Anda di halaman 1dari 10

Pengenalan dan penanganan akibat komplikasi

Beberapa komplikasi yang akan dibicarakan di bawah ini adalah semata-mata disebabkan
oleh trauma (akibat cedera awal) atau karena iatrogenic akibat pengobatan fraktur yang tidak
sesuai.
Penanganan trauma dilakukan secara hati-hati dan tekun dengan memperhatikan adanya
fraktur atau komplikasi yang menyertai. Harus diperhatikan keluhan penderita, pemeriksaan
klinik secara kontinu, menilai hasil laboratorium yang ditemukan dan bila perlu dilaukan juga
pemeriksaan khusus.
Komplikasi menurut waktu disesuaikan dengna lokalisasi
A. Komplikasi segera
a. Komplikasi local
i. Komplikasi pada kulit
Kulit mengalami aberasi (friction burn) yang disertai partikel atau benda
asing kotor dan masuk sampai ke dermis. Bila terjadi aberasi seperti ini
harus dibersihkan secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya
kerusakan yang menyebabkan timbulnya pigmentasi residual pada proses
re-epitelisasi.
Pembengkakan yang luas akibat fraktur anggota gerak dapat menarik kulit
sehingga sirkulasi ke superficial lebih banyak dan menimbulkan lepuh.
Selama pengobatan fraktur, kulit secara konstan ditekan antara permukaan
sisi luar dan menderita ulkus dekubitus, khususnya pada sacrum dan tumit.
Selain itu penekanan local dengan plaster of Paris pada kulit dapat
menyebabkan ulkus gips. Komplikasi iatrogenic ini dapat diatasi dengan
melakukan skin grafting.
ii. Komplikasi vascular
1. Komplikasi arterial (trauma pada arteri besar)
Pembuluha darah kecil dapat robek saat terjadi fraktur, tetapi hal
ini jarang terjadi pada pembuluh darah besar. Walaupun begitu,
komplikasi terhadap trauma dapat menyebabkan sequel berupa

oklusi arteri yang persisten. Arteri besar mudah rusak oleh trauma
yang diserta fraktur dan dislokasi.

Trauma arteri

Terputusnya arteri
Suatu arteri besar dapat terputus secara total atau tidak total
oleh fragmen fraktur yang tajam dari dalam, terjadi secara
tiba-tiba atau oleh benda yang menyebabkan penetrasi di
dalam jaringan yang berasal dari luar. Robekan arteri yang
total biasanya beretraksi dan menghentikan perdarahan
secara spontan, sedangkan robekan yang tidak total
cenderung menyebabkan perdarahan, sehingga ditemukan
hematoma local dan iskemik. Robekan arteri tidak total
dapat mengakibatkan hematoma pulsasi (aneurisma palsu).

Spasme arteri
Spasme menetap pada arteri yang disertai oklusi dapat
terjadi akibat traksi berat dan tiba-tiba pada arteri besar,
pada saat fraktur atau pada waktu saat pengobatan fraktur.
Walaupun arteri tidak terputus, biasanya ditemukan
robekan pada intima yang menyebabkan thrombosis.
Spasme

arteri

sekunder

dapat

memisahkan

bagian

proksimal dan distal arteri kolateral yang mengakibatkan


iskemij yang luas pada bagian distal.

Penekanan arteri
Penekanan arteri dapat disebabkan secara iatrogenic akibat
lilitan gips/pembalut eksterna yang terlalu kuat dan
pembengkaan progresif pada permukaan dalam yang
tertutup. Kadang-kadang arteri besar dapat terjerat dan
tertekan di antara dua fragmen fraktur.

Thrombosis arteri
Setelah trauma arteri yang menyebabkan oklusi persisten,
dapat terjadi sequel berupa thrombosis. Arteriosklerosis
terjadi karena kerusakan akibat thrombosis arteri pasca
trauma.

