Sebuah SMA yang terletak dipinggir kota kondisi mutunya tergolong rendah
Pemerintah dengan persetujuan Kepala sekolah, komite sekolah, guru-guru dan tokoh
masyarakat sangat sepakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menunjuk
sekolah itu sebagai sekolah unggul di kota tersebut. Kondisi sekolah saat ini dapat
dilukiskan sebagai berikut:
1. Sistem administrasi dan manajemen kurang kondusif sebagai sekolah unggul
2. Pola pembelajaran yang kurang menantang siswa untuk belajar
3. Jumlah guru cukup untuk semua bidang studi
4. Kurikulumnya sudah modern (2013)
5. Sarana dan prasarana lengkap tetapi sarana pendukung kurang kondusif
6. Partisipasi masyarakat baik
7. Kondisi sosial ekonomi orang tua siswa menengah ke atas.
Jika anda diminta untuk menjadi kepala sekolah, aspek apa yang pertama anda
inovasikan guna untuk meningkatkan mutu pendidikan, ? Berikan deskripsi singkat !
1. Kemukakan alasan mengapa komponen itu anda utamakan ?
2. Gambarkan secara singkat strategi inovasi yang akan anda tempuh ?
3. Perkirakan outcome yang dapat anda raih melalui inovasi tersebut !
Jawaban:
Jika saya menjadi kepala sekolah
Langkah yang harus saya tempuh adalah berinovasi.
Adapun dari uraian diatas dapat diidentifikasikan permasalahannya adalah
1. Sistem administrasi dan manajemen kurang kondusif sebagai sekolah unggul.
Alasan saya mengutamakan komponen ini karena sistem administrasi dan
manajemen sekolah belum menggambarkan sebagai suatu system pendidikan yang
menyokong sebagai sekolah unggul
2. Pola pembelajaran yang kurang menantang siswa untuk belajar. Alasan saya
mengutamakan komponen ini karena pola pembelajaran yang kurang menantang
bagi kebutuhan siswa sehingga mengakibatkan pembelajaran bukan menjadi
kebutuhan dan kesadaran siswa namun suatu paksaan dari guru,
a. Keadaan guru
Guru merupakan ujung tobak dari pendidikan, pencapaian dan keberhasilan
kurikulum sangat ditentukan oleh kompetensi guru, oleh karena itu system tata
kelola guru, rekruitmen guru perlu diperbaiki dengan selalu meningkatkan
kompetensinya
b. Pola pembelajaran yang belum menantang siswa dalam belajar, hal ini terkait
dengan kemampuan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai macam model, metode, strategi serta pendekatan
pembelajaran yang kesemuanya itu merupakan cara guru mengantarkan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan kurikulum,
oleh karena itu perbaikan pola pembelajaran guru perlu dilakukan.
Untuk memperbaiki mutu disekolah tersebut maka sesuai dengan permasalahan yang
telah di identifikasikan diatas maka Inovasi yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Permasalahan: Sistem administrasi dan manajemen kurang kondusif sebagai
sekolah unggul.
Inovasi Sistem administrasi dan manajemen, yakni:
Membina dan merevisi system administrasi dan manajemen sekolah yang kurang
kondusif, dengan cara meningkatkan mutu pelayanan administrasi dan mengontrol
manajemen sekolah. Adapun upaya peningkatan mutu administrasi yang sebaiknya
saya lakukan adalah:
a. Administrasi program pengajaran
Sebagai kepala sekolah, saya akan mengarahkan dan mengawasi jadwal
pelajaran sekolah, jadwal pelajaran sekolah, daftar pembagian tugas mengajar
bagi guru, daftar pemeriksaan tugas mengajar bagi guru, daftar hasil evaluasi
belajar tahap akhir, rekapitulasi kenaikan kelas / kelulusan, daftar penyerahan
sttb kepada lulusan, rekapitulasi pelaksanaan supervisi kelas, program
mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok orang tersebut akan memiliki
tanggung jawab yang besar untuk melakukan apa yang telah diputuskan.
Menurut Wohlstetter dan Mohrman, dkk. (1997), terdapat empat kewenangan
dan tiga prasyarat yang bersifat organisasional yang seharusnya dimiliki sekolah dalam
mengimplementasikan MBS. Empat kewenangan tersebut adalah: (1) kekuasaan
(power) untuk mengambil keputusan, (2) mekanisme penghargaan atas prestasi
(reward), (3) panduan instruksional (pembelajaran), seperti rumusan visi dan misi
sekolah yang menfokuskan pada peningkatan mutu pembelajaran, (4) kepemimpinan
yang mengupayakan kekompakan (kohesif) dan fokus pada upaya perbaikan atau
perubahan. Sedangkan tiga prasyarat yang dimaksudkan adalah: (1) pengetahuan dan
keterampilan, termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan pengelolaan secara
profesional, (2) informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan,
serta (3) sumber daya yang mendukung. Di samping itu, penerapan MBS di sekolah
juga perlu memperhatikan karakteristik dari MBS, baik dilihat dari aspek input, proses
dan output. Pemahaman terhadap prinsip MBS dan karaketeristik MBS akan membawa
sekolah kepada penerapan MBS yang lebih baik. Pada akhirnya mutu pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai dan dipertanggungjawabkan, karena pelaksanaannya
dilakukan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Menurut Slamet P.H (2001), pelaksanaan MBS merupakan proses yang
berlangsung secara terus-menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, strategi utama yang
perlu ditempuh dalam melaksanakan MBS adalah sebagai berikut.
