OLEH :
ANISA ULMURSIDA
26020112120005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
paper ini dengan baik. Dalam menyelesaikan penulisan paper ini, penulis banyak
mendapat bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan
ini, penulis dengan ikhlas menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Agus Indarjo HS, MPhil sebagai dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Sumber Daya Pesisir dan Laut yang telah
mendorong, menuntun dan memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan penulisan paper ini.
2. Rekan-rekan seangkatan yang tak dapat penulis menyebutkan satu
persatu yang dengan caranya sendiri telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan paper ini.
3. Adi Triawan, sebagai teman dekat penulis yang tak henti-hentinya
memberikan
semangat
dan
motivasi
kepada
penulis
dalam
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................31
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam,
wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan. Lebih jauh,
wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut
pandang perencanaan dan pengelolaan. Transisi antara daratan dan lautan di
wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif
serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan
dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosialekonomi, nilai wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan
terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik
pemanfaatan yang timbul akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah
pesisir.
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat
bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya
maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan
penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut,
kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah
laut, namun sangatlah ironis sejak 32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan
perikanan tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan pembangunan perikanan
tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana perikanan di wilayah pesisir,
terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai, pengrusakan ekosistim laut dan
terumbuh karang, serta belum teroptimalkannya pemanfaatan sumber daya
perikanan dan kelautan.
Pengelolaan Sumberdaya alam pesisir pada hakekatnya adalah suatu
proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir
agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan
mengindahkan
kaidah
kelestarian
lingkungan.
Sedangkan
pemberdayaan
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk memberikan deskripsi secara
umum mengenai pengelolaan sumber daya pesisir dan laut melalui pemberdayaan
ekonimi masyarakat di wilayah pesisir. Serta menganalisis sejauhmana peluang
pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dipertahankan dan dimanfaatkan dalam
perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut.
1.3 Permasalahan
kaitannya
dengan
sumberdaya
pesisir
dan
lautan,
kelautan dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan
berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Arti
strategis ini dilandasi empat hipotesa pokok, yaitu :
a. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia memiliki
sebanyak 17.508 pulau (pulau besar dan kecil) dengan kekayaan lautan
yang luar biasa besar dan beragam, maka sudah seharusnya arus utama
pembangunan berbasis pesisir dan lautan akan memberikan manfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.
b. Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk,
serta semakin menipisnya sumberdaya alam daratan, maka sumberdaya
pesisir dan lautan akan menjadi tumpuan harapan bagi kesinambungan
pembangunan ekonomi nasional di masa mendatang.
c. Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan merupakan
prioritas utama untuk pusat pengembangan industri, pariwisata, agribisnis,
agroindustri pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi demikian
bagi kota-kota yang terletak di wilayah industri terus dikembangkan
menuju tata ekonomi baru dan industrialisasi. Tidak mengherankan bila
sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir.
d. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah (UU No. 22 Tahun 1999 dan
UU No. 25 Tahun 1999), tentang pemerintah daerah dan tentang
perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, maka dengan propinsi
dengan otonomi terbatas dan kabupaten, mempunyai peluang besar untuk
memanfaatkan, mengelola dan melindungi wilayah pesisir dan laut untu
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam batas kewenangan wilayah
laut propinsi 12 mil laut diukur dari garis pantai, dan kewenangan
kabupaten sejauh sepertiga dari kewenangan propinsi. Pengelolaan
wilayah pesisir dan laut oleh daerah tidak terlepas dari misi dan visi
secara nasional dan komitmen bangsa dalam melindungi wilayah pesisir
dan laut, pendekatan pemanfaatan dan konservasi perlu dilakukan dengan
kehati-hatian agar tidak mengurangi peluang generasi yang akan datang
juga menikmati kehidupan yang lebih baik dari sekarang.
(Tambelangi dan Darius, 2010)
10
11
(Purwanto, 2003). Lebih lanjut dikatakan pula bahwa ancaman ini diperkirakan
akan meningkat pada dekade ini, karena terjadi pergeseran daerah penangkapan
armada perikanan dunia ke daerah yang masih potensial, termasuk perairan
Indonesia, baik secara legal maupun ilegal. Pengelolaan Sumberdaya alam pesisir
pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia atau
masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat
dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan
(Darajati, 2004).
Dalam pengelolaan lingkungan sumberdaya alam pesisir tidaklah bersifat
serta merta atau latah, namun kita perlu mengkaji secara mendalam isu dan
permasalahan mengenai sumberdaya yang hendak dilakukan pengelolaan. Penting
atau tidaknya sumberdaya alam yang ada, potensi dan komponen sumberdaya
mana yang perlu dilakukan pengelolaan dan apakah terdapat potensi dampak
perusakan lingkungan, serta untung atau tidaknya sumberdaya tersebut bagi
masyarakat merupakan pertimbangan penting dalam pengelolaan (Tambelangi dan
Darius, 2010).
Pengelolaan sumberdaya alam yang beranekaragam, baik di daratan
maupun di lautan perlu dilakukan secara terpadu dengan sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan dalam pola pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan
sumberdaya alam pesisir dilakukan dengan mengembangkan tata ruang dalam
satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian
kemampuan dan daya dukung lingkungan yang tersedia. Secara ideal pemanfaatan
sumberdaya
ikan
dan
lingkungan
hidupnya
harus
mampu
menjamin
dari
aspek
lingkungan
danpertimbangan
sosial
budaya.
12
merupakan aset lokal, nasional atau internasional serta merupakan aset pariwisata
yang dapat mengahasil uang selain berupa barang.
Pertimbangan lingkungan menyangkut stabilitas fisik pantai, lingkungan
masyarakat yang unik, penyediaan stok hewan dan tumbuhan termasuk yang
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan, pelestarian plasma nutfah, estetika dan
indentitas budaya, serta apakah terjadi kerusakan lingkungan yang disebabkan
oleh sedimentasi, konstruksi, pertanian, penebangan, penambangan, penangkapan
berlebihan (overfishing), yutrofikasi karena buangan limbah yang mengandung
nutrien, dan kontaminasi oleh berbagai macam limbah. Sedangkan pertimbangan
sosial budaya meliputi pengakuan tradisi, nilai sosial budaya, mempertahankan
tradisi generasi yang akan datang, sasaran keagamaan (Darajati. 2004).
Proses perencanaan pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan
oleh Dahuri (2002), dapat dilihat pada illustrasi berikut.
13
masyarakat
sebenarnya
mengacu
pada
kata
mereka sendiri.
Pendekatan
lokal
(communitybased
management),
yang
merupakan
14
15
pembangunan
yang
berorientasi
pada
manusia
(people
centered
16
dan
ketersediaan
sumberdaya
pembangunan
khususnya
superstruktur tersebut
17
18
III. PEMBAHASAN
prasarana
dan
sarana
produksi
secara
lokal
yang
19
wilayah,
pendidikan,
kesehatan,
pembangunan
pertanian,
dari
semua
upaya
pembangunan
yang
dilaksanakan
atau
diprogramkan oleh setiap instansi. Hal ini perlu diperjelas dan dipahami oleh
semua pihak. Dengan istilah yang lebih populer, hal ini menuntut adanya
sinergitas dan koordinasi yang benar-benar terjalin antara berbagai instansi
pemerintah. Bila ini bisa diwujudkan maka pembangunan atau pemberdayaan
masyarakat pesisir dapat dilaksanakan secara lebih komprehensif, terpadu,
menyangkut berbagai aspek pembangunan, bukan saja teknis tetapi juga
sosial budaya.
Tanggung jawab pembangunan masyarakat lebih banyak berada pada
pundak pemerintah daerah, dan bukan didominasi oleh pemerintah pusat. Hal
ini disebabkan karena pemerintah daerahlah yang lebih mengenal
masyarakatnya, memahami masalah-masalah yang dihadapi mereka. Selama
ini, meskipun pada era desentralisasi dan otonomi daerah sekarang ini, ada
kesan bahwa pengembangan masyarakat dilepaskan dan diserahkan kepada
pemerintah pusat. Penyerahan tanggung jawab ini karena memang tugastugas pembangunan masyarakat termasuk berat untuk dilaksanakan. Dengan
adanya desentralisasi kegiatan pembangunan, selayaknya dan sepatutnya
pemerintah daerah lebih banyak memberikan prioritas pada pembangunan
yang berbasis pada masyarakat.
Tanggung jawab pembangunan masyarakat pesisir bukan saja berada
pada tangan pemerintah tetapi juga pihak-pihak non-pemerintah yaitu
masyarakat sendiri, pengusaha swasta, usaha milik negara, dan lembaga
20
swadaya masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemerintah tidak harus berupaya
sendiri karena hasilnya tidak akan optimal. Kemampuan pemerintah sangat
terbatas, karena itu kemampuan yang dimiliki pemerintah harus dipadukan
dengan apa yang dimiliki oleh nonpemerintah.
Tangggung
jawab
membangun
masyarakat
pada
hekekatnya
menunjukkan
bahwa
sudah
terlalu
banyak
nelayan
yang
21
22
oleh diri sendiri yang dikenal dengan nama Lembaga Mikro Mitra Mina
(M3), Mina Ventura dan Asuransi Nelayan.
23
24
25
bermuatan
non-teknis
seperti
peningkatan
motivasi,
26
kegiatan
dapat
memberikan
manfaat
kepada
27
usaha
non-perikanan
sebagai
bagian
dari
28
29
IV.
KESIMPULAN
kualitas
hidup
dari
komunitas
masyarakat
yang
30
DAFTAR PUSTAKA
31