Pengenalan komplikasi arteri


Perdarahan eksterna suatu robekan arteri dapat terlihat secara jelas,
sedangkan perdarahan interna hanya berupa pembengkakan loal
yang progresif. Gejala oklusi arteri yang total pada anggota gerak
berupa kulit yang pucat pada bagian distal, dingin, hilangnya
denyut arteri dan bintik-bintik serta warna hitam pada kulit yang
menunjukkan adanya ganggren. Oklusi arteri dapat dideteksi
dengan bantuan arteriografi. Oklusi arteri yang tidak total misalnya
pada penjeitan vena kompartemen pada fasia,menjepit arteri yang
dalam tapi arteri superficial tidak terjepit dan mengakibatkan
iskemi sarafdan otot (iskemi Volkmann). Oleh karena itu iskemi
Volkmann diserta nyeri dan iskemi otot, hilangnya sirkulasi
perifer, kulit dingin dan pucat, pembengkakan yang luas serta
gangguan fungsi saraf periferberupa parestesia, hipestesia dan
paralisis.
Gambaran klinis iskemi Volkmann berupa nyeri, hinganya
denyutan. Pucat, parestesia dan paralisis. Ketegangan pasif otot
iskemik misalnya ekstensi pasif jari-jari yang akan memperberat
nyeri. Anelgetik sebaiknya tidak diberikan pada nyeri setelah
reduksi fraktur karena dapat mengaburkan adanya iskemik
Volkmann.
Pengobatan komplikasi arteri
Oklusi suatu arteri besar memerlukan suatu operasi darurat dalam
beberapa jam sejak terjadinya trauma bersama-sama dengan

iskemik yang bersifat irreversible. Komplikasi pada pembuluh


darah memerlukan pengobatan yang segera.
Urutan pengobatan diatur sebagai berikut :

Setiap penjepitan arteri akibat lilitan pembalut yang terlalu


ketat harus dibuka (pembalut jangan hanya dipotong).

Setiap distorsi pada fraktur anggota gerak atau posisi ekstrim


dekat persendian harus dikurangi.

Bila fraktur diobati dengan traksi kontinu, seluruh traksi haus


dikurangi.

Jika gagal untuk memulihkan sirkulasi perifer yang adekuat


dapat dilakukam arteriografi darurat dan bila tidak ada
kemajuan dalam 30 menit, maka harus dilakukam eksplorasi
arteri. Pada operasi, jika arteri telah dibuka harus diperbaiki
dengan

melakukan

teknik

jahitan

langsung.

Jika

memungkinkan dapat dilakukan vena graft autogeneus atau


protesis arteri. Pembuluh vena besar harus diperbaiki.
Thrombus pada arteri harus dihilangkan dan jika arteri
mengalami memar atau robekan pada intima harus dilakukan
pemotongan pada pembuluh darah yang rusak dan dipulihkan
dengan teknik jahitan langsung, graft vena atau protesis.
Spasme arteri yang persisten lebih sulit dihilangkan, jika
aplikasi local pada papaverin hangat tidak mengurangi spasme,
maka bagian yang mengalami konstriksi dapat didilatasi
dengan injeksi intra-arterila NaCl fisiologis dan proksimal.
Sebagai pertolongan, pemotongan dan pengikatan ujung arteri
dan kolateralnya akan memulihkan sirkulasi distal terutama
pada anak-anak.
Setelah pengobatan sirkulasi vaskuler, maka perlu dilakukan
fiksasi interna pada fraktur untuk mencegah pergerakan pada
daerah arteri yang mengalami trauma.

Sequele dari komplikasi arteri

Ganggren
Iskemia total yang persisten pada bagian distal suatu lesi
arteri dapat menyebabkan nekrosis jaringan termasuk kulit
(ganggren). Jaringan yang mengalami iskemik akan
menjadi mumi dan kulit berwarna hitam. Kompliasi ini
bersifat irreversible dan memerlukan tindakan amputasi di
atas jaringan yang masih hidup.

Kontraktur iskemik Volkmann


Oklusi persisten arteri yang letaknya lebih dalam selama 6
jam atau lebih menyebabkan iskemia dan akhirnya nekrosis
otot dan saraf. Otot yang nekrosis digantikan oleh jaringan
parut

fibrosa

yang

menyebabkan

pemendekan

otot

(kontraktur). Reseksi otot dan saraf yang mengalami


iskemik Volkmann bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontraktur. Yang terpenting pada iskemik Volkmann
adalah pencegahan dan apabila terjadi harus ditangani sejak
awal, sehingga kelainan dapat dipulihkan.

Claudicatio intermitten
Pada ganggren atau kontraktur iskemik Volkmann bahkan
pada lesi arteri yang tidak begitu luas, bila tidak ditangani
dengan baik maka dapat terjadi sequele berupa iskemia
yang relative persisten termasuk nyeri, yang terlihat bila
ada aktifitas otot dan pulih dengan istirahat (claudicatio
intermitten). Sebagai tambahan dapat terjadi kelemahan
otot yang persisten, kekuatan dan rasa dingin pada anggota
gerak.

Gas Ganggren
Gas ganggren merupakan komplikasi yang serius tapi
kelainan ini disebabkan oleh bakteri anaerob (Clostridium

welchii) yang menghasilkan gas dan edema yang bersifat


progresif pada jaringan.darah segera membeku akibat gas
ganggren.
Setelah fase inkubasi 24-48 jam pemderita merasa nyeri
local dan merasa sangant sakit. Ditemukan bau khas berupa
bau busuk yang dihasilkan oleh gas ganggren. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan krepitasi pada jaringan lunak
yang menunjukkan adanya gas yang \dapat dideteksi
dengan pemeriksaan radiologis. Luka harus segera dibuka
dan dilakukan debridement. Penderita diberi antibiotic
sistemik, biasanya golongan penisislin dan tetrasiklin.
Dapat pula diberikan oksigen hiperbarik selama 2-4 periode
yang biasanya memberikan hasil yang baik.

2. Komplikasi vena
Trauma pada vena besar dibagi atas total dan tidak total yang
disebabkan oleh trauma dari luar akibat pergeseran fragmen fraktur
atau dari luar penetrasi benda asing dari luar. Trauma pada vena
besar dapat diperbaiki dengan cara operasi untuk mencegah
terjadinya sequel akibat terjadinya kongesti vena distal yang
permanen.

Thrombosis vena dan emboli paru


Vena pada anggota gerak bawah dan panggul lebih peka daripada
anggota gerak atas terhadap thrombosis akibat fraktur. Vena orang
dewasa lebih peka daripada anak-anak. Factor utama terjadinya
percepatan thrombosis adalah adanya vena yang stasis oleh karena
penekanan vena local pada posisi baring atau akibat balutan plaster
of Paris yang terlalu kuat.
Vena yang stasis diperburuk oleh otot yang tidak aktif yang dalam
keadaan normal mempunyai pompa balik. Setelah suatu fraktur,

vena mengalami flebotrombosis yang berbeda dengan thrombosis


akibat inflamasi (flebo-flebitis). Thrombus yang tidak melekat erat
pada

dinding

vena

akan

terlepas,

masuk

ke

paru-paru

menyebabkan terjadinya emboli paru. Kira-kira separuh emboli


paru berasal dari thrombosis yang tidak terdeteksi (silent
thrombosis).
Diagnosis
Bila terjadi thrombosis pada vena betis, keluhan berupa nyeri local
pada garis tengah posterior betis disertai pembengkakan bagian
distal akibat adanya kongesti. Dorsofleksi pasif pada pergelangan
kaki akan memberikan rasa nyeri yang lebih hebat (tanda Homan).
Bila thrombosis terjadi lebih tinggi maka seluruh anggota gerak
bawah membangkak. Venogram dapat membantu menentukan
letak thrombosis.
Komplikasi emboli paru bermacam-macam.
B Komplikasi awal
1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak
kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias
menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke
jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis
dan vertebra.
2. Sindrom emboli lemak
Pada saat

terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam

pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien
akan memobilisasi asam lemak dan
lemak pada aliran darah.

memudahkan terjasinya globula

3. Sindroma Kompartement
Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot
kurang dari

yang

dibutuhkan

untuk kehidupan jaringan. Ini bisa

disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia


yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang
menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau
perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan
cidera remuk).
4. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada
nadi, CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

5. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi biasa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
6. Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali
dengan adanya Volkmans Ischemia

C. Komplikasi lanjut
1. Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion

merupakan

penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan


perubahan bentuk deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan
dan reimobilisasi yang baik.
2. Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union
merupakankegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
suplai darah ke tulang.
3. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis.
disebabkan karena aliran darah yang kurang

Ini juga

Anda mungkin juga menyukai