Anda di halaman 1dari 35

Bab I

Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar

disebabkan oleh infeksi di kalangan balita. UNICEF memperkirakan, lebih dari 900,000 anakanak meningal disebabkan oleh ISPA dimana 15% adalah balita dan 2% adalah neonatus pada
tahun 2015. Sekitar 2 juta kematian setiap tahun terjadi pneumonia pada anak usia kurang dari 5
tahun, terutama di Afrika dan daerah Asia Tenggara. Lebih dari setengah kasus baru pneumonia
terkonsentrasi di 5 negara di dunia dimana 44% umur anak tersebut 2 kurang dari 5 tahun: India
(43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta), sedangkan Bangladesh, Indonesia dan Nigeria
(masing-masing 6 juta).1
Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar
disebabkan karena pneumonia 23,6%.1 WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di
negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun,
8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu rawat-inap.2
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007
(25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period prevalence pneumonia yang tinggi
terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada kelompok umur
berikutnya. Period prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita
pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai insiden pneumonia
Balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%), Bangka Belitung (34,8%),
Sulawesi Barat (34,8%), dan Kalimantan Tengah (32,7%) (tabel 3.4.1). Insidens tertinggi
pneumonia Balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%). Pneumonia Balita lebih
banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (27,4%).2

Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian dasar akibat pneumonia diantaranya
melalui Peningkatan pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2ISPA) dengan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan model
tatalaksana kasus terpadu. Program P2 ISPA dikembangkan dengan mengacu pada konsep
menajemen terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis
wilayah. Konsep terpadu meliputi penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko lingkungan,
faktor risiko perilaku dan kejadian penyakit dengan memperhatikan kondisi lokal.3
Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru
mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Pelaksanaan pengendalian
ISPA memerlukan komitmen pemerintah, berbagai sektor yang terkait dan masyarakat dalam
usaha mencapai tujuan Sustainable Development Goal (SDG) no 3 iaitu p ada 2030, dapat
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha
menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH(Kelahiran hidup)
dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH.3 Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya
jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun 2015 sebesar 301 balita.4
Dalam usaha mencapai tujuan SDG no. 3 di Indonesia maka, UPTD Puskesmas
Kutawaluya saat ini ikut melaksanakan Program P2ISPA. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan
cakupan penemuan dan tatalaksana pneumonia pada Balita sekaligus menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas Balita di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, perlunya dilakukan
evaluasi program mengenai cakupan pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutawaluya karena belum diketahui keberhasilan program P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk
periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016. 4

1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1. UNICEF memperkirakan, lebih dari 900,000 anak-anak meningal disebabkan oleh ISPA
dimana 15% adalah balita dan 2% adalah neonatus pada tahun 2015.

1.2.2. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar
disebabkan karena pneumonia 23,6%.
1.2.3. WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29
episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun.
1.2.4. Menurut Riskesdas tahun 2013, Period prevalence ISPA Indonesia (25,0%) tidak jauh
berbeda dengan 2007 (25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, Period
prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang
berobat hanya 1,6 per mil.
1.2.5. Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru
mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kutawaluya jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun
2014 sebesar 182 balita.
1.2.6. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya belum diketahui keberhasilan program
P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.

1.3.

Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam Program Pengendalian Penyakit ISPA
(Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan Mei
2016.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.

Diketahuinya jumlah dan cakupan penemuan penderita ISPA (Pneumonia


Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.

1.3.2.2.

Diketahuinya cakupan pelaksanaan penentuan diagnosis penderita ISPA


(Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan
Mei 2016.

1.3.2.3.

Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia


Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.

1.3.2.4.

Diketahuinya jumlah rujukan kasus ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD


Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.

1.3.2.5.

Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok maupun


perorangan mengenai ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016.

1.3.2.6.

Diketahuinya cakupan

pelaksanaan

pelatihan

kader untuk mendeteksi dini

penderita ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016.
1.3.2.7.

Diketahuinya cakupan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan penderita ISPA


(Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan
Desember2015.

1.4.

Manfaat

1.4.1. Bagi Evaluator


1.4.1.1.

Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah, khususnya mata
kuliah Ilmu Kedokteran Komunitas.

1.4.1.2.

Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya


program kesehatan.

1.4.1.3.

Menambah pengetahuan dan wawasan baru mengenai program pemberantasan


penyakit Pneumonia

1.4.1.4.

Balita.

1.4.1.5.

Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus


dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkanantara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1.4.1.6.

Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

1.4.1.7.

Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi


1.4.2.1.

Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

1.4.2.2.

Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang


kesehatan.

1.4.2.3.

Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang


menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi


1.4.3.1.

Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan, terutama P2ISPA (Pneumonia Balita) di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kutawaluya.

1.4.3.2.

Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar


dapat berjalan dengan baik.

1.4.3.3.

Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimaldalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas P2ISPA (Pneumonia Balita)sehingga mutu dari
pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

1.4.4. Bagi Masyarakat


1.4.4.1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu di Puskesmas.
1.4.4.2. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit ISPA (Pneumonia Balita)
sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

1.5. Sasaran
Semua Balita (berusia <1 tahun dan 1-4 tahun) di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Juni 2015 sampai dengan
Desember2015.

Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas
mengenai program pemberantasan infeksi saluran pernapasan akut (pneumonia Balita) di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan Desember2015.
1. Meliputi:
a. Penemuan penderita pneumonia Balita
b. Penentuan diagnosa pneumonia Balita
c. Pengobatan penderita pneumonia Balita
d. Rujukan penderita pneumonia Balita
e. Penyuluhan pneumonia Balita
f. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader
g. Pencatatan dan pelaporan mengenai kasus pneumonia Balita

2. Data kependudukan (demografi) dari Kecamatan Kutawaluya tahun 2015.


2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluyaperiode Juni 2015
sampai dengan Desember2015dengan cara membandingkan cakupan laporan bulanan
program P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluyaterhadap tolok ukur
yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan
sistem.

Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Bagan Teori

3
4
2

Bagan 1. Teori Pendekatan Sistem.5

LINGKUNGAN

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan
MASUKAN
PROSES
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 5
1

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
UMPAN
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
danaBALIK

(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2

Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pemantauan (controlling).

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung suatu sistem. 5

Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.

Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.

6
3.2.

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem. 5
Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program tertentu. Digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai dalam program P2ISPA (Pneumonia Balita).

KEL

Tolok ukur yang dipakai dalam mengevaluasi program P2ISPA (Pneumonia


Balita) ini adalah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran I)

Bab IV
Penyajian Data

4.1. Sumber Data


Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
1. Laporan bulanan P2ISPA (pneumonia Balita) UPTD Puskesmas periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016. (Lampiran VI)
2. Data demografi dari kecamatan Kutawaluya tahun 2015. (Lampiran III)
4.2. Data Umum

4.2.1. Data Geografis(Lampiran II)

Luas Wilayah dan Batas-batas


-

Lokasi : Gedung Puskesmas Kutawaluya terletak di Jl. Raya sampalan, kecamatan


Kutawaluya, kabupaten karawang. 6

Luas wilayah kerja puskesmas : 2.340 Ha, yang terdiri dari 1.638 Ha tanah pertanian
dan 702 Ha tanah darat, 7 desa, 31 RW dan 96 RT, dan 30 dusun.

Batas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya:


1) Sebelah Utara

: Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kutamukti

2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rawamerta


3) Sebelah Barat

: Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rengasdengklok

4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kertamukti. 6

Wilayah Administrasi (lampiran II)


Luas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 2.340 Ha, yang mencakup 7 desa

yaitu:
-

Desa Waluya

Desa Sampalan

Desa Sindangsari

Desa Sindangmulya

Desa Sindangkarya

Desa Sindangmukti

Desa Mulyajaya. 6

4.2.2. Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah
pertanian (1.638 Ha) dan tanah darat (tanah dengan berbagai kegunaan) (702 Ha). 6
4.2.3. Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, kabupaten Karawang berada pada dataran
rendah berdekatan dengan laut.
4.2.4. Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 C.
4.2.5. Hidrografi
Kutawaluya mempunyai sedikit aliran sungai. 6
4.2.6. Demografi(Data lengkap terdapat pada lampiran III)

