Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah menurunkan Al-Quran kepada Muhammad saw sebagai kitab bacaan (kitb
maqr) untuk disampaikan kepada umat manusia dan menciptakan alam raya sebagai
kitab pengamatan dan penelitian (kitab manzur) yang mengekspresikan secara nyata halhal yang terdapat di dalam al-Quran. Kedua kitab ini merupakan sumber kebenaran agama
dan ilmu sekaligus. Kedua-duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah swt.
(Ahmad, 2006:31).
Kemajuan zaman dan teknologi saat ini telah banyak membuat adanya polusi udara
diberbagai tempat. Adanya polusi ini diakibatkan karena ulah manusia sendiri yang tidak
dapat menjaga sumber daya udara yang telah diberikan oleh Allah yang mana
diciptakannya udara ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia yakni bernafas.
Apabila udara yang dihirup oleh manusia ini adalah udara yang kotor maka tidak menutup
kemungkinan banyak manusia yang akan terjangkit wabah penyakit yang terkait dengan
paru-parunya.
Terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming) yang
diiringi dengan beragam fenomena alam ini sebenarnya telah banyak diberitakan dalam AlQuran maupun hadits. Global Warming yang baru ramai dibicarakan oleh manusia di
akhir abad ke-20 dan semakin panas isunya di abad ke-21 saat manusia semakin merasakan
dampaknya pada diri dan lingkungan mereka tinggal, sebenarnya hal itu telah banyak
disebutkan dalam 2 sumber pokok ajaran kita (umat islam). Dampak dari global warming
telah disebutkan dalam Al-Quran maupun al-Hadits sebagai tanda kehancuran dunia.
Semua ilmu yang membahas tentang fenomena alam sebenarnya adalah ilmu yang
membahas tentang kekuasaan Allah di alam raya ini. Sains bukan dimaksudkan untuk sains
itu sendiri, melainkan merupakan kebutuhan hidup dan akal yang meliputi petunjuk
keimanan dalam dimensi-dimensi baru. Sains akan melihat fenomena alam sebagai ayat
yang berbicara mengenai kekuasaan serta keesaan Allah.
Salah satu fenomena alam yang sedang hangat dibicarakan adalah fenomena polusi
lingkungan. Polusi lingkungan yang dimaksud adalah Global warming atau pemanasan

global merupakan kata-kata yang sering terdengar saat ini. Di koran, televisi bahkan
sampai aksi simpatik dijalanan juga meberitakan mengenai pemanasan global.
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan bumi. Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat. Para
ilmuan menganggap bahwa pemanasan ini disebabkan berbagai aktifitas manusia.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara,
minyak bumi, dan gas alam. Bahan tersebut melepaskan karbondioksida, dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. (Al Gore, 1994)
Terjadinya global warming atau pemanasan global dan climate challange atau
polusi lingkungan menyebabkan ketidakseimbangan alam semesta. Banjir, longsor, gempa
bumi, angin kencang, gelombang pasang, cuaca buruk, perlu direrenungkan dan
dirumuskan kembali mengenai hubungan manusia dengan alam semesta. Menurut Al Gore
(1994), makin dalam saya mencari penyebab krisis lingkungan hidup global, saya makin
yakin bahwa hal tersebut adalah manifestasi bagian luar dari sebuah krisis tersembunyi
yang bersifat spiritual.
Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengindikasikan,
antara tahun 1970 hingga 2004, telah terjadi kenaikan suhu rata-rata tahunan antara 0,2
derajat celcius hingga 1 derajat celcius. Kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5 derajat
celcius hingga 2,5 derajat celcius, di samping menyebabkan udara makin panas, juga akan
menyebabkan kepunahan 20 persen hingga 30 persen spesies tanaman dan hewan. Suhu
yang panas juga mempengaruhi produktivitas pertanian di daerah tropis seperti Asia dan
Afrika. Diperkirakan stok pangan akan mengalami penurunan dan hal ini akan
meningkatkan risiko bencana kelaparan. Rahmawati Husein, Islam dan Perubahan Iklim,
artikel diakses dari http://www.muhammadiyah.or.id/.
Dampak lain adalah air laut akan naik. Pemanasan global merupakan salah satu ayat
dari beberapa ayat kauniyah yang harus dibaca dan ditafsirkan. Untuk itu perlu
mengkajinya secara universal antara ayat-ayat kauniyah sebagai kitab pengamatan dan
penelitian (kitab manzur) dengan ayat-ayat Quraniyah sebagai kitab bacaan (kitab maqru).
Lantas adakah pemanasan global di dalam al-Quran?

