Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Pemilihan Jenis Makanan terhadap Gastroenteritis

Abstrak
Gastroenteritis is one of the problem in Indonesia because it often cause outbreaks. Data from the Ministry of
Health, said that the figures of gastroenteritis disease in Indonesia today is 230-342 per 1000 population per year
for all age groups. Approximately 25% of cases of gastroenteritis caused by contaminated food.
Mrs I aged 37 years old came to the ER with complaints of bowel movements more than 8x accompanied by
abdominal pain and a limp. The results of the physical examination are obtained abdominal bloating and
abdominal colic, doctor diagnoses patients gastroenteritis with dehydration.
Consumption of various types of food associated with gastroenteritis caused by Esherichia coli in several
countries. The spread of disease through food in most cases associated with fast food contaminated with various
types of microorganisms. Fruits and vegetables are good for the chemical changes to help the digestive process.
Dietary factors and the type of food consumed by a person associated with gastroenteritis. Various types of
fruits and vegetables containing fiber can facilitate the digestive system. Qur'an recommends us to eat thoyyib
and halal foods.
Keywords: diet, gastroenteritis, digestive

Latar Belakang
Penyakit Gastroenteritis merupakan salah satu masalah di Indonesia karena sering
menimbulkan wabah. Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka penyakit
Gastroenteritis di Indonesia saat ini adalah 230-342 per 1000 penduduk setiap tahunnya untuk
semua golongan umur. Diperkirakan bahwa 25% kasus gastroenteritis disebabkan oleh
makanan yang terkontaminasi. Gastroenteritis adalah inflamasi pada lambung dan usus yang
menyebabkan mual, muntah, nyeri perut dan diare (Kirmani, 2008; Kirk et al., 2014).
Agen penyebab gastroenteritis di negara maju dan berkembang yaitu parasit, bakteri dan
virus. Mekanisme penularan utama adalah tinja-mulut, dengan makanan yang merupakan
penghantar untuk kebanyakan kejadian. Kontaminasi makanan diperkirakan menjadi
penyebab sekitar 70% penyakit diare yang berjangkit di seluruh dunia. Faktor-faktor
penyebab insiden gastroenteritis akut meningkat di negara barat yaitu peningkatan produk
bahan makanan yang berasal dari binatang ternak, distribusi dan pemakaian makanan jadi
atau kaleng meningkat dimana-mana (Behrman et al., 1999; WHO, 2005; Chandra, 2009).
Gastroenteritis masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan uraian
tersebut maka laporan kasus ini membahas pengaruh pemilihan jenis makanan terhadap
gastroenteritis. Tujuan khusus dari laporan kasus ini yaitu mengetahui jenis makanan yang
dapat menyebabkan gastroenteritis, mengetahui jenis makanan yang baik untuk saluran
pencernaan, mengetahui anjuran mengonsumsi makanan halal dan thoyyib dalam islam.
Nyonya I umur 37 tahun datang ke UGD dengan keluhan buang air besar lebih dari 8x
1

disertai dengan sakit perut, lemas dan muntah. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan abdomen
kembung dan kolik abdomen, dokter mendiagnosis pasien gastroenteritis dengan dehidrasi.
Presentasi Kasus
Nyonya I umur 37 tahun datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Bhakti Yudha
dengan keluhan buang air besar lebih dari 8x disertai dengan sakit perut, lemas dan muntah.
Tanda vital pasien dalam batas normal. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran sedang,
abdomen kembung dan terdapat kolik abdomen. Pasien memiliki riwayat gastritis. Makanan
yang terakhir kali dikonsumsi pasien yaitu makanan cepat saji. Pasien adalah seorang ibu
rumah tangga yang memiliki pola makan tidak teratur. Pasien sudah mencoba mengobati
keluhannya dengan membeli obat di warung, namun keluhan belum dapat diatasi. Dokter
mendiagnosis pasien gastroenteritis dengan dehidrasi. Untuk mengatasi dehidrasi dan keluhan
pasien, dokter memberikan infus RL, ranitidin, pantoprazole, dan new diatab.
Diskusi
Gastroenteritis adalah inflamasi pada lambung dan usus yang menyebabkan mual, muntah,
nyeri perut dan diare. Berbagai organisme dapat menyebabkan gastroenteritis yaitu bakteri,
virus dan parasit. Gastroenteritis di Amerika Serikat pada umumnya disebabkan oleh virus
dan lebih sedikit yang disebabkan oleh bakteri. Virus patogen yang umumnya menyebabkan
gastroenteritis yaitu rotavirus, norovirus, adenovirus, enterovirus. Bakteri yang dapat
menyebabkan gastroenteritis yaitu Esherichia coli, salmonella, shigella, campylobacter dan
vibrio. Protozoa yang paling banyak menyebabkan gastroenteritis yaitu Giardia lamblia.
Gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri biasanya ditularkan melalui makanan (Kirmani,
2008).
Konsumsi daging unta yang terkontaminasi dengan bakteri dapat menyebabkan
gastroenteritis. Dilaporkan sejumlah murid sekolah di Amerika yang mengonsumsi susu
cokelat yang terkontaminasi bakteri terkena penyakit gastroenteritis. Beberapa jenis makanan
termasuk produk daging, susu dan produknya, produk yang dipanggang berhubungan dengan
gastroenteritis yang disebabkan oleh Esherichia coli di beberapa negara. Makanan tertentu
bisa menyebabkan timbulnya gejala pada gastroenteritis misalnya produk susu. Dilakukan
sebuah penelitian tentang analisis mikrobiologi Escherichia coli pada hasil olahan sapi dan
didapatkan bahwa semua daging yang berasal dari RPH(Rumah Pemotongan Hewan) dan
pasar tradisional telah terkontaminasi E.coli. Sebagian besar susu segar yang berasal dari PSP

(Peternakan Sapi Perah) dan pedang/industri skala rumah tangga telah terkontaminasi oleh
E.coli (Davey, 2005; Ray and Bhunia, 2013; Sartika, et.al., 2005).
Dilaporkan di Ontario, Kanada terjadi wabah yang disebabkan oleh Escherichia coli O157:
H7 yang terkait dengan makanan cepat saji. Penyebaran penyakit melalui makanan pada
kebanyakan kasus diperoleh dari restoran. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa makanan
cepat saji terkontaminasi dengan berbagai jenis mikroorganisme karena kebersihan yang
buruk. Sampel ayam goreng pattie merupakan makanan yang paling banyak terkontaminasi
mikroorganisme karena mengandung rempah-rempah dan bahan tambahan yang merupakan
sumber kontaminasi. Kontaminasi E.coli dapat berasal dari hewan produksi (peternakan) atau
juga dari tenaga penjamah itu sendiri. Sedangkan kontaminasi silang dapat terjadi bila
makanan jadi yang diproduksi berhubungan langsung dengan permukaan meja atau alat
pengolah makanan selama proses persiapan yang sebelumnya telah terkontaminasi kuman
patogen (Saad, et.al., 2011; Holley, 2010; Sartika, et.al., 2005).
Buah-buahan dan sayuran yang sudah masak dan siap dipetik, baik bagi terjadinya
perubahan-perubahan kimiawi untuk membantu proses pencernaan. Proses pencernaan dalam
tubuh diatur oleh hormon yang terdiri dari protein. Mineral dan vitamin yang bergabung
dengan protein membentuk enzim yang berperan besar untuk kelangsungan proses
pencernaan dalam tubuh (Suharjo dan Kusharto, 1992).
Salah satu senyawa yang bisa diperoleh secara sintetik atau diisolasi dari tanaman yaitu
fruktosa oligosakarida (FOS) yang terdapat di dalam serat makanan. Serat makanan berasal
dari sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Jenis prebiotik yang banyak diteliti adalah
frukto oligosakarida (FOS) dan galakto oligosakarida (GOS) untuk membantu pertumbuhan
flora usus besar. Studi klinis menunjukkan bahwa perpaduan kedua senyawa ini terbukti
mampu menstimulir perkembangbiakan bakteri menguntungkan di dalam usus sehingga
penyerapan makanan menjadi lebih baik. FOS dan GOS bisa menekan pertumbuhan bakteri
patogen dan meningkatkan daya tahan saluran pencernaan dan mencegah sembelit. FOS
terdapat di dalam buah dan sayuran, di antaranya ada pada bawang merah, bawang putih,
gandum, pisang. GOS secara alami bisa ditemukan pada kacang kedelai (Rusilanti dan
Kusharto, 2007).
Sayuran yang mengandung serat cukup tinggi yaitu kubis, paprika, wortel, bayam, sawi hijau.
Kubis dapat membantu mengobati penyakit pencernaan kronis. Paprika berkhasiat mengatasi
infeksi saluran pencernaan. Wortel dapat memperlancar saluran pencernaan dan mencegah
3

konstipasi. Bayam dan sawi hijau bermanfaat menjaga kesehatan sistem pencernaan. Buah
yang mengandung serat yaitu semangka, apel merah, melon, buah naga, pir hijau, nanas,
pepaya. Buah-buahan yang mengandung serat dapat memperlancar sistem pencernaan dan
mencegah konstipasi (Rusilanti dan Kusharto, 2007).
Al-Quran menyarankan agar kita makan makanan yang thoyyib dan halal. Kata halal
berasal dari kata yang berarti lepas atau tidak terikat. Sesuatu yang halal adalah yang lepas
dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Karena itu, kata halal juga berarti boleh. Kata halal ini
mencakup segala sesuatu yang diperbolehkan oleh agama, baik kebolehan itu bersifat sunah
(anjuran untuk dilakukan), maupun mubah (boleh). Kata thayyib berarti lezat, baik, sehat,
menentramkan dan paling utama. Pakar tafsir menyatakan bahwa ia berarti makanan dan
minuman yang tidak kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluwarsa) atau dicampuri benda
najis. Makanan thayyib ada juga yang mengartikannya sebagai makanan yang tidak
membahayakan fisik dan akal. Firman Allah dalam surat 23 ayat 51 mengatakan:

Allah berfirman, Wahai para rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal saleh. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Makanan yang thoyyib terdapat korelasi dengan amal shalih. Sangat penting mengenali sifatsifat makanan yang kita konsumsi, agar makanan yang diasup oleh tubuh akan berdampak
positif dalam kehidupan. Makanan yang baik dan halal, akan mengejawantahkan karakter
positif dalam diri manusia. Sebaliknya, makanan haram, akan berpengaruh buruk dalam
membentuk karakter manusia (Triono, 2010; Tebba, 2005).
Pasien pada kasus ini mengonsumsi makanan cepat saji dan setelah itu pasien mengeluh
buang air besar lebih dari 8x disertai dengan sakit perut. Hal ini berhubungan dengan sebuah
penelitian yang menyimpulkan bahwa makanan cepat saji terkontaminasi dengan berbagai
jenis mikroorganisme karena kebersihan yang buruk dan dapat menyebabkan gastroenteritis.
Simpulan
Jenis makanan seperti produk daging, susu dan produknya, produk yang dipanggang,
makanan cepat saji yang terkontaminasi dengan berbagai jenis mikroorganisme berhubungan
4

dengan gastroenteritis. Pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang berpengaruh


terhadap kejadian gastroenteritis. Buah-buahan dan sayuran yang mengandung serat
bermanfaat dalam memperlancar sistem pencernaan, mencegah konstipasi, membuat
penyerapan makanan menjadi lebih baik, dan meningkatkan daya tahan saluran pencernaan.
Al-Quran menyarankan agar kita makan makanan yang thoyyib dan halal karena makanan
yang diasup oleh tubuh akan berdampak positif dalam kehidupan.
Ucapan Terima kasih
Saya mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Bhakti Yudha yang telah memberikan
izin untuk melakukan observasi. Kepada dr. Yusnita, M.Kes. yang telah memberikan
bimbingan sehingga case report ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada dr. H. Kamal
Anas, SpB. selaku koordinator kepeminatan kegawat-daruratan dan kepada koordinator
penyusun dan pelaksana blok elektif yaitu DR.Drh. Hj. Titiek Djannatun dan dr. Hj. RW.
Susilowati, M.kes. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada keluarga dan teman-teman
yang mendukung sampai laporan kasus ini selesai.

Daftar Pustaka
Argudn, M.A., M.C. Mendoza, M.R. Rodicio 2010. Food Poisoning and Staphylococcus
aureus

Enterotoxins.

pp.

1751-1773.,

viewed

15

November

2014,

from

file:///C:/Users/Laila%20Mayangsari/Downloads/toxins-02-01751%20(2).pdf
Behrman, R.A., R.M. Kliegman, A.M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Ed. ke-2. Jakarta:
EGC.
Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC.
Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Holley, R.A. 2010. Smarter Inspection will Improve Food Safety in Canada. pp. 471-473.,
viewed 15 November 2014, from http://www.cmaj.ca/content/182/5/471.full.pdf+html.
Kirk, M., L. Ford, K. Glass, G. Hall. 2014. Foodborne Illness, Australia, Circa 2000 and
Circa

2010.

Vol.

20,

viewed

15

November

2014,

from

http://wwwnc.cdc.gov/eid/pdfs/vol20no11_pdf-version.pdf.
Kirmani, N. 2008. Disease and Disorders. p. 369. New York: Marshall Cavendish.
Ray, B., A. Bhunia 2013. Fundamental Food Microbiology. 5th ed. Boca Raton: CRC Press.
Rusilanti, C.M. Kusharto 2007. Sehat dengan Makanan Berserat. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Saad, S.M., H.M. Ibrahim, E.A.A.M. Ali 2011. Microbial and Chemical Evaluation of Fast
Foods.

pp.

44-51,

viewed

15

November

2014,

from

http://www.fvtm.bu.edu.eg/fvtm/images/Animal_dept/pdf-Magazines/6.pdf.
Sartika, R.A.D, Y.M. Indrawani, T. Sudiarti 2005. Analisis Mikrobiologi Escherichia coli
O157:H7

pada

Hasil

Olahan

Hewan

Sapi

dalam

Proses

Produksinya.

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/104.pdf. 17 November 2014 (21:26).


Suharjo, C.M. Kusharto 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius.
Tebba, S. 2005. Sehat Lahir Batin. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Triono, B. 2010. Jangan Tinggalkan Generasi yang Lemah. Jember: Penerbit Cerdas Ulet
Kreatif.
6

World Health Organization. 2005. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan


Kesehatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai