Anda di halaman 1dari 21

Asfiksia Neonatorum

Marlin Yulianti (10.2014.268)

Asfiksia Neonatorum

Kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir pada bayi yang dilahirkan dari ibu
dengan kompikasi atau kelahiran kurang bulan (kehamilan < 34

minggu) dan gawat janin serta pemberian obat anestesi atau


narkotika sebelum kelahiran.

Faktor Ibu
Hipoksia Ibu
Gangguan aliran darah uterus

Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.

Faktor Fetus
Kompresi umbilicus

Faktor Neonatus

a. Pemakaian obat anastesia/analgetika


b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intracranial.
c. Kelainan congenital pada bayi misalnya hernia difragmita, atresia / stenosis
saluran pernafasan dan lain-lain.

Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta

bayi lahir di dunia, secara global 4 juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan
4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal
lanjut).

Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia
neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal.
Sebanyak 98% dari kematian bayi terjadi di negara-negara berkembang.

Sedangkan di Indonesia asfiksia neonatorum merupakan penyebab


kematian bayi paling tinggi.

Gejala klinis yang didapat pada Asfiksia Neonatorum ini :


Pada kehamilan :
Jika DJJ normal dan ada mekonium : Janin mulai asfiksia
Jika DJJ 160x/menit ke atas dan ada mekonium : Janin sedang asfiksia

Jika DJJ 100x/menit ke bawah dan ada mekonium : Janin dalam gawat
Pada bayi setelah lahir :
Bayi pucat dan kebiru-biruan
Usaha bernafas minimal atau tidak ada
Hipoksia
Asidosis metabolik atau respiratori

Perubahan fungsi jantung


Kegagalan sistem multiorgan
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis.

Diagnosis
Denyut Jantung Janin

Mekanisme dalam Air Ketuban


Pemeriksaan Ph pada janin
Dengan menilai Apgar Skor
* Appearance ( warna kulit )
* Pulse ( bunyi jantung )
* Grimance ( Reflek )
* Activite ( Tonus otot )
* Respiratory effort (usaha bernafas)

Klinis

Detik jantung

Tidak ada

Kurang dari 100/menit

lebih dari 100/menit

Pernapasan

Tidak ada

Tidak teratur

Tangis kuat

Refl waktu jalan napas

Tidak ada

Menyeringai

Batuk/bersin

Lunglai

Fleksi ekstermitas

Fleksi kuat

(lemah)

Gerak aktif

Tubuh merah

Merah seluruh

Ekstermitas biru

Tubuh

dibersihkan
Tonus otot

Warna kulit

Biru pucat

Vigorous baby (7-10) : Bayi sehat


Asfiksia sedang (4-6) : Pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/ menit. Tonus otot kurang baik/ baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada

Asfiksia berat (0-3) :


Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/ menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang- kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

Epinefrin
Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit
setelah dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30
detik. Dosis yang diberikan 0,1-0,3 ml/kgBB larutan1:10.000 (setara dengan

0,01-0,03 mg/kgBB) intravena atau melalui selang endotrakeal.


Volume ekspander
Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir
yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon
dengan resusitasi, hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau
syok. Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit.

Bikarbonat
Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi
baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Dosis yang digunakan adalah
2 mEq/kg BB atau 4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %.
Nalokson
Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan
indikasi depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam sebelum melahirkan.

Penghentian resusitasi

Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit,
setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain
telah disingkirkan, maka resusitasi dapat dihentikan. Data mutakhir
menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit, sangat tipis
kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat.

Different Diagnosis
Sindroma Aspirasi Mekoniuim

Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin menghirup mekonium yang


tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim
maupun sesaat setelah dilahirkan.

Manifestasi Klinis:

Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di
dalam cairan ketuban.

Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama sebelum
persalinan).

Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah.

Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis).

Takipneu (laju pernafasan yang cepat).

Apneu (henti nafas).

Tampak tanda-tanda post-maturitas (berat badannya kurang, kulitnya mengelupas).

Respiratory Distress Syndrom

Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar,
yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan
Gejala klinis:
adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai
dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi
dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama
setelah lahir.

Neonatal Pneumonia
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin terjadi
dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan
dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paruparu.
Manifestasi Klinis:

Pneumonia pada nonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi baru lahir,
dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit,
Takipnea > 60x/menit, retraksi dada,
batuk dan mendengus.

Takipnea merupakan tanda yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus,
termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam (30-56%),

ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis (12-40%), dan batuk (30-84%).

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama


kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia.
Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe,
disertai penurunan frekuensi jantung.
Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga
bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan
pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme
dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila
gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan
jantung berkurang.
Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan
gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli
yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh
darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak .

Komplikasi

Meliputi berbagai organ yaitu:


1. Otak: Hipoksik sikemik enselopati, edema serebri, palsi serebralis.
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru.


3. Gastrointestinal: Enterokolitisnekrotikans
4. Ginjal: Tubular nekrosis akut, Syndrome of Inappropriate Antidiuretic

Hormone Hypesecretion.
5. Hematologi: Disseminated Intravascular Coagulation

Pencegahan secara umum


Pencegahan

terhadap

asfiksia

neonatorum

adalah

dengan

menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia.


Meningkatkan derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus
baik, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus

dihindari.
Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dengan hanya
satu intervensi, karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita

adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan,


kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya.

Dubia Ad Malam , Dubia Ad Bonam

Prognosis untuk asfiksia neonatorum tergantung pada berapa


lama baru lahir tidak dapat bernapas.
Dengan

jantung,

asfiksia

ginjal,

mengakibatkan

dan
dan

berkepanjangan,

kerusakan
juga

paru-paru

kematian,jika

napas berlangsung lebih lama dari 10 menit.

otak,

dapat
sesak

TERIMA KASIH KAKAK..

Anda mungkin juga menyukai