Anda di halaman 1dari 55

BRONKOPNEUMONIA

DENGAN GIZI CUKUP


Disusun Oleh:
Dr. Indrastiti Pramitasari

Pendamping:
Dr. Vicky Danis Ilmansyah
PUSKESMAS KECAMATAN PADEMANGAN
2016

IDENTITAS PASIEN
DATA

PASIEN

Nama

An. ARH

Umur/TTL
Jenis Kelamin

6 bulan/ 28 November 2015


Laki-laki

Alamat

Pademangan Timur RT 05/010 No.13

Status

Anak Kandung

No. RM

22.054

A. Keluhan Utama
Batuk sejak 7 hari sebelum berobat ke Puskesmas.

ANAMNESIS

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Batuk sejak 7 hari yang lalu, batuk berdahak dengan dahak berwarna
putih. Batuk juga disertai pilek.
Menurut ibu pasien, batuk tidak memiliki pemicu, hanya terjadi tiba tiba
saja.
Pasien memiliki keluhan batuk seperti ini dikarenakan tertular dari kakak
pasien yang sedang menderita batuk batuk.
Demam sejak 7 hari yang lalu. Demam dirasa naik turun. Demam tidak
disertai dengan menggigil ataupun kejang. Selain demam dan batuk,
terkadang pasien terlihat sesak dan kesulitan untuk mengeluarkan dahak.
Menurut ibu pasien, semenjak pasien mengalami sakit seperti ini, pasien
menjadi susah untuk menyusui karena pasien terlihat sesak.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu pasien menyangkal pasien memiliki keluhan yang sama
sebelumnya, pasien baru pertama kali mengalami hal seperti ini. Ibu
pasien menyangkal adanya riwayat asma, riwayat kejang demam, alergi
obat dan makanan.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Menurut ibu pasien,
kakak pasien sedang mengalami batuk pilek sehingga menulari pasien.
Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan dalam keluarga pasien.

E. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berasal dari keluarga dengan social ekonomi menengah
kebawah.

F. Riwayat Lingkungan
Keadaan rumah :
Pasien tinggal di rumah tersebut bersama dengan kakak, ibu dan
Ayah pasien. Rumah jauh dari jalan raya. Pasien berada di lingkungan
perumahan yang padat.

G. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Menurut Ibu pasien, pasien sudah bisa tengkurap dan belajar duduk,
pasien juga sudah bisa bergumam.
H. Riwayat Makan dan minum Anak
Pasien diberikan asi eksklusif selama 6 bulan oleh Ibu pasien. Saat ini
pasien sudah diberikan MPASI berupa bubur.

RIWAYAT IMUNISASI
VAKSIN

DASAR (umur)

ULANGAN (umur)

BCG

2 bulan

DPT/ DT

2 bulan

4 bulan

POLIO

2 bulan

4 bulan

CAMPAK

HEPATITIS B

0 bulan

1 bulan

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran

: Compos mentis

Kesan sakit : Tampak sakit sedang, tampak sesak


Kesan gizi

: Cukup

B. Tanda vital
Tekanan darah : Nadi

: 100 x / menit

Pernafasan
Suhu

: 51 x / menit
: 37 0C

C. Status gizi
BB

: 7 Kg

PB

: 60 cm

PERTUMBUHAN ANAK LAKI-LAKI


MENURUT Z-SCORE
BB/U = 7-7.9/ 7.9-7.1 = -1.125 (normal)
PB/U = 60-67.6/ 67.6-65.5 = -3.6 (rendah)
BB/TB = 7-6/ 6-5.5 = 2 (normal)

STATUS GENERALISATA
Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada
efloresensi kulit yang bermakna. Perabaan suhu terasa hangat. KGB tidak
teraba membesar
Kepala
Bentuk kepala mesocephali, warna rambut berwarna hitam dengan distribusi
merata dan tidak mudah dicabut.
Mata
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil Isokhor
Telinga
Normotia, liang telinga lapang, tidak ada sekret, membran timpani intak
Hidung
Bentuk hidung normal, tidak ada deformitas, tidak ada septum deviasi, tidak
ada pernafasan cuping hidung, cavum nasi lapang, sekret (+) bening.

Mulut
Bibir

: Tidak kering, tidak terdapat kelainan

Lidah

: Normoglosia, tidak ada kelainan

Mukosa
Tonsil

: Tidak hiperemis
: T1 T1, hiperemis (-), kripta melebar (-)

Dinding faring posterior

: Tidak hiperemis, massa (-)

Leher
Kelenjar tiroid

: Tidak teraba membesar

Thoraks
Inspeksi :
Simetris lapang paru kanan dan kiri pada keadaan statis maupun dinamis,
efloresensi bermakna (-), retrasi sela iga (-), gerak nafas tidak ada yang tertinggal,
sela iga melebar (-).
Palpasi :
vocal fremitus sama kuat pada kedua lapang paru
Perkusi :
Tidak dilakukan
Auskultasi
Cor : BJI, BJ II regular murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki basah halus +/+, Wh -/+

Abdomen
Inspeksi :
Bentuk abdomen datar, kulit berwarna sawo matang, tidak pucat, tidak
ikterik, , tidak ada efloresensi yang bermakna.
Auskultasi :
BU (+) 3x/ menit
Palpasi :
Supel, turgor kulit dalam batas normal.
Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi :
Timpani (+) diseluruh lapang abdomen

Ekstremitas :
Akral hangat +/+ +/+
Oedem -/- -/ Anogenital : tidak dilakukan pemeriksaan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang.
V. DAFTAR MASALAH
Batuk
Demam
Sesak napas

DIAGNOSIS KERJA

BRONKOPNEUMONIA DENGAN STATUS GIZI


CUKUP

Diagnosis Banding

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Edukasi untuk banyak minum
Edukasi ibu pasien untuk memberikan pemberian nutrisi dengan gizi
seimbang.
Edukasi untuk kontrol ke poli MTBS
Edukasi kepada orang tua pasien, apabila anak semakin demam atau
sesak, segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat
Edukasi orang tua untuk menjemur bayi pada pagi hari

Medikamentosa
Nebulizer
Amoxicillin syr 3x3/4 cth No. I
Paracetamol syr 3x3/4 cth No. I
Dexametason 2 tab, salbutamol 2 tab, GG 2 tab, vit C 2 tab mf pulv No.
X 3dd1
Cetirizine syr 2x1/4 cth No. I

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN


Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan rontgen thorax
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA BRONKOPNEUMONIA

DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi dari parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstisial.
Bila parenkim paru terkena infeksi dan mengalami inflamasi hingga
meliputi seluruh alveolus suatu lobus paru maka disebut pneumonia
lobaris atau pneumonia klasik.
Bila proses tersebut tidak mencakup satu lobus dan hanya di bronkiolus
dengan pola bercak bercak yang tersebar bersebelahan maka disebut
bronkopneumonia.
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang sering dijumpai
pada anak anak.

EPIDEMIOLOGI
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia di bawah 5 tahun.
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, kurang
lebih 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia,
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Pneumonia lebih sering dijumpai di negara berkembang dibandingkan
negara maju.
Menurut survei kesehatan anak nasional ( SKN ) 2001, 27,6% kematian
bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistem respiratori, terutama pneumonia.

KLASIFIKASI
Berdasarkan klinis dan epidemiologi:
Pneumonia komuniti ( community acquired pneumonia ) : pneumonia yang didapat
di masyarakat dan sering disebabkan oleh kokus Gram positif ( Pneumokokus,
Staphylococcus ), basil Gram negatif ( Haemophillus influenzae ), dan bakteri atipik.
Pneumonia nosokomial ( hospital acquired pneumonia ) : pneumonia yang timbul
setelah 72 jam dirawat di rumah sakit, yang lebih sering disebabkan oleh bakteri
gram negatif ( Staphylococcus aureus ) dan jarang oleh pneumokokus atau
Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia aspirasi : pneumonia yang terjadi akibat aspirasi antara lain makanan
dan asam lambung
Pneumonia pada penderita immunocompromised

Berdasarkan organisme penyebab

Pneumonia bakterial / tipikal


Pneumonia atipikal : disebabkan Mycoplasma, Legionella, dan Clamydia
Pneumonia virus
Pneumonia jamur : sering merupakan infeksi sekunder dengan predileksi
pada
penderita dengan daya tahan tubuh lemah
( immunocompromised )

ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
( virus, bakteri, jamur, parasit )
sebagain kecil disebabkan oleh hal lain, seperti aspirasi makanan dan
asam lambung, benda asing, senyawa hidrokarbon, reaksi
hipersensitivitas, dan drug or radiation induced pneumonitis.
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan penumonia anak terutama dalam spektrum
etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan.1

Pada neonatus sering terjadi pneumonia akibat transmisi vertikal ibu


anak yang berhubungan dengan proses persalinan.
Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu,
misalnya melalui aspirasi mekoneum, cairan amnion, atau dari serviks
ibu.
Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil
meliputi Streptococcus group B, Chlamydia trachomatis, dan bakteri
Gram negatif seperti E. coli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.
disamping bakteri utama penyebab pneumonia yaitu Streptococcus
pneumoniae.

Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia lebih sering
disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus
Pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering
juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.

PATOGENESIS
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme yang
bersifat patogen di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila
terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme
dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada banyaknya jumlah
bakteri yang teraspirasi, penurunan daya tahan tubuh, kemampuan
mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran
napas.
Daya tahan tubuh juga dihubungkan dengan imunitas humoral dan
imunitas seluler, malnutrisi, perokok berat dan penyakit sistemik.
Faktor predisposisi pneumonia adalah penggunaan pipa endotracheal,
pemakaian nebuhaler, adanya super infeksi dan malnutrisi.

Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan (saluran


napas) melalui :
Faktor eksogen (dari luar)
Intubasi trakea atau instrumentasi jalan napas
Inhalasi melalui aerosol yang terkontaminasi (mengandung kuman)
Luka tembus yang mengenai paru

Faktor endogen (dari dalam)


Kolonisasi di permukaan mukosa, seperti aspirasi sekret orofaring yang
mengandung kuman, atau dari flora traktus digestivus
Secara hematogen, yaitu dari tempat lain di luar paru, misalnya
endokarditis

PROSES PERADANGAN PNEUMONIA


Proses peradangan pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Dimana kapiler di dinding alveoli mengalami kongesti dan alveoli
berisi cairan (oedem), bakteri dalam jumlah banyak dan beberapa
neutrofil dan makrofag.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam kedua)
Kapiler yang telah mengalami kongesti disertai dengan diapedesis
dari sel sel eritrosit. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan
tidak mengandung udara serta warna menjadi merah. Dalam alveolus
didapatkan fibrin, leukosit, netrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit
dan kuman.

PROSES PERADANGAN
PNEUMONIA

3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)

Alveoli dipenuhi oleh eksudate dan kapiler menjadi terdesak dan jumlah
leukosit meningkat. Dengan adanya eksudate yang mengandung leukosit ini maka
perkembang biakan kuman menjadi terhalang bahkan kuman kuman pada
stadium ini akan difagositosis. Pada stadium ini akan terbentuk antibodi. Lobus
masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan pleura
tampak kabur karena diliputi fibrin alveolus dan leukosit.
4. Stadium resolusi (8-11 hari)
Pada stadium ini terjadi bila tubuh berhasil membinasakan kuman. Makrofag
akan terlihat dalam alveoli beserta sisa sisa sel. Eksudat berkurang, dalam
alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi
lemak, fibrin diresorpsi dan menghilang. Yang khas adalah tidak adanya kerusakan
dinding alveoli dan jaringan interstitial. Arsitektur paru kembali normal.

SKEMA PATOFISIOLOGI PNEUMONIA (SECARA UMUM)

FAKTOR RISIKO
Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia
pada anak balita di negara berkembang, antara lain:
Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
Berat badan lahir rendah ( BBLR )
Tidak mendapat imunisasi
Tidak mendapat ASI yang adekuat
Malnutrisi
Defisiensi vitamin A
Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
Tingginya pajanan terhadap polusi udara ( polusi industri atau asap rokok)

MANIFESTASI KLINIS
Gambaran infeksi umum :

Demam: suhu bisa mencapai 39 40 oC


Sakit kepala
Gelisah
Malaise
Penurunan nafsu makan
Keluhan gastrointestinal, seperti mual, muntah, atau diare
Kadang kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner

Gambaran gangguan respiratori:

Batuk yang awalnya kering kemudian menjadi produktif


Sesak nafas
Retraksi dada
Takipnea
Napas cuping hidung
Penggunaan otat pernafasan tambahan
Merintih
Sianosis

PNEUMONIA PADA NEONATUS DAN BAYI KECIL


Gambaran klinis pada neonatus dan bayi kecil tidak khas,
mencakup serangan apnea, sianosis, grunting, napas cuping
hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi
atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam.
Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Pada bayi yang lebih tua
jarang ditemukan grunting.

PNEUMONIA PADA BALITA DAN ANAK


Pada anak anak prasekolah, keluhan meliputi demam, menggigil,
batuk ( nonproduktif/produktif ), takipneu, dan dispneu yang ditandai
oleh retraksi dinding dada.
Pada kelompok anak sekolah dan remaja dapat dijumpai demam, batuk
( nonproduktif/produktif ), nyeri dada, sakit kepala, anoreksia, dan
kadang kadang keluhan gastrointestinal seperti mual atau diare, dan
juga dehidrasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pada pneumonia virus dan mikoplasma, umumnya ditemukan leukosit
dalam batas normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15.000 40.000 / mm3 dengan predominan PMN.
Leukopenia ( < 5.000 / mm3 ) menunjukkan prognosis yang buruk.
Leukositosis hebat hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri
sering ditemukan pada keadaan bakteremi, dan risiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi.

C-REACTIVE PROTEIN (CRP) DAN LED


Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan non infeksi, infeksi virus dan
bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda
Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisialis dibandingkan infesksi bakteri profunda
Kadar LED dapat meningkat

UJI SEROLOGIS
Uji serologis untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas yang rendah dan secara umum tidak terlalu
bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri atipik

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
Pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura,
atau aspirasi paru. Pemeriksaan sputum kurang berguna.
Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dalam darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru, kecuali pada masa neonatus, dimana
kejadian bakteremia sangat rendah sehingga kultur darah jarang positif.

PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX


Foto toraks dengan proyeksi antero posterior merupakan dasar
diagnosis untuk pneumonia.
Foto lateral dilakukan bila diperlukan informasi tambahan, misalnya
efusi pleura.
Kelainan foto toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan
gambaran klinis.
Kadang kadang bercak bercak sudah ditemukan pada gambaran
radiologis sebelum timbul gejala klinis.
Akan tetapi, resolusi infiltrat sering memerlukan waktu yang lebih lama
setelah gejala klinis menghilang.
Pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi, ulangan foto rontgen
tidak diperlukan

DIAGNOSIS
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia berat

bila ada sesak napas

harus dirawat dan diberikan antibiotik

Pneumonia

bila tidak ada sesak napas

ada napas cepat dengan laju napas


o > 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun
o > 40 x/menit untuk anak > 1 5 tahun

tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral

Bukan pneumonia

bila tidak ada napas cepat dan sesak napas

tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan


pengobatan simptomatis seperti penurun panas

DIAGNOSIS
Bayi di bawah 2 bulan
Pneumonia

bila ada napas cepat ( > 60 x/menit ) atau sesak napas

harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia

bila tidak ada napas cepat dan sesak napas

tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan


pengobatan simptomatis seperti penurun panas

TATALAKSANA
Pneumonia Rawat Jalan
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama
secara oral, misalnya amoksisilin 25 mg/kgBB atau kotrimoksazol 4
mg/kgBB TMP dan 20 mg/kgBB sulfametoksazol dua kali sehari selama 3
hari. Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan
sebagai terapi alternatif beta laktam untuk pengobatan inisial
pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.
pneumoniae dan bakteri atipik.

TATALAKSANA
Pneumonia Rawat Inap
Terapi Antibiotik
Pemilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan golongan beta laktam
atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta
laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik seperti gentamisin,
amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan.
Antibiotik diteruskan selama 7 10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus
dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering
terjadi sepsis dan meningitis, antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik spektrum luas seperti kombinasi betalaktam / klavulanat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.

KOMPLIKASI
Komplikasi intrpulmoner yaitu atelektasis, pneumothoraks, bronkiektasis,
dan gagal napas.
Komplikasi ekstra pulmoner yaitu corpulmonale sub akuntum (CPSA),
otitis media akut (OMA), meningitis, pericarditis, syok septik, peritonitis,
artritis dan endocarditis.
Komplikasi yang berat dan paling sering dijumpai adalah gagal napas dan
CPSA.

PROGNOSIS
Pneumonia biasanya sembuh total dengan mortalitas kurang dari 1 %.
Mortalitas dapat lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.
Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai