Nama Mahasiswa
NIM
: 030.09.121
Tanda tangan
I. IDENTITAS PASIEN
DATA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
PASIEN
AYAH
IBU
An. MKA
Tn. S
Ny. Y
1 thn 8 bulan
30 tahun
27 tahun
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Kemantran RT 4/ RW 3, Kramat, Tegal
Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
SMA
SMP
Buruh Pabrik
Ibu rumah tangga
Rp 2.500.000
Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
BPJS Non PBI
781445
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pada hari
Selasa, 7 Juli 2015, di Bangsal Puspa Nidra.
a. Keluhan Utama
Sesak napas sejak 5 jam SMRS
b. Keluhan Tambahan
Demam, batuk
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhansesak sejak 5 jam
SMRS. Sesak dirasakan pasien pada siang hari, tidak berkurang dengan istirahat.
1
Sesak tidak disertai bunyi ngik. Sesak dirasakan semakin lama semakin berat. Selain
sesak, sebelumnya pasien mengalami demam sejak 5 hari SMRS. Demam dirasa
tinggi dan naik turun. Naik turun demam tidak dipengaruhi oleh waktu. Oleh karena
itu pasien dibawa oleh orangtua pasien berobat ke dokter umum. Pasien diberikan
obat penurun panas, tetapi gejala tidak berkurang.
Selain demam, bersamaan dengan itu pasien juga mengalami batuk. Batuk
yang dialami pasien berdahak tetapi dahak tidak dapat keluar. Batuk berdarah
disangkal.
Riwayat mual muntah disangkal, riwayat BAB cair disangkal. Menurut Ibu
pasien, makan pasien berkurang tetapi pasien masih mau minum susu. BAK dan
BAB normal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru pertama kali mengalami hal seperti ini. Tidak ada riwayat alergi
obat atau makanan sebelumnya, tidak ada riwayat operasi, riwayat trauma. Pasien
mempunyai riwayat kejang demam pada umur 9 bulan. Riwayat asma, pengobatan
paru, disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah dan Ibu pasien tidak mengalami hal yang serupa. Riwayat batuk-batuk dan sesak
napas pada orangtua pasien disangkal. Selain dengan orangtua, pasien juga tinggal
bersama nenek dan keluarga budenya. Menurut ibu pasien, keluarga budenya tersebut
mengalami batuk-batuk lama. Riwayat asma dan pengobatan paru pada kedua
orangtua disangkal.
f. Riwayat Kebiasaan Orang Tua Pasien
Ayah pasien merupakan seorang perokok, sehari satu-dua bungkus. Ayah
pasien sering merokok dirumah.
g. Riwayat Lingkungan Perumahan
Orangtua pasien mempunyai rumah pribadi di Babakan, tetapi saat ini tinggal
di rumah nenek pasien. Kepemilikan rumah yang saat ini ditinggali yaitu rumah
nenek pasien. Rumah berukuran 8 x 10 m. Kamar tidur berjumlah 2, kamar mandi
berjumlah 1, terdapat dapur dan terdapat ruang keluarga. Penerangan rumah
bersumber listrik dan dan air minum dari air sumur. Limbah rumah tangga tersalur di
selokan di dalam rumah dengan aliran lancar. Cahaya matahari dapat masuk ke
dalam rumah, lampu tidak dinyalakan pada siang hari. Jika jendela dibuka maka
udara dalam rumah tidak pengap.
2
Kesan: Keadaan lingkungan rumah padat tetapi sanitasi baik, ventilasi dan
pencahayaan baik.
h. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien adalah seorang buruh bangunan, dengan penghasilan perbulan
rata-rata kurang lebih Rp.2.500.000,- per bulan. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga dan tidak memiliki penghasilan sendiri. Ayah menanggung nafkah 2 orang
yaitu 1 orang istri dan 1 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung lewat BPJS.
Kesan: Riwayat sosial ekonomi kurang.
i. Riwayat Kehamilan dan Pemeriksaan Prenatal
Ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan sebulan sekali dan
dokter spesialis kebidanan dan kandungan satu kali pada trimester terakhir.
Mendapatkan suntikan TT 2x dan suplemen penambah darah. Tidak pernah
menderita penyakit selama kehamilan, riwayat perdarahan selama kehamilan
disangkal, riwayat trauma selama kehamilan disangkal, riwayat demam selama
kehamilan disangkal. Ibu pasien pada awal kehamilan asupan makan kurang, akan
tetapi pada akhir kehamilan nafsu makan Ibu membaik.
Kesan: Riwayat pemeliharaan prenatal baik.
j. Riwayat Persalinan
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
: Bidan
Cara persalinan
: Pervaginam spontan
Masa gestasi
: 38 minggu G1P0A0
Air ketuban
: 3200 gram
: 47 cm
Lingkar kepala
: Ibu lupa
Langsung menangis
: Ya
Nilai APGAR
Kelainan bawaan
: Tidak ada
Penyulit/ komplikasi
: tidak ada
3
Pertumbuhan
o Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 47 cm.
o Berat badan sekarang 9 kg, tinggi badan sekarang 80 cm.
Perkembangan
o Senyum
: Ibu lupa
o Tengkurap
: 3,5 bulan
o Mengangkat kepala
: 2,5 bulan
o Duduk
: 7 bulan
o Merangkak
: 9 bulan
o Berdiri
: 12 bulan
o Berjalan
: 14 bulan
sayuran dan tahu tempe, 3x sehari. Pasien kurang suka memakan daging dan sangat
senang buah-buahan.
Kesan: Kualitas makanan cukup dan kuantitasnya baik.
p. Riwayat Imunisasi
VAKSIN
BCG
DPT
POLIO
2 bln
2 bln
Saat
CAMPAK
HEPATITIS B
lahir
9 bln
Saat
DASAR (umur)
4 bln
6 bln
2 bln
4 bln
1 thn
1 bln
6 bln
ULANGAN (umur)
-
lahir
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, tanggal 7 Juli 2015, pukul 11.30
WIB, di Bangsal Puspa Nidra.
a. Kesan Umum
Kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, sesak (+)
b. Tanda Vital
Tekanan darah
: Tidak dilakukan
Nadi
Laju nafas
: 32x/menit
Suhu
: 37,90 C (aksila)
c. Data Antropometri
Berat badan sekarang
: 9 kg
: 80 cm
d. Status Generalis
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata
cekung (-/-), lakrimasi (-/-).
Mulut: Bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-), mukosa hiperemis (-),
lidah normoglossia.
Tenggorok: Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-), detritus (-),
granulasi (-).
Pulmo:
Cor:
Abdomen:
Inspeksi: Datar dan simetris.
Auskultasi: Bising usus (+) normal.
Palpasi: Supel, turgor kembali <2 detik, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tak teraba membesar.
Perkusi: Timpani di keempat kuadran abdomen.
Inguinal: Pembesaran KGB (-).
Genitalia: Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan.
Anorektal: Tidak dilakukan pemeriksaan.
Kulit: Tidak terdapat kelainan
Ekstremitas:
Superior
+/+
-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
Akral Hangat
Akral Sianosis
CRT
Oedem
Tonus Otot
Trofi Otot
Inferior
+/+
-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
11.8
4.6
9.2
27.6
17.9
60.0
19.9
33.1
103/ul
4,5 13,5
106/uL
g/dL
%
%
U
Pcg
g/dL
3,8 5,8
10,8 15,6
35 45
11,5 14,5
73 101
22 34
33 36
7
Trombosit
SERO
103/ul
256
IMUNOLOGI
CRP
POS 48
150 521
Negatif
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Kuning
Jernih
Kuning
Jernih
5,5
Negatif
6.0-9.0
Negatif,
+-/
+1/0,30,
Reduksi
Mikroskopis
0.15,
+2/1.00,
+3/3.00, +4/10.0
Negatif
Negatif
(Sedimen)
Eritrosit
0-2
/lpb
+1/<4,
Leukosit
0-2
/lpb
+3/10-29, +4
+1/<4,
+2/5-9.
Epitel
Silinder
Bakteri
Kristal
Jamur
KHUSUS
Berat Jenis
Bilirubin
POS (1+)
Negatif
Negatif
(+) Amorf
Negatif
Negatif
1.010
Negatif
1.005-1.030
Negatif
Urobilinogen
Keton
Nitrit
Eritrosit
Lekosit
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
+2/5-9.
+3/10-29, +4
Negatif
Deskripsi: Infiltrate paracardial (+), sillhoute sign (+), COR CTR <0,56
Kesan: Bronchopneumonia
V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan Status Gizi
Data Antropometri
Anak laki-laki usia 21 bulan
Berat badan 9 kg
Tinggi badan 80 cm
10
Anamnesis:
Terdapat sesak, demam dan batuk
Pemeriksaan fisik:
Terdapat berat badan per umur rendah, berat badan per tinggi badan kurang, terdapat
pada laboratorium darah. Pada pemeriksaan thoraks foto, terdapat bercak infiltrat pada
pericardial dengan kesan adanya bronkopneumonia.
VII. DIAGNOSIS BANDING
VIII.
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
Bronkitis akut
Anemia mikrositik
Gizi kurang
DIAGNOSIS KERJA
IX. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
IVFD RL 10 tpm
Ferriz 1 x cth
b. Nonmedikamentosa
Rawat inap
Diet lunak
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
12
A
P
Kepala: Mesosefali
Kepala: Mesosefali
NaCL 3%
Inj Amoxillin 3 x 1/3
Inj Colsan 200 3 x 1
PCT syr 3 x 1 cth
Lasal exp 3 x cth
NaCL 3%
Inj Amoxillin 3 x 1/3
Inj Colsan 200 3 x 1
PCT syr 3 x 1 cth
Ferriz 1 x cth
berkurang
BAK normal
Kepala: Mesosefali
Kepala: Mesosefali
Anemia mikrositik
P
IVFD RL 15 tpm
Nebulizer NaCL 3%, Ventolin,
NaCL 3%
Inj Amoxillin 3 x 1/3
Inj Colsan 200 3 x 1
PCT syr 3 x 1 cth
Anemia mikrositik
IVFD RL 15 tpm
Nebulizer NaCL 3%, Ventolin,
NaCL 3%
Inj Amoxillin 3 x 1/3
Inj Colsan 200 3 x 1
PCT syr 3 x 1 cth
Xanvit syr 1 x 1
BAB II
ANALISIS KASUS
Pasien anak laki-laki 21 bulan, didiagnosis dengan Bronkopneumonia, Anemia
Mikrositik Hipokrom dan Status Gizi Kurang. Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Masalah
Interpretasi
14
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan bahwa
Pada
dan batuk.
keluarga budenya.
kebiasaan
merokok
di
lingkungan
rumah
anak-anak
umum maupun
dengan
pernapasan.
Saat ini pasien dan ayah ibunya tinggal
serumah dengan nenek dan keluarga
budenya. Diketahui bahwa bude pasien
sudah
mengalami
batuk-batuk
lama.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang didapat -
demam.
Pasien
juga
terlihat
sesak.
15
Pada
pemeriksaan
antropometri,
reaksi
inflamasi
pada
bronkus
dan
laboratorium:
Anemia (Hb : 9,2 mg/dl)
-
ditemukan
leukosit
dalam
PMN.
Kadang-kadang
dapat
ditentukan
jika
hanya
pemeriksaan
penunjang
thoraks
dimana
menunjukan
adanya
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1
DEFINISI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya
ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan
dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.7
17
Gambar 1. Bronkopneumonia
III.2
EPIDEMIOLOGI
Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (PK) atau di dalam
rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/ PN). 8
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang
per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa
di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10%. Di Amerika
dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab
pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera
diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.6
III.3
ETIOLOGI
18
Usia
Lahir - 20 hari
Bakteri
Bakteri
E.colli
Bakteri anaerob
Streptococcus grup B
Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes
Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
19
HMV
3 miggu 3
Bakteri
Bakteri
bulan
Clamydia trachomatis
Bordetella pertusis
Streptococcus
Haemophillus
pneumonia
tipe B
Virus
Moraxella catharalis
Adenovirus
Staphylococcus aureus
Influenza
Virus
Parainfluenza 1,2,3
CMV
4 bulan 5
Bakteri
Bakteri
tahun
Clamydia pneumoniae
Haemophillus
influenza
influenza
tipe B
Mycoplasma pneumonia
Moraxella catharalis
Streptococcus
Staphylococcus aureus
pneumonia
Virus
Neisseria meningitides
Adenovirus
Virus
Rinovirus
Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
5
tahun
remaja
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumoniae
Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia
Legionella sp
Streptococcus
Staphylococcus aureus
pneumonia
Virus
Adenovirus
20
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
III.4
KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. 4
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumoni)
Pneumonia interstitialis
b. Berdasarkan asal infeksi
Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia =
CAP)
Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
Pneumonia bakteri
Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit
Pneumonia tipikal
21
Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Lingkungan dan Pejamu
Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan dan Penjamu
Tipe Klinis
Epidemiologi
Pneumonia Komunitas
Pneumonia Nosokomial
Didahului perawatan di RS
Pneumonia Rekurens
Pneumonia Aspirasi
imun
III.5
PATOGENESIS
Istilah pneumonia mencangkup setiap keadaan radang paru dimana beberapa
atau seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Jenis pneumonia yang
umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh
pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru
mengalami peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah
merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan
demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan
sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. 2
22
23
Ketika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik bervariasi
tergantung organisme yang menginvasi. M. pneumoniae menempel pada epitel
respiratorius, menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi seluler dan
memicu respons inflamasi di submukosa. Ketika infeksi berlanjut, debris seluler yang
terlepas, sel-sel inflamasi, dan mukus menyebabkan obstruksi jalan napas, dengan
penyebaran infeksi terjadi di sepanjang cabang-cabang bronkial, seperti pada
pneumonia viral. S. pneumoniae menyebabkan edema lokal yang membantu
proliferasi mikroorganisme dan penyebarannya ke bagian paru lain, biasanya
menghasilkan karakteristik sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh
lapangan paru.5,6
Infeksi streptokokus grup A pada saluran napas bawah menyebabkan infeksi
yang lebih difus dengan pneumonia interstisial. Pneumonia lobar tidak lazim. Lesi
terdiri atas nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang
compang-camping dan sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan terlokalisasi.
Proses ini dapat meluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika.
Pneumonia yang disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi dengan cepat menjelek
yang disertai dengan morbiditas yang lama dan mortalitas yang tinggi, kecuali bila
diobati lebih awal. Stafilokokus menyebabkan penggabungan bronkopneumoni yang
sering unilateral atau lebih mencolok pada satu sisi ditandai adanya daerah nekrosis
perdarahan yang luas dan kaverna tidak teratur.1
III.6
GEJALA KLINIS
Riwayat klasik dingin menggigil yang disertai dengan demam tinggi, batuk
dan nyeri dada. Anak sangat gelisah, dispnu, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang
disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik,
tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar mulut dan hidung baru dipikirkan kemungkinan pneumonia. Penyakit ini
sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan
laringitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk dengan nyeri dada.1,3,4,8
24
III.7
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
Takipnoe
Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
III.8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas
normal. Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000
40.000/mm3 dengan predominan PMN. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan
laju endap darah (LED) yang meningkat. Secara umum, hasil pemeriksaan darah
perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri
secara pasti.1,4
2. C-Reactive Protein (CRP)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan
infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan
untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik.1,4
Pemeriksaan CRP dan prokalsitonin juga dapat menunjang pemeriksaan
radiologi untuk mengetahui spesifikasi pneumonia karena pneumokokus dengan nilai
CRP 120 mg/l dan prokalsitonin 5 ng/ml. 6
25
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat,dan jarang didapatkan hasil yang positif.
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret
nasofaring tidak memiliki nilai yang berarti. Diagnosis dikatakan definitif bila kuman
ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.4
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antiDnase B. Uji serologik IgM dan IgG antara
fase akut dan konvalesen pada anak dengan infeksi pneumonia oleh Chlamydia
pneumonia dan Mycoplasma pneumonia memiliki hasil yang memuaskan tetapi tidak
bermakna pada keadaan pneumonia berat yang memerlukan penanganan yang cepat.4,6
5. Pemeriksaan Roentgenografi
Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Tetapi tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat dan timbul gejala klinis berupa
takipneu, batuk, ronki, dan peningkatan suara pernafasan. Kelainan foto rontgen
toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Umumnya
pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah
pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa tambahan posisi lateral pada
foto rontgen toraks tidak meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas penegakkan
diagnosis.1,4,6
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor paru disebut
sebagai round pneumonia
Foto rontgen tidak dapat menentukan jenis infeksi bakteri, atipik, atau virus.
Tetapi gambaran foto rontgen toraks dapat membantu mengarahkan kecenderungan
etiologi. Penebalan peribronkial, infiltrat interstitial merata dan hiperinflasi cenderung
terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar,
bronkopneumoni dan air bronchogram sangat mungkin disebabkan oleh bakteri. 4
III.9
DIAGNOSIS
Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau serologis
merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri penyebab tidak
selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang memadai. Tidak ada
gejala distress pernafasan, takipneu, batuk, ronki, dan peningkatan suara pernafasan
dapat menyingkirkan dugaan pneumonia. Terdapatnya retraksi epigastrik, interkostal,
dan suprasternal merupakan indikasi tingkat keparahan. Pada bronkopneumoni,
bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga
menunjukkan
adanya
komplikasi
seperti
pleuritis,
atelektasis,
abses
paru,
Pneumonia berat
-
Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5
tahun 40 x/menit
Adanya retraksi
Sianosis
Pneumonia
-
Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5
tahun 40 x/menit
Adanya retraksi
Pneumonia
-
Bukan pneumonia
-
III.10 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan antibiotika
Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit
Pneumonia ringan
28
Pneumonia berat
-
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
2. Penatalaksaan suportif
29
nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai
dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada
tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah
antibiotik tidak efektif).5
3. Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi
pneumotoraks atau pneumomediastinum.7
III.11 PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.1
30
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
32