Anda di halaman 1dari 81

B AH AN P E L E D AK

( Blasting Materials )
A.

Pengertian Bahan Peledak


Berikut dibawah ini adalah beberapa
pengertian bahan peledak menurut ahli,
antara lain :
1. Menurut Wikipedia.
Bahan Peledak adalah material
yang tidak stabil secara kimia atau
energikal, atau dapat menghasilkan
pengembangan mendadak dari bahan
tersebut diikuti dengan penghasilan
panas

dan

perubahan

besar

pada

tekanan (dan biasanya juga kilat atau


suara besar) yang biasa disebut ledakan.
2. Dalam Blog Suyitno.
Bahan
Peledak
yang
dimaksudkan adalah bahan peledak
kimia yang didefinisikan sebagai suatu
bahan kimia senyawa tunggal atau
campuran berbentuk padat, cair, atau
campurannya yang apabila diberi aksi

2
panas, benturan, gesekan atau ledakan
awal akan mengalami suatu reaksi
kimia eksotermis sangat cepat dan hasil
reaksinya sebagian atau seluruhnya
berbentuk

gas

disertai

panas

dan

tekanan sangat tinggi yang secara kimia


lebih stabil.
3. Menurut Grolier Familiy Encyclopedia,
1995.
Bahan Peledak adalah suatu
bahan yang stabil yang apabila dikenai
stimulasi secara tepat maka dengan
cepat akan berubah dari padat atau cair
menjadi gas yang panas dan ekspansif,
yang

mengakibatkan

tekanan

disekitarnya.
4. Menurut Berta G., 1990.
Bahan Peledak adalah suatu
bahan

atau

campuran

yang

dapat

bereaksi dalam waktu sangat singkat


dan menghasilkan energi dalam jumlah
besar oleh karena terjadinya volume gas
yang sangat besar pada temperatur dan

3
tekanan yang sangat tinggi, diikuti efek
mekanik, visual, dan akustik yang
sangat tinggi.
5. Menurut Keppres RI No. 5 Tahun 1988.
Bahan Peledak adalah bahan
atau zat yang berbentuk padat, cair atau
campurannya, yang apabila dikenai
suatu aksi berupa panas, benturan atau
gesekan akan berubah secara kimiawi
menjadi zat-zat ain yang sebagian besar
atau seluruhnya berbentuk gas, dan
perubahan tersebut berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat, disertai efek
panas dan tekanan yang sangat tinggi.
B. Klasifikasi Bahan Peledak Industri
Secara praktis, bahan peledak (BP)
adalah

kumpulan

mampu

mengurai

bahan
dengan

kimia
cepat

yang
dan

menghasilkan ledakan. Penguraian ini


menghasilkan gas dengan temperatur dan
tekanan tinggi sehingga dapat melakukan

4
kerja mekanis ke sekelilingnya. Agar dapat
dipakai dengan aman, Bahan peledak harus
mempunyai stabilitas kimia yang baik
pada berbagai kondisi seperti, gesekan,
impak, atau panas. Secara umum Bahan
peledak

dapat

didefinisikan

sebagai

kumpulan dari unsur padat, cair, atau gas


yang berkondisi metastabil dan dapat
melakukan rekasi kimia dengan cepat
tanpa ada unsur lainnya seperti oksigen
atmosfir. Reaksinya dapat dipicu secara
mekanis kejut atau panas. Ketahanan
untuk melakukan reaksi mencerminkan
sensitivitas bahan peledak.
Industri

pertambangan

membutuhkan bahan peledak untuk dapat


memberai lapisan batuan yang keras
dengan cepat dan efisien sehingga mudah
dalam

melakukan

pengolahan,

bahan

peledak yang digunakan di industry pun


bermacam-macam

sesuai

dengan

5
keinginan, berikuti ini klasifikasi bahan
peledak industry.
1. Bahan Peledak Kuat
Berdasarkan fungsinya

bahan-bahan

(ingredients) yang dipergunakan untuk


membuat
bahan
peledak
kuat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bahan peledak dasar (explosives
bases)
Bahan peledak dasar adalah bahan
yang berbentuk padat atau cairan
yang apabila dikenakan panas yang
tinggi atau kejutan (shock) akan
terurai menjadi produk yang berupa
gas-gas

disertai

pelepasan

atau

pembebasan energi panas yang besar.


b. Bahan bakar (combustibles) dan
Pembawa oksigen (oxygen carriers)
Combustibles dan oxygen carriers
ditambahkan

dalam

suatu

bahan

peledak untuk mendapatkan oxygen


balance yang baik atau menghindari

6
terbentuknya N02 (nitrogen oxide)
atau CO (carbon monoxide).
c. Antacids
Antacid
ditambahkan

dalam

campuran suatu bahan peledak untuk


menambah

stabilitas

pada

penyimpanan.
d. Penyerap (absorbents)
Absorbent
digunakan

waktu

apabila

diperlukan untuk menyerap bahan


peledak dasar yang berbentuk cairan.
Ciri-Ciri :
1. Bahan peledak kuat (high explosive),
yang memiliki sifat detonation dengan
kecepatan detonasi 5.000 - 24.000 feet
per second (fps)/ > 4000 m/s. Tekanan
yang dihasilkan > 50.000 psi. Tekanan
impact tinggi, density tinggi dan
sensitive thd cap. High compressibility
sampai dengan 100 kbar.
2. Seluruh bahan peledak berubah dari
fase

padat

menjadi

fase

gas.

Menghasilkan proses propagasi, yaitu

membangkitkan
(shock

gelombang

7
kejut

sehingga

dapat

wave)

menghasilkan

efek

penghancuran

(shattering effect).
Contohnya
: Blasting

gelatine,

Dynamite, Blasting agent, Straight


2.

dynamite, Amonium dynamite, dll.


Bahan Peledak Lemah
Bahan peledak lemah adalah
campuran dari potasium nitrat atau
sodium nitrat, sulphur, dan charcoal
yang biasa disebut black powder.
Black powder diproduksi dalam dua
bentuk yaitu :
1. Granular atau

black

blasting

powder yang berbentuk butiran


kecil; biasanya dikemas dalam tong
seberat 25 pound.
2. Pelleted atau pellet powder yang
berbentuk silinder.
Ada dua macam black blasting powder
yaitu :

8
1. Grade A adalah black blasting powder
yang

mengandung

saltpeter

atau

potasium nitrat, charcoal dan sulfur


(75% : 15% : 10%).
2. Grade B adalah black

blasting

powder yang mengandung sodium


nitrate, charcoal dan sulfur (72% :
16% : 12%).
Kecepatan pembakaran (burning speed)
dari black blasting powder dikontrol
oleh ukuran butir. Semakin kecil ukuran
butirannya

akan

semakin

cepat

pembakaran atau reaksi kimianya.


Ciri-Ciri :
Bahan peledak lemah (low explosive)
bila

memiliki

sifat

deflagrasi

atau

terbakar kecepatan reaksi kurang dari


5.000 fps (1.650 m/s). Tekanan yang
dihasilkan rendah, < 50.000 psi . Tidak
seluruh bahan peledak berubah dari fase
padat menjadi fase gas.

Sifat reaksi

9
deflagrasi, yaitu tidak menghasilkan
gelombang kejut (shock wave) sehingga
efek yang

ditimbulkan hanya

efek

pengangkatan (heaving effect).


Contohnya : Black powder.

C.

Komposisi Bahan Peledak


Membuat suatu bahan peledak dengan

kualitas yang memenuhi persyaratan tertentu


memerlukan pengertian tentang campuran
bahan-bahan dalam bahan peledak dan
bagaimana kemungkinan reaksinya.
Sebagai prosedur dasar dapat
digambarkan dengan memakai prinsip oxygen
balance, dimana hasil peledakan hanya
membentuk CO2, H2O, N2 dan biasanya
oksida padat.
Perbandingan bahan-bahan dalam
campuran dapat ditentukan dengan dua cara:

10
a) Bahan peledak mengandung AN. NG
dan wood pulp (SG), yang perlu
dihitung berapa perbandingan setiap
bahan dalam campuran. Apabila
persamaan reaksinnya diketahui maka
dapat dihitung sebagai berikut :
a AN + b NG + c SG =
d CO2 + e H2O + f N2
atau
11 NH4NO3 + 2 C3H5(NO3) 3 + C6H10O5 = 12
CO2 + 32 H2O + 14 N2
Substitusikan berat molekul untuk
setiap senyawa.
11(80) + 2(227) + 1(162) =
12(44) + 32(18) + 14(28)
1496 g = 1496 g

Jadi prosentase masing-masing bahan


senyawa adalah :

11
AN = 100 x (880/1496) = 58,8
%
NG = 100 x (454/1496) = 30,4
%
SG = 100 x (162/1496) = 10,8
%

b) Cara menghitung perbandingan bahanbahan dalam bahan peledak dimana


persamaan reaksinya tidak diketahui.
Bahan peledak AN-FO, campuran
diharapkan zero oxygen balance.
a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2
Karena X + Y sama dengan 100
persen, maka X + Y = 1
OB = Oo 2 Co - Ho

12
Co

Ho

No

Oo

AN

5.00 X

2.50

3.75

FO

14.80Y

(5.00 +

2.50

3.75

7.10

14.80Y)

Total

1.00

7.10

Substitusikan harga gramnya setiap


elemen kedalam persamaan :
OB = 3,75 X 2 ( 7,10 Y) -
(5,00 X + 14,8 Y) = 0
1,25 X = 21,60 Y
X = 17,3 Y
Apabila X + Y = 1, maka 17,3 Y + Y =
100

13
Y = 0,055 (5,5% FO)
X = 0,945 (94,5% AN)
Contoh berapa campuran ANFO
dengan oxygen balance nya :
1. 94,5% AN 5,5% FO (zero
oxygen balance)
3 NH4NO3 + CH2 = 7 H2O +
CO2 + 3 N2 + 480 Kcal/kg
2. 92,0% AN 8,0% FO (fuel
exess)
2 NH4NO3 + CH2 = 5 H2O +
CO + 2N2 + 810 Kcal/kg
3. 96,6% AN 8,4% FO (fuel
shartage)
5 NH4NO3 + CH2 = 11 H2O +
CO2 + 4 N2 + 2 NO + 600
Kcal/kg

14
D.

Sifat Sifat Bahan Peledak


Sifat
fisik
bahan

peledak

merupakan suatu kenampakan nyata dari


sifat bahan peledak ketika menghadapi
perubahan kondisi lingkungan sekitarnya.
Kenampakan nyata inilah yang harus
diamati dan diketahui tanda-tandanya oleh
seorang juru ledak untuk menjastifikasi
suatu bahan peledak yang rusak, rusak tapi
masih bisa dipakai, dan tidak rusak.
Kualitas bahan peledak umumnya akan
menurun

seiring

dengan

derajat

kerusakannya, artinya pada suatu bahan


peledak yang rusak energi yang dihasilkan
akan berkurang.
1.

Densitas
Densitas secara umum adalah
angka yang menyatakan perbandingan
berat per volume. Pernyataan densitas
pada

bahan

peledak

dapat

mengekspresikan beberapa pengertian,


yaitu:

15
a. Densitas bahan peledak adalah berat
bahan peledak per unit volume
dinyatakan dalam satuan gr/cc.
b. Densitas pengisian (loading density)
adalah berat bahan peledak per
meter kolom lubang tembak (kg/m).
c. Cartridge count atau stick count
adalah jumlah cartridge (bahan
peledak berbentuk pasta yang sudah
dikemas) dengan ukuran 1 x 8
di dalam kotak seberat 50 lb atau
140

dibagi

berat

jenis

bahan

peledak.
Densitas

bahan

peledak

berkisar antara 0,6 1,7 gr/cc, sebagai


contoh densitas ANFO antara 0,8
0,85 gr/cc.
Biasanya

bahan

peledak

yang

mempunyai densitas tinggi akan menghasilkan


kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.

16
Bila diharapkan fragmentasi hasil peledakan
berukuran
peledak

kecil-kecil
dengan

diperlukan

densitas

tinggi,

bahan
bila

sebaliknya digunakan bahan peledak dengan


densitas rendah. Demikian pula, bila batuan
yang akan diledakkan berbentuk masif atau
keras, maka digunakan bahan peledak yang
mempunyai densitas tinggi; sebaliknya pada
batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan
bahan peledak dengan densitas rendah.
Densitas pengisian ditentukan dengan
cara perhitungan volume silinder, karena
lubang

ledak

berbentuk

silinder

yang

tingginya sesuai dengan kedalaman lubang.