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana isi kandungan alquran surat ar-ruum ayat 41 dan surat al-araaf ayat 85
tentang polusi lingkungan atau Global Warming.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan
1. Untuk mengetahui isi kandungan surat ar-ruum ayat 41 dan al-araaf ayat 85
dengan menggunakan metode tafsir maudhui.
2. Untuk mengetahui hubungan antara isi kandungan Al-quran dengan ilmu sains.

Manfaat
1. Dengan kita mengetahui isi kandungan Al Quran, maka dapat menambah rasa
keimanan kita terhadap ciptaan Allah.
2. Diharapkan kita dapat menjaga dan melestarikan lingkungan hidup di muka
bumi ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 POLUSI LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN


Secara definitif penulis tidak menemukan term pemanasan global
(global warming) di dalam al-Quran, namun demikian jika pemanasan
global di lihat sebagai salah satu bentuk kerusakan alam, ada beberapa
indikasi yang menuju ke arah situ. Salah satu term yang menunjukan
kerusakan alam adalah kata fasad (yang berarti rusak). Hal ini seperti
yang terungkap dalam Al Quran surat Ar-Ruum ayat 41.

Artinya :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya
fasd itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan,

dapat juga berarti bahwa darat dan laut sendiri telah mengalami
kerusakan, ketidakseimbangan serta kekurangan manfaat. Laut telah
tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut berkurang. Daratan semakin
panas

sehingga

terjadi

kemarau

panjang.

Alhasil,

keseimbangan

lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama


kontemporer memaharni ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan
lingkungan.
Makna al-fasad pada ayat di atas bersifat am (umum). Ini berarti
bahwa segala kerusakan bumi baik di darat maupun di laut dalam
berbagi bentuknya dapat disebut sebagai al-fasad. Kerusakan di darat
misalnya, seperti longsor, gempa, banjir dan sejenisnya bisa dikatakan
sebagai al-fasad fi al-ardh. Berdasarkan ayat ini, maka global warming
merupakan salah satu bentuk al-fasad yang disebabkan oleh perbuatan
manusia. Kerusakan lingkungan sebagai pemicu terjadinya pemanasan
global dan perubahan iklim diungkapkan oleh al-Quran dengan
ungkapan dhahar al-fasd fi al-ardhi wa al-bahri dimana titik berat dari
pernyataan tersebut adalah kata fasad. Dan manusia adalah faktor
dominan atas terjadinya pemanasan global (bim kasabat ayd al-ns).
Kata ( ) al-fasd menurut al-Ashfahany, seperti yang dikutip
oleh M.Quraish Shihab dalam Tafsirnya al-Misbah adalah keluarnya
sesuatu dari keseimbangan, baik sedikit maupun banyak. Kata ini
digunakan untuk menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal

lain. Ia juga diartikan sebagai antonim dari kata ( ) ash-shalh yang


berarti manfaat atau berguna.
Kata ( )zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu di permukaan bumi,
baik sedikit maupun banyak. Sehingga, karena dia di permukaan, maka menjadi nampak
dan terang serta diketahul dengan jelas. Lawannya adalah ( )bathana yang berarti
tejadinya sesuatu diperut bumi, sehingga tidak nampak. Kata zhahara pada ayat di atas
dalam arti banyak dan tersebar. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h . 76
Kalau kita merujuk kepada al-Quran, ditemukan sekian banyak ayat yang
membicarakan tentang aneka kerusakan dan dalam konteks uraian tentang al-fasd, antara
lain: (QS. al-Baqarah [2]: 205). Dalam QS. a1-Midah [5]: 32, pembunuhan, perampokan
dan gangguan keamanan, dinilai sebagai fasd. Sedang QS. al-Arf [71]: 85, menilai
pengurangan takaran, timbangan dan hak-hak manusia adalah fasd. Dan masih banyak
yang lain. Misalnva QS. al-Imrn [3]: 63, al-Anfl [81: 73, Hud [11]: 116, an-Nis [27]:
34, Ghfir [40]: 26, al-Fajr [89]: 12, dan lain-lain.
Penggunaan kata fasd di dalam al-Quran yang berarti kerusakan sering dirangkai
dengan kata ishlh yang berarti perbaikan. Di dalam surat al-Arf ayat 56, dengan
memperhatikan kata fasd dan kata ishlh, Allah menjelaskan tentang perilaku buruk
manusia terhadap lingkungan atau alam semesta.

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan

harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yanssg berbuat baik. (al-Araf: 56)
Dengan metode yang sama, memperhatikan kata fasd dan kata ishlh di dalam
surat al-Syura ayat 150 -152 Allah swt memerintahkan atau mewajibkan untuk bertakwa
dan taat kepada-Nya serta tidak boleh mentaati perintah orang-orang yang melampaui
batas, Thahir Ibn Asyur berpendapat bahwa kata yushlihn pada ayat di atas untuk
mengisyaratkan bahwa mereka sama sekali tidak melakukan sesuatu kecuali perusakan.
Ayat ini menurutnya bagaikan berkata: Mereka itu tidak melakukan sesuatu di permukaan
bumi kecuali perusakan.
Menurut Quraish Shihab, hal itu akan jelas setelah memperhatikan dua macam
penggunaan kata yang berakar sama dengan kata yushlihn yang digunakan ayat ini. Jika
kita menemukan sesuatu yang baik, yang memenuhi nilai-nilainya, lalu kita
memeliharanya sehingga nilai-nilai itu langgeng, maka ketika itu kita melakukan shalah.
Sedang bila kita menemukannya dalam keadaan rusak lalu kita memperbaikinya sehingga
ia menjadi baik dan bermanfaat sebagaimana semula, maka kita melakukan apa yang
dinamai ishlh. Selanjutnya jika kita menemukan sesuatu yang telah memenuhi nilainilainya, lalu kita memberi nilai tambah kepadanya sehingga manfaatnya lebih besar dari
sebelumnya, maka ini pun dinamai ishlh.
Ayat ini menunjukan larangan untuk berbuat kerusakan atau tidak
bermanfaat dalam bentuk apa pun, baik menyangkut perilaku, seperti
merusak,

membunuh,

mencemari

sungai,

dan

lain-lain.

Maupun

menyangkut akidah, seperti kemusyrikan, kekufuran dan segala bentuk


kemaksiatan. Akan tetapi term islah6 di sini, sebagai poros yang
belawanan dari fasd, menurut ulama menyangkut persoalan akidah
bukan fisik. Artinya Allah telah memperbaiki bumi ini dengan mengutus
Rasul-Nya menurunkan al-Quran dan penetapan syariah. Melihat hal
ini, terjadinya kerusakan mental akan menjadi sebab terjadinya
kerusakan fisik.
Pemanasan global sebagai bencana ekologi juga diakibatkan karena adanya
eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang. Hal