Jumlah penduduk Wilayah Kutawaluya bulan Mei 2016 adalah 32.778 jiwa, yang
terdiri dari: (lampiran III tabel 1)
a Jumlah RT

: 96 RT

b Jumlah penduduk laki-laki

: 16.815 orang

c Jumlah penduduk perempuan

: 15.963 orang

d Jumlah KK

: 12.156 KK

Jumlah penduduk rentan di Wilayah Kutawaluya tahun 2015 terdiri dari: (Lampiran
III tabel 2)

Jumlah bayi

: 822 orang

Jumlah balita

: 2.390 orang

Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 7
desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata kepadatan penduduk
Kutawaluya adalah 14 jiwa/Ha.

Sebagian besar penduduk berpendidikan SD sebesar 40,35% (13.311 orang).


(Lampiran III tabel 3)

Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai buruh tani sebesar
40,37 % (2.088 orang). (Lampiran III tabel 4)

Sebagian besar penduduk merupakan penduduk miskin yaitu sebesar 31%.6


(Lampiran III tabel 5)

4.2.7. Transportasi
Sarana transportasi yang banyak digunakan di daerah ini berupa kendaraan pribadi
berupa motor atau mobil. Untuk mencapai Puskesmas Kutawaluya, waktu tempuh berkisar
antara 5 menit (Desa Sampalan) hingga 55 menit (Desa Sindangsari). (Lampiran III tabel 6)

4.2.8. Jenis sarana kesehatan


Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya,
antara lain: (Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran III tabel 7)
1. Puskesmas pembantu

: 2 buah

2. Praktek perorangan
a. Dokter Umum

: 2 orang

b. Dokter Gigi

: 1 orang

c. Bidan

: 18 orang

3. Klinik 24 jam

:0

4. Dokter praktek swasta:

: 1 orang

5. Paraji

: 13 orang

6. Posyandu

: 39 buah

4.3. Data Khusus


4.3.1. Masukan

Tenaga
-

Dokter

: 3 orang

Perawat

: 18 orang

Petugas P2M

: 1 orang

Petugas administrasi

Kader

: 50 orang

Posyandu

: 39 buah

: 1 orang

Dana
Dana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup.

Dana berasal dari: Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).

Sarana

Sarana medis:
a) Stetoskop

: 3 buah

b) Termometer

: 2 buah

c) Timbangan berat badan bayi

: 1 buah

d) Timbangan berat badan dewasa

: 1 buah

e) Sound timer

: 2 buah

f) Senter

: 1 buah

g) Antibiotik:
-

Kotrimoksazol 480 mg

: Tersedia cukup

Kotrimoksazol 240 mg/5ml

: Tersedia cukup

h) Analgetik-antipiretik:
-

Paracetamol 500 mg

: Tersedia cukup

Paracetamol sirup 120 mg/5ml

: Tersedia cukup

i) Antitusif- anti sesak

Gliseril guaikolat (GG)

: Tersedia cukup

Salbutamol

: Tersedia cukup

Sarana non medis:


1) Gedung Puskesmas
a) Ruang pendaftaran

: Ada

b) Ruang tunggu

: Ada

c) Ruang untuk pemeriksaan pasien

: Ada

2) Meubel Puskesmas

a) Lemari arsip

: Ada

b) Lemari obat

: Ada

c) Meja periksa

: Ada

d) Kursi

: Ada

e) Tempat tidur untuk memeriksa

: Ada

f) Ruang tunggu

: Ada

3) Pedoman tatalaksana ISPA

: Ada

4) Brosur atau poster P2ISPA

: Ada

5) Alat administrasi (buku, alat tulis)

: Ada

Metode
Program Penanggulangan ISPA dalam pelaksanaanya di lapangan dilakukan dalam

bentuk:
a. Penemuan penderita
b.

ISPA. Penemuan dan tatalaksana Pneumonia merupakan kegiatan inti dalam


pengendalian Pneumonia Balita.7
-

Penemuan penderita secara pasif

Dalam hal ini penderita yang datang berobat ke Balai Pengobatan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) UPTD Puskesmas Kutawaluya.
-

Penemuan penderita secara aktif

Petugas kesehatan bersama kader secara aktif menemukan penderita baru dan penderita
pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.
Penemuan penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:

Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas

Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian bawah


ke dalam (TDDK) dan hitung napas.

Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2
bulan - <5 tahun

Melakukan klasifikasi Balita batuk dan atau kesukaran bernapas; Pneumonia


berat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia. 7

c. Penentuan Diagnosis Pneumonia.


Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan melalui
anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik bayi dan Balita dengan
cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak meronta)
dengan menghitung frekuensi napas menggunakan sound timer selama 60 detik. Diagnosis
pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
peningkatan frekuensi nafas (nafascepat) sesuai umur.1, 7
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telak dilakukan, tenaga kesehatan dapat
menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya apakah kasus yang dihadapi adalah
penyakit yang serius atau bukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak dengan memasukkannya
ke dalam klasifikasi, yaitu: 1, 7
1) Golongan umur < 2 bulan

Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam


yang kuat (TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan frekuensi napas
lebih 60 kali per menit atau lebih.

Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak adanya napas
cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit. 1, 7

2) Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun


Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) pada saat anak
menarik napas (saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).
Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK). Adanya napas
cepat, dengan frekuensi napas:

2 bulan - 12 bulan : 50x/menit.

12 bulan - 5 tahun : 40x/ menit.

Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:
-

2 bulan - 12 bulan : < 50x/menit.

12 bulan - 5 tahun : < 40x/menit. 1, 7

d. Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:


1) Golongan umur < 2 bulan

Pneumonia berat :
-

Rujuk segera ke rumah sakit.

Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksazol).

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI. 1, 7

Batuk bukan pneumonia :

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi


tetap hangat.

Memberi ASI lebih sering.

Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.

Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat atau


sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah parah. 1, 7

2) Golongan umur 2 bulan - 5 tahun

Pneumonia berat :
-

Rujuk segera ke rumah sakit.

Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

Pneumonia :
-

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) selama 3 hari.

Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada. 1, 7

Batuk bukan pneumonia :

Jika batuk > 3 minggu rujuk.

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

Obati demam, jika ada.

e. Rujukan Penderita Pneumonia


Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum harus segera
dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda bahaya yang perlu diwaspadai :
1)

Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun
atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu dingin.

2)

Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk. 1, 7
f. Penyuluhan mengenai Pneumonia
1) Perorangan.
Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua penderita
Pneumonia saat membawa anaknya berobat di UPTD Puskesmas Kutawaluya dengan
memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah Pneumonia. 1, 7
2)

Kelompok.

Penyuluhan Pneumonia dilaksanakan terhadap kelompok masyarakat di wilayah kerja


UPTD Puskesmas Kutawaluya melalui metode ceramah, diskusi kelompok dan poster. 1, 7
g. Pelatihan Kader.
Pelatihan kader Pneumonia dilaksanakan minimal setahun sekali dengan tujuan
memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA

ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan mengunakan sound
timer atau jam tangan, serta usaha usaha pencegahan Pneumonia. 7
h. Pencatatan dan pelaporan.
Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan. Kasus Pneumonia dan
Pneumonia berat dilaporkan dalam formulir LB3 sebagai Pneumonia. 1, 7
4.3.2. Proses
4.3.2.1.

Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
1) Penemuan penderita Pneumonia Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA oleh
dokter umum atau bidan terhadap pasien bayi dan Balita yang dibawa oleh orang
tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
2) Penentuan diagnosis Pneumonia: Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPA
berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik oleh dokter umum atau bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,
pukul 07.30-14.30 WIB.
3) Pelayanan pengobatan penderita Pneumonia: Akan dilakukan oleh dokter umum atau
bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB, sesuai
pedoman tatalaksana ISPA.
4) Rujukan penderita Pneumonia: Akan dilakukan rujukan bila ditemukan penderita
pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat pada setiap
hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
5) Penyuluhan Pneumonia
a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik
wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA (Pneumonia) kepada
orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul
07.30-14.30 WIB.
b. Kelompok: Direncanakan satu kali setiap bulan (12 kali/ tahun).
6) Pelatihan kader: Direncanakan untuk dua desa yang kadernya belum pernah

mendapat pelatihan. (Sindangsari & Sindangmukti)


7) Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerja.
b. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan oleh
petugas P2ISPA.

4.3.2.2.

Pengorganisasian (Lampiran V)

Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:

oe

aP
duPp

sl e a
ue

beM
ras

gtK
aTw

Ue
s
ah

n
sn

g
k y

me
u
a

apy
da

po

e
a
a

n
k
l

a
d
i

t
a

o
l

r
i

t
r

a
u

ta

a
Bagan 2. Struktur organisasi bagian Pengendalian Pneumonia Puskesmas Kutawaluya.4
Pengorganisasian dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas Kutawaluya (dr. Cucu Siti Minpalah, M.Kes):
1. Sebagai penanggung jawab program.
2. Monitoring pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita) tingkat kecamatan.

3. Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita) di


wilayah kerja. 4
b. Koordinator petugas P2M pengelola P2ISPA (Ibu E. Wina Winangsih, S.Kep):
1. Penanggung jawab petugas Operasional P2ISPA (Pneumonia Balita)
2. Pelaksana pencatatan dan pelaporan P2ISPA (Pneumonia Balita)
3. Pelaksana Program Pengobatan. 4

4.3.2.3.

Pelaksanaan
1. Penemuan penderita Pneumonia: dilakukan secara passive case finding oleh dokter
umum atau bidan di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
2. Penentuan diagnosis penderita Pneumonia: dilakukan oleh dokter umum atau bidan
sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30
WIB.
3. Pengobatan penderita Pneumonia: dilakukan oleh dokter umum atau bidan sesuai
pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30
WIB.
4. Rujukan penderita Pneumonia: tidak dilakukan rujukan karena tidak didapatkan
kasus pneumonia berat sepanjang periode Juni 2015 sampai Oktober 2015. Pasien
pneumonia ringan dan sedang dapat dirawat di Puskesmas.
5. Penyuluhan Pneumonia: Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui
edukasi orang tua penderita Pneumonia yang datang berobat pada setiap hari kerja,
pukul 07.30-14.30 WIB oleh dokter umum atau bidan. Penyuluhan kelompok
dilaksanakan 12 kali dalam setahun.
6. Pelatihan kader : tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya dari dinas kesehatan.
7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian
formulir SP2TP melalui format LB3 Program P2ISPA . Register pasien yang datang
ke poli MTBS setiap harinya direkap dalam laporan mingguan (laporan W2). Begitu
juga ketika ada pasien yang datang ke Posyandu atau kader dengan pneumonia akan

dicatat dan dilaporkan ke Puskesmas setiap minggunya. Laporan mingguan akan


direkap dalam laporan bulanan yang akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap awal
bulan sebelum tanggal 5. Tidak dilakukan pencatatan kasus pneumonia di fasilitas
kesehatan lain di luar Puskesmas.
4.3.2.4.

Pengawasan
1. Melalui pencatatan setiap hari
laporan

dan pelaporan yang dilaksanakan dalam bentuk

bulanan, pkp (penilaian kinerja puskesmas) dan tahunan oleh petugas

P2ISPA.
2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Kutawaluya
12x/tahun.
4.3.3.

Keluaran

1. Penemuan penderita Pneumonia

Angka insiden Pneumonia10% per tahun.


Perkiraan jumlah Balita = 10% jumlah penduduk
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya tahun 2016= 32.778 orang
Maka:
Perkiraan jumlah penderita pneumonia Balita di wilayah kerja tersebut per tahun
= insiden pneumonia Balita x perkiraan jumlah Balita
=10% x (10% x 32.778) = 327,78 Balita/tahun (dibulatkan menjadi 328 Balita/ tahun)

Target penemuan bayi dan Balita penderita pneumonia dalam satu tahun (target absolut
satu tahun: 86%)

= 86%x 328 = 282,08 (dibulatkan menjadi 259)


Atau 282/12 = 23,58 (dibulatkan menjadi 24) pasien Balita/bulan

Penemuan penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya (lampiranVI)

Pneumonia
Bukan Pneumonia

: 69 kasus
: 328 kasus

Jumlah penderita pneumonia bayi dan Balita yang ditangani di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun :69 kasus

Cakupan Penderita Pneumonia Balita: ( Lampiran IV, VI)


Jumlah penderita pneumonia bayi dan
Balita yang ditangani di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun
Cakupan bayi dan
Balita
pneumonia

Jumlah

dengan
yang

perkiraan

penderita

Pneumonia bayi dan Balita di satu

x 100%

wilayah kerja pada waktu yang sama

ditangani
=

69
100
328

=21,03%
2. Penentuan diagnosis Pneumonia:
Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia)
sesuai metode diagnosis oleh dokter
x 100%

Jumlah seluruh penderita ISPA


(pneumonia) yang didiagnosis
69
100
69

= 100%
3. Pelayanan pengobatan penderita Pneumonia:
Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standar
x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
69
100
= 69
= 100 %
4. Rujukan penderita Pneumonia: tidak dilakukan = 0 %
Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat
sepanjang periode Juni 2015 sampai dengan Juni 2016.

5. Penyuluhan
a.

Penyuluhan perorangan: 100% (dilakukan pada setiap kali

kunjungan penderita dengan diagnosis ISPA khusunya pneumonia Balita).


b.
Penyuluhan kelompok : 12 kali dalam satu tahun (100%).
6. Pelatihan kader kesehatan.
Tidak dilakukan pelatihan kader kesehatan karena keterbatasan biaya dari dinas
kesehatan. Puskesmas sudah mengajukan surat permintaan pelatihan kader namun belum
mendapatkan persetujuan dari dinas kesehatan.
7. Pencatatan dan pelaporan.
100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program. Pencatatan dilaksanakan
setiap hari kerja dan pelaporan dilaksanakan secara bulanan oleh petugas kesehatan di
Puskesmas.
4.3.4.

Lingkungan

Lingkungan Fisik
o Kepadatan penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Kutawaluya


Luas wilayah Kutawaluya

32.778 jiwa
2340 Ha

= 14,0 jiwa per Ha


Jadi wilayah Kecamatan Kutawaluya termasuk wilayah yang tidak padat.
o Lokasi

: Cukup strategis, namun RS rujukan berlokasi agak jauh sekitar 35

km dari Puskesmas Kutawaluya dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit


kendaraan bermotor. Ada 2 lokasi desa yang sulit dijangkau yaitu Sindangsari dan
Mulyajaya.
o Transportasi

: Tersedia sarana transportasi umum seperti ojek. Transportasi

umum seperti angkutan umum yang lebih terjangkau harganya belum ada. Dengan

adanya perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan oleh pemerintah daerah, ketujuh
desa dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat pribadi. Di Puskesmas
terdapat 1 ambulans yang siap pakai.
o Fasilitas kesehatan: Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain seperti Balai
Pengobatan Swasta (BPS) dengan Puskesmas dalam program P2ISPA (tidak teratur
memberikan laporan temuan Balita yang menderita pneumonia).

