Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

Thyroid Heart Disease

Disusun Oleh:

Nawar Najla Mastura (1102010204)


Pembimbing:

dr. Ridwan Sofyansyah, SpJP

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2014

PENDAHULUAN
Thyroid Heart Disease atau penyakit jantung tiroid adalah suatu keadaan kelainan pada
jantung akibat pengaruh tiroid atau suatu penyakit jantung dengan berbagai manifestasinya yang
timbul akibat keadaaan peningkatan kadar hormone tiroksin bebas dalam sirkulasi darah.
Hormon tiroid mempunyai banyak efek pada proses metabolik di semua jaringan, terutama di
jantung yang paling sensitive terhadap perubahannya. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat
menimbulkan efek yang dramatic terhadap sistem kardiovaskular, sering kali menyerupai
penyakit jantung primer. Pengaruh hormone tiroid pada jantung digolongkan menjadi 3 kategori,
efek terhadap jantung langsung, efek hormon tiroid pada system saraf simpatis dan efek sekunder
terhadap perubahan hemodinamik.
Jantung adalah organ sensitif terhadap aksi hormon tiroid, dan perubahan pada kinerja
jantung dapat dideteksi dengan variasi kecil dalam konsentrasi serum hormon tiroid. Tiroid dan
sistem kardiovaskular terkait erat, baik dalam kondisi fisiologis dan patologis. Konsekuensi yang
merugikan pada jantung yang disebabkan penyakit tiroid telah diketahui dan bahkan bentuk
subklinis dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme berhubungan dengan peningkatan mortalitas
kardiovaskular.
Hormon tiroid disekresikan oleh kelenjar tiroid dalam bentuk yang tidak aktif, tiroksin
(T4). Produksi T4 diatur oleh thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitari anterior yang, pada gilirannya, berada di bawah pengaruh thyrotropinmelepaskan hormon yang diproduksi di hipotalamus.
Homeostasis dipertahankan oleh umpan balik negatif hormon tiroid yang bekerja pada
kedua hipotalamus dan kelenjar pituitari anterior. Setelah T4 mencapai jaringan perifer, T4 akan
diubah ke dalam bentuk biologis aktif, triiodothyronine (T3), oleh enzim deiodinase. Hormon
tiroid memiliki banyak efek pada sistem kardiovaskular pada kondisi fisiologis yang secara
umum dimediasi oleh intraseluler reseptor, tetapi juga melalui jalur non genomik. Secara khusus,
T3 meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung, dan mengurangi resistensi pembuluh
darah sistemik dengan bertindak langsung pada sel otot polos. Penurunan tonus pembuluh darah
perifer menyebabkan pengurangan volume arteri yang mengaktifkan sumbu renin angiotensin
aldosteron-dan selanjutnya peningkatan volume sirkulasi, yang ditekankan oleh sekresi hormon
tiroid-dirangsang dari erythropoietin. Efek yang disimpulkan dalam semua proses ini dari
hormon tiroid adalah peningkatan curah jantung.

Referat: Thyroid Heart Disease | 2

DEFINISI
Thyroid Heart Disease atau Penyakit Jantung Tiroid adalah suatu keadaan kelainan pada
jantung akibat pengaruh kelenjar tiroid.
Pasien dengan kelainan jantung endokrin terjadi pada usia muda, pertengahan, dan usia
tua, dimana gejala nampak pada usia muda. Dan biasanya penderita kebanyakan wanita, dengan
rasio 6:1, dimana riwayat keluraga terjadi pada 45% kasus dengan factor kehamilan, infeksi, dan
shock emosional.
ANATOMI DAN FISIOLOGI HORMON TIROID
Kelenjar tiroid terdiri dari banyak sekali folikel tertutup yang dipenuhi oleh bahan
seretorik yang disebut koloid dan rentetan sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke
dalam bagian dari folikel itu, folikel ini berdiameter antara 150 sampai 330 mikron. Koloid
sebagaian besar terdiri dari glikoprotein tiroglobulin yang besar, sedangakan tiroglobulin adalah
molekul glikoprotein besar dari sekresi reticulum endoplasma dan badan golgi pada sel-sel
kelnjar tiroid, dimana tiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin.
Hormon tiroid secara garis besar mempunyai dua efek utama terhadap tubuh, yaitu
meningkatkan kecepatan seluruh metabolisme, dan pada anak-anak akan merangsang
pertumbuhan. Pengaruh peningkatan metabolisme ini akan bermanifestasi pada mekan8isme
tubuh yang spesifik seperti system kardiovaskular, system rrespirasi, metabolisme tubuh, saluran
cerna, fungsi otot, dan lain-lain. Hormon tiroid meningkatkan metabolisme hampir seluruh
jaringan tubuh, kecuali otak, paru-paru, testis, retina, dan limpa. Bila sekresi hormon ini banyak
sekali, kecepatan metabolisme basal meningkat 60 sampai 100 persen diatas normal. Mekanisme
yang mempengaruhi peningkatan metabolisme akibat peningkatan hormon tiroid ini, yaitu:
1. Peningkatan sintesis protein, dengan menigkatnya kecepatan pembentukan protein
oleh ribosom melalui perangsangan proses translasi, dan kecenderungan
meningkatkan secara menyeluruh sebagaian besar sintesa protein dalam set melalui
proses transkripsi.
2. Peningkatan jumlah dan aktivitas enzim intraselular, paling sedikit 100 enzim
intraselular meningkat akibat pengaruh peningkatan sintesis protein, seperti enzimgliserofosfat dehidrogenase, aktivitasnya dapat meningkat sampai enam kali lipat dari
normalnya.
3. Peningkatan jumlah dan aktivitas mitokondria, sehingga meningkatkan kecepatan
pembentukan ATP sebagai sumber energi yang akan dipakai untuk fungsi sel.
4. Peningkatan transport aktif ion melalui membrane sel, misalnya peningkatan
pengangkutan narium dan kalium akibat meningkatanya enzim Na-K ATPase.
Akibat meningkatanya aktivitas metabolisme tubuh, metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak sebagai sumber energi juga menigkat. Hormon tiroid merangsang hampir semua
Referat: Thyroid Heart Disease | 3