ini sesuai dengan aturan Islam yang menyatakan bahwa alam diciptakan sesuai dengan
kadarnya.
Ayat-ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa manusia diciptakan Allah untuk
menjaga, mengelola atau memanfaatkan dan memakmurkan bumi dengan beragam
kekayaan sumber daya alam yang ada tanpa melakukan eksploitasi atau perusakan.
Manusia harus selalu diingatkan dan disadarkan bahwa ketetapan dan hukum Tuhan, baik
yang tersurat dalam al-Quran maupun yang ada di alam semesta ini, tidak mungkin keliru
atau spekulatif. Sayangnya, manusia tidak cukup tergugah kalau hanya diingatkan secara
verbal dan visual. Sebagai contoh, ketika melihat keindahan alam semesta dan kekayaan
sumber dayanya, hasrat untuk menguasai dan nafsu untuk mengeksploitasinya lebih
dominan ketimbang nalar sehat untuk merawat dan mendayagunakannya secara
bertanggung jawab.
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemanasan global merupakan salah satu bentuk fasad (kerusakan) yang
dapat menggangu keseimbangan ekologi akibat ulah manusia (bim
kasabat ayd al-ns) yang tidak bertanggung jawab. Karena dampaknya
yang bersifat destruktif begitu besar terhadap kelangsungan hidup,
maka hal ini harus segera dihentikan.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tentu harus dapat
menjawab tantangan itu. Dapatkah umat memperbaiki diri, memberikan
keteladanan dan kepeloporan. Pemanasan global merupakan wacana
penting karena berhubungan langsung dengan prilaku manusia dan
kualitas hidupnya, termasuk gaya hidup dan peradabanya.
Oleh karena itu Islam diharapkan tampil untuk menjawab dan
menyelamatkan bumi, karena ajaran Islam terhadap fitrah bumi itu
sendiri. Kefitrahan nilai-nilai universal pengelolaan bumi terkandung di
dalam al-Quran.
Manusia bekerja dengan tujuan mencapai pemenuhan terhadap
garis-garis fitrah yang telah dirumuskan Allah dalam wahyunya. Karena
itulah al-Quran merupakan rahmat yang besar yang dapat dijadikan

prinsip untuk menaggulangi bahaya pemanasan global, karena fitrah alQuran adalah untuk mengatur tatanan hidup di bumi.
Pemanasan global telah memberikan dampak yang serius bagi
alam dan kelangsungan hidup manusia di atas bumi. Solusi untuk
mencegah bahaya pemanasan global tidaklah cukup hanya dengan
sains dan teknologi semata. Namun perlu pendekatan lain yang lebih
fundamental dan mengakar.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kerusakan lingkungan
sebagai pemicu terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim
secara tidak langsung diungkap oleh al-Quran dengan ungkapan dhahar
al-fasd fi al-ardhi wa al-bahri dimana titik berat dari pernyataan tersebut
adalah kata fasd. term fasd tampaknya term yang mendekati atau bisa
dijadikan dasar untuk mengurai pemanasan global dalam al-Quran.
Menurut

penulis,

berdasar

uraian

ayat-ayat

al-Quran

ada

beberapa solusi yang ditawarkan al-Quran untuk mengatasi pemanasan


global yaitu iman dan takwa, tidak melampaui batas, sadar lingkungan
dan pengelolaan yang berkelanjutan.
Pelaku yang menyebabkan polusi lingkungan adalah manusia-manusia itu sendiri
yang hanya bisa menjadi konsumen terhadap sumber daya alam dan untuk memenuhi
selera konsumtifnya mereka berlomba-lomba mendirikan pabrik-pabrik, industri-industri
tanpa banyak memperhatikan kelestarian lingkungan. Sehingga sangat wajar bila kemudian
terjadi berbagai macam musibah bencana alam yang menimpa seluruh masyarakat di dunia
ini. Hal ini memang telah digariskan Allah di dalam Al-Quran: yang artinya
Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu).(QS. Al-Syura: 30).
Sebagai contoh sederhana, kita makan dengan sambal yang sangat pedas dan
berlebihan, lantas sakit perut tentu saja itu disebabkan kesalahan kita akibat makan sambal
berlebihan. Demikian pula perubahan iklim dan pemanasan global akibat terbukanya
lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi dari sinar-sinar jahat matahari (ultraviolet).

