Pendamping:
Dr. Vicky Danis Ilmansyah
PUSKESMAS KECAMATAN PADEMANGAN
2016
IDENTITAS PASIEN
DATA
PASIEN
Nama
An. ARH
Umur/TTL
Jenis Kelamin
Alamat
Status
Anak Kandung
No. RM
22.054
A. Keluhan Utama
Batuk sejak 7 hari sebelum berobat ke Puskesmas.
ANAMNESIS
F. Riwayat Lingkungan
Keadaan rumah :
Pasien tinggal di rumah tersebut bersama dengan kakak, ibu dan
Ayah pasien. Rumah jauh dari jalan raya. Pasien berada di lingkungan
perumahan yang padat.
RIWAYAT IMUNISASI
VAKSIN
DASAR (umur)
ULANGAN (umur)
BCG
2 bulan
DPT/ DT
2 bulan
4 bulan
POLIO
2 bulan
4 bulan
CAMPAK
HEPATITIS B
0 bulan
1 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
: Cukup
B. Tanda vital
Tekanan darah : Nadi
: 100 x / menit
Pernafasan
Suhu
: 51 x / menit
: 37 0C
C. Status gizi
BB
: 7 Kg
PB
: 60 cm
STATUS GENERALISATA
Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada
efloresensi kulit yang bermakna. Perabaan suhu terasa hangat. KGB tidak
teraba membesar
Kepala
Bentuk kepala mesocephali, warna rambut berwarna hitam dengan distribusi
merata dan tidak mudah dicabut.
Mata
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil Isokhor
Telinga
Normotia, liang telinga lapang, tidak ada sekret, membran timpani intak
Hidung
Bentuk hidung normal, tidak ada deformitas, tidak ada septum deviasi, tidak
ada pernafasan cuping hidung, cavum nasi lapang, sekret (+) bening.
Mulut
Bibir
Lidah
Mukosa
Tonsil
: Tidak hiperemis
: T1 T1, hiperemis (-), kripta melebar (-)
Leher
Kelenjar tiroid
Thoraks
Inspeksi :
Simetris lapang paru kanan dan kiri pada keadaan statis maupun dinamis,
efloresensi bermakna (-), retrasi sela iga (-), gerak nafas tidak ada yang tertinggal,
sela iga melebar (-).
Palpasi :
vocal fremitus sama kuat pada kedua lapang paru
Perkusi :
Tidak dilakukan
Auskultasi
Cor : BJI, BJ II regular murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki basah halus +/+, Wh -/+
Abdomen
Inspeksi :
Bentuk abdomen datar, kulit berwarna sawo matang, tidak pucat, tidak
ikterik, , tidak ada efloresensi yang bermakna.
Auskultasi :
BU (+) 3x/ menit
Palpasi :
Supel, turgor kulit dalam batas normal.
Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi :
Timpani (+) diseluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral hangat +/+ +/+
Oedem -/- -/ Anogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Banding
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Edukasi untuk banyak minum
Edukasi ibu pasien untuk memberikan pemberian nutrisi dengan gizi
seimbang.
Edukasi untuk kontrol ke poli MTBS
Edukasi kepada orang tua pasien, apabila anak semakin demam atau
sesak, segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat
Edukasi orang tua untuk menjemur bayi pada pagi hari
Medikamentosa
Nebulizer
Amoxicillin syr 3x3/4 cth No. I
Paracetamol syr 3x3/4 cth No. I
Dexametason 2 tab, salbutamol 2 tab, GG 2 tab, vit C 2 tab mf pulv No.
X 3dd1
Cetirizine syr 2x1/4 cth No. I
DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi dari parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstisial.
Bila parenkim paru terkena infeksi dan mengalami inflamasi hingga
meliputi seluruh alveolus suatu lobus paru maka disebut pneumonia
lobaris atau pneumonia klasik.
Bila proses tersebut tidak mencakup satu lobus dan hanya di bronkiolus
dengan pola bercak bercak yang tersebar bersebelahan maka disebut
bronkopneumonia.
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang sering dijumpai
pada anak anak.
EPIDEMIOLOGI
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia di bawah 5 tahun.
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, kurang
lebih 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia,
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Pneumonia lebih sering dijumpai di negara berkembang dibandingkan
negara maju.
Menurut survei kesehatan anak nasional ( SKN ) 2001, 27,6% kematian
bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistem respiratori, terutama pneumonia.
KLASIFIKASI
Berdasarkan klinis dan epidemiologi:
Pneumonia komuniti ( community acquired pneumonia ) : pneumonia yang didapat
di masyarakat dan sering disebabkan oleh kokus Gram positif ( Pneumokokus,
Staphylococcus ), basil Gram negatif ( Haemophillus influenzae ), dan bakteri atipik.
Pneumonia nosokomial ( hospital acquired pneumonia ) : pneumonia yang timbul
setelah 72 jam dirawat di rumah sakit, yang lebih sering disebabkan oleh bakteri
gram negatif ( Staphylococcus aureus ) dan jarang oleh pneumokokus atau
Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia aspirasi : pneumonia yang terjadi akibat aspirasi antara lain makanan
dan asam lambung
Pneumonia pada penderita immunocompromised
ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
( virus, bakteri, jamur, parasit )
sebagain kecil disebabkan oleh hal lain, seperti aspirasi makanan dan
asam lambung, benda asing, senyawa hidrokarbon, reaksi
hipersensitivitas, dan drug or radiation induced pneumonitis.
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan penumonia anak terutama dalam spektrum
etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan.1
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia lebih sering
disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus
Pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering
juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
PATOGENESIS
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme yang
bersifat patogen di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila
terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme
dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada banyaknya jumlah
bakteri yang teraspirasi, penurunan daya tahan tubuh, kemampuan
mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran
napas.
Daya tahan tubuh juga dihubungkan dengan imunitas humoral dan
imunitas seluler, malnutrisi, perokok berat dan penyakit sistemik.
Faktor predisposisi pneumonia adalah penggunaan pipa endotracheal,
pemakaian nebuhaler, adanya super infeksi dan malnutrisi.
PROSES PERADANGAN
PNEUMONIA
Alveoli dipenuhi oleh eksudate dan kapiler menjadi terdesak dan jumlah
leukosit meningkat. Dengan adanya eksudate yang mengandung leukosit ini maka
perkembang biakan kuman menjadi terhalang bahkan kuman kuman pada
stadium ini akan difagositosis. Pada stadium ini akan terbentuk antibodi. Lobus
masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan pleura
tampak kabur karena diliputi fibrin alveolus dan leukosit.
4. Stadium resolusi (8-11 hari)
Pada stadium ini terjadi bila tubuh berhasil membinasakan kuman. Makrofag
akan terlihat dalam alveoli beserta sisa sisa sel. Eksudat berkurang, dalam
alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi
lemak, fibrin diresorpsi dan menghilang. Yang khas adalah tidak adanya kerusakan
dinding alveoli dan jaringan interstitial. Arsitektur paru kembali normal.
FAKTOR RISIKO
Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia
pada anak balita di negara berkembang, antara lain:
Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
Berat badan lahir rendah ( BBLR )
Tidak mendapat imunisasi
Tidak mendapat ASI yang adekuat
Malnutrisi
Defisiensi vitamin A
Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
Tingginya pajanan terhadap polusi udara ( polusi industri atau asap rokok)
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran infeksi umum :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pada pneumonia virus dan mikoplasma, umumnya ditemukan leukosit
dalam batas normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15.000 40.000 / mm3 dengan predominan PMN.
Leukopenia ( < 5.000 / mm3 ) menunjukkan prognosis yang buruk.
Leukositosis hebat hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri
sering ditemukan pada keadaan bakteremi, dan risiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi.
UJI SEROLOGIS
Uji serologis untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas yang rendah dan secara umum tidak terlalu
bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri atipik
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
Pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura,
atau aspirasi paru. Pemeriksaan sputum kurang berguna.
Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dalam darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru, kecuali pada masa neonatus, dimana
kejadian bakteremia sangat rendah sehingga kultur darah jarang positif.
DIAGNOSIS
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia berat
Pneumonia
Bukan pneumonia
DIAGNOSIS
Bayi di bawah 2 bulan
Pneumonia
Bukan pneumonia
TATALAKSANA
Pneumonia Rawat Jalan
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama
secara oral, misalnya amoksisilin 25 mg/kgBB atau kotrimoksazol 4
mg/kgBB TMP dan 20 mg/kgBB sulfametoksazol dua kali sehari selama 3
hari. Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan
sebagai terapi alternatif beta laktam untuk pengobatan inisial
pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.
pneumoniae dan bakteri atipik.
TATALAKSANA
Pneumonia Rawat Inap
Terapi Antibiotik
Pemilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan golongan beta laktam
atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta
laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik seperti gentamisin,
amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan.
Antibiotik diteruskan selama 7 10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus
dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering
terjadi sepsis dan meningitis, antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik spektrum luas seperti kombinasi betalaktam / klavulanat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.
KOMPLIKASI
Komplikasi intrpulmoner yaitu atelektasis, pneumothoraks, bronkiektasis,
dan gagal napas.
Komplikasi ekstra pulmoner yaitu corpulmonale sub akuntum (CPSA),
otitis media akut (OMA), meningitis, pericarditis, syok septik, peritonitis,
artritis dan endocarditis.
Komplikasi yang berat dan paling sering dijumpai adalah gagal napas dan
CPSA.
PROGNOSIS
Pneumonia biasanya sembuh total dengan mortalitas kurang dari 1 %.
Mortalitas dapat lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.
Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
THANK YOU