Contoh perhitungan sebagai berikut :
a. Digunakan diameter lubang ledak 4 inci =
102 mm.
b. Diambil tinggi lubang (t) 1 m, maka
volumenya = prt = p x 1= 0,00817 m/m =
8.170 cm/m.

17
c. Bila digunakan ANFO dengan densitas 0,80
gr/cc, maka volume ANFO per meter
ketinggian lubang = 6.536 gr/m = 6,53
kg/m
Tabel 1
Densitas pengisian untuk berbagai diameter
lubang ledak dan
densitas bahan peledak dalam kg/m
Diame
ter
Luban
g
Ledak
m In
m ch
i
7 3.
6 0
0
8 3.
9 5
0
1 4.
0 0
2 0
1 4.
0 2
8 5
1 4.

Densitas Bahan Peledak (gr/cc)


0.
70

0.
80

0.
85

0.
90

1.
00

1.
15

1.
20

1.
25

3.
18

3.
63

3.
86

4.
08

4.
54

5.
22

5.
44

5.
63

4.
35

4.
98

5.
29

5.
60

6.
22

7.
15

7.
47

7.
78

5.
72

6.
54

6.
95

7.
35

8.
17

9.
40

9.
81

10
.2

6.
41

7.
33

7.
79

8.
24

9.
16

8.

8.

9.

10

10
.9
9
12

11
.4

7.

10
.5
4
11.

12

18
1
4
1
2
1
1
2
7
1
3
0
1
4
0
1
5
2
1
5
9
1
6
5
1
7
8
1
8
7
2
0
3
2
1

5
0
4.
7
5
5.
0
0
5.
1
3
5.
5
0
6.
0
0
6.
2
5
6.
5
0
7.
0
0
7.
3
8
8.
0
0
8.
2

14
8.
05
8.
87
9.
29
10
.7
8
12
.7
0
13
.9
0
14
.9
7
17
.4
2
19
.2
3
22
.6
6
24
.2

17

68

19

.2 74
1
9. 9. 10 11. 13
20 77 .3 50 .2
5
2
10 10 11. 12 14
.1 .7 40 .6 .5
3
7
7
7
10 11. 11. 13 15
.6 28 5
.2 .2
2
7
6
12 13 13 15 17
.3 .0 .8 .3 .7
2
8
5
9
0
14 15 16 18 20
.5 .4 .3 .1 .8
2
2
3
5
7
15 16 17 19 22
.8 .8 .8 .8 .8
8
8
7
6
3
17 18 19 21 24
.11 .1 .2 .3 .5
8
4
8
9
19 21 22 24 28
.9 .1 .4 .8 .6
1
5
0
8
2
21 23 24 27 31
.9 .3 .7 .4 .5
7
4
2
6
8
25 27 29 32 37
.8 .5 .1 .3 .2
9
1
3
7
2
27 29 31 34 39
.7 .4 .1 .6 .8

.2
5
18
.8
0
15
.2
0
15
.9
3
18
.4
7
21
.7
8
23
.8
3
25
.6
6
29
.8
6
32
.9
6
38
.8
4
41
.5

.7
14
.3
15
.8
16
.5
19
.2
22
.6
24
.8
26
.7
31
.1
34
.3
40
.4
43
.3

19
0
2
2
9
2
5
1
2
7
0
2
7
9
2
8
6
3
1
1
3
4
9
3
8
1
4
3
2

5
9.
0
0
9.
8
8
1
0.
6
3
11
.0
0
11
.2
5
1
2.
2
5
1
3.
7
5
1
5.
0
0
1
7.
0
0

5
28
.8
3
34
.6
4
40
.0
8

1
32
.9
5
39
.5
8
45
.8
0

4
35
.0
1
42
.1
6
48
.6
7

7
37
.0
7
44
.5
3
51
.5
3

4
41
.1
9
49
.4
8
57
.2
6

3
47
.3
7
56
.9
0
65
.8
4

6
49
.4
2
59
.3
8
68
.7
1

42
.8
0
44
.9
7
53
.1
8

48
.9
1
51
.3
9
60
.7
7

51
.9
7
54
.6
1
64
.5
7

55
.0
2
57
.8
2
68
.3
7

61
.1
4
64
.2
4
75
.9
6

70
.3
1
73
.8
8
87
.3
6

73
.3
6
77
.0
9
91
.1
6

76
.4

66
.9
6

76
.5
3

81
.3
1

86
.1
0

95
.6
6

11
0.
01

11
4.
79

11
9.
5

79
.8
1

91
.2
1

96
.9
1

10
2.
61

11
4.
01

13
1.
11

13
6.
81

14
2.
5

10
2.
60

11
7.
26

12
4.
59

13
1.
92

14
6.
57

16
8.
56

17
5.
89

18
3.
3

51
.4
61
.8
71
.5

80
.3
94
.9

Setelah

diketahui

muatan

20
bahan

peledak per meter lubang ledak, maka jumlah


muatan bahan peledak di dalam lubang ledak
adalah perkalian tinggi total lubang yang terisi
bahan peledak dengan densitas pengisian
tersebut. Misalnya untuk tinggi lubang yang
harus diisi bahan peledak 9 m dan densitas
pengisian 6,53 kg/m, maka muatan bahan
peledak di dalam lubang tersebut adalah 9 m x
6,53 kg/m = 58,77 kg/lubang.
Perhitungan di atas membutuhkan
waktu dan tidak praktis bila diterapkan di
lapangan.

Untuk

menunjukkan

itu

densitas

dibuat

tabel

pengisian

yang
dengan

variasi diameter lubang ledak dan densitas


bahan peledak seperti terlihat pada Tabel 1.
2.

Sensitifitas
Sensitifitas

adalah

sifat

yang

menunjukkan tingkat kemudahan inisiasi


bahan peledak atau ukuran minimal booster

yang

diperlukan.

Sifat

peledak bervariasi

sensitif

tergantung

21
bahan
pada

kompisisi kimia bahan peledak, diameter,


temperatur, dan tekanan ambient. Untuk
menguji sensitifitas bahan peledak dapat
digunakan cara yang sederhana yang
disebut Air Gap Test, sebagai berikut:
a. Siapkan 2 buah bahan peledak berbentuk
cartridge berdiameter sama, misalnya
D.
b. Dekatkan kedua bahan peledak tersebut
hingga

berjarak

gabungkan

1,1

keduanya

D,

kemudian

menggunakan

selongsong terbuat dari karton.


c. Pasang detonator No. 8 atau detonating
cord 10 gr/m pada salah satu bahan
peledak

(disebut

Donor),

kemudian

ledakkan.
d. Apabila bahan peledak yang satunya lagi
(disebut Aseptor) turut meledak, maka
dikatakan bahwa bahan peledak tersebut

22
sensitif; sebaliknya, bila tidak meledak
berarti bahan peledak tersebut tidak
sensitif.

KARTON

DETONATOR

AIR GAP

BAHAN PELEDAK
ASEPTOR

1,1D

BAHAN PELEDAK
DONOR

Gambar 1. Pengujian sensitifitas bahan


peledak dengan cara Air Gap Test
Bahan peledak ANFO tidak sensitif
terhadap detonator No. 8 dan untuk
meledakkannya diperlukan primer (yaitu
booster yang sudah dilengkapi detonator
No. 8 atau detonating cord 10 gr/m) di

23
dalam lubang ledak. Oleh sebab itu ANFO
disebut bahan peledak peka (sensitif)
terhadap primer atau peka primer.
3.

Ketahanan

Terhadap

Air

(Water

Resistance)
Ketahanan bahan peledak terhadap
air adalah ukuran kemampuan suatu bahan
peledak untuk melawan air disekitarnya
tanpa kehilangan sensitifitas atau efisiensi.
Apabila suatu bahan peledak larut dalam air
dalam waktu yang pendek (mudah larut),
berarti

bahan

dikatagorikan

peledak
mempunyai

tersebut
ketahanan

terhadap air yang buruk atau poor,


sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut
sangat baik atau Excellent. Contoh bahan
peledak

yang

terhadap

air

mempunyai
buruk

ketahanan

adalah

ANFO,

sedangkan untuk bahan peledak jenis


emulsi, watergel atau slurries dan bahan

24
peledak berbentuk cartridge sangat baik
daya tahannya terhadap air. Apabila di
dalam lubang ledak terdapat air dan akan
digunakan

ANFO

sebagai

bahan

peledaknya, umumnya digunakan selubung


plastik khusus untuk membungkus ANFO
tersebut sebelum dimasukkan ke dalam
lubang ledak.
4.

Kestabilan Kimia (Chemical Stability)


Kestabilan kimia bahan peledak
maksudnya adalah kemampuan untuk tidak
berubah

secara

kimia

dan

tetap

mempertahankan sensitifitas selama dalam


penyimpanan di dalam gudang dengan
kondisi tertentu. Bahan peledak yang tidak
stabil, misalnya bahan peledak berbasis
nitrogliserin atau NG-based explosives,
mempunyai kemampuan stabilitas lebih
pendek dan cepat rusak.
Faktor-faktor

yang

mempercepat

ketidakstabilan kimiawi antara lain panas,

25
dingin, kelembaban, kualitas bahan baku,
kontaminasi, pengepakan, dan fasilitas
gudang

bahan

peledak.

Tanda-tanda

kerusakan bahan peledak dapat berupa


kenampakan
viskositas,

kristalisasi,
dan

penambahan

penambahan

densitas.

Gudang bahan peledak bawah tanah akan


mengurangi efek perubahan temperatur.
5.

Karakteristik

Gas

(Fumes

Characteristics)
Detonasi

bahan

peledak

akan

menghasilkan fume, yaitu gas-gas, baik


yang tidak beracun (non-toxic) maupun
yang mengandung racun (toxic). Gas-gas
hasil peledakan yang tidak beracun seperti
uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan
nitrogen (N2), sedangkan yang beracun
adalah nitrogen monoksida (NO), nitrogen
oksida (NO2), dan karbon monoksida (CO).
Pada peledakan di tambang bawah tanah

26
gas-gas tersebut perlu mendapat perhatian
khusus, yaitu dengan sistem ventilasi yang
memadai; sedangkan di tambang terbuka
kewaspadaan ditingkat-kan bila gerakan
angin yang rendah.
Diharapkan
bahan

peledak

dari

detonasi

komersial

suatu
tidak

menghasilkan gas-gas beracun, namun


kenyataan di lapangan hal tersebut sulit
dihindari akibat beberapa faktor berikut ini:
a. Pencampuran ramuan bahan peledak

yang meliputi unsur oksida dan bahan


bakar (fuel) tidak seimbang, sehingga
tidak mencapai zero oxygen balance,
b. Letak primer yang tidak tepat,
c. Kurang tertutup karena pemasangan

stemming kurang padat dan kuat,


d. Adanya air dalam lubang ledak,
e. Sistem

waktu

tunda

system) tidak tepat, dan

(delay

time

27
f. Kemungkinan adanya reaksi antara
bahan peledak dengan batuan (sulfida
atau karbonat).
Fumes

hasil

peledakan

memperlihatkan warna yang berbeda yang


dapat dilihat sesaat setelah peledakan
terjadi. Gas berwarna coklat-orange adalah
fume dari gas NO hasil reaksi bahan
peledak basah karena lubang ledak berair.
Gas berwarna putih diduga kabut dari uap
air (H2O) yang juga menandakan terlalu
banyak air di dalam lubang ledak, karena
panas yang luar biasa merubah seketika
fase cair menjadi kabut. Kadang-kadang
muncul pula gas berwarna kehitaman yang
mungkin hasil pembakaran yang tidak
sempurna.
E.

Karakter Detonasi Bahan Peledak


Karakter detonasi menggambarkan
prilaku
meledak

suatu

bahan

peledak

ketika

untuk menghancurkan batuan.

28
Beberapa karakter detonasi yang penting
diketahui meliputi:
1. Kekuatan (strength) Bahan Peledak
Kekuatan

bahan

peledak

berkaitan dengan energi yang mampu


dihasilkan oleh suatu bahan peledak.
Pada hakekatnya kekuatan suatu bahan
peledak

tergantung

pada

campuran

kimiawi yang mampu menghasilkan


energi panas ketika terjadi inisiasi.
Terdapat dua jenis sebutan kekuatan
bahan peledak komersial yang selalu
dicantumkan pada spesifikasi bahan
peledak oleh pabrik pembuatnya, yaitu
kekuatan absolut dan relatif. Berikut ini
diuraikan

tentang

kekuatan

bahan

peledak dan cara perhitungannya.


a. Kekuatan Berat Absolut (Absolute
Weight Strength atau AWS)

29
1) Energi panas maksimum bahan
peledak teoritis didasarkan pada
campuran kimawinya.
2) Energi

per

unit

berat

bahan

peledak dalam joules/gram.


3) AWSANFO adalah 373 kj/gr dengan
campuran 94% ammonium nitrat
dan 6% solar.
b. Kekuatan Berat Relatif (Relative
Weight strength atau RWS) adalah
kekuatan bahan peledak (dalam berat)
dibanding dengan ANFO
c. Kekuatan Volume Absolut (Absolute
Bulk Strength atau ABS)
1) Energi

per

unit

volume,

dinyatakan dalam joules/cc


2) ABSHANDAK

AWSHANDAK

Densitas
3) ABSANFO = 373 kj/gr x 0,85 gr/cc =
317 kj/cc

30
d. Kekuatan Volume Relatif (Relative
Bulk Strength atau RBS) adalah
kekuatan suatu bahan peledak curah
(bulk) dibanding ANFO
2. Kecepatan

Detonasi

(Detonation

Velocity)
Kecepatan

detonasi

disebut

juga dengan velocity of detonation atau


VoD merupakan sifat bahan peledak
yang sangat penting yang secara umum
dapat diartikan sebagai laju rambatan
gelombang detonasi sepanjang bahan
peledak dengan satuan millimeter per
sekon (m/s) atau feet per second (fps).
Kecepatan detonasi diukur dalam kondisi
terkurung (confined detonation velocity)
atau

tidak

terkurung

(unconfined

detonation velocity).
Kecepatan detonasi terkurung
adalah ukuran kecepatan gelombang

detonasi

(detonation

wave)

31
yang

merambat melalui kolom bahan peledak


di dalam lubang ledak atau ruang
terkurung lainnya. Sedangkan kecepatan
detonasi tidak terkurung menunjukkan
kecepatan

detonasi

apabila

bahan

diledakkan
Karena
digunakan
kecepatan

tersebut

keadaan
peledak

dalam

pengurungan

peledak

peledak

dalam

bahan

bahan

umumnya

keadaan

tertentu,

detonasi

terbuka.

maka

dalam

derajat
harga
keadaan

terbuka menjadi lebih berarti.


Kecepatan

detonasi

bahan

peledak harus melebihi kecepatan suara


massa batuan (impedance matching),
sehingga akan menimbulkan energi kejut
(shock

energy)

yang

mampu

memecahkan batuan. Untuk peledakan


pada batuan keras dipakai bahan peledak
yang mempunyai kecepatan detonasi

32
tinggi (sifat shattering effect) dan pada
batuan lemah dipakai bahan peledak
yang kecepatan detonasinya rendah (sifat
heaving effect).
Nilai

kecepatan

detonasi

bervariasi tergantung diameter, densitas,


dan ukuran partikel bahan peledak.
Untuk bahan peledak komposit (nonideal) tergantung pula pada derajat
pengurungannya (confinement degree).
Kecepatan

detonasi

tidak

terkurung

umumnya 70 80% kecepatan detonasi


terkurung, sedangkan kecepatan detonasi
bahan

peledak

komersial

bervariasi

antara 1500 8500 m/s atau sekitar 5000


25.000 fps. Kecepatan detonasi ANFO
antara 2500 4500 m/s tergantung pada
diameter lubang ledak.
Apabila

diameter

dikurangi

sampai batas tertentu akan terjadi gagal


ledak (misfire) karena perambatan tidak

33
dapat berlangsung, diameter ini disebut
Diameter Kritis atau Critical Diameter.
Kecepatan

detonasi

bahan

peledak ANFO (bentuk butiran) akan


menurun seiring dengan bertambahnya
air karena ANFO dapat larut terhadap
air. Suatu penelitian memperlihatkan
bahwa ANFO yang mengandung 10% air
(dalam satuan berat) dapat menurunkan
kecepatan detonasi hingga tinggal 42%,
yaitu dari VoD ANFO kering 3800 m/s
turun menjadi hanya tinggal 1600 m/s
(Gambar 2). Akibat penurunan kecepatan
detonasi ANFO yang sangat tajam akan
mengurangi energi ledak secara drastis
atau bahkan tidak akan meledak sama
sekali (gagal ledak).

34

35
Gambar 2. Penurunan kecepatan detonasi
ANFO akibat kandungan air
3. Tekanan Detonasi (Detonation Pressure)
Tekanan

detonasi

adalah

tekanan yang terjadi disepanjang zona


reaksi peledakan hingga terbentuk reaksi
kimia seimbang sampai ujung bahan
peledak yang disebut dengan bidang
Chapman-Jouguet (C-J plane) seperti
terlihat pada Gambar 3. Umumnya
mempunyai satuan MPa. Tekanan ini
merupakan

fungsi

dari

kecepatan

detonasi dan densitas bahan peledak.


Dari penelitian oleh Cook menggunakan
foto sinar-x diperoleh formulasi tekanan
detonasi sebagai berikut:

36

a.
Foto proses detonasi
Bagian-bagian dari proses detonasi

b.

Gambar 3. Proses terbentuknya tekanan


detonasi

PD e x VoD x Up

Up 0,25 x VoD

PD

e x VoD 2
4

Dimana :
PD

= Tekanan detonasi, kPa

re

= Densitas handak, gr/cc

VoD

= Kecepatan detonasi, m/s


ANFO dengan densitas 0,85

gr/cc dan kecepatan detonasi (VoD)

37
3.700 m/s, bila dihitung dengan cara di
atas, akan memiliki tekanan detonasi
(PD) = 2.900 MPa.
4. Tekanan Pada Lubang Ledak (Borehole
Pressure)
Gas

hasil

detonasi

bahan

peledak akan memberikan tekanan


terhadap dinding lubang ledak dan terus
berekspansi menembus media untuk
mencapai keseimbangan. Keseimbangan
tekanan gas tercapai setelah gas tersebut
terbebaskan, yaitu ketika telah mencapai
udara luar. Biasa tekanan gas pada
dinding lubang ledak sekitar 50% dari
tekanan detonasi.
Volume dan laju kecepatan gas
yang

dihasilkan

peledakan

akan

mengontrol tumpukan dan lemparan


fragmen batuan (Gambar 4). Makin
besar tekanan pada dinding lubang ledak

akan

menghasilkan

jarak

38
lemparan

tumpukan hasil peledakan semakin jauh.


Gambar 4. Gerakan batuan akibat tekanan gas

hasil peledakan
F.

Jenis Jenis Bahan Peledak


Secara garis besar, jenis - jenis
bahan

peledak

dapat

diklasifikasikan

menjadi 3 golongan (Manon, 1976) :


1. Bahan Peledak Mekanis (Mechanical

Explosive)

39
Senyawa dalam bahan peledak
mekanis akan segera bereaksi dan
berubah menjadi gas akibat suatu
elemen panas yang dimasukkan ke
dalam bahan peledak tersebut. sebagai
contoh cardox, yaitu bahan peledak
yang terdiri dari suatu tabung atau
kelongsong dengan suatu penutup yang
mudah retak (repture disk) yang berisi
CO2 cair jika elemen pemanas ada di
dalam kelongsong dinyalakan maka
tekanan CO2 mengembang sehingga
penutup akan pecah dan gas yang
terbentuk

akan

memenuhi

lubang

tembak sehingga terjadilah ledakan.


2. Bahan

Peledak

Kimia

(Chemical

Explosive)
Bahan
berdasarkan

peledak
kecepatan

kimia,
reakisinya

dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

40
a. Bahan peledak kuat yaitu bahan
peledak yang mempunyai kecepatan
reaksi sangat tinggi yaitu 5.000
24.000 psi.
b. Bahan peledak lemah yaitu bahan
peledak yang mempunyai kecepatan
reakisinya rendah, yaitu kurang dari
5.000 fps (dari beberapa inch
sampai beberapa feet per detik)
3. Bahan Peledak Nuklir

Bahan peledak nuklir biasanya


terbuat dari plutonium, uranium 235
atau bahan lainya yang memiliki sifat
atom radio aktif.
G.

Agen Peledakan (Blasting Agent)


Agen peledakan adalah campuran
bahan-bahan

kimia

yang

tidak

diklasifikasikan sebagai bahan peledak, di


mana campuran tersebut terdiri dari bahan
bakar (fuel) dan oksida. Pada udara
terbuka, agen peledakan tersebut tidak

41
dapat diledakkan oleh detonator (blasting
capsule) nomor 8. Agen peledakan disebut
juga

dengan

nama

Nitrocarbonitrate,

karena kandungan utamanya nitrat sebagai


oksidator yang diambil dari Ammonium
Nitrat (NH4NO3) dan karbon sebagai
bahan bakar. Kadang-kadang ditambah
bahan kimia lain, baik yang bukan bahan
peledak,

misalnya

ferrosilicon,

maupun

alumunium
sebagai

atau
bahan

peledak, yaitu TNT, dan membentuk bahan


peledak baru.
Keuntungan agen peledakan adalah
aman dalam pengangkutan, penyimpanan,
dan

penanganannya

murah.

Agen

peledakan mempunyai ketahanan terhadap


air buruk atau mudah larut dalam air,
kecuali sudah diubah kebentuk bahan
peledak slurry atau watergel. Sangat sukar
menentukan

secara

tepat

sifat

agen

peledakan karena sifat tersebut akan

42
berubah tergantung dari ukuran butir
bahan,

densitas,

(confined

derajat

degree),

pengurungan

diameter

muatan,

kondisi air, coupling ratio, dan jumlah


primer. Pada umumnya produsen agen
peledakan

akan

spesifikasinya

sesuai

normal,

termasuk

mencantumkan
dengan

kondisi

batas

waktu

kadaluarsanya.
1. Ammonium Nitrat (AN)
Ammoniun

nitrat

(NH4NO3)

merupakan bahan dasar yang berperan


sebagai penyuplai oksida pada bahan
peledak. Berwarna putih seperti garam
dengan titik lebur sekitar 169,6C.
Ammonium

nitrat

adalah

zat

penyokong proses pembakaran yang


sangat kuat, namun ia sendiri bukan zat
yang mudah terbakar dan bukan pula
zat yang berperan sebagai bahan bakar
sehingga pada kondisi biasa tidak dapat

43
dibakar. Sebagai penyuplai oksigen,
maka apabila suatu zat yang mudah
terbakar dicampur dengan AN akan
memperkuat

intensitas

proses

pembakaran dibanding dengan bila zat


yang mudah terbakar tadi dibakar pada
kondisi udara normal. Udara normal
atau

atmosfir

hanya

mengandung

oksigen 21%, sedangkan AN mencapai


60%. Bahan lain yang serupa dengan
AN dan sering dipakai oleh tambang
kecil adalah Potassium Nitrat (KNO3).
Ammonium

nitrat

tidak

digolongkan ke dalam bahan peledak.


Namun bila dicampur atau diselubungi
oleh hanya beberapa persen saja zat-zat
yang mudah terbakar, misalnya bahan
bakar minyak (solar, dan sebagainya),
serbuk batubara, atau serbuk gergaji,
maka akan memiliki sifat-sifat bahan
peledak dengan sensitifitas

rendah.

44
Walaupun banyak tipe-tipe AN yang
dapat

digunakan

sebagai

agen

peledakan, misalnya pupuk urea, namun


AN yang sangat baik adalah yang
berbentuk butiran dengan porositas
tinggi,

sehingga

komposisi

tipe

dapat

membentuk

ANFO.

Sifat-sifat

ammonium nitrat penting untuk agen


peledakan sebagai berikut :
a. Densitas

Butiran berpori 0,74 0,78 gr/cc (untuk


agen peledakan) butiran tak berpori 0,93
gr/cc (untuk pupuk urea)
b. Porositas

Mikroporositas

:
15%,

makro

plus

mikroporositas 54%, dan butiran tak


berpori mempunyai porositas 0 2%
c. Ukuran partikel

Ukuran yang baik untuk agen peledakan


antara 1 2 mm
d. Tingkat kelarutan terhadap air :

45
Bervariasi tergantung temperatur, yaitu:
5C tingkat kelarutan 57,5% (berat),
30C tingkat kelarutan 70% (berat),
10C tingkat kelarutan 60% (berat),
40C tingkat kelarutan 74% (berat), dan
20C tingkat kelarutan 65,4% (berat)

Gambar 5. Butiran ammonium nitrat


berukuran sebenarnya 2 3 mm

1. ANFO
ANFO
ammoniun

adalah

nitrat

singkatan

(AN)

sebagai

dari
zat

46
pengoksida dan fuel oil (FO) sebagai bahan
bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon,
baik berbentuk serbuk maupun cair, dapat
digunakan

sebagai

pencampur

dengan

segala keuntungan dan kerugiannya. Pada


tahun

1950-an

di

Amerika

masih

menggunakan serbuk batubara sebagai


bahan bakar dan sekarang sudah diganti
dengan bahan bakar minyak, khususnya
solar.
Bila menggunakan serbuk batubara
sebagai bahan bakar, maka diperlukan
preparasi terlebih dahulu agar diperoleh
serbuk batubara dengan ukuran seragam.
Beberapa kelemahan menggunakan serbuk
batubara sebagai bahan bakar, yaitu:
a.

Preparasi membuat bahan peledak


ANFO menjadi mahal,

b.

Tingkat homogenitas campuran antara


serbuk
dicapai,

batubara

dengan

AN

sulit

47
c.

Sensitifitas kurang, dan

d.

Debu

serbuk

batubara

berbahaya

terhadap pernafasan pada saat dilakukan


pencampuran.
Menggunakan bahan bakar minyak
selain solar atau minyak disel, misalnya
minyak tanah atau bensin dapat juga
dilakukan, namun beberapa kelemahan
harus dipertimbangkan, yaitu:
a.

Akan menambah derajat sensitifitas,


tapi tidak memberikan penambanhan
kekuatan (strength) yang berarti,

b.

Mempunyai

titik

bakar

rendah,

sehingga akan menimbulkan resiko yang


sangat

berbahaya

ketika

dilakukan

pencampuran dengan AN atau pada saat


operasi pengisian ke dalam lubang ledak.
Bila akan digunakan bahan bakar minyak
sebagai FO pada ANFO harus mempunyai
titik bakar lebih besar dari 61C.

48
Penggunaan solar sebagai bahan
bakar lebih menguntungkan dibanding jenis
FO yang karena beberapa alasan, yaitu:
a.

Harganya relatif murah,

b.

Pencampuran dengan AN lebih mudah


untuk mencapai derajat homogenitas,

c.

Karena solar mempunyai viskositas


relatif lebih besar dibanding FO cair
lainnya, maka solar tidak menyerap ke
dalam butiran AN tetapi hanya menyelimuti
bagian permukaan butiran AN saja.

d.

Karena viskositas itu pula menjadikan


ANFO bertambah densitasnya.
Untuk menyakinkan bahwa campuran

antara AN dan FO sudah benar benar homogen


dapat ditambah zat pewarna, biasanya oker.
Gambar

memperlihat-kan

butiran AN

dicampur FO secara merata (homogen) dan


tidak merata.
Komposisi bahan bakar yang tepat,
yaitu 5,7% atau 6%, dapat memaksimumkan

49
kekuatan bahan peledak dan meminimumkan
fumes. Artinya pada komposisi ANFO yang
tepat dengan AN = 94,3% dan FO = 5,7%

Non-absorbent dense prill

Absorbent porous prill

Distribusi FO tdk merata, shg


oxygen balance buruk

FO diserap merata dengan


perbandingan yang proporsional

akan

diperoleh

zero

oxygen

balance.

Kelebihan FO disebut dengan overfuelled akan


menghasilkan

reaksi

peledakan

dengan

konsentrasi CO berlebih, sedangkan bila


kekurangan

FO

atau

underfuelled

akan

menambah jumlah NO2.


Gambar 6. Kenampakan campuran
butiran AN dan FO
Perbandingan AN : FO sebesar 94,3% :
5,7% adalah perbandingan berdasarkan berat.

50
Agar diperoleh perbandingan berat komposisi
yang tepat antara FO dengan AN, dapat
digunakan Tabel 2 yang menggunakan solar
berdensitas 0,80 gr/cc sebagai bahan bakar.
Tabel 2
Jumlah kebutuhan FO untuk memperoleh
ANFO

Dengan

memvariasikan

kebutuhan

akan ANFO, akan diperoleh berapa liter solar

51
yang diperlukan untuk dicampur dengan
sejumlah AN.
Di Indonesia perusahan bahan peledak
yang sudah memproduksi ANFO (bukan
hanya AN) adalah PT. Dahana dengan merk
dagang Danfo dan
PT. Pindad dengan merk dagang Panfo.

2. Slurries (Watergels)
Istilah Slurries dan Watergel adalah
sama artinya, yaitu campuran oksidator,
bahan bakar, dan pemeka (Sensitizer) di
dalam media air yang dikentalkan memakai
gums,

semacam

perekat,

sehingga

campuran tersebut berbentuk jeli atau


slurries

yang

mempunyai

ketahanan

terhadap air sempurna. Sebagai oksidator


bisa dipakai sodium nitrat atau ammonium
nitrat, bahan bakarnya adalah solar atau
minyak diesel, dan pemekanya bisa berupa

52
bahan peledak atau bukan bahan peledak
yang diaduk dalam 15% media air.
Tabel 3
Contoh Jenis Bahan Peledak Watergel

Agen

peledakan

slurry

yang

mengandung bahan pemeka yang bukan


jenis bahan peledak, misalnya solar, sulfur,
atau alumunium, tidak peka

53
terhadap detonator (non-cap sensitive).
Sedangkan slurry yang mengandung bahan
pemeka dari jenis bahan peledak, seperti
TNT, maka akan peka terhadap terhadap
detonator (cap sensitive). Oleh sebab itu,
jenis

slurry yang

disebutkan terakhir

bukanlah merupakan agen peledakan, tetapi


benar-benar sebagai bahan peledak slurry
(slurry

explosive)

dan

peka

terhadap

detonator.
Slurry

pada

umumnya

dikenal

karena bahan bakar pemekanya, seperti


aluminized

slurry,

TNT

slurry,

atau

smokeless powder slurry.

3. Bahan Peledak Berbasis Emulsi (Emulsion


Based Explosives)
Bahan peledak emulsi terbuat dari
campuran antara fase larutan oksidator
berbutir sangat halus sekitar 0,001 mm
(disebut droplets) dengan lapisan tipis

54
matrik minyak hidrokarbonat. Perbedaan
ukuran butir oksidator bahan peledak dapat
dilihat pada Tabel 4. Emulsi ini disebut tipe
air-dalam-minyak

(water-in-oil

emulsion). Emulsifier ditambahkan untuk


mempertahankan

fase

emulsi.