Pencemaran (polusi) udara merupakan salah satu penyebabnya. Polusi ini sudah dimulai
sejak manusia menggunakan api untuk membuka lahan pertanian, memanaskan serta
memasak dan semakin besar permasalahannya ketika dimulainya Revolusi Industri abad
ke-18 dan ke-19. Ditambah kebutuhan terhadap alat transportasi yang semakin tinggi yang
merupakan salah satu penyumbang terbesar polusi udara.(Purwanto, 2008: 18).
Polusi udara berupa gas SO2 (Sulfur Dioksida) dan oksida-oksida nitrogen
bersenyawa dengan uap air menghasilkan asam sulfur dan asam nitrogen. Asam-asam ini
jatuh ke tanah bersama air hujan atau salju, sehingga kemudian dikenal dengan hujan
asam. (Purwanto, 2008:22). Hujan asam ini menyebabkan kematian organisme air sungai
dan danau serta kerusakan hutan dan bangunan. Keadaan ini telah disebutkan Rasulullah
saw. di dalam Haditsnya sebagai tanda akhir zaman:

Kebinasaan adalah segala sesuatu yang jelas merusak berasal dari hujan, salju,
belalang, angin atau kebakaran. (HR. Abu Daud, Juz 9 no. 3011).
Dan sabda Nabi saw.:





Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kiamat bukanlah
karena tidak ada hujan, tetapi kiamat adalah ketika langit menurunkan hujan tetapi bumi
tidak menumbuhkan sesuatu apapun. (HR. Ahmad, Juz 17 no. 8155).

2.2 POLUSI LINGKUNGAN MENURUT PERSPEKTIF SAINS

Sumber energi yang terdapat di Bumi semuanya berasal dari Matahari. Ketika
energi matahari mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi. Permukaan bumi kemudian akan menyerap sebagian panas matahari
dan memantulkan kembali sisanya. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida,
dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi cahaya matahari. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulangulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut
berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
(John, 1995)
Efek rumah kaca sebenarnya sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang
ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur
rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 C (59 F) dengan
efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di
atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya. Perubahan iklim akibat pemanasan global
(global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat
penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat
diperbarui).
Menurut Al Gore (1994) Terjadinya pemanasan global disebabkan karena
meningkatnya kadar CO2. Adapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar CO 2
yaitu bertambahnya emisi CO2 dan berkurangnya absorber. Pemanasan pada awalnya akan

menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air
di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca
yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO 2 sendiri. (Walaupun
umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara
hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan
balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO 2 memiliki usia yang
panjang di atmosfer.
R. Saeful Ashadi mengatakan, global warming adalah korban peradaban modern.
Kehidupan modern yang sarat akan penggunaan teknologi, menyerap pemanfaatan bahanbahan alami untuk meghasilkan berbagai produk dan menuntut besarnya penggunaan
bahan bakar untuk menunjang aktivitas produksi tersebut. Ketika pemanfaatan bahanbahan alami dan penggunaan bahan bakar yang juga bersumber dari alam ini kemudian
dieksploitasi secara tak terkendali serta mengabaikan proses pembaruannya, maka akan
menyebabkan krisis ekologis dan energi.

