Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN RSAL MINTOHARDJO



Smith-Magenis Syndrome


Oleh
Vanny Mahesa Putri




DEPARTEMEN ANAK PROGRAM PROFESI DOKTER
KEPANITERAAN DASAR
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas referat dalam Kepaniteraan Dasar Ilmu
Kesehatan Anak di RSAL Mintohardjo, mengenai Smith-Magenis Syndrome.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada dr. JB. Lengkong, Sp.A sebagai dokter pembimbing Kepaniteraan Dasar Ilmu
Kesehatan Anak..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan dapat membantu teman sejawat serta para
pembaca pada umumnya dalam memahami Smith-Magenis Syndrome.




Jakarta, 7 November 2013








BAB I
PENDAHULUAN

Sindrom Smith-Magenis adalah kelainan yang menurunkan kemampuan intelektual
seseorang, membuat mereka sulit berbicara, dan mengalami masalah perilaku. Orang yang
terkena sindrom ini seringkali memiliki emosi yang meledak-ledak, baik berupa kemarahan,
tangisan, atau lainnya. Meski begitu kebanyakan dari mereka selalu memiliki kepribadian
yang hangat. Sindrom Smith Magenis biasanya tidak diwariskan. Kondisi ini biasanya terjadi
akibat perubahan genetik yang terjadi selama pembentukan sel-sel reproduksi (telur atau
sperma) atau dalam perkembangan awal janin. Paling sering, orang dengan sindrom Smith-
Magenis tidak memiliki riwayat dalam keluarga mereka.
Berdasarkan National Institute of Health, sindrom ini disebabkan oleh kelainan pada
kromosom yang cukup langka karena hanya terjadi pada satu dari 25.000 orang di dunia.
Peneliti percaya bahwa saat ini setidaknya satu dari 15.000 orang di dunia terkena penyakit
ini.
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, epidemiologi,
patogenesis, patofisiologi, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis, komplikasi
dan terapi dari Sindrom Smith Magenis.










BAB II
SMITH MAGENIS SYNDROME

DEFINISI
Sindrom Smith Magenis adalah kelainan genetik karena mikrodelesi atau kelainan
kromosom 17 yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan dalam intelektual dari ringan
sampai berat, kemampuan berbicara dan bahasa yang terlambat, memiliki wajah yang khas,
gangguan tidur, dan masalah dalam perilaku.

EPIDEMIOLOGI
Sindrom Smith Magenis ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1982 oleh Ann C.M.
Smith (konselor genetika) dan Ellen Magenis (seorang dokter dan ahli kromosom), sindrom
ini dihasilkan dari delesi pada kromosom 17, khususnya delesi pada kromosom 17p11.2.
Berdasarkan National Institute of Health, sindrom ini disebabkan oleh kelainan pada
kromosom yang cukup langka karena hanya terjadi pada satu dari 25.000 orang di dunia.
Peneliti percaya bahwa saat ini setidaknya satu dari 15.000 orang di dunia terkena penyakit
ini. Penyakit ini dapat mengenai neonatus sampai individu berusia 70 tahun. Jumlah laki-laki
dan perempuan yang terkena gangguan tersebut sama banyak.

ETIOLOGI
Sindrom Smith Magenis adalah sindrom mikrodelesi yang terjadi ketika ada bagian
kromosom yang hilang pada lengan pendek kromosom 17 ( 17p11.2 ). Sebagian besar
individu dengan sindrom Smith-Magenis memiliki delesi yang merupakan hasil dari
perubahan genetik baru secara spontan. Mutasi pada gen RAI 1 menyebabkan Sindroma
Smith Magenis.
Kromosom, yang terdapat di dalam inti sel manusia, membawa informasi genetik
untuk setiap individu. Sel-sel tubuh manusia biasanya memiliki 46 kromosom. Kromosom
manusia yang berpasangan diberi nomor dari 1 sampai 22 dan kromosom seks ditunjuk X dan
Y. Laki-laki memiliki satu X dan satu kromosom Y dan perempuan memiliki dua kromosom
X. Setiap kromosom memiliki lengan pendek yang ditunjuk "p" dan lengan panjang yang
ditunjuk "q". Kromosom pun dibagi menjadi banyak band yang diberi nomor, misalnya,
"kromosom 17p11.1" mengacu untuk band 11,2 pada lengan pendek kromosom 17. Band-
band bernomor menentukan lokasi dari ribuan gen yang terdapat pada setiap kromosom.

PATOGENESIS
Patogenesis pada sindrom Smith Magenis sampai sekarang belum ditemukan pasti
sebab insiden penyakit ini jarang ditemui.

MANIFESTASI KLINIS
Tanda
Kebanyakan orang dengan sindrom Smith-Magenis memiliki wajah luas yang
berbentuk persegi dengan mata cekung, pipi penuh, dan rahang bawah menonjol. Bagian
tengah wajah dan jembatan hidung tampak rata. Mulut cenderung berbelok ke bawah dengan
penuh, bibir atas melengkung ke luar. Perbedaan wajah bisa tidak terlihat pada anak usia dini,
tetapi mereka biasanya menjadi lebih khas mulai beranjak dewasa. Kelainan gigi juga dapat
terjadi pada sindrom ini.

Gejala
Pada bayi, sindrom Smith - Magenis ditandai dengan kesulitan makan, gagal tumbuh,
tonus otot buruk, tidur siang berlebihan dan letargi. Penampilan wajah khas menjadi lebih
nyata dengan usia. Karakteristik lain termasuk kelainan tulang kecil, perawakan pendek,
kelainan mata dan telinga, dan keterlambatan bicara. Rabun jauh (miopia) dan mata juling
(strabismus) sering terjadi pada anak-anak yang terkena sindroma ini. Suara sering serak dan
bernada rendah. Kelainan jantung dan ginjal kadang-kadang terjadi.
Keterlambatan perkembangan dan kecerdasan bervariasi tetapi biasanya terjadi
retardasi mental dari ringan hingga sedang. Kelainan perilaku yang terjadi meliputi gangguan
tidur, kecenderungan untuk membahayakan diri sendiri dan gerakan berulang (stereotypies).
Perilaku merusak diri sendiri mungkin termasuk membenturkan kepala, menggigit
pergelangan tangan, memasukkan benda asing ke dalam hidung dan telinga
(polyembolokoilamania), dan menarik kuku jari-jari dan/atau jari kaki (Onychotillomania).
Beberapa anak mungkin memiliki penurunan sensitivitas terhadap nyeri, rasa
terbakar, hilangnya rasa pada kaki (neuropati perifer), kehilangan massa otot di kaki
(amyotrophy), dan refleks tidak ada atau menurun.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa kromosom resolusi tinggi
Analisa kromosom resolusi tinggi merupakan pemeriksaan darah untuk mengevaluasi
adanya keterlambatan perkembangan atau kelainan kongenital.
2. FISH analysis
Jika analisis kromosom tidak meyakinkan, FISH (fluorescence in situ hybridization)
adalah tes pilihan untuk mengetahui adanya delesi pada sindrom ini karena tingkat
akurasi yang tinggi . Dalam analisis FISH, yang telah menjadi standar uji molekular,
denaturasi DNA (DNA diubah oleh suatu proses yang memisahkan untai gratis dalam
struktur heliks ganda DNA) disimpan di tempat dalam kromosom dan kemudian
dihibridisasi (campuran) dengan RNA atau DNA (diekstrak dari sumber lain).

DIAGNOSIS
Sindrom Smith Magenis didiagnosis dari tanda dan gejala yang menunjukkan
karakteristik dari sindroma ini, selain itu juga dideteksi dari penghapusan pada lengan pendek
kromosom 17 pada pita p11.2. Penghapusan ini dapat diamati setelah analisis kromosom rutin
dan dilakukannya FISH (flourescent in situ hybridization).

DIAGNOSIS BANDING
1. Sindrom Prader - Willi adalah kelainan genetik yang ditandai pada bayi dengan tonus
otot berkurang (hypotonia), kesulitan makan, dan kegagalan untuk tumbuh dan
menambah berat badan (gagal tumbuh). Di masa kecil, tampak perawakan pendek,
kelainan genital dan nafsu makan yang berlebihan. Semua individu dengan sindrom
Prader - Willi memiliki beberapa gangguan kognitif yang berkisar dari batas normal
dengan ketidakmampuan belajar sampai retardasi mental ringan. Gangguan perilaku
yang umum terjadi, antara lain cepat marah, perilaku obsesif / kompulsif, dan
mencabut kulit. Sindrom Prader - Willi terjadi ketika gen dalam bagian tertentu pada
kromosom 15 tidak berfungsi.
2. Williams syndrome adalah kelainan genetik langka yang ditandai dengan
keterlambatan pertumbuhan sebelum dan sesudah kelahiran, perawakan pendek,
berbagai tingkat defisiensi mental, dan kelainan wajah yang khas. Karakteristik dari
sindrom ini yaitu wajah bulat, pipi penuh, bibir tebal, mulut besar yang biasanya
terbuka, dan hidung yang lebar dengan lubang hidung yang mengembang ke depan.
Sindrom Williams diduga hasil dari delesi materi genetik dari gen yang berdekatan
dalam suatu bagian tertentu kromosom 7 ( 7q11.23 ).
3. Sindrom Fragile X adalah cacat kromosom X yang menyebabkan keterbelakangan
mental ringan. Gangguan terjadi lebih sering dan parah di kalangan laki-laki daripada
perempuan. Keterlambatan bahasa, masalah perilaku, autisme atau perilaku autistik
seperti (termasuk kontak mata miskin dan tangan mengepakkan), alat kelamin
eksterna membesar (macroorchidism), telinga yang besar atau menonjol, hiperaktif,
pengembangan motorik terlambat.

PENATALAKSANAAN
Tidak ada obat untuk SMS karena gangguan ini sangat kompleks. Oleh karena itu,
pengelolaan gejala menjadi prioritas dalam mereka yang didiagnosis dengan gangguan
tersebut.
Medikamentosa
Carbamazepine merupakan antikonvulsan untuk mengurangi gejala dengan perilaku
yang agresif, emosi tidak stabil, dan mencari perhatian. Namun, obat ini tidak terlalu optimal.
Non medikamentosa
Selain masalah perilaku , anak-anak dengan SMS cenderung memiliki keterlambatan
bicara. Oleh karena itu, terapi wicara mulai sedini mungkin, biasanya menguntungkan.
Kebanyakan anak belajar berkomunikasi secara verbal, baik dengan bahasa isyarat atau
gerakan.
Lebih dari separuh anak-anak dengan SMS memiliki gangguan tidur seperti kantuk di
siang hari, kesulitan tidur di malam hari, penurunan waktu tidur, dan kelainan pada REM.
Gangguan ini karena metabolisme melatonin abnormal. Melatonin adalah hormon yang
menginduksi tidur disekresikan oleh kelenjar pineal di otak. Oleh karena itu, mekanisme
penguncian di pintu dapat membantu dalam mencegah anak dari berkeliaran keluar dari nya
atau kamar tidurnya di malam hari.

PROGNOSIS
Meskipun tidak ada pencegahan medis atau obat untuk SMS, diagnosis dini
memberikan orangtua waktu untuk mempelajari dan mempersiapkan diri untuk menghadapi
tantangan penyakit. Meskipun ada cukup data mengenai harapan hidup rata-rata mereka yang
didiagnosis dengan SMS, beberapa individu telah hidup baik ke 70-an mereka.

PENCEGAHAN
Pencegahan pada sindrom Smith Magenis tidak ada yang spesifik, namun dapat
dilakukan pemeriksaan rutin saat kehamilan untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada
janin sehingga dapat dipikirkan tatalaksana segera.


BAB III
PENUTUP

Sindrom Smith-Magenis adalah kelainan yang menurunkan kemampuan intelektual
seseorang, membuat mereka sulit berbicara, dan mengalami masalah perilaku. Penyebab
sindroma ini adalah adanya kelainan kromoson berupa delesi pada kromosom 17. Insiden
penderita tersebar merata pada perempuan dan laki laki, dari neonatus sampe usia 70 tahun.
Tanda dan gejala dari sindroma Smith Magenis ini antara lain memiliki wajah yang khas
yaitu wajah luas yang berbentuk persegi dengan mata cekung, pipi penuh, dan rahang bawah
menonjol. Bagian tengah wajah dan hidung tampak rata. Selain itu terdapat gejala kesulitan
tidur, emosi labil, keterlambatan bicara, retardasi mental, serta gangguan perilaku seperti
melakukan kegiatan yang berulang dan membahayakan diri sendiri.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu analisis kromosom resolusi tinggi
dan untuk akurasi lebih baik dengan melakukan FISH. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
tanda dan gejala yang ditunjukkan selain itu dari hasil pemeriksaan penunjang berupa
terdapatnya delesi pada kromosom 17. Tatalaksana yang dapat diberikan berupa medika
mentosa yaitu carbamazepin namun dari penelitian belum optimal, selain itu non
medikamentosa berupa terapi bicara, dan terapi untuk meningkatkan intelektual lainnya.
Pencegahan spesifik untuk penyakit ini tidak ada namun dapat dilakukan pemeriksaan rutin
pada saat kehamilan untuk deteksi dini. Prognosis sindrom ini yaitu baik dan masih dapat
melanjutkan hidupnya hingga umur 70 tahun.






DAFTAR PUSTAKA

1. Smith Magenis Syndrome Foundation UK. Available at http://www.smith-
magenis.co.uk. Accessed on November 7, 2013.
2. Healthline. Smith Magenis Syndrome. Available at
http://www.healthline.com/galecontent/smith-magenis-syndrome/. Accessed on
November 7, 2013.
3. NCBI. Smith Magenis Syndrome. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1310/. Accessed on November 7, 2013.

Anda mungkin juga menyukai