimpa jemaat dengan adanya pendudukan jepang yang memporak-porandakan
persekutuan dan peribadatan jemaat. Bahkan jemaat dilarang untuk beribadah dan berkumpul.Dapat
dikata pelayanan jemaat saat itu terhenti. Merasa terancam kehidupannya akhirnya sebagian besar
jemaat dan masyarakat mengungsi ke tempat penyingkiran yang bernama pancurang. Lokasi dan nama
tempat ini masih ada sampai saat ini. Ditempat penyingkiran Ibadah dan kegiatan belajar tetap
dilaksanakan meskipun dengan cara yang sangat sederhana.
Pada tahun 1945 setelah jepang menyerah kepada sekutu maka tentara jepang ditawan oleh
tentara sekutu dimadidir.Sebab itu jemaat yang ada dipenyingkiran tidak kembali ke madidir karena belum
aman betul tetapi mereka menuju ke Girian. Peribadatan dan pendidikan dilakukan di Girian .nanti pada
tahun 1947 jemaat baru kembali ke Madidir karena tentara jepang telah diangkut oleh tentara sekutu.
Persekutuan jemaat diatur kembali demikian juga dengan pendidikan. pendidikan atau sekolah dilanjutkan
di madidir dengan 3 kelas yaitu kelas 1 dan 2 belajar di bangsal sekolah dekat gedung gereja tepatnya
dikelurga Sarapi dan untuk kelas 3 belajar di gedung Gereja dengan kepala sekolah Bpk Titus Hamber
sekaligus sebagai guru jumat.
Dari tahun 1947 sampai sekitar tahun 1961 perkembangan pelayanan jemaat dan pendidikan
berlangsung dengan sangat baik, meskipun pada tahun 1957 1960 terjadi pergolakan Permesta namun
tidak sampai menghambat pelayanan dan pendidikan di jemaat. Perhatian dan pelayanan yang dilakukan
oleh para pelayan tidak hanya pada pelayanan Gereja (Ibadah) tapi juga pendidikan dalam hal ini
persekolahan.Ini dikarenakan sebagian dari para majelis yang ada juga merupakan pengajar atau guru di
sekolah.Sehingga dari perkembangan pendidikan yang ada maka pada bulan Agustus 1962 Sekolah GMIM
Madidir dibagi 2 yaitu sekolah GMIM I dan sekolah GMIM II. Kepala sekolah GMIM I Bpk Titus Hamber
dan kepala sekolah GMIM II Bpk Th. Banea.
Pesatnya pertumbuhan jemaat membuat beban pelayanan semakin berat, dimana fisik bangunan
Gereja tidak mampu lagi menampung jumlah jemaat yang datang beribadah.Disamping itu anak-anak
sekolah merindukan ruang tempat belajar yang layak. Masalah ini direspon oleh pimpinan jemaat dan
para tua-tua jemaat agar jemaat dapat dibagi dua sama seperti sekolah. Usul ini diterima baik oleh jemaat
yang ada di Paceda (Madidir Barat) dan jemaat di Madidir timur (madidir Ure dan Unet sekarang) sehingga
pada tahun 1965 pemisahan pelayanan mulai dilakukan meskipun masih menggunakan gedung Gereja
yang sama namun waktu pelayanan yang berbeda atau bergantian.
Pada tanggal 31 januari 1965 Beslit untuk pemisahan kedua jemaat ini dikeluarkan oleh sinode
GMIM.Dan mulai saat itu pelayanan sekolah SD GMIM I dibawah jemaat Madidir Barat (yang kemudian
menjadi jemaat Getsemani) dan SD GMIM II dibawah jemaat Madidir Timur (yang kemudian menjadi
jemaat Sion).Pnt. Bpk A. Barauntu menjadi guru jumat atau ketua jemaat GMIM Madidir Barat dan Pnt.
Bpk. B. Aeda sebagai ketua jemaat Madidir Timur.Nanti pada tahun 1967 baru dilakukan pemisahan secara
fisik.Jemaat Madidir Barat beribadah pada bangunan sementara di paceda saat ini.
Setelah terpisah dengan jemaat madidir Barat maka jemaat madidir Timur terus berusaha
meningkatkan pelayanan bagi jemaat termasuk dengan pendidikan di SD GMIM II. Untuk pembangunan
fisik gedung Gereja maka pada awal periode pelayanan tahun1970 1974 yaitu pada tahun 1971 jemaat
merenovasi bagian atap gedung Gereja dengan mengganti dengan seng yang baru dan pada saat itu
disetujui untuk mengganti nama jemaat GMIM Madidir Timur menjadi Jemaat GMIM Sion Madidir
Pada periode pelayanan tahun 1978 -1982 telah dilaksanakan peletakkan batu pertama untuk
bangunan Gereja yang baru, yang selesai dan ditahbiskan penggunaannya pada tanggal 29 juli 1984 oleh
ketua Sinode GMIM Pdt. Dr. W.A. Roeroe.Pada bulan juli tahun 1984 ini pula didirikan TK GMIM 8 Sion
Madidir yang diprakarsai oleh Kompelsus wanita kaum Ibu dan sebagai kepala TK adalah Ibu Lontoh Untu.
Selanjutnya secara fisik gedung Gereja Sion telah beberapa kali mengalami renovasi dan yang paling besar
renovasi dilakukan pada periode pelayanan tahun 1995-2000 dan dilanjutkan di periode pelayanan tahun
2000-2005 dengan hasil renovasi adalah bentuk bangunan gereja saat ini.
Berdiri dengan 3 kolom selanjutnya tahun 1967 menjadi 5 kolom.Tahun 1974 menjadi 6 kolom.Tahun
1982 menjadi 10 kolom.Tahun 1986 menjadi 13 kolom.Tahun 2000 menjadi 17 kolom.Tahun 2010 menjadi
19 kolom dan tahun 2014 menjadi 25 kolom.

Sejak ditetapkan berdirinya jemaat Sion 96 tahun lalu maka dapat kami sampaikan disini mereka yang
pernah menjadi Guru jumat dan ketua Jemaat di jemaat GMIM SionMadidir :
1. Guru jumat Bpk Karel Tumbal
tahun 1918
2. Guru jumat Bpk Titus Hamber
tahun 1929
3. Guru jumat Bpk Malumbot
tahun 1930
4. Guru jumat Bpk Titus Hamber
tahun 1931
5. Guru jumat Bpk B Aeda
tahun 1965
6. Guru jumat Bpk Imanuel Tindige
tahun 1966
7. Guru jumat Bpk Wille Hamber
tahun 1970
8. Guru jumat Bpk Valentein Sarante
tahun 1978
9. Guru jumat Ibu Syul Pangalila Komaling tahun 1982
10. Pdt Ibu Tamamilang Mangare, STh
tahun 1986
11. Pdt Bpk M.O. Kaunang
tahun 1993
12. Pdt Ibu Selvy Sunda Sengke, STh
tahun 2001
13. Pdt Ibu Yetty Tumbel Watulingas, STh tahun 2008
14. Pdt Selvy Maramis Mapasa, Sth
tahun 2011
Demikian juga dapat kami sampaikan mereka para pinolong, Pendeta dan vikaris Pendeta yang perna
mengambil bagian dalan kerja pelayanan di Jemaat Sion Madidir mulai dari berdirinya sampai dengan
saat ini :
1. Pinolong Bapak Sarlis Katuuk
tahun 1906
2. Pinolong Bapak A. Tumurang
tahun 1918
3. Pendeta Bapak Elias
tahun 1937
4. Pendeta Bapak Pogaling
tahun 1946
5. Pendeta Bapak Karamoy
tahun 1947
6. Pendeta Bapak Pangemanan
tahun 1948
7. Pendeta Bapak Lumempouw
tahun 1952
8. Pendeta Bapak Kiriman
tahun 1959
9. Pendeta Bapak Rengku
tahun 1967
10. Pendeta Bapak Darosa
tahun 1969
11. Pendeta Bapak M. Reppy STh
tahun 1974
12. Pendeta Bapak Kindangen, SmTh
tahun 1976
13. Pendeta Ibu Sibby Pesik, STh
tahun 1976
14. Pendeta Ibu Makisanti, STh
tahun 1078
15. Pendeta Bapak Maengkom O. Kaunang
tahun 1979
16. Pendeta Nona Kuhon, SmTh
tahun 1982
17. Pendeta Ibu Tamamilang Mangare, STh
tahun 1986
18. Pendeta Ibu Paulin Gansa Waloni, STh
tahun 1999
19. Pendeta Bapak Melkysedek Karundeng, MTh tahun 1999
20. Pendeta Ibu Vivi Undap Larepos, STh
tahun
21. Pendeta Ibu Katiandagho Tatoda, STh
tahun
22. Pendeta Bapak Jein Malendes, STh
tahun
23. Pendeta Bapak Denny Rumondor, MTh
tahun 2003
24. Pendeta Ibu Reviyanti Samino Rapar, MTh
tahun
25. Pendeta Marini Lorrys Bee, MTh
tahun
26. Pendeta Steifane Awondatu Tendean STh
tahun 2011
27. Pendeta Bapak Christian Ransoen, STh
tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai