Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar
disebabkan oleh infeksi di kalangan balita. UNICEF memperkirakan, lebih dari 900,000 anakanak meningal disebabkan oleh ISPA dimana 15% adalah balita dan 2% adalah neonatus pada
tahun 2015. Sekitar 2 juta kematian setiap tahun terjadi pneumonia pada anak usia kurang dari 5
tahun, terutama di Afrika dan daerah Asia Tenggara. Lebih dari setengah kasus baru pneumonia
terkonsentrasi di 5 negara di dunia dimana 44% umur anak tersebut 2 kurang dari 5 tahun: India
(43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta), sedangkan Bangladesh, Indonesia dan Nigeria
(masing-masing 6 juta).1
Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar
disebabkan karena pneumonia 23,6%.1 WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di
negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun,
8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu rawat-inap.2
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007
(25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period prevalence pneumonia yang tinggi
terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada kelompok umur
berikutnya. Period prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita
pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai insiden pneumonia
Balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%), Bangka Belitung (34,8%),
Sulawesi Barat (34,8%), dan Kalimantan Tengah (32,7%) (tabel 3.4.1). Insidens tertinggi
pneumonia Balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%). Pneumonia Balita lebih
banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (27,4%).2
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian dasar akibat pneumonia diantaranya
melalui Peningkatan pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2ISPA) dengan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan model
tatalaksana kasus terpadu. Program P2 ISPA dikembangkan dengan mengacu pada konsep
menajemen terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis
wilayah. Konsep terpadu meliputi penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko lingkungan,
faktor risiko perilaku dan kejadian penyakit dengan memperhatikan kondisi lokal.3
Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru
mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Pelaksanaan pengendalian
ISPA memerlukan komitmen pemerintah, berbagai sektor yang terkait dan masyarakat dalam
usaha mencapai tujuan Sustainable Development Goal (SDG) no 3 iaitu p ada 2030, dapat
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha
menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH(Kelahiran hidup)
dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH.3 Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya
jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun 2015 sebesar 301 balita.4
Dalam usaha mencapai tujuan SDG no. 3 di Indonesia maka, UPTD Puskesmas
Kutawaluya saat ini ikut melaksanakan Program P2ISPA. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan
cakupan penemuan dan tatalaksana pneumonia pada Balita sekaligus menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas Balita di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, perlunya dilakukan
evaluasi program mengenai cakupan pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutawaluya karena belum diketahui keberhasilan program P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk
periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016. 4
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. UNICEF memperkirakan, lebih dari 900,000 anak-anak meningal disebabkan oleh ISPA
dimana 15% adalah balita dan 2% adalah neonatus pada tahun 2015.
1.2.2. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar
disebabkan karena pneumonia 23,6%.
1.2.3. WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29
episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun.
1.2.4. Menurut Riskesdas tahun 2013, Period prevalence ISPA Indonesia (25,0%) tidak jauh
berbeda dengan 2007 (25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, Period
prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang
berobat hanya 1,6 per mil.
1.2.5. Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru
mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kutawaluya jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun
2014 sebesar 182 balita.
1.2.6. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya belum diketahui keberhasilan program
P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016.
1.3.
Tujuan
1.3.2.2.
1.3.2.3.
1.3.2.4.
1.3.2.5.
1.3.2.6.
Diketahuinya cakupan
pelaksanaan
pelatihan
penderita ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016.
1.3.2.7.
1.4.
Manfaat
Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah, khususnya mata
kuliah Ilmu Kedokteran Komunitas.
1.4.1.2.
1.4.1.3.
1.4.1.4.
Balita.
1.4.1.5.
1.4.1.6.
1.4.1.7.
1.4.2.2.
1.4.2.3.
Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan, terutama P2ISPA (Pneumonia Balita) di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kutawaluya.
1.4.3.2.
1.4.3.3.
Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimaldalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas P2ISPA (Pneumonia Balita)sehingga mutu dari
pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
1.5. Sasaran
Semua Balita (berusia <1 tahun dan 1-4 tahun) di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Juni 2015 sampai dengan
Desember2015.
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas
mengenai program pemberantasan infeksi saluran pernapasan akut (pneumonia Balita) di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan Desember2015.
1. Meliputi:
a. Penemuan penderita pneumonia Balita
b. Penentuan diagnosa pneumonia Balita
c. Pengobatan penderita pneumonia Balita
d. Rujukan penderita pneumonia Balita
e. Penyuluhan pneumonia Balita
f. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader
g. Pencatatan dan pelaporan mengenai kasus pneumonia Balita
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Bagan Teori
3
4
2
LINGKUNGAN
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan
MASUKAN
PROSES
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 5
1
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
UMPAN
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
danaBALIK
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pemantauan (controlling).