Lingkungan non fisik


o Perilaku masyarakat
o Sosial budaya
o Sosial ekonomi

: Ada pemanfaatan puskesmas sebagai sarana pelayanan


kesehatan.
: Tidak menghambat program.
: Menghambat program karena mayoritas memiliki tingkat

sosial ekonomi rendah. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai
buruh tani (40,37%), disusul oleh pedagang (15,80%), dan petani (9,88%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar penduduk adalah yang
pekerjaannya tidak memberikan penghasilan yang pasti setiap bulannya.
o Status pendidikan
: Sebagian besar penduduk memiliki pendidikan terakhir
SD/MI (40,35%), kemudian SMA/MA (28,09%), SMP/MTS (19,75%), belum tamat
SD (10,12%), dan sarjana (1,69%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa mayoritas penduduk memiliki pendidikan yang rendah (50,47%).
4.3.5.

Umpan Balik

Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas dan lintas program untuk mengevaluasi
program yang telah dijalankan serta Rapat kerja dengan Dinas Kesehatan 1 bulan sekali.
4.3.6. Dampak
1. Langsung :
Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Pneumonia: belum dapat dinilai.
2. Tidak langsung :
a. ISPA (pneumonia) tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sesuai Paradigma Sehat: belum dapat dinilai.

Bab V

Pembahasan
5.1. Variabel Masalah
Tabel 1. Variabel Masalah.
N
o

Variabel

1.

Keluaran
Cakupan penderita Pneumonia
Balita
Pelatihan bagi kader untuk
meningkatkan pengetahuan tentang
pneumonia Balita
Masukan
Sarana : Sound timer

2.
3.

4.

Proses
Perencanaan pelatihan kader

Tolok Ukur
Keberhasilan
Variabel

Cakupan

Masalah

86%

21,03%

100%

0%

(+)
75,5%
(+)
100%

3 buah
(100%)

2 buah
(66,66%)

(+)
33,34 %

Dilakukan satu kali


setahun

Tidak
dilakuka
n

(+)

Mendukung
Mendukung
Mendukung

Tidak
Tidak
Tidak

(+)
(+)
(+)

Lingkungan
Transportasi
Fasilitas Kesehatan lain
Sosio ekonomi

Bab VI
Permasalahan

Dari pembahasan Evaluasi Program P2ISPA Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Kutawaluya
periode Juni 2016 sampai dengan Mei 2016 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:
1. Masalah menurut keluaran
a. Cakupan penderita pneumonia balitasebesar 21,03% dari target 86%.
b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0%
dari target 100%.
2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :
a. Dari Masukan

Kader Pneumonia sebanyak 50 orang dari jumlah seharusnya 70 orang (10


orang/ desa).

Kader yang ada tidak aktif.

Hanya ada 2 buah sound timer dari tolak ukur 3 buah sound timer.

b. Dari Proses (Pelaksanaan)


-

Pelatihan bagi kader tidak dilaksanakan.

c. Dari lingkungan
1) Fisik
-

Sarana transportasi umum terbatas

Fasilitas kesehatan lain : Fasilitas kesehatan yang lain seperti Balai


Pengobatan Swasta (BPS) tidak memberikan laporan penemuan penderita
pneumonia Balita ke Puskesmas.
2) Non Fisik

Sosial ekonomi: Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah dan


bermata pencaharian sebagai buruh tani.

Bab VII
Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran :
a

Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balitadi Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016 sebesar 21,03 % dari tolok ukur 86%.

Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari target
100%.

Dalam menetapkan prioritas masalah ditetapkan dengan teknik scoring sebagai berikut :
No

1.

Parameter

Besarnya masalah

Masalah
A

2.

Akibat yang ditimbulkan

3.

Keuntungan sosial karena selesainya masalah

4.

Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai

5.

Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan

23

19

masalah
Total
Koding :
5 = sangat penting ; 4 = penting ; 3 = cukup penting ; 2 = kurang penting ; 1 = tidak penting.
Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, maka masalah yang harus diselesaikan, yaitu :
a

Penemuan penderita pneumoniadi Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan
Mei 2016 sebesar 21,03 % dari tolok ukur 86%.

Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari taget
100%.

Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah 1: Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 21,03 % dari target 86%.
Penyebab Masalah:
1

Tidak dilakukannya perencanaan dan pelaksanaan pencatatan kasus Pneumonia Balita


di fasilitas kesehatan lain seperti Balai Pengobatan Swasta (BPS) di wilayah kerja
Puskesmas

Tidak aktifnya penemuan dan perujukan penderita Pneumonia Balita oleh kader.

Penemuan penderita Pneumonia Balita dilakukan secara passive case finding.

Penyelesaian Masalah:
1

Petugas Puskesmas melakukan kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain untuk ikut
melakukan pencatatan dan melaporkannya ke Puskesmas.

Memberikan pedoman penentuan diagnosa Pneumonia balita dan teknik pencatatan


kasus yang ditemukan.

Melakukan pelatihan kader mengenai penemuan dan merujuk penderita Pneumonia


Balita yang terangkum dalam pelatihan kader terpadu.

Memberdayakan masyarakat bersama para kader terlatih untuk melakukan active


case finding.

Masalah 2: Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari
target 100%.
Penyebab Masalah:
1
2

Dana BOK pada tahun 2015 terbatas untuk pelatihan Kader Posyandu.
Pelatihan kader masih sendiri-sendiri (belum terpadu).

Penyelesaian Masalah:
1

Perencanaan anggaran BOK di tahun 2016 untuk melaksanakan pelatihan kader.

Pelaksanaan kader secara terpadu.

Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada program Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016, didapatkan:
1. Cakupan penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar 21,03 %.
2. Cakupan penentuan diagnosis penderita Pneumonia Balitaadalah sebesar 100%.
3. Cakupan pelaksanaan pengobatan penderita Pneumonia Balita adalah sebesar 100%
4. Jumlah rujukan kasus Pneumonia Balita tidak ada.

5. Cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok adalah sebesar 100%


6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita Pneumonia Balita adalah 0%.
7. Pencatatan dan pelaporan penderita Pneumonia Balita dilakukan 100% sesuai tolok
ukur.
8. Masih belum berhasilnya pelaksanaan program P2ISPA(Pneumonia Balita) di UPTD
Puskesmas Kutawaluya karena masih ada masalah-masalah di program ini.
9.2. Saran
Agar kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balita di Puskesmas Kutawaluya
di periode yang akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas sebaiknya
memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah sebagai berikut:

Disarankan kepada Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program untuk :


1. Memotivasi kader pneumonia yang ada agar lebih aktif dalam penjaringan dan
pelaporan kasus pneumonia balita.
2. Melakukan pelatihan mengenai Pneumonia secara umum kepada kader oleh dokter
dengan memanfaatkan sumber daya dari masyarakat.
3. Melaksanakan pelatihan kader secara terpadu dengan menggunakan anggaran BOK
yang sudah direncanakan dengan baik.
4.

Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya seperti kader, bidan ataupun dokter di UPTD
Puskesmas Kutawaluya untuk diikutsertakan dalam program P2ISPA agar masing-masing
jabatan dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih fokus.

Melalui saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan program


Pengendalian Penyakit Pneumonia Balita pada periode yang akan datang di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Kutawaluya, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.

Daftar Pustaka
1. World

pneumonia

day

2015

infographic.

November

2015.

Diunduh

dari

http://data.unicef.org/child-health/pneumonia.html
2. Kementerian Kesehatan RI. Modul tatalaksana standar pneumonia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI; 2010.h. 1-54.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.h. 65-8.
4. Weber M, Fransisca, Said M, dkk. Pneumonia balita. Buletin Jendela Epidemiologi 2010:
Vol 3, 1-36.
5. Data Pencatatan dan Pelaporan Bulanan Periode Juni 2015 sampai Oktober 2015 Program
P2ISPA (Pneumonia) Puskesmas Kutawaluya.

6. Susanto DH. Pedoman evaluasi program. Jakarta: UKRIDA; 2011.h. 6-10.


7.

Data Demografi UPTD Puskesmas Kutawaluya tahun 2015.

8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pengendalian infeksi saluran pernapasan akut.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012. h. 1-31.

Anda mungkin juga menyukai