Pertama, mensosialiasikan konsep MBS. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh
warga sekolah, yaitu guru, siswa, wakil kepala sekolah, konselor, tenaga kependidikan
dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtua murid, pengawas, dan sebagainya) melalui
seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media masa dengan memperhatikan sistem, budaya,
dan sumber daya sekolah.
Kedua, melakukan analisis situasi. Analisis sistuasi akan menghasilkan
tantangan nyata, yang harus dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah kesenjangan
antara keadaan sekarang dan keadaan yang diharapkan. Karena itu, besar kecilnya
ketidaksesuaian antara keadaan sekarang (kenyataan) dan keadaan yang diharapkan
(idealnya) memberitahukan besar kecilnya tantangan yang ada.
kesiapannya.
Fungsi-fungsi
yang
dimaksud
di
antaranya
meliputi
Ketiga,
adanya
kepemimpinan
sekolah
yang
kuat
sehingga
mampu
menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. Kepala
sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah
secara umum. Dalam MBS kepala sekolah berperan sebagai designer, motivator,
fasilitator, dan liaison. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan
atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan, dan bukan lagi didasarkan atas jenjang
kepangkatan. Menurut Mulyasa (2005:98), Kepala Sekolah merupakan sosok kunci
(the key person) keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dalam
kerangka implementasi MBS. Oleh karena itu, dalam implementasi MBS kepala sekolah
harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta
kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan,
manajerial, dan supervisi pendidikan. Kepala sekolah juga dituntut untuk menjalin
kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program
pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS, kepala sekolah harus
mempu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader,
innovator dan motivator.
Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam
kehidupan dewan sekolah yang efektif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah
harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah.
Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orangtuanya, serta
masyarakat dan para guru.
Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara
sungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing
harus ada sosialisasi tentang konsep MBS.
Keenam, adanya panduan (guidelines) dari Departemen Pendidikan sehingga
mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Dengan
dasar hukum pelaksanaan MBS yang tertuang adalam UU No. 25 Tahun 2000, dan UU
No. 20 Tahun 2003, Departemen Pendidikan diharapkan memberikan panduan sebagai
rambu-rambu dalam pelaksanaan MBS yang sifatnya tidak mengekang dan
membelenggu sekolah.
Ketujuh, sekolah harus transparan dan akuntabel yang minimal diwujudkan
dalam laporan pertanggungjawaban tahunan. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung
jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dikelola secara
transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada
setiap pihak terkait.
Kedelapan, penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah,
khususnya pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi
peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building), pengadaan
pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran,
monitoring dan evaluasi, serta melakukan perbaikan. Di samping itu, pelaksanaan MBS
perlu didukung oleh iklim sekolah yang memadai, yaitu iklim sekolah yang kondusif
bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim
sekolah akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih
menekankan pada learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together. Untuk mendukung semua itu, sekolah perlu dilengkapi oleh sarana dan
prasarana pendidikan, serta sumber-sumber belajar yang memadai.
10
11
12
13
kurikulum,
pengembangan
tenaga
kependidikan
dan
14
15
16
17
harus menggiurkan sehingga menjadi dambaan bagi pelajar untuk sekolah di Sekolah
model tersebut, sehingga dari banyak nya peminat maka kualitas calon guru yang
berkeinginan sekolah merupakan putra-putri terbaik bangsa. Dengan demikian standar
minimal kompetensi guru dapat diterapkan, kompetensi yang ada menjadi kepribadian
bagi calon guru bukan hanya suatu formalitas, namun kepribadian kompetensi tersebut
telah melekat pada dirinya, orang-orang mulia yang menjadi teladan memperbaiki
kualitas bangsa nantinya. Sekolah Model ini menjadi pilot project bagi reformasi
Lembaga penghasil tenaga guru dalam menghasilan lulusan guru yang berkualitas.
Tenaga pengajar Sekolah Model ini merupakan ahli-ahli dalam bidang pendidikan,
Tenaga Pendidik pada Sekolah ini minimal berkualifikasi Magester pendidikan,
sehingga dengan demikian calon-calon lulusan Sekolah Model ini dapat melanjutkan ke
LPTK yang bekualitas juga.
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang disingkat LPTK Model
menghasilkan lulusan calon guru jenjang Sarjana. Tidak berbeda jauh dengan Sekolah
Model, LPTK model mendidik dan mempersiapkan calon guru pada jenjang Strata 1
(S1), pendidikan yang di program ini harus bersih dari pengaruh-pengaruh kepentingan
berbagai pihak, menjunjung tinggi pengembangan keilmuan mempersiapkan berbagai
kompetensi yang telah ditetapkan syarat calon guru kelak.
3. Penerimaan Calon Guru
Berkenaan dengan penerimaan calon guru mesti memehi kriteria penerimaan
calon guru dengan syarat tes kompetensi calon guru yang telah ditetapkan, antaranya
Kompetensi Pedagogi, Kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian dan
Kompetensi Sosial. Tampa ada kepentingan politik dan kepentingan hal lainnya
sehingga penerimaan guru harus benar-benar sesuai dengan kemampuannya dan dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Pengembangan Profesional Selama dalam Jabatan dan Prajabatan
Teori-teori pengembangan profesional guru telah dipaparkan pada bagian atas
pembahasan
ini,
maksud
dari
pengembangan
profesionalitas
ini
merupakan
18
19
20
akan terjadi perbaikan terus menerus dalam pembelajaran dalam ruang kelas pada
pembelajaran selanjutnya.
21
o Tahapan
berikutnya
adalah
do
artinya
rancangan
pembelajaran
di
terakhir
adalah
refleksi,
refleksi
ini
dilaksanakan
setelah