2.1 POLUSI LINGKUNGAN


Bumi kita satu, tempat semua manusia hidup, berkembang, dan menciptakan
peradaban. Saat ini masyarakat sedikit banyaknya sudah mulai tergugah dan sadar untuk
memberikan perhatian lebih kepada bumi sebagai alam lingkunganya. Masyarakat
tersadarkan karena pada akhir-akhir ini bencana alam kerap kali menyapa mereka. Diantara
bencana itu misalnya; tsunami, gempa bumi, banjir, hujan asam, puting beliung, dan
berbagi macam bencana lainya.
Bencana global tersebut adalah terjadinya perubahan iklim (climate change) yang
disebabkan oleh pemanasan global (global warming). Pemanasan global adalah fenomena
naiknya suhu14 permukaan bumi yang prosesnya disebut sebagai efek rumah kaca. Jika

dianalogikan, efek rumah kaca itu ibarat mobil yang diparkir di tempat yang langsung
terkena sinar matahari (semua jendelanya tetutup). Sinar matahari akan menembus kaca
mobil, dan di dalam mobil sinar itu berubah menjadi panas. Panas tersebut tidak dapat
keluar karena tertahan oleh kaca sehingga suhu di dalam mobil naik. (Ulfah, 2008:140)
Global warming merupakan istilah yang menunjukkan peningkatan suhu rata-rata
udara permukaan bumi dan lautan. Suhu udara rata-rata permukaan bumi meningkat
0.740 0.180 C dalam 100 tahun terakhir. Suhu global cenderung meningkat sebesar
1.10 sampai 6.40 C antara tahun 1990 dan 2100. (Bruce Mitchell, 2000:24). Artinya,
bencana tersebut sudah di ambang pintu alias di depan mata. Diperkirakan 30 tahun
mendatang air laut naik 10 meter dan akan sanggup menenggelamkan demikian banyak
wilayah di Indonesia, bahkan dunia. Jika peristiwa itu benar terjadi, sama artinya tragedi
bagi umat manusia di bumi.
Penyebab utama global warming adalah tingginya level greenhouse gases (gas-gas
rumah kaca), terutama CO2 (karbondioksida) dan metana di atmosfer akibat aktifitas
manusia, seperti tingginya laju pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, solar, dan
lainnyadan perubahan fungsi lahan terutama deforestasi (penebangan hutan). (Achmad
Baiquni, 1995:99).
Global warming telah terbukti memiliki dampak yang sangat luas pada kehidupan
manusia. Tejadinya berbagai bencana alam, seperti gelombang panas, badai tropis, banjir,
tsunami, atau kekeringan berkepanjangan yang melanda beberapa negara beberapa tahun
terakhir ini ditengarai merupakan efek dari Global Warming.
Menurut John (1995) Dalam keadaan normal gas rumah kaca dibutuhkan. Sebab
tanpa adanya gas rumah kaca, suhu rata-rata bumi hanyalah -180C, terlalu dingin bagi
kehidupan makhluk hidup. Dengan adanya gas rumah kaca, suhu rata-rata bumi menjadi
+150C, cocok bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Masalahnya sekarang adalah, baik
kadar maupun jenisnya, gas rumah kaca (selanjutnya ditulis GRK) intensitasnya terus
meningkat. Jika kecenderungan kenaikan kadar GRK terus berlanjut seperti sekarang,
diperkirakan suhu permukaan bumi akan meningkat 1,5 sampai dengan 4,5 C pada akhir
0

abad yang akan datang.


Gas yang paling dominan dalam meningkatkan efek rumah kaca adalah karbon
dioksida (CO2). Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur
dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2) serta beberapa

