Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Thyroid Heart Disease atau penyakit jantung tiroid adalah suatu keadaan kelainan pada
jantung akibat pengaruh tiroid atau suatu penyakit jantung dengan berbagai manifestasinya yang
timbul akibat keadaaan peningkatan kadar hormone tiroksin bebas dalam sirkulasi darah.
Hormon tiroid mempunyai banyak efek pada proses metabolik di semua jaringan, terutama di
jantung yang paling sensitive terhadap perubahannya. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat
menimbulkan efek yang dramatic terhadap sistem kardiovaskular, sering kali menyerupai
penyakit jantung primer. Pengaruh hormone tiroid pada jantung digolongkan menjadi 3 kategori,
efek terhadap jantung langsung, efek hormon tiroid pada system saraf simpatis dan efek sekunder
terhadap perubahan hemodinamik.
Jantung adalah organ sensitif terhadap aksi hormon tiroid, dan perubahan pada kinerja
jantung dapat dideteksi dengan variasi kecil dalam konsentrasi serum hormon tiroid. Tiroid dan
sistem kardiovaskular terkait erat, baik dalam kondisi fisiologis dan patologis. Konsekuensi yang
merugikan pada jantung yang disebabkan penyakit tiroid telah diketahui dan bahkan bentuk
subklinis dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme berhubungan dengan peningkatan mortalitas
kardiovaskular.
Hormon tiroid disekresikan oleh kelenjar tiroid dalam bentuk yang tidak aktif, tiroksin
(T4). Produksi T4 diatur oleh thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitari anterior yang, pada gilirannya, berada di bawah pengaruh thyrotropinmelepaskan hormon yang diproduksi di hipotalamus.
Homeostasis dipertahankan oleh umpan balik negatif hormon tiroid yang bekerja pada
kedua hipotalamus dan kelenjar pituitari anterior. Setelah T4 mencapai jaringan perifer, T4 akan
diubah ke dalam bentuk biologis aktif, triiodothyronine (T3), oleh enzim deiodinase. Hormon
tiroid memiliki banyak efek pada sistem kardiovaskular pada kondisi fisiologis yang secara
umum dimediasi oleh intraseluler reseptor, tetapi juga melalui jalur non genomik. Secara khusus,
T3 meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung, dan mengurangi resistensi pembuluh
darah sistemik dengan bertindak langsung pada sel otot polos. Penurunan tonus pembuluh darah
perifer menyebabkan pengurangan volume arteri yang mengaktifkan sumbu renin angiotensin
aldosteron-dan selanjutnya peningkatan volume sirkulasi, yang ditekankan oleh sekresi hormon
tiroid-dirangsang dari erythropoietin. Efek yang disimpulkan dalam semua proses ini dari
hormon tiroid adalah peningkatan curah jantung.
DEFINISI
Thyroid Heart Disease atau Penyakit Jantung Tiroid adalah suatu keadaan kelainan pada
jantung akibat pengaruh kelenjar tiroid.
Pasien dengan kelainan jantung endokrin terjadi pada usia muda, pertengahan, dan usia
tua, dimana gejala nampak pada usia muda. Dan biasanya penderita kebanyakan wanita, dengan
rasio 6:1, dimana riwayat keluraga terjadi pada 45% kasus dengan factor kehamilan, infeksi, dan
shock emosional.
ANATOMI DAN FISIOLOGI HORMON TIROID
Kelenjar tiroid terdiri dari banyak sekali folikel tertutup yang dipenuhi oleh bahan
seretorik yang disebut koloid dan rentetan sel epitel kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke
dalam bagian dari folikel itu, folikel ini berdiameter antara 150 sampai 330 mikron. Koloid
sebagaian besar terdiri dari glikoprotein tiroglobulin yang besar, sedangakan tiroglobulin adalah
molekul glikoprotein besar dari sekresi reticulum endoplasma dan badan golgi pada sel-sel
kelnjar tiroid, dimana tiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin.
Hormon tiroid secara garis besar mempunyai dua efek utama terhadap tubuh, yaitu
meningkatkan kecepatan seluruh metabolisme, dan pada anak-anak akan merangsang
pertumbuhan. Pengaruh peningkatan metabolisme ini akan bermanifestasi pada mekan8isme
tubuh yang spesifik seperti system kardiovaskular, system rrespirasi, metabolisme tubuh, saluran
cerna, fungsi otot, dan lain-lain. Hormon tiroid meningkatkan metabolisme hampir seluruh
jaringan tubuh, kecuali otak, paru-paru, testis, retina, dan limpa. Bila sekresi hormon ini banyak
sekali, kecepatan metabolisme basal meningkat 60 sampai 100 persen diatas normal. Mekanisme
yang mempengaruhi peningkatan metabolisme akibat peningkatan hormon tiroid ini, yaitu:
1. Peningkatan sintesis protein, dengan menigkatnya kecepatan pembentukan protein
oleh ribosom melalui perangsangan proses translasi, dan kecenderungan
meningkatkan secara menyeluruh sebagaian besar sintesa protein dalam set melalui
proses transkripsi.
2. Peningkatan jumlah dan aktivitas enzim intraselular, paling sedikit 100 enzim
intraselular meningkat akibat pengaruh peningkatan sintesis protein, seperti enzimgliserofosfat dehidrogenase, aktivitasnya dapat meningkat sampai enam kali lipat dari
normalnya.
3. Peningkatan jumlah dan aktivitas mitokondria, sehingga meningkatkan kecepatan
pembentukan ATP sebagai sumber energi yang akan dipakai untuk fungsi sel.
4. Peningkatan transport aktif ion melalui membrane sel, misalnya peningkatan
pengangkutan narium dan kalium akibat meningkatanya enzim Na-K ATPase.
Akibat meningkatanya aktivitas metabolisme tubuh, metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak sebagai sumber energi juga menigkat. Hormon tiroid merangsang hampir semua
Referat: Thyroid Heart Disease | 3
aspek metabolisme karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa oleh sel, meningkatakan glikolisis
dan glukoneogenesis, meningkatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dan menigkatakan
sekresi insulin. Hal ini mungkin disebabkan naiknya seluruh enzim seluler akibat hormon ini.
Metabolisme lipid juga meningkat, konsentrasi asam lemakbebas plasma meningkat yang diikuti
dengan oksidasinya oleh sel. Hormon tiroid menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserid dalam darah. Pada saluran pencernaan, selain meningkatkan nafsu makan, hormon
tiroid juga meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan saluran cerna. Pada umumnya
hormon tiroid meningkatkan aktivitas otak, namun juga dapat menimbulkan disosiasi pikiran.
Penderit ahipertiroid cenderung menjadi sangat gugup, gelisah, cemas berlebihan dan bahakan
paranoia. Hormon tiroid meningkat walaupun sedikit saja biasanya dapat menyebabkan otot
bereaksi dengan kuat, namun sebaliknya jika jumlahanya berlebihan menyebabkan kelemahan
otot karena katabolisme protein yang berlebihan. Pengaruh lain dari hormon tiroid yaitu dapat
meningkatkan kecepatan sekresi sebagaian besar kelenjar endokrin lain dan kebutuhan jaringan
akan hormon ini. Contohnya, meningkatnya sekresi hormon tiroksin akan meningkatkan
kecepatan metabolisme glukosa di seluruh jaringan tubuh dan diikuti dengan menigktanya
kebutuhan akan hormon paratiroid, dan pada akhirnya hormon tiroid akan menginaktivasi
hormon glukokortikoid adrenal oleh hati yang diikuti peningktan produksi ACTH.
Peningkatan metabolisme tubuh dapat mengakibatkan kebutuhan akan oksigen menigkat
dan CO2 sebagai sisa metabolisme juga meningkat sehingga menyebabkan system respirasi
meningkat. Lain halnya terhadap system kardiovaskular, hormon tiroid punya pengaruh khusus.
SINTESIS DAN SEKRESI HORMON TIROID
Bahan utama pembentukan hormon tiroid yaitu iodium dibutuhkan setiap tahunnya kirakira 50 mg iodium yang ditelan atau kira-kira 1 mg setiap minggnya. Iodide yang ditelan peroral
akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah, tiga hari pertama 4/5 iodida yang ditelan akan
dikeluarkan melalui urin dan 1/5 secara selektif dikeluarkan dar sirkulasi darah dan dipakai
untuk sintesis hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid merupakan urutan langkah-langkah proses
yang diatur oleh enzim-enzim tertentu, langkah-langkah tersebut adalah:
1. Penangkapan iodide (iodide trapping)
Iodide trapping, yaitu pengangkutan iodide dari cairan ekstraseluler ke sel-sel dan folikel
kelenjar tiroid, pada membrane basal sel tiroid mempunyai pompa iodide yang dapat
memekatkan iodide kira-kira 30 kali dari konsentrasinya dalam darah.
2. Oksidasi iodide menjadi iodium
Oksidasi iodide menjadi iodium yang teroksidasi sebagai tahap awal sehingga selanjutnya
mampu langsung berikatan dengan asam amino tirosin, proses ini ditingkatkan oleh
enzim peroksidase dan hydrogen peroksidase.
PENGARUH
LANGSUNG
KARDIOVASKULAR
HORMON
TIROID
TERHADAP
SISTEM
Pengaruh langsung hormon tiroid pada umumnya akibat pengaruh T3 yang berikatan
dengan reseptor pada inti sel yang mengatur ekspresi dari gen-gen yang responsive terhadap
hormon tiroid, dengan kata lain bahwa perubahan fungsi jantung dimediasi oleh regulasi T3 gen
spesifik jantung. Terdapat dua jenis gen reseptor T3, yaitu alfa dan beta, dengan paling sedikit
dua mRNA untuk tiap gen, yaitu alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. T3 juga bekerja pada
ekstranuklear melalui peningkatan sintesis protein.
Berikut ini penjelasan mengenai pengaruh langsung hormon tiroid terhadap system
kardiovaskular.
1. T3 mengatur ge-gen spesifik jantung Pemberian T3 pada hewan meningkatkan
kontraktilitas otot jantung menalui stimulasi sintesis fast myosin heavy chain dan
menghambat penampakan slow beta isoform. Pada ventrikel jantung manusia, sebagain
besar terdiri dari myosin heavy chain, sehingga T3tidak mempengaruhi perubahan pada
myosin. Peningkatan kontraktilitas pada manusia sebagian besar merupakan hasil dari
peningkatan ekspresi retikulu sarkoplasma Ca2+ ATPase, meskipun sebagian besar juga
oleh beta isoform.
2. T3 mengatur ekspresi reseptor yang peka hormon tiroid (pada hewan percobaan) T3
menyebabkan peningkatan retikulum sarkoplasma Ca2+ ATPase dan penurunan kerja
Ca2+ ATPase regulatory protein. T3 juga mengatur Na-K ATPasejantung, enzim malat,
faktor natriuretik atrial, Ca channels, dan reseptor beta-adrenergik.
3. Hormon tiroid meningkatkan kontraktilitas otot jantung Hormon tiroid akan menstimulasi
kerja jantung dengan mempengaruhi fungsi ventrikel, melalui peningkatan sintesis
protein kontraktil jantung atau peningkatan fingsi dari reticulum sarkoplasma Ca-ATPase
sehingga pada pasien hipertiroid akan didapati jantung yang hipertrofi.
4. Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer T3 mungkin
mempengaruhi aliran natrium dan kalium pada sel otot polos sehingga menyebabkan
penurunan kontraktilitas otot polos dan tonus pembuluh darah arteriole.
PENGARUH TIDAK
KARDIOVASKULAR
LANGSUNG
HORMON
TIROID
TERHADAP
SISTEM
tidak bertambah bahkan cenderung turun. Pernafasan menjadi cepat dan dalam, untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang meningkatakibat kerja hormon tiroid yang meningkatkan kalorogenesis.
Diare biasanya dijumpai akibat keadaan usus yang hiperperistaltik dan peningkatan kerja enzimenzim pencernaan.
Gejala subjektif lain dapat berupa palpitasi, takikardi, perasaan tidak enak epigastrium
sebagai akibat kontraksi aorta descenden yangberlebihan, lekas lelah, sesak nafas, gelisah,
keringat yang berlebihan, dan sebagainya. Gejala objektif ditemukan takikardi, nadi seler, denyut
arteri karotis dan aorta meningkat, apeks impuls yang kuat, pulsasi yang kuat, kadang-kadang
dijumpai bising sistolik di daerah perikordial, thrill dirasakan di arteri carotis atau arteri
subclavia, berbagai gangguan irama jantung (umumnya takiaritmia supraventrikuler), fibrilasi
atrium, pembesaran jantung.
Manifestasi perifer yang khas lain pada penderita hipertiroid antara lain didapati pada
mata dan kulit. Pada mata bisa terdapat lid retraction, yaitu retraksi kelopak mata atas,
menunjukkan terdapat suatu rim pada sclera antara kelopak mata dan limbus, hal ini dapat
disertai fenomena lid lag, yaitu keterlambatan kelopak mata mengikuti gerakan mata. Pada kulit
akan terasa hangat dan lembab sebagai hasil dari dilatasi pembuluh darah kulit, dan keringat
banyak akibat keadaan hiperdinamik. Manifestasi ini mungkin muncul akibat peningkatan
aktivitas adrenergik. Eksoftalmus terjadi akibat infiltrasi limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma
terhadap jaringan orbita dan otot-otot mata (proptosis bola mata).
Manifestasi Kardiovaskuler yang Khas pada Penyakit Jantung Hipertiroid
Pada penyakit jntung hipertiroid dapat ditemukan fibrilasi atrium, hipertrofi jantung,
hipertensi sistolik, angina pektoris, superimposed hyperthyroid cardiomyopathy, dan gagal
jantung. Sedangakan paroksismal supraventrikular, takikardi, dan flutter jarang terjadi. Berikut
penjelasan dari menifestasi klinis pada penyakit jantung hipertiroid.
1. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium sering dihubungkan dengan respon ventrikel yang cepat. Denyut
ventrikel biasanya lebih cepat disbanding fibrilasi atrium pada penderita eutiroid. Bila
fibrilasi atrium menetap sampai empat bulan setelah eutiroid dicapai, perlu
dipertimbangkan kardioversi. Biasanya indikasi untuk pemberian antikoagulan untuk
menurunkan insiden emboli sistemik. Takikardi yang hampir selalu ada dan menetap
selama tidur akibat efek kronotropik hormon tiroid, terutama sinus takikardi atau
takiaritmia supraventrikuler. Pada tirotoksikosis kadang dijumpai berbagai derajat
gangguan hantaran bahkan blok AV derajat II sampai blok AV komplet, interval PR
memanjang, dan pada persentase kecil dapat WPW. Hal ini akibat pengaruh T4 yang
menyebabkan peradangan nodus AV. Regurgitasi katup mitral maupun tricuspid (flow
murmur) yang dapat hilang setelah pengobatan dengan obat antitiroid.
2. Hipertrofi jantung
Peningkatan sintesis protein kontraktil jantung sebagai akibat tidak langsung dari hormon
tiroid serta akibat peningkatan kerja jantung menyebabkan terjadi hipertrofi jantung.
3. Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan pembuluh darah
mengakomodasi peningkatan cardiac output dan stroke volume. Sebagaian besar
penderita hipertiroid akan mengalami hipertensi.
4. Angina pektoris
Beberapa mekanisme yang mungkin berperan terhadap terjadinya angina pektoris, antara
lainadanya penyakit obstruksi arteri koroner yang menetap, peningkatan kebutuhan
oksigen, dan iskemik. Emboli pada sirkulasi koroner dapat terjadi bila ada fibrilasi
atrium, trombosis, dan spasme arteri coroner. Angina pektoris pada penderita hipertiroid
biasanya muncul pada saat istirahat, berkembang dengan cepat dan membaik bila
hipertiroid teratasi dengan terapi hipertiroid.
5. Superimposed hyperthyroid cardiomyopathy
Pada hipertiroid akan terjadi peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri saat isttirahat
(LVEF), tetapui akan menurun secara bermakna pada latihan. Abnormalitas fungsi
ventrikel kiri (LV) selama latihan menunjukkan suatu kardiomiopati dilatasi reversibel
dan merupakan akibat langsungdari kelebihan hormon tiroid serta tidak tergantung dari
aktivitas alfa adrenoreseptor. Hal ini terbukti dengan pemberian propanolol yang akan
menurunkan LVEF istirahat baik pada hiper maupun eutiroid, tetapi tidak berpengaruh
pada LVEF hipertiroid pada saat latihan.
6. Gagal jantung
Gagal jantung dapat terjadi pada hipertiroid yang tidak terkontrol sebagai penanganan
fibrilasi atrium yang tidak terkontrol. Tetapi dapat juga berhubungan dengan
superimposed dilatation cardiomyopathy terutama saat latihan. Penderita mungkin juga
memiliki gejala gagal jantung high output sehubungan dengan peningkatan volume darah
dan total natrium tubuh dengan disfungsi ventrikel kiri.
2. Penyakit Jantung Hipotiroid
Definisi
Penyakit jantung hipotiroid adalah penyakit jantung dan berbagai manifestasinya akibat
penurunan aktivitas hormone tiroid sejalan dengan penurunan kadar hormon tiroksin bebas
dalam cairan ekstraseluler, atau pada kasus yang jarang akibat resisten terhadap hormone tiroid
pada tingkat seluler.
Referat: Thyroid Heart Disease | 11
Etiologi
Penyebab hipotiroid secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Thyroprivic hypothyroidism, akibat atropi atau kehilangan jaringan tiroid, contoh:
a. Post ablative hypothyroidism
b. Primary idiopatic hypothyroidism
c. Sporadic athyreotic cretinism (aplasia atau displasia tiroid)
2. Thropoprivic hypothyroidism, akibat kurangnya rangsangan pada kelenjar tiroid yang normal
akibat penyakit pada hipotalamus atau hipofisis, contohnya:
a. Sechans syndrome
b. Infiltrative disorder of pituitary or hypothalamus
3. Goitrous Hypothyroidism, akibat kompensasi goitrogenesis karena penurunan biosintesis
hormone, contoh:
a. Hashimotos thyroiditis
b. Endemic iodine deficiency
c. Antithyroid agents (para amino salicyclic acid, fenilbutazon, resorcinol).. d. iodide goiter dan
hipotiroidisme.
e. Heritable defects in hormone biosynthesis and action
f. Peripheral resistance ti thyroid hormone
Pendapat lain tentang pembagaian penyebab hipotiroidisme yaitu:
1. Primary hypothyroidism
a. No goiter
Athyreotic creatinism, juvenile myxedema, adult idiopathic myxedema, destruction of
thyroid, external radiation.
b. Goiter
Hashimotos disease (late stage), biosynthetic defects, goitrogents, subacute
thyroiditis, ectopic thyroid, iodide deficiency.
2. Secondary hypothyroidism (TSH deficiency)
a. Destructive lesions in and around the adenohypophisis and hypothalamus.
b. Isolated TSH deficiency.
Kadar serum tiroksin dan triiodotironin dapat diukur dengan peneraan radioligand, kadar
normal tiroksin 4-11 g/100ml, dan kadar normal triiodotironin berkisar antara 80-160ng/100ml.
1. Penyakit Jantung Hipertiroid
Diagnosis penyakit jantung hipertiroid ditegakkan berdasarkan:
1. Gambaran klinis hipertiroid, baik manifestasi kardiovaskuler dan perifer
2. Pemeriksaan laboratorium didapati peninggian kadar serum T4
3. Pemeriksaan penunjang berupa:
a. Radiologi torak umumnya normal, kadang dijumpai pembesaran aorta asenden atau
desenden, penonjolan segmen pulmonal, dan pada kasus yang berat dijmpai
pembesaran jantung.
b. Pada elektrokardiografi didapati takikardi dengan berbagai gangguan irama, adanya
tanda-tanda pembesaran ventrikel kiri, dan kadang-kadang terdapat gelombang T
prominen, peninggian voltase, perubahan gelombang ST-T, dan pemendekan interval
QT. c. Bila perlu lakukan uji diagnostic untuk hipertiroidisme yaitu pengujian secara
langsung besarnya konsentrasi tiroksin bebas dalam plasma dengan menggunakan
prosedur pengukuran radioimunologik yang sesuai. Uji lain berupa uji kecepatan
metabolisme basal yang meningkat +30 atau pada hipertiroid berat dapat sampai +60,
Referat: Thyroid Heart Disease | 14
serta uji perangsangan TRH. Indikasi rawat pada pasien ini bila didapati tanda-tanda
gagalo jantung.
2. Penyakit Jantung Hipotiroid
Diagnosis penyakit jantung hipotiroidisme ditegakkan berdasarkan:
1. Gejala klinis baik manifestasi kardiovaskuler maupun perifer dari hipotiroidisme.
2. Pemeriksaan laboratorium dimana didapati penurunan kadar serum T4. Pada
hipotiroidisme primer, kadar TSH meningkat. Bila T4 dan TSH rendah, penyebab
hipotiroidismenya adalah penyak8it kelenjar hipofise.
3. Pemeriksaan penunjang:
a. Radiologi torak, sering didapati gambaran pembesaran jantung, baik karena efusi
pericardial maupun oleo pembesaran jantung sendiri
b. Pada ekokardiografi didapati efusi pericardial, dan kadang tampak tanda-tanda
kardiomiopati hipertropik.
c. Hasil elektrokardiografi didapatkan adanya bradikardi, gangguan irama dan
voltase rendah pada semua sadapan.
d. Uji diagnostic hipotiroid dengan tes kadar TSH, biasanya sekresi TSH oleo
hipofisis anterior sangat meningkat, kecuali bila hipotiroidismenya disebabkan
oleh menurunnya kadar respon kelenjar hipofise terhadap TRH.
PENATALAKSANAAN
1. Penyakit Jantung Hipertiroid
Prinsip penatalaksanaan hipertiroidisme didasarkan pertama kali pada
penyebabnya, dengan tujuan secepatnya menurunkan keadaan hipermetabolisme dan
kadar hormone tiroid dalam sirkulasi. Juga berdasarkan umur, jenis kelamin, status
system kardiovaskuler, tingkatan hipertiroid, dan riwayat perjalanan penyakit. Toxic
tiroid nodul merupakan indikasi terapi dan operasi. Sedangkan subakut tiroiditis dan
limfositik tiroiditis merupakan self-limiting disease yang akan sembuh dengan
sendirinya. Excess thyroid hormone ingestion diterapi dengan pengurangan dosis sampai
batas terapi jika diindikasikan pemberian hormone tiroid. Hashimotos disease dan
Graves disease juga dianggap sebagai self limiting disease, namun pada Graves disease
lamanya bervariasi dari 6 sampai 20 tahun lebih. Tujuan penatalaksanaan hipertiroidisme
yaitu pertama secara fungsional untuk meningkatkan fungsional akibat gangguan
kardiovaskuler yang ada, dan secara anatomi/ etiologi untuk mengatasi penyebab keadaan
hipertiroidnya.
Meningkatkan kemampuan fungsional
Penderita penyakit jantung hipertiroid bisa didapati gangguan fungsional sesuai
dengan klasifikasi New York Heart Association (NYHA) I sampai IV. Gangguan
fungsional yang timbul atau gagal jantung disebabkan ketidakmampuan jantung untuk
Referat: Thyroid Heart Disease | 15
memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh, ditambah dengan kerja hormone tiroid yang
langsung memacu terus-menerus sehingga bisa menimbulkan aritmia. Sering itmbul
keluhan seperti palpitasi, badan lemah, sesak nafas, yang mengarah pada tanda-tanda
gagal jantung kiri. Pengobatan yang dilakukan meliputi medikamentosa dan non
medikamentosa.
a. Secara medikamentosa berupa: istirahat tirah baring (bed rest), diet jantung dengan tujuan
untuk mengurangi beban jantung dengan diet yang lunak, rendah garam dan kalori, serta
mengurangai segala bentuk stress baik fisik maupun psikis yang dapat memperberaty
kerja jantungnya.
b. Secara medikamentosa berupa:
1. Golongan beta blocker, ditujukan untuk mengurangi kerja jantung serta melawan
kerja hormone tiroid yang bersifat inotropik dan kronotropik negative. Golongan beta
blocker akan mengistirahatkan jantung dan memberi waktu pengisian diastolik yang
lebih lama sehingga akan mengatsi gagal jantungnya. Propanolol juga penting untuk
mengatasi efek perifer dari hormone tiroid yang bersifat stimulator beta-adrenergik
reseptor. Beta blocker juga bersifat menekan terhadap system saraf sehingga daapt
mengurangi palpitasi, rasa cemas, dan hiperkinesis. Beta blocker tidak mempengaruhi
peningkatan konsumsi oksigen. Dosis 40-160 mg/ hari bila belum ada dekompensasio
kordis.