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung suatu sistem. 5
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
6
3.2.
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem. 5
Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program tertentu. Digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai dalam program P2ISPA (Pneumonia Balita).
KEL
Bab IV
Penyajian Data
Luas wilayah kerja puskesmas : 2.340 Ha, yang terdiri dari 1.638 Ha tanah pertanian
dan 702 Ha tanah darat, 7 desa, 31 RW dan 96 RT, dan 30 dusun.
yaitu:
-
Desa Waluya
Desa Sampalan
Desa Sindangsari
Desa Sindangmulya
Desa Sindangkarya
Desa Sindangmukti
Desa Mulyajaya. 6
4.2.2. Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah
pertanian (1.638 Ha) dan tanah darat (tanah dengan berbagai kegunaan) (702 Ha). 6
4.2.3. Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, kabupaten Karawang berada pada dataran
rendah berdekatan dengan laut.
4.2.4. Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 C.
4.2.5. Hidrografi
Kutawaluya mempunyai sedikit aliran sungai. 6
4.2.6. Demografi(Data lengkap terdapat pada lampiran III)
Jumlah penduduk Wilayah Kutawaluya bulan Mei 2016 adalah 32.778 jiwa, yang
terdiri dari: (lampiran III tabel 1)
a Jumlah RT
: 96 RT
: 16.815 orang
: 15.963 orang
d Jumlah KK
: 12.156 KK
Jumlah penduduk rentan di Wilayah Kutawaluya tahun 2015 terdiri dari: (Lampiran
III tabel 2)
Jumlah bayi
: 822 orang
Jumlah balita
: 2.390 orang
Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 7
desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata kepadatan penduduk
Kutawaluya adalah 14 jiwa/Ha.
Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai buruh tani sebesar
40,37 % (2.088 orang). (Lampiran III tabel 4)
4.2.7. Transportasi
Sarana transportasi yang banyak digunakan di daerah ini berupa kendaraan pribadi
berupa motor atau mobil. Untuk mencapai Puskesmas Kutawaluya, waktu tempuh berkisar
antara 5 menit (Desa Sampalan) hingga 55 menit (Desa Sindangsari). (Lampiran III tabel 6)
: 2 buah
2. Praktek perorangan
a. Dokter Umum
: 2 orang
b. Dokter Gigi
: 1 orang
c. Bidan
: 18 orang
3. Klinik 24 jam
:0
: 1 orang
5. Paraji
: 13 orang
6. Posyandu
: 39 buah
Tenaga
-
Dokter
: 3 orang
Perawat
: 18 orang
Petugas P2M
: 1 orang
Petugas administrasi
Kader
: 50 orang
Posyandu
: 39 buah
: 1 orang
Dana
Dana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup.
Dana berasal dari: Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).
Sarana
Sarana medis:
a) Stetoskop
: 3 buah
b) Termometer
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
e) Sound timer
: 2 buah
f) Senter
: 1 buah
g) Antibiotik:
-
Kotrimoksazol 480 mg
: Tersedia cukup
: Tersedia cukup
h) Analgetik-antipiretik:
-
Paracetamol 500 mg
: Tersedia cukup
: Tersedia cukup
: Tersedia cukup
Salbutamol
: Tersedia cukup
: Ada
b) Ruang tunggu
: Ada
: Ada
2) Meubel Puskesmas
a) Lemari arsip
: Ada
b) Lemari obat
: Ada
c) Meja periksa
: Ada
d) Kursi
: Ada
: Ada
f) Ruang tunggu
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
Metode
Program Penanggulangan ISPA dalam pelaksanaanya di lapangan dilakukan dalam
bentuk:
a. Penemuan penderita
b.
Dalam hal ini penderita yang datang berobat ke Balai Pengobatan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) UPTD Puskesmas Kutawaluya.
-
Petugas kesehatan bersama kader secara aktif menemukan penderita baru dan penderita
pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.
Penemuan penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:
Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2
bulan - <5 tahun
Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak adanya napas
cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit. 1, 7
Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:
-
Pneumonia berat :
-
Pneumonia berat :
-
Pneumonia :
-
Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.
Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun
atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu dingin.
2)
Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk. 1, 7
f. Penyuluhan mengenai Pneumonia
1) Perorangan.
Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua penderita
Pneumonia saat membawa anaknya berobat di UPTD Puskesmas Kutawaluya dengan
memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah Pneumonia. 1, 7
2)
Kelompok.
ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan mengunakan sound
timer atau jam tangan, serta usaha usaha pencegahan Pneumonia. 7
h. Pencatatan dan pelaporan.
Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan. Kasus Pneumonia dan
Pneumonia berat dilaporkan dalam formulir LB3 sebagai Pneumonia. 1, 7
4.3.2. Proses
4.3.2.1.
Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
1) Penemuan penderita Pneumonia Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA oleh
dokter umum atau bidan terhadap pasien bayi dan Balita yang dibawa oleh orang
tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
2) Penentuan diagnosis Pneumonia: Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPA
berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik oleh dokter umum atau bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,
pukul 07.30-14.30 WIB.
3) Pelayanan pengobatan penderita Pneumonia: Akan dilakukan oleh dokter umum atau
bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB, sesuai
pedoman tatalaksana ISPA.
4) Rujukan penderita Pneumonia: Akan dilakukan rujukan bila ditemukan penderita
pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat pada setiap
hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
5) Penyuluhan Pneumonia
a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik
wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA (Pneumonia) kepada
orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul
07.30-14.30 WIB.
b. Kelompok: Direncanakan satu kali setiap bulan (12 kali/ tahun).
6) Pelatihan kader: Direncanakan untuk dua desa yang kadernya belum pernah
4.3.2.2.
Pengorganisasian (Lampiran V)
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:
oe
aP
duPp
sl e a
ue
beM
ras
gtK
aTw
Ue
s
ah
n
sn
g
k y
me
u
a
apy
da
po
e
a
a
n
k
l
a
d
i
t
a
o
l
r
i
t
r
a
u
ta
a
Bagan 2. Struktur organisasi bagian Pengendalian Pneumonia Puskesmas Kutawaluya.4
Pengorganisasian dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas Kutawaluya (dr. Cucu Siti Minpalah, M.Kes):
1. Sebagai penanggung jawab program.
2. Monitoring pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita) tingkat kecamatan.
4.3.2.3.
Pelaksanaan
1. Penemuan penderita Pneumonia: dilakukan secara passive case finding oleh dokter
umum atau bidan di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
2. Penentuan diagnosis penderita Pneumonia: dilakukan oleh dokter umum atau bidan
sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30
WIB.
3. Pengobatan penderita Pneumonia: dilakukan oleh dokter umum atau bidan sesuai
pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30
WIB.
4. Rujukan penderita Pneumonia: tidak dilakukan rujukan karena tidak didapatkan
kasus pneumonia berat sepanjang periode Juni 2015 sampai Oktober 2015. Pasien
pneumonia ringan dan sedang dapat dirawat di Puskesmas.
5. Penyuluhan Pneumonia: Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui
edukasi orang tua penderita Pneumonia yang datang berobat pada setiap hari kerja,
pukul 07.30-14.30 WIB oleh dokter umum atau bidan. Penyuluhan kelompok
dilaksanakan 12 kali dalam setahun.
6. Pelatihan kader : tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya dari dinas kesehatan.
7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian
formulir SP2TP melalui format LB3 Program P2ISPA . Register pasien yang datang
ke poli MTBS setiap harinya direkap dalam laporan mingguan (laporan W2). Begitu
juga ketika ada pasien yang datang ke Posyandu atau kader dengan pneumonia akan
Pengawasan
1. Melalui pencatatan setiap hari
laporan
P2ISPA.
2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Kutawaluya
12x/tahun.
4.3.3.
Keluaran
Target penemuan bayi dan Balita penderita pneumonia dalam satu tahun (target absolut
satu tahun: 86%)
Pneumonia
Bukan Pneumonia
: 69 kasus
: 328 kasus
Jumlah penderita pneumonia bayi dan Balita yang ditangani di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun :69 kasus
Jumlah
dengan
yang
perkiraan
penderita
x 100%
ditangani
=
69
100
328
=21,03%
2. Penentuan diagnosis Pneumonia:
Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia)
sesuai metode diagnosis oleh dokter
x 100%
= 100%
3. Pelayanan pengobatan penderita Pneumonia:
Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standar
x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
69
100
= 69
= 100 %
4. Rujukan penderita Pneumonia: tidak dilakukan = 0 %
Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat
sepanjang periode Juni 2015 sampai dengan Juni 2016.
5. Penyuluhan
a.
Lingkungan
Lingkungan Fisik
o Kepadatan penduduk
32.778 jiwa
2340 Ha
umum seperti angkutan umum yang lebih terjangkau harganya belum ada. Dengan
adanya perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan oleh pemerintah daerah, ketujuh
desa dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat pribadi. Di Puskesmas
terdapat 1 ambulans yang siap pakai.
o Fasilitas kesehatan: Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain seperti Balai
Pengobatan Swasta (BPS) dengan Puskesmas dalam program P2ISPA (tidak teratur
memberikan laporan temuan Balita yang menderita pneumonia).
sosial ekonomi rendah. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai
buruh tani (40,37%), disusul oleh pedagang (15,80%), dan petani (9,88%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar penduduk adalah yang
pekerjaannya tidak memberikan penghasilan yang pasti setiap bulannya.
o Status pendidikan
: Sebagian besar penduduk memiliki pendidikan terakhir
SD/MI (40,35%), kemudian SMA/MA (28,09%), SMP/MTS (19,75%), belum tamat
SD (10,12%), dan sarjana (1,69%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa mayoritas penduduk memiliki pendidikan yang rendah (50,47%).
4.3.5.
Umpan Balik
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas dan lintas program untuk mengevaluasi
program yang telah dijalankan serta Rapat kerja dengan Dinas Kesehatan 1 bulan sekali.
4.3.6. Dampak
1. Langsung :
Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Pneumonia: belum dapat dinilai.
2. Tidak langsung :
a. ISPA (pneumonia) tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sesuai Paradigma Sehat: belum dapat dinilai.
Bab V
Pembahasan
5.1. Variabel Masalah
Tabel 1. Variabel Masalah.
N
o
Variabel
1.
Keluaran
Cakupan penderita Pneumonia
Balita
Pelatihan bagi kader untuk
meningkatkan pengetahuan tentang
pneumonia Balita
Masukan
Sarana : Sound timer
2.
3.
4.
Proses
Perencanaan pelatihan kader
Tolok Ukur
Keberhasilan
Variabel
Cakupan
Masalah
86%
21,03%
100%
0%
(+)
75,5%
(+)
100%
3 buah
(100%)
2 buah
(66,66%)
(+)
33,34 %
Tidak
dilakuka
n
(+)
Mendukung
Mendukung
Mendukung
Tidak
Tidak
Tidak
(+)
(+)
(+)
Lingkungan
Transportasi
Fasilitas Kesehatan lain
Sosio ekonomi
Bab VI
Permasalahan
Dari pembahasan Evaluasi Program P2ISPA Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Kutawaluya
periode Juni 2016 sampai dengan Mei 2016 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:
1. Masalah menurut keluaran
a. Cakupan penderita pneumonia balitasebesar 21,03% dari target 86%.
b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0%
dari target 100%.
2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :
a. Dari Masukan
Hanya ada 2 buah sound timer dari tolak ukur 3 buah sound timer.
c. Dari lingkungan
1) Fisik
-
Bab VII
Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran :
a
Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balitadi Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015
sampai dengan Mei 2016 sebesar 21,03 % dari tolok ukur 86%.
Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari target
100%.
Dalam menetapkan prioritas masalah ditetapkan dengan teknik scoring sebagai berikut :
No
1.
Parameter
Besarnya masalah
Masalah
A
2.
3.
4.
5.
23
19
masalah
Total
Koding :
5 = sangat penting ; 4 = penting ; 3 = cukup penting ; 2 = kurang penting ; 1 = tidak penting.
Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, maka masalah yang harus diselesaikan, yaitu :
a
Penemuan penderita pneumoniadi Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai dengan
Mei 2016 sebesar 21,03 % dari tolok ukur 86%.
Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari taget
100%.
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah 1: Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 21,03 % dari target 86%.
Penyebab Masalah:
1
Tidak aktifnya penemuan dan perujukan penderita Pneumonia Balita oleh kader.
Penyelesaian Masalah:
1
Petugas Puskesmas melakukan kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain untuk ikut
melakukan pencatatan dan melaporkannya ke Puskesmas.
Masalah 2: Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari
target 100%.
Penyebab Masalah:
1
2
Dana BOK pada tahun 2015 terbatas untuk pelatihan Kader Posyandu.
Pelatihan kader masih sendiri-sendiri (belum terpadu).
Penyelesaian Masalah:
1
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada program Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2015 sampai
dengan Mei 2016, didapatkan:
1. Cakupan penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar 21,03 %.
2. Cakupan penentuan diagnosis penderita Pneumonia Balitaadalah sebesar 100%.
3. Cakupan pelaksanaan pengobatan penderita Pneumonia Balita adalah sebesar 100%
4. Jumlah rujukan kasus Pneumonia Balita tidak ada.
Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya seperti kader, bidan ataupun dokter di UPTD
Puskesmas Kutawaluya untuk diikutsertakan dalam program P2ISPA agar masing-masing
jabatan dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih fokus.
Daftar Pustaka
1. World
pneumonia
day
2015
infographic.
November
2015.
Diunduh
dari
http://data.unicef.org/child-health/pneumonia.html
2. Kementerian Kesehatan RI. Modul tatalaksana standar pneumonia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI; 2010.h. 1-54.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.h. 65-8.
4. Weber M, Fransisca, Said M, dkk. Pneumonia balita. Buletin Jendela Epidemiologi 2010:
Vol 3, 1-36.
5. Data Pencatatan dan Pelaporan Bulanan Periode Juni 2015 sampai Oktober 2015 Program
P2ISPA (Pneumonia) Puskesmas Kutawaluya.