aspek metabolisme karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa oleh sel, meningkatakan glikolisis
dan glukoneogenesis, meningkatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dan menigkatakan
sekresi insulin. Hal ini mungkin disebabkan naiknya seluruh enzim seluler akibat hormon ini.
Metabolisme lipid juga meningkat, konsentrasi asam lemakbebas plasma meningkat yang diikuti
dengan oksidasinya oleh sel. Hormon tiroid menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserid dalam darah. Pada saluran pencernaan, selain meningkatkan nafsu makan, hormon
tiroid juga meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan saluran cerna. Pada umumnya
hormon tiroid meningkatkan aktivitas otak, namun juga dapat menimbulkan disosiasi pikiran.
Penderit ahipertiroid cenderung menjadi sangat gugup, gelisah, cemas berlebihan dan bahakan
paranoia. Hormon tiroid meningkat walaupun sedikit saja biasanya dapat menyebabkan otot
bereaksi dengan kuat, namun sebaliknya jika jumlahanya berlebihan menyebabkan kelemahan
otot karena katabolisme protein yang berlebihan. Pengaruh lain dari hormon tiroid yaitu dapat
meningkatkan kecepatan sekresi sebagaian besar kelenjar endokrin lain dan kebutuhan jaringan
akan hormon ini. Contohnya, meningkatnya sekresi hormon tiroksin akan meningkatkan
kecepatan metabolisme glukosa di seluruh jaringan tubuh dan diikuti dengan menigktanya
kebutuhan akan hormon paratiroid, dan pada akhirnya hormon tiroid akan menginaktivasi
hormon glukokortikoid adrenal oleh hati yang diikuti peningktan produksi ACTH.
Peningkatan metabolisme tubuh dapat mengakibatkan kebutuhan akan oksigen menigkat
dan CO2 sebagai sisa metabolisme juga meningkat sehingga menyebabkan system respirasi
meningkat. Lain halnya terhadap system kardiovaskular, hormon tiroid punya pengaruh khusus.
SINTESIS DAN SEKRESI HORMON TIROID
Bahan utama pembentukan hormon tiroid yaitu iodium dibutuhkan setiap tahunnya kirakira 50 mg iodium yang ditelan atau kira-kira 1 mg setiap minggnya. Iodide yang ditelan peroral
akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah, tiga hari pertama 4/5 iodida yang ditelan akan
dikeluarkan melalui urin dan 1/5 secara selektif dikeluarkan dar sirkulasi darah dan dipakai
untuk sintesis hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid merupakan urutan langkah-langkah proses
yang diatur oleh enzim-enzim tertentu, langkah-langkah tersebut adalah:
1. Penangkapan iodide (iodide trapping)
Iodide trapping, yaitu pengangkutan iodide dari cairan ekstraseluler ke sel-sel dan folikel
kelenjar tiroid, pada membrane basal sel tiroid mempunyai pompa iodide yang dapat
memekatkan iodide kira-kira 30 kali dari konsentrasinya dalam darah.
2. Oksidasi iodide menjadi iodium
Oksidasi iodide menjadi iodium yang teroksidasi sebagai tahap awal sehingga selanjutnya
mampu langsung berikatan dengan asam amino tirosin, proses ini ditingkatkan oleh
enzim peroksidase dan hydrogen peroksidase.

Referat: Thyroid Heart Disease | 4

3. Organifikasi iodium menjadi monoiodotirosin dan diiodotirosin (organifikasi


tiroglobulin)
Organifikasi tiroglobulin, yaitu pengikatan iodium dengan molekul tiroglobulin. Iodium
akan berikatan dengan kira-kira 1/6 bagian dari sisa tirosin yang ada dalam molekul
tiroglobulin. Tirosin mula-mula diiodinasi menjadi monoioditirosin dan selanjutnya
menjadi diiodotirosin.
4. Proses penggabungan precursor yang teriodinasi (coupling)
Hasil dari reaksi penggabungan ini adalah terbentuknya tiroksin (T4), yaitu antara dua
molekul diiodotirosin,atau menjadi triiodotirosin (T3) yaitu antara diiodotirosin dengan
monoiodotirosin.
5. Penyimpanan
Setelah disintesis, setiap molekul tiroglobulin mengandung 5-6 molekul tiroksin dan
setiap 10 molekul tiroksin juga rata-rata terdapat 1 molekul triiodotironin. Dengan bentuk
inilah hormon tiroid disimpan dalam folikel.
6. Pelepasan hormon
Hormon tiroid dilepaskan dengan memecah T4 dan T3 dari molekul tiroglobulin dan
selanjutnya hormon ini bebas dilepaskan. Faktor yang berperan yaitu enzim proteinase
dan lisosom sel-sel tiroid.
Hormon tiroid yaitu T4 yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid mencapai lebih dari 90%,
sedang kurang dari 10% adalah T3. Begitu kedua hormon ini akhirnya memasuki sel-sel jaringan
perifer, kekuatan T3 merangsang metabolisme menjadi empat kali lebih kuat, sebaliknya lama
kerja T4 empat kali lebih lama daripada T3. Hal ini mungkin karena T4 punya afinitas yang lebih
besar terhadap protein pengikat dibanding T3 sehingga T3 lebih mudah berpindah ke jaringan
sasaran.
Sekresi hormon tiroid ini diatur oleh suatu mekanisme umpan balik spesifik yang bekerja
melalui hipotalamus dan hipofisis anterior. Perangsangan listrik pada hipotalamus akan
menyebabkan pelepasan Thyroid Releasing Hormon (TRH) yang akan mempengaruhi sel-sel
kelenjar hipofisis anterior untuk meningkatkan sekresi TSH. Pada tingkat hipotalamus dan
hipofisis ini pengaturannya turut dipengaruhi oleh suhu panas dan dingin serta dipengaruhi juga
oleh emosi, dimana reaksi emosi akan meningkatkan kerja simpatis sehingga menurunkan
sekresi hormon tiroid.
TSH akan merangsang kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroid. Bila kadar hormon
tiroid dalam darah meningkat, akan terjadi efek umpan balik langsung berupa penekanan terhdap
sekresi TSH selanjutnya. Mekanisme ini bertujuan mengatur konsentrasi hormon tiroid bebas
dalam sirkulasi tetap dalam batas normal. Efek yang spesifik dari TSH terhadap kelnjar tiroid
adalah:
Referat: Thyroid Heart Disease | 5

1. Meningkatkan proteolisis yang disimpan dalam folikel


2. Meningkatkan aktivitas pompa natrium, shingga terjadi peningkatan iodide trapping
dalam sel-sel kelenjar.
3. Meningkatkan iodinasi tirosin dan meningkatkan proses penggandengan (coupling).
4. Meningkatkan ukuran dan aktivitas sekretorik sel-sel tiroid.
5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid.
Dari penelitian dengan pengukuran radioimunologik dapat ditunjukkan bahwa sebagian
besar penderita hipertiroid memiliki konsentrasi TSH plasma yang lebih kecil dan normal.
Sebaliknya pada sebagian besar penderita ditemukan beberapa bahanyang mempunyai kerha
mirip dengan kerja TSH dalam darah. Hal ini mungkin karena bahan tersebut berikatan dengan
reseptor membrane ygn sama dengan TSH sehingga menyebabkan aktivasi terus-menerus pada
system cAMP dalam sel, dengan hasil akhir berupa hipertiroidisme. Salah satu antibody ini
dijumpai pada 50-80% penderita tirotoksikosis yaitu long-acting thyroid stimulator(LATS).
Bahan ini dapat bekerja selam 12 jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan hormon
LATS ini selanjutnya juga akan menekan pertumbuhan TSH oleh kelenjar hipofisis.
Berbagai gangguan pada tingkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid ini dapt
mengakibatkan kelainan baik berupa hipertiroidisme atau hipotiroidisme dengan berbagai
manifestasinya.
PATOFISIOLOGI THYROID HEART DISEASE
Kurang lebih 85% bentuk biologi aktif T3 diperoleh dari konversi dari T4 perifer oleh
enzim 5-monodeiodinase. Perubahan fungsi jantung dimediasi oleh regulasi T3 gen spesifik
jantung. Sedangkan manifestasi klinis gangguan faal kelnjar tiroid didominasi oleh gejala-gejala
kardiovaskuler seperti takikardi, pulsus seler, gangguan irama jantung, bahkan gagal jantung.
Salah satu respon awal terhadap hormon tiroid yaitu penurunan resistensi perifer, dapat
pula berupa interaksi hormon tiroid dengan system simpatoadrenal, atau karena pengaruh fungsi
ventrikel sendiri. Rendahnya resistensi vascular sistemik akan menurunkan tekanan diastolic
darah dimana akan meningkatkan curah jantung. T3 juga meningkatkan volume darah total,
meningkatnya tekanan atrium kanan, peningkatan preload. Pengaruh hormon tiroid secara garis
besar dibagi menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung, seperti dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini.
Tabel1. Efek hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular.

Referat: Thyroid Heart Disease | 6

PENGARUH
LANGSUNG
KARDIOVASKULAR

HORMON

TIROID

TERHADAP

SISTEM

Pengaruh langsung hormon tiroid pada umumnya akibat pengaruh T3 yang berikatan
dengan reseptor pada inti sel yang mengatur ekspresi dari gen-gen yang responsive terhadap
hormon tiroid, dengan kata lain bahwa perubahan fungsi jantung dimediasi oleh regulasi T3 gen
spesifik jantung. Terdapat dua jenis gen reseptor T3, yaitu alfa dan beta, dengan paling sedikit
dua mRNA untuk tiap gen, yaitu alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. T3 juga bekerja pada
ekstranuklear melalui peningkatan sintesis protein.
Berikut ini penjelasan mengenai pengaruh langsung hormon tiroid terhadap system
kardiovaskular.
1. T3 mengatur ge-gen spesifik jantung Pemberian T3 pada hewan meningkatkan
kontraktilitas otot jantung menalui stimulasi sintesis fast myosin heavy chain dan
menghambat penampakan slow beta isoform. Pada ventrikel jantung manusia, sebagain
besar terdiri dari myosin heavy chain, sehingga T3tidak mempengaruhi perubahan pada
myosin. Peningkatan kontraktilitas pada manusia sebagian besar merupakan hasil dari
peningkatan ekspresi retikulu sarkoplasma Ca2+ ATPase, meskipun sebagian besar juga
oleh beta isoform.
2. T3 mengatur ekspresi reseptor yang peka hormon tiroid (pada hewan percobaan) T3
menyebabkan peningkatan retikulum sarkoplasma Ca2+ ATPase dan penurunan kerja
Ca2+ ATPase regulatory protein. T3 juga mengatur Na-K ATPasejantung, enzim malat,
faktor natriuretik atrial, Ca channels, dan reseptor beta-adrenergik.
3. Hormon tiroid meningkatkan kontraktilitas otot jantung Hormon tiroid akan menstimulasi
kerja jantung dengan mempengaruhi fungsi ventrikel, melalui peningkatan sintesis
protein kontraktil jantung atau peningkatan fingsi dari reticulum sarkoplasma Ca-ATPase
sehingga pada pasien hipertiroid akan didapati jantung yang hipertrofi.
4. Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer T3 mungkin
mempengaruhi aliran natrium dan kalium pada sel otot polos sehingga menyebabkan
penurunan kontraktilitas otot polos dan tonus pembuluh darah arteriole.

Referat: Thyroid Heart Disease | 7

PENGARUH TIDAK
KARDIOVASKULAR

LANGSUNG

HORMON

TIROID

TERHADAP

SISTEM

Keadaan hipermetabolisme dan peningkatan produksi panas tubuh akibat pengaruh


hormon tiroid secara tidak langsung akan mempengaruhi system kardiovaskuler dengan adanya
suatu kompensasi, antara lain:
1. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas sistem simpatoadrenal
Pasien hipertiroid memiliki gejala klinik yang mirip dengan keadaan hiperadrenergik,
sebaliknya hipotiroid menggambarkan keadaan berupa penurunan tonus simpatis. Pada
hipertiroid terjadi peningkatan kadar atau afinitas beta-reseptor, inotropik respon
isoprotrenol dan norepinefrin. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa hormon tiroid
berinteraksi dengan katekolamin dimana pada pasien-pasien hipertiroid terdapat
peningkatan sensitivitas terhadap kerja katekolamin dan pada pasien yang
hipotiroidterjadi penurunan sensitivitas terhadap katekolamin. Hal ini terbukti dari kadar
katekolamin pada pasien-pasien hipertiroid justru menurun atau normal sedangkan pada
pasien hipotiroid cenderung meningkat. Hormon tiroid dapat meningkatkan jumlah
reseptor beta adrenergik dan sensitivitasnya. Hormon tiroid juga meningkatkan jumlah
subunit stimulasi pada guanosin triphospate-binding protein sehingga terjadi peningkatan
respon adrenergic. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada pasien hipotiroid,
reseptor beta-adrenergik berkurang jumlah dan aktifitasnya, terlihat dari respon yang
melambat dari plasma cAMP terhadap epinefrin. Respon cAMP terhadap glukagon dan
hormon paratiroid juga menurun, dengan demikian tampak penurunan aktivitas
adrenergic pada pasien hipotiroid. Pada rat atria yang berasal dari hipotiroid binatang
terjadi peningkatan reseptor alfa dan penurunran reseptor beta. Tetapi sebenarnya pada
manusia, peningkatan respon simpatis akibat hormon tiroid masih sulit dibuktikan.
2. Kerja jantung meningkat
Peningkatan isi sekuncup dan denyut jantung meningkatkan curah jantung.
3. Hipertrofi otot jantung akibat kerja jantung yang meningkat.
Pada model eksperimen pada hewan-hewan dengan hipertiroid dalam satu minggu
pemberian T4 terlihat pembesaran jantung pada ukuran ventrikel kiri lebih kurang 135%
disbanding control. Hal ini mungkin karena hormon tiroid meningkatkan protein sintesis.
Untuk membuktikan hal ini, Klein memberikan propanolol dengan T4 pada hewan
percobaan, dimana propanolol berperan mencegah peningkatan denyut jantung dan
respon hipertrofi. Dari hasil penelitian Klein dan Hong terlihat bahwa hewan percobaan
tanpa peningkatan hemodinamik, tidak didapat hipertrofi jantung. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa hormon tiroid tidak secara langsung menyebabkan penyatuan
asam amino dan tidak ada efek yang dapt diukur pada sintesis protein kontraktil otot
jantung. Jadi, yang menyebabkan hipertrofi adalah peningkatan kerja jantung itu sendiri.
Referat: Thyroid Heart Disease | 8

4. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan peningkatan volume darah.


Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme dan
konsumsi oksigen sehingga menyebabkan rendahnya resistensi vascular sistemik
sehingga menurunkan tekanan diastolic darah yang mengakibatkan peningkatan curah
jantung.

PEMBAGIAN THYROID HEART DISEASE


1. Penyakit Jantung Hipertiroid
Definisi
Penyakit jantung hipertiroid adalah suatu penyakit jantung dengan berbagai
manifestasinya yang timbul akibat keadaan paningkatan kadar hormon tiroksin bebas dalam
sirkulasi darah.
Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah
Graves disesase, struma multinoduler, struma nodosa soiter, tumor trofoblastikakibat
produksi Human Chorionik Gonadotropin (HCG) yang berlebihan, juga metastase karsinoma
tiroid folikular. Secara garis besar etiologi hipertiroid dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. TSH normal atau rendah Kadar TSH normal atau rendah teradapat pada penyakit Grave,
nodul tiroid toksik (single/ multiple), tiroiditis subakut, penyakit Hashimoto, silent
thyroiditis, excess thyroid hormon ingestion
b. TSH meningkat Kadar TSH yang meningkat dapat dijumpai pada choriocarcinoma,
kanker testis, struma ovarii, dan tumor pituitari yang memproduksi TSH.
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Pada studi hewan percobaan dan manusia, pengaruh kelebihan hormon tiroid
mengakibatkan:
1. Meningkatnya kegiatan metabolisme rata-rata, yang mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan oksigen.
2. Meningkatnya kerja inotropik (inotropic effect).
3. Meningkatnya kerja kronotropik (chronotropic effect).
4. Meningkatnya pintas arteri-vena perifer (peripheral arteri-venous shunting).
Gejala-gejala umum yang timbul akibat adanya usaha mencukupi kebutuhan energi pada
keadaan hipermetabolisme biasanya berupa nafsu makan yang menigkat, namun berat badannya
Referat: Thyroid Heart Disease | 9

tidak bertambah bahkan cenderung turun. Pernafasan menjadi cepat dan dalam, untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang meningkatakibat kerja hormon tiroid yang meningkatkan kalorogenesis.
Diare biasanya dijumpai akibat keadaan usus yang hiperperistaltik dan peningkatan kerja enzimenzim pencernaan.
Gejala subjektif lain dapat berupa palpitasi, takikardi, perasaan tidak enak epigastrium
sebagai akibat kontraksi aorta descenden yangberlebihan, lekas lelah, sesak nafas, gelisah,
keringat yang berlebihan, dan sebagainya. Gejala objektif ditemukan takikardi, nadi seler, denyut
arteri karotis dan aorta meningkat, apeks impuls yang kuat, pulsasi yang kuat, kadang-kadang
dijumpai bising sistolik di daerah perikordial, thrill dirasakan di arteri carotis atau arteri
subclavia, berbagai gangguan irama jantung (umumnya takiaritmia supraventrikuler), fibrilasi
atrium, pembesaran jantung.
Manifestasi perifer yang khas lain pada penderita hipertiroid antara lain didapati pada
mata dan kulit. Pada mata bisa terdapat lid retraction, yaitu retraksi kelopak mata atas,
menunjukkan terdapat suatu rim pada sclera antara kelopak mata dan limbus, hal ini dapat
disertai fenomena lid lag, yaitu keterlambatan kelopak mata mengikuti gerakan mata. Pada kulit
akan terasa hangat dan lembab sebagai hasil dari dilatasi pembuluh darah kulit, dan keringat
banyak akibat keadaan hiperdinamik. Manifestasi ini mungkin muncul akibat peningkatan
aktivitas adrenergik. Eksoftalmus terjadi akibat infiltrasi limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma
terhadap jaringan orbita dan otot-otot mata (proptosis bola mata).
Manifestasi Kardiovaskuler yang Khas pada Penyakit Jantung Hipertiroid
Pada penyakit jntung hipertiroid dapat ditemukan fibrilasi atrium, hipertrofi jantung,
hipertensi sistolik, angina pektoris, superimposed hyperthyroid cardiomyopathy, dan gagal
jantung. Sedangakan paroksismal supraventrikular, takikardi, dan flutter jarang terjadi. Berikut
penjelasan dari menifestasi klinis pada penyakit jantung hipertiroid.
1. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium sering dihubungkan dengan respon ventrikel yang cepat. Denyut
ventrikel biasanya lebih cepat disbanding fibrilasi atrium pada penderita eutiroid. Bila
fibrilasi atrium menetap sampai empat bulan setelah eutiroid dicapai, perlu
dipertimbangkan kardioversi. Biasanya indikasi untuk pemberian antikoagulan untuk
menurunkan insiden emboli sistemik. Takikardi yang hampir selalu ada dan menetap
selama tidur akibat efek kronotropik hormon tiroid, terutama sinus takikardi atau
takiaritmia supraventrikuler. Pada tirotoksikosis kadang dijumpai berbagai derajat
gangguan hantaran bahkan blok AV derajat II sampai blok AV komplet, interval PR
memanjang, dan pada persentase kecil dapat WPW. Hal ini akibat pengaruh T4 yang
menyebabkan peradangan nodus AV. Regurgitasi katup mitral maupun tricuspid (flow
murmur) yang dapat hilang setelah pengobatan dengan obat antitiroid.

Referat: Thyroid Heart Disease | 10

2. Hipertrofi jantung
Peningkatan sintesis protein kontraktil jantung sebagai akibat tidak langsung dari hormon
tiroid serta akibat peningkatan kerja jantung menyebabkan terjadi hipertrofi jantung.
3. Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan pembuluh darah
mengakomodasi peningkatan cardiac output dan stroke volume. Sebagaian besar
penderita hipertiroid akan mengalami hipertensi.
4. Angina pektoris
Beberapa mekanisme yang mungkin berperan terhadap terjadinya angina pektoris, antara
lainadanya penyakit obstruksi arteri koroner yang menetap, peningkatan kebutuhan
oksigen, dan iskemik. Emboli pada sirkulasi koroner dapat terjadi bila ada fibrilasi
atrium, trombosis, dan spasme arteri coroner. Angina pektoris pada penderita hipertiroid
biasanya muncul pada saat istirahat, berkembang dengan cepat dan membaik bila
hipertiroid teratasi dengan terapi hipertiroid.
5. Superimposed hyperthyroid cardiomyopathy
Pada hipertiroid akan terjadi peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri saat isttirahat
(LVEF), tetapui akan menurun secara bermakna pada latihan. Abnormalitas fungsi
ventrikel kiri (LV) selama latihan menunjukkan suatu kardiomiopati dilatasi reversibel
dan merupakan akibat langsungdari kelebihan hormon tiroid serta tidak tergantung dari
aktivitas alfa adrenoreseptor. Hal ini terbukti dengan pemberian propanolol yang akan
menurunkan LVEF istirahat baik pada hiper maupun eutiroid, tetapi tidak berpengaruh
pada LVEF hipertiroid pada saat latihan.
6. Gagal jantung
Gagal jantung dapat terjadi pada hipertiroid yang tidak terkontrol sebagai penanganan
fibrilasi atrium yang tidak terkontrol. Tetapi dapat juga berhubungan dengan
superimposed dilatation cardiomyopathy terutama saat latihan. Penderita mungkin juga
memiliki gejala gagal jantung high output sehubungan dengan peningkatan volume darah
dan total natrium tubuh dengan disfungsi ventrikel kiri.
2. Penyakit Jantung Hipotiroid
Definisi
Penyakit jantung hipotiroid adalah penyakit jantung dan berbagai manifestasinya akibat
penurunan aktivitas hormone tiroid sejalan dengan penurunan kadar hormon tiroksin bebas
dalam cairan ekstraseluler, atau pada kasus yang jarang akibat resisten terhadap hormone tiroid
pada tingkat seluler.
Referat: Thyroid Heart Disease | 11

Etiologi
Penyebab hipotiroid secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Thyroprivic hypothyroidism, akibat atropi atau kehilangan jaringan tiroid, contoh:
a. Post ablative hypothyroidism
b. Primary idiopatic hypothyroidism
c. Sporadic athyreotic cretinism (aplasia atau displasia tiroid)
2. Thropoprivic hypothyroidism, akibat kurangnya rangsangan pada kelenjar tiroid yang normal
akibat penyakit pada hipotalamus atau hipofisis, contohnya:
a. Sechans syndrome
b. Infiltrative disorder of pituitary or hypothalamus
3. Goitrous Hypothyroidism, akibat kompensasi goitrogenesis karena penurunan biosintesis
hormone, contoh:
a. Hashimotos thyroiditis
b. Endemic iodine deficiency
c. Antithyroid agents (para amino salicyclic acid, fenilbutazon, resorcinol).. d. iodide goiter dan
hipotiroidisme.
e. Heritable defects in hormone biosynthesis and action
f. Peripheral resistance ti thyroid hormone
Pendapat lain tentang pembagaian penyebab hipotiroidisme yaitu:
1. Primary hypothyroidism
a. No goiter
Athyreotic creatinism, juvenile myxedema, adult idiopathic myxedema, destruction of
thyroid, external radiation.
b. Goiter
Hashimotos disease (late stage), biosynthetic defects, goitrogents, subacute
thyroiditis, ectopic thyroid, iodide deficiency.
2. Secondary hypothyroidism (TSH deficiency)
a. Destructive lesions in and around the adenohypophisis and hypothalamus.
b. Isolated TSH deficiency.

Referat: Thyroid Heart Disease | 12

Patofisiologi dan Manifestasi Klinik


Pada hipotiroid sering ditemukan rassa lelah, mengantuk, sesak nafas, kelemahan otot,
edema fasial dan perifer, nadi lemah, kardiomegali, bradikardi, efusi pleura dan pericardia.
Pengaruh keadaan hipotiroid pada system kardiovaskuler adalah:
1. Menurunkan kegiatan metabolisme rata-rata yang menyebabkan menurunnya kebutuhan
oksigen.
2. Menurunnya pintas arteri-vena perifer (peripheral arteri-venous shunting)
3. Menurunnya kerja inotropik (inotropic effect)
4. Menurunnya kerja kronotropik (cronotropic effect)
Pada hipotiroid lama dapt timbul manifestasijantung yang bervariasi, dapat dengan
dispnea, fatigue, dan pada kasus yang berat dapat seluruh tubuh edm, yang disebut miksedema.
Hal ini mungkin hasil dari efusi pericardium atau CHF. Manifestasi yang khas pada keadaan
hipotiroid yang lama yaitu bradikardi dan penurunan kerja jantung, hipertensi diastolic, efusi
pericardial, gagal jantung, dan penyakit arteri koroner. Berikut penjelasan mengenai hal di atas.
1. Bradikardi dan penurunan kerja jantung
Hasil EKG menunjukkan keadaan brrdikardi dan abnormalitas gelombang Tnonspesifik,
gelombang P dan kompleks QRS low voltage, terutama bila ada efusi pericardial besar.
Terjadi perubahan hemodinamik berupa penurunan kardiak output, stroke volume,
volume intravaskuler, peningkatan reesistensi perifer, perubahan henmodinamik ini
menghasilkan gambaran tekanan darah menyempit, perpanjangan waktu sirkulasi,
pemanjangan waktu relaksasi diastolic, dan penurunan aliran darah ke jaringan.
2. Hipertensi diastolic
Resistensi pembuluh darah perifer yang meningkat menyebabkan rendahn7ya kadar
rennin sehingga meningkatakan insiden hipertensi. Peningkatan resistensi perifer akibat
hormone tiroid ini dengan jalan mempengaruhi secatra langsung otot polos pembuluh
darah sirkulasi perifer sehingga meningkatkan tonus arteriol.
3. Pembesaran jantung akibat efusi pericardial
Kemungkinan efusi ini terjadi akibat retensi cairan oleo deposit mukopolisakarida
hidrofilik pada jaringan. Pada gambaran EKG sering ditemukan kardiomiopati reversibel,
yang membaik bila keadaan hipotiroid diperbaiki.
4. Gagal jantung
Gagal janutung dapat terjadi akibat kemampuan kerja jantung yang sangat kuat baik
karena hilangnya kerja inotropik dari hormone tiroid langsung atau dari perangsangan
system simpatik, juga akibat resistensi pembuluh darah perifer yang tinggi dan volume
darah yang berkurang sehingga venous return dan volume akhir diastolic juga berkurang.
5. Perubahan enzim jantung
Enzim yang berasal dari otot jantung meningkat, seperti kreatinin kinase (CK), SGOT,
dan lactic dehidrogenase (LD).
Referat: Thyroid Heart Disease | 13

6. Penyakit arteri koroner


Pada hipotiroid terjadi peningkatan LDL, HDL, VLDL, apolipoprotein B-71, dan
lipoprotein (a). Dengan terapi pengganti hormone tiroid, kolesterol plasma akan kembali
menurun. Hal ini menunjukkan hipotiroid mempunyai efek intrinsic reversibel pada
katabolisme reseptor-mediated LDL. Pada hipotiroidisme berat, keterlibatan
miksedematosa otot-otot perrnapasan dan depresi pusat napas sehingga terjadi hipoksia
dan hiperkapnia, yang mengakibatkan hipoventilasi alveolar dan retensi CO2 yang bisa
menjadi koma miksedema.
DIAGNOSIS THYROID HEART DISEASE
Diagnosis penyakit jantung tiroid ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan hasil
pemerikasaan laboratorium, ditambah dengan pemeriksaan penunjang lain seperti
elektrokardiografi dan ekokardiografi. Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan
perantaraan tes-tes fungsi tiroid. Tes-tes berikut digunakan untuk diagnosis penyakit tiroid
seperti dapat dilihat pada tabel 2.

Kadar serum tiroksin dan triiodotironin dapat diukur dengan peneraan radioligand, kadar
normal tiroksin 4-11 g/100ml, dan kadar normal triiodotironin berkisar antara 80-160ng/100ml.
1. Penyakit Jantung Hipertiroid
Diagnosis penyakit jantung hipertiroid ditegakkan berdasarkan:
1. Gambaran klinis hipertiroid, baik manifestasi kardiovaskuler dan perifer
2. Pemeriksaan laboratorium didapati peninggian kadar serum T4
3. Pemeriksaan penunjang berupa:
a. Radiologi torak umumnya normal, kadang dijumpai pembesaran aorta asenden atau
desenden, penonjolan segmen pulmonal, dan pada kasus yang berat dijmpai
pembesaran jantung.
b. Pada elektrokardiografi didapati takikardi dengan berbagai gangguan irama, adanya
tanda-tanda pembesaran ventrikel kiri, dan kadang-kadang terdapat gelombang T
prominen, peninggian voltase, perubahan gelombang ST-T, dan pemendekan interval
QT. c. Bila perlu lakukan uji diagnostic untuk hipertiroidisme yaitu pengujian secara
langsung besarnya konsentrasi tiroksin bebas dalam plasma dengan menggunakan
prosedur pengukuran radioimunologik yang sesuai. Uji lain berupa uji kecepatan
metabolisme basal yang meningkat +30 atau pada hipertiroid berat dapat sampai +60,
Referat: Thyroid Heart Disease | 14

serta uji perangsangan TRH. Indikasi rawat pada pasien ini bila didapati tanda-tanda
gagalo jantung.
2. Penyakit Jantung Hipotiroid
Diagnosis penyakit jantung hipotiroidisme ditegakkan berdasarkan:
1. Gejala klinis baik manifestasi kardiovaskuler maupun perifer dari hipotiroidisme.
2. Pemeriksaan laboratorium dimana didapati penurunan kadar serum T4. Pada
hipotiroidisme primer, kadar TSH meningkat. Bila T4 dan TSH rendah, penyebab
hipotiroidismenya adalah penyak8it kelenjar hipofise.
3. Pemeriksaan penunjang:
a. Radiologi torak, sering didapati gambaran pembesaran jantung, baik karena efusi
pericardial maupun oleo pembesaran jantung sendiri
b. Pada ekokardiografi didapati efusi pericardial, dan kadang tampak tanda-tanda
kardiomiopati hipertropik.
c. Hasil elektrokardiografi didapatkan adanya bradikardi, gangguan irama dan
voltase rendah pada semua sadapan.
d. Uji diagnostic hipotiroid dengan tes kadar TSH, biasanya sekresi TSH oleo
hipofisis anterior sangat meningkat, kecuali bila hipotiroidismenya disebabkan
oleh menurunnya kadar respon kelenjar hipofise terhadap TRH.
PENATALAKSANAAN
1. Penyakit Jantung Hipertiroid
Prinsip penatalaksanaan hipertiroidisme didasarkan pertama kali pada
penyebabnya, dengan tujuan secepatnya menurunkan keadaan hipermetabolisme dan
kadar hormone tiroid dalam sirkulasi. Juga berdasarkan umur, jenis kelamin, status
system kardiovaskuler, tingkatan hipertiroid, dan riwayat perjalanan penyakit. Toxic
tiroid nodul merupakan indikasi terapi dan operasi. Sedangkan subakut tiroiditis dan
limfositik tiroiditis merupakan self-limiting disease yang akan sembuh dengan
sendirinya. Excess thyroid hormone ingestion diterapi dengan pengurangan dosis sampai
batas terapi jika diindikasikan pemberian hormone tiroid. Hashimotos disease dan
Graves disease juga dianggap sebagai self limiting disease, namun pada Graves disease
lamanya bervariasi dari 6 sampai 20 tahun lebih. Tujuan penatalaksanaan hipertiroidisme
yaitu pertama secara fungsional untuk meningkatkan fungsional akibat gangguan
kardiovaskuler yang ada, dan secara anatomi/ etiologi untuk mengatasi penyebab keadaan
hipertiroidnya.
Meningkatkan kemampuan fungsional
Penderita penyakit jantung hipertiroid bisa didapati gangguan fungsional sesuai
dengan klasifikasi New York Heart Association (NYHA) I sampai IV. Gangguan
fungsional yang timbul atau gagal jantung disebabkan ketidakmampuan jantung untuk
Referat: Thyroid Heart Disease | 15

memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh, ditambah dengan kerja hormone tiroid yang
langsung memacu terus-menerus sehingga bisa menimbulkan aritmia. Sering itmbul
keluhan seperti palpitasi, badan lemah, sesak nafas, yang mengarah pada tanda-tanda
gagal jantung kiri. Pengobatan yang dilakukan meliputi medikamentosa dan non
medikamentosa.
a. Secara medikamentosa berupa: istirahat tirah baring (bed rest), diet jantung dengan tujuan
untuk mengurangi beban jantung dengan diet yang lunak, rendah garam dan kalori, serta
mengurangai segala bentuk stress baik fisik maupun psikis yang dapat memperberaty
kerja jantungnya.
b. Secara medikamentosa berupa:
1. Golongan beta blocker, ditujukan untuk mengurangi kerja jantung serta melawan
kerja hormone tiroid yang bersifat inotropik dan kronotropik negative. Golongan beta
blocker akan mengistirahatkan jantung dan memberi waktu pengisian diastolik yang
lebih lama sehingga akan mengatsi gagal jantungnya. Propanolol juga penting untuk
mengatasi efek perifer dari hormone tiroid yang bersifat stimulator beta-adrenergik
reseptor. Beta blocker juga bersifat menekan terhadap system saraf sehingga daapt
mengurangi palpitasi, rasa cemas, dan hiperkinesis. Beta blocker tidak mempengaruhi
peningkatan konsumsi oksigen. Dosis 40-160 mg/ hari bila belum ada dekompensasio
kordis.
2. Diuretik, dapat diberikan untuk mengurangi beban volume jantung dan mengatasi
bendungan paru.
3. Pemberian digitalis masih controversial, karena sifatnya yang kronotropik negative
tapi inotropik positif. Diharapkan kerja kronotropik negatifnya untuk mengatasi
takikardi yang ada, tapi kerja inotropik positifnya dapat menambah kerja jantung
mengingat pada penyakit jantung hipertiroid, hormone tiroid justru bersifat
kronotropik positif juga. Dosis lebih dari normal perlu control Hr selama atrial
aritmia.
4. Antikoagulan, direkomendasikan untuk AF, khususnya jika 3 hari atau lebih,
dilanjutkan untuk 4 minggu setelah kembali ke sinus rhythm dan kondisi eutiroid.
2. Mengatasi keadaan hipertiroidisme Terapi utama pada hipertiroidisme ini yaitu secara
langsung untuk menurunkan jmlah hormone tiroid yang diproduksi oleo kelenjar tiroid
dengan obat-obat antitiroid, selain itu dapat didukung dengan terapi radioaktif iodine dan
operasi subtotal tiroidektomi.
a. Obat Antitiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan adalah profiltiourasil (PTU) dan metimazol, serta
golongan beta-blocker yaitu propanolol. Namun kadang-kadang iodine stabil dapat
digunakan, terutama untuk persiapan pembedahan. Baik PTU maupun metimazol
memiliki efek yang hampir sama, hanya PTU memiliki kerja menghambat perubahan T4
menjadi T3 di perifer, sehingga PTU lebih cepat menunjukkan kamajuan terapi secara
Referat: Thyroid Heart Disease | 16