senyawa organik seperti gas metana (CH 4) dan kholro-fluoro karbon (CFC). Gas-gas
tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca dan disebut
sebagai gas rumah kaca.
Gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi gelombangpendek atau cahaya Matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombangpanjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas sehingga suhu
atmosfer bumi makin meningkat. Bumi yang diliputi gas-gas tersebut bagaikan di dalam
rumah kaca yang selalu lebih panas dibanding suhu udara di luarnya. Oleh karena itu, gasgas tersebut dinamakan gas rumah kaca (GRK) dan pengaruh yang ditimbulkannya dikenal
dengan nama efek rumah kaca yang selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan
perubahan iklim. (Rukaiseh, 2004:3)
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan
yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca
yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global
yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.
Gegap-gempita penyelamatan alam semesta sudah dimulai sejak KTT Bumi di Rio
de Janeiro, Juni 1992. Tercatat 154 kepala negara menyepakati hasil Konvensi Perubahan
Iklim (Convention on Climate Change) yang mulai diberlakukan pada 1994. Langkah terus
berlanjut dengan disetujuinya Protokol Kyoto I dan II, dimana negara-negara industri yang
merupakan agen terbesar terjadinya global warming harus menurunkan secara sistematis
emisi CO2 dan gas rumah kaca. (Kompas, 18 Januari 2001. Hal. 8, 18).
Kampanye selanjutnya berlangsung di Bali, Indonesia pada 3 14 Desember 2007.
Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah dalam kegiatan tersebut merupakan suatu hal
yang menarik. Mengingat Indonesia merupakan paru-paru dunia yang memiliki luas hutan
terbesar di dunia sehingga tidak hanya untuk Indonesia sendiri, namun negara-negara lain
pun memiliki kepentingan terhadap kelestarian hutan yang ada di Indonesia.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang polusi lingkungan atau
Global Warming dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai-nilai dasar sebagai solusi al-Quran terhadap pemanasan global tersebar dalam
berbagai ayat. Akar krisis ekologi bersifat aksiomatik dan multi dimesi, yakni terletak
pada kepercayaan dan struktur nilai yang membentuk hubungan manusia dengan alam,
dengan yang lain, dan dengan gaya hidup manusia. Selama perspektif ini tidak dirubah
dan kita tidak memberikan upaya pada dimesi spritual lingkungan, tidak akan banyak
harapan untuk mengembangkan lingkungan hidup. Manusia harus kembali pada akar
spiritualnya. Hanya dengan pendekatan inilah penanggulangan Pemanasan global bisa
diatasi. Inilah nilai penting untuk kembali kepada keimanan dan ketakwaan.
2.

Polusi udara berupa gas SO2 (Sulfur Dioksida) dan oksida-oksida nitrogen bersenyawa
dengan uap air menghasilkan asam sulfur dan asam nitrogen. Asam-asam ini jatuh ke
tanah bersama air hujan atau salju, sehingga kemudian dikenal dengan hujan asam.
(Purwanto, 2008:22). Hujan asam ini menyebabkan kematian organisme air sungai dan
danau serta kerusakan hutan dan bangunan. tanpa nilai-nilai standar tersebut, manusia
cenderung melihat kebenaran menurut hawa nafsu, atau cara pandangnya sendiri.
Kecenderungan manusia dengan super ego yang dimilikinya cenderung eksploitatif
terhadap alam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad, Fuad. 2006. Dimensi Sains Al-Quran: Menggali Ilmu Pengetahuan Dari AlQuran. Solo: Tiga Serangkai.
Al Gore. 1994. Bumi Dalam Keseimbangan; Ekologi Dan Semangat Manusia.Penerjemah
Hira Jhamtani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ulfah Utami. 2008. Konservasi Sumber Daya Alam: Perspektif Islam dan Sains. Malang:
UIN Malang Press.
Mitchell, Bruce. dkk. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Purwanto, Awas Banjir, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2008.
Baiquni, Achmad. 1996. Al-Quran, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa.
John Firor. 1995. Perubahan Atmosfer: Sebuah Tantangan Global. Terj. Yuliani Lipoto.
Bandung: Rosda Jaya Putra.
Shihab, M. Quraish. 1997. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.
---------, 2002. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Jakarta: Lentera
Hati.
Rukaesih Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Sijistani, Abu Daud Sulaiman ibn Al-Asyats Al-. Sunan Abi Dawud, Juz 9, Beirut:
Maktabh Al-Ashriyah, tth.
Hanbal, Ahmad ibn. Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz 17, Al-Maktab Al-Islami, 1985.
Email Bapak : Mustanir_yahya@yahoo.com
Ayat dan di bahas permakna kata, lebih di utamakan ayat dulu1

Anda mungkin juga menyukai