2. Diuretik, dapat diberikan untuk mengurangi beban volume jantung dan mengatasi
bendungan paru.
3. Pemberian digitalis masih controversial, karena sifatnya yang kronotropik negative
tapi inotropik positif. Diharapkan kerja kronotropik negatifnya untuk mengatasi
takikardi yang ada, tapi kerja inotropik positifnya dapat menambah kerja jantung
mengingat pada penyakit jantung hipertiroid, hormone tiroid justru bersifat
kronotropik positif juga. Dosis lebih dari normal perlu control Hr selama atrial
aritmia.
4. Antikoagulan, direkomendasikan untuk AF, khususnya jika 3 hari atau lebih,
dilanjutkan untuk 4 minggu setelah kembali ke sinus rhythm dan kondisi eutiroid.
2. Mengatasi keadaan hipertiroidisme Terapi utama pada hipertiroidisme ini yaitu secara
langsung untuk menurunkan jmlah hormone tiroid yang diproduksi oleo kelenjar tiroid
dengan obat-obat antitiroid, selain itu dapat didukung dengan terapi radioaktif iodine dan
operasi subtotal tiroidektomi.
a. Obat Antitiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan adalah profiltiourasil (PTU) dan metimazol, serta
golongan beta-blocker yaitu propanolol. Namun kadang-kadang iodine stabil dapat
digunakan, terutama untuk persiapan pembedahan. Baik PTU maupun metimazol
memiliki efek yang hampir sama, hanya PTU memiliki kerja menghambat perubahan T4
menjadi T3 di perifer, sehingga PTU lebih cepat menunjukkan kamajuan terapi secara
Referat: Thyroid Heart Disease | 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Pelayanan profesi Unit Penyakit Dalam RSMH Palembang.1993.
2. Woods, P. Thyrotoxicosis and The Heart in Mixedema in Disease of The Heart and
Circulation, Ed III, ChapterXX, 1969, p:1005-1023.
3. Carson, P. Thyroid Heart Disease and High. Output State in Cardiac Diagnosis,
International Student Edition, 1969, p:412-413.
4. Guyton, A.C.: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 7, Bagian II, EGC, Jakarta, 1994, p:
237-250.
5. Price, S.A. dan Wilson, L.M.: patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi
4, Buku II, EGC, 1994: p.1071-1080.
6. Thyroid
Hormone
and
Cardiovascular
Disease,
URL
address:
http://www.medscape.com/mosby/amheartj/1999/vl35nO2/ahil352.02.gomb.html
7. William, R.H.: Textbook of Endocrinology, 5th edition, WB. Saunders Company, Tokyo,
1974:p.947.
8. Braunwald, Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine, 1980: p.1828-1833.
9. Ingbar, S.H., The Thyroid Gland, Textbook of Endocrinology, 7th ed, editor: Wilson and
Foster, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1985: p.738-748, 775-780.
10. Noer, S: Buku Ajar Penyakit Dalam, Penyakit Jantung Tiroid, Jilid I, Edisi III, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 1996, hal: 1151-1154.
11. Preedy, C and Delcher: The Heart and Endocrine Disease, in The Heart, Arteries, and
Veins, 6th Edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York, 1985: p.1412-1422.
12. Sani, A: Buku Ajar kardiologi, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 1996: hal. 301-302.
13. Schant, RC, The Heart and Endrocine Disease in Heart, Ed VII. Companion Hand Book,
Chapter XXIX, 1990, p:412-413.
14. Wartofsky L. Disease of The Thyroid. Harrisons Principles of Internal Medicine,11th ed
vol 2, Tokyo, Mc Graw Hill Book Company, International ed.1987;p.1930-1953.