simtomatis, kebanyakan pasien dapat diontrol hipertiroidnya dengan PTU 100-150 mg


tiap 6-8 jam. Namun dari kepustakaan lain, dosis yang sesuai untuk pasien dengan
penyakit jantung hipertiroid yaitu PTU 250 mg dan propanolol 20 mg tiga kali sehari.
Atau dosis propanolol 40-160 mg/hari dan dosis propiltiourasil 400-600 mg/ hari serta
dosis metimazol 60-80 mg/hari. Dosis tiga kali sehari dari PTU dikurangi menjadi 200
mg setelah sekitar 2 minggu (tapering off), kemudian secara bertahap dikurangi menjadi
100 mg setelah sekitar 8 minggu. Selanjutnya dosis pemeliharaan dapat diberikan 50 mg
tiga kali sehari atau kurang lebih selama 1-1,5 tahun. Dalam pemberian PTU, dosisnya
harus dimonitor dengan kadar T4 dan T3 plasma sejak pasien menunjukkan respon
berbeda. Waktu yang dibutuhkan T4 dan T3 plasma untuk kembali normal bervariasi
sekitar 6-10 minggu.
Pemberian propanolol dapat dihentikan jika terapi dengan PTU telah menunjukkan hasil
yang baik. Efek kronotropik dan inotropik negatifnya cepat memberikan hasil
dibandingkan PTU. Cara kerja propiltiourasil yaitu dengan mengurangi sintesa T4 dan
T3 secara reversibel sehingga dapat terjadi kekambuhan, kecuali terjadi remisi spontan,
misalnya pada Grave disease untuk sementara waktu yang harus dipantau dengan kadar
T4 dan T3 plasma.
Pada hipertiroid berat atau krisis tiroid, baik PTU maupun metimazol tidak begitu
banyak berguna karena kerjanya yang lambat, namun penggunaannya masih disarankan
untuk menekan konversi T4 menjadi T3 di perifer. Propanolol diberikan dalam dosis
besar, misalnya 40 mg tiap 4 jam. Iodine juga dapat diberikan sebagai larutan pekat dari
potassium iodide, 5 tetes tiap 4 jam. Diperkirakan iodide bekerja dengan mengurangi
pelepasan dari bentuk awal hormone tiroid dari kelenjar, namun untuk menghindari efek
samping iodide yaitu efek iod basedow (walaupun sangat jarang tapi sangat berbahaya),
maka pada pemberiannya harus diberikan pula PTU atau metimazol. Efek samping PTU
biasanya tidak ada atau sedikit, berupa skin rash. Sedangkan efek hipotiroid dapt
dikontrol dengan memonitor kadar T4 dan T3 plasma.

Referat: Thyroid Heart Disease | 17

DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Pelayanan profesi Unit Penyakit Dalam RSMH Palembang.1993.
2. Woods, P. Thyrotoxicosis and The Heart in Mixedema in Disease of The Heart and
Circulation, Ed III, ChapterXX, 1969, p:1005-1023.
3. Carson, P. Thyroid Heart Disease and High. Output State in Cardiac Diagnosis,
International Student Edition, 1969, p:412-413.
4. Guyton, A.C.: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 7, Bagian II, EGC, Jakarta, 1994, p:
237-250.
5. Price, S.A. dan Wilson, L.M.: patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi
4, Buku II, EGC, 1994: p.1071-1080.
6. Thyroid
Hormone
and
Cardiovascular
Disease,
URL
address:
http://www.medscape.com/mosby/amheartj/1999/vl35nO2/ahil352.02.gomb.html
7. William, R.H.: Textbook of Endocrinology, 5th edition, WB. Saunders Company, Tokyo,
1974:p.947.
8. Braunwald, Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine, 1980: p.1828-1833.
9. Ingbar, S.H., The Thyroid Gland, Textbook of Endocrinology, 7th ed, editor: Wilson and
Foster, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1985: p.738-748, 775-780.
10. Noer, S: Buku Ajar Penyakit Dalam, Penyakit Jantung Tiroid, Jilid I, Edisi III, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 1996, hal: 1151-1154.
11. Preedy, C and Delcher: The Heart and Endocrine Disease, in The Heart, Arteries, and
Veins, 6th Edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York, 1985: p.1412-1422.
12. Sani, A: Buku Ajar kardiologi, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 1996: hal. 301-302.
13. Schant, RC, The Heart and Endrocine Disease in Heart, Ed VII. Companion Hand Book,
Chapter XXIX, 1990, p:412-413.
14. Wartofsky L. Disease of The Thyroid. Harrisons Principles of Internal Medicine,11th ed
vol 2, Tokyo, Mc Graw Hill Book Company, International ed.1987;p.1930-1953.

Referat: Thyroid Heart Disease | 18

Anda mungkin juga menyukai