Dengan

memperhatikan butiran oksidator yang


sangat halus dapat difahami bahwa untuk
membuat emulsi ini cukup sulit, karena
untuk mencapai oxygen balance diperlukan
6% berat minyak di dalam emulsi harus
menyelimuti 94% berat butiran droplets.
Tabel 4
Perbedaan Ukuran Butir Oksidator Bahan
Peledak (Bamfield and Morrey, 1984)
Bahan
peledak

Ukuran, mm

ANFO

2,000

Dinamit

0,200

Slurry

0,200

Bentuk
Semua
padat
Semua
padat
Padat /
liquid

VoD, m/s
3200
4000
3300

55
Emulsi

0,001

Liquid

Karena butiran oksidator terlalu halus,


maka diperlukan peningkatan kepekaan bahan
peledak emulsi dengan menambahkan zat
pemeka (sensitizer), misalnya agen gassing
kimia agar terbentuk gelembung udara untuk
menimbulkan fenomena hot spot. Zat pemeka
lainnya

adalah

kadang-kadang

Glass

Microballons

ditambah

pula

dan

dengan

aluminium untuk meningkatkan kekuatan.


Gambar

memperlihatkan

produksi emulsi,

pola

urutan

baik diproduksi dalam

bentuk kemasan maupun dicurah langsung ke


lubang ledak. Bahan peledak emulsi banyak
diproduksi dengan nama yang berbeda beda.

5000 6000

56
Konsistensi sifat bahan peledak tergantung
pada karakteristik ketahanan fase emulsi dan
efek emulsi tersebut terhadap adanya perbahan
viskositas yang merupakan fungsi daripada
waktu penimbunan.

FASE LARUTAN
OKSIDA

FASE
MINYAK

EMULSIFIER
- MICRO BALLONS
- ALUMINIUM
TRUCK MMU

TANGKI
PENGADUK

EMULSI

- MICRO BALLONS
- AGEN GASSING
- ALUMINIUM

PENGISIAN
LANGSUNG KE
LUBANG LEDAK

BLENDER

PEMBENTUKAN
CARTRIDGE

PENDINGINAN

PENGEPAKAN

a. EMULSI KEMASAN
(CARTRIDGE)

AGEN
GASSING

BAHAN PELEDAK
EMULSI DINGIN SIAP
POMPA DIANGKUT
TANGKI JARAK JAUH
EXPLOSIVE

POMPA

DANGER

LUBANG
LEDAK

AGEN
GASSING
POMPA

LUBANG
LEDAK

b. EMULSI CURAH
(BULK)

Gambar 7. Pola urutan produksi emulsi


Saat ini pemakaian bahan peledak
emulsi cukup luas diberbagai penambangan

57
bahan galian, baik pemakaian dalam bentuk
kemasan

cartridge

maupun

langsung

menggunakan truk Mobile Mixer Unit (MMU)


ke lubang ledak. Tabel 5 adalah contoh bahan
peledak

berbasis

emulsi

dari

beberapa

produsen bahan peledak termasuk merk


dagang dan sifat-sifatnya.
Tabel 5
Jenis Bahan Peledak Berbasis Emulsi

58
4. Bahan Peledak Heavy ANFO
Bahan

peledak

heavy

ANFO

adalah campuran daripada emulsi dengan


ANFO

dengan

perbandingan

yang

bervariasi. Keuntungan dari campuran ini


sangat tergantung pada perbandingannya,
walaupun sifat atau karakter bawaan dari
emulsi dan ANFO tetap mempengaruhinya.
Keuntungan penting dari pencampuran ini
adalah:
a. Energi bertambah,
b. Sensitifitas lebih baik,
c. Sangat tahan terhadap air,
d. Memberikan kemungkinan variasi energi
disepanjang lubang ledak.
Cara pembuatan heavy ANFO
cukup sederhana karena matriks emulsi
dapat dibuat di pabrik emulsi kemudian
disimpan di dalam tangki penimbunan
emulsi.

Dari

dipompakan

tangki
ke

bak

tersebut

emulsi

truk

Mobile

59
Mixer/Manufacturing Unit (MMU) yang
biasanya memiliki tiga kompartemen.
Emulsi dipompakan ke salah satu
kompartemen bak, sementara pada dua
kompartemen bak yang lainnya disimpan
ammonium nitrat dan solar. kemudian
MMU meluncur ke lokasi yang akan
diledakkan. Tabel 6 beberapa merk dagang
dan karakteristik heavy ANFO.

Tabel 6
Jenis Bahan Peledak Berbasis Emulsi

60

Agen peledakan tidak seluruhnya


peka primer, tetapi sebagian besar bahan
peledak kemasan berbasis emulsi peka
detonator. Demikian pula dengan watergel
yang bahan pemekanya dari jenis bahan
peledak, yaitu TNT.
5. Bahan Peledak Berbasis Nitrogliserin
Kandungan

utama

dari

bahan

peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol,


nitrocotton dan material selulosa. Kadang-

61
kadang ditambah juga ammonium atau
sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat
kimia berbentuk cair yang tidak stabil dan
mudah

meledak,

sehingga

pengangkutannya sangat beresiko tinggi.


Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan dalam pengangkutan maupun
pengemasan adalah dengan mencampur
nitrogliserin dengan bahan yang mudah
menyerap cairan, diantaranya adalah serbuk
gergaji.
Serbuk gergaji sekarang sudah tidak
dipakai lagi karena terlalu mudah terbakar dan
daya serapnya kurang. Alfred Nobel yang
pertama kali menemukan kiieselguhr sebagai
penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil
campurannya itu dinamakan bahan peledak
dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan
NG divariasikan untuk memberikan energi
yang

diinginkan

pengangkutannya.

dan

keamanan

dalam

62
Bahan peledak ini mempunyai sifat
plastis yang konsisten (seperti lempung atau
dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi,
densitas tinggi, dan ketahanan terhadap air
sangat

baik,

sehingga

dapat

digunakan

langsung pada lubang ledak yang berair.


Bahan dikemas

(dibungkus) oleh

kertas

mengandung polyethylene untuk mencegah


penyerapan air dari udara bebas. Tabel 7
memperlihatkan

beberapa

produk

bahan

peledak berbasis NG.


Tabel 7
Jenis Bahan Peledak Berbasis Nitrogliserin

63

6. Bahan Peledak Permissible


Bahan Peledak Permissible adalah
bahan peledak yang khusus digunakan pada
tambang batubara bawah tanah. Bahan

64
peledak ini harus lulus beberapa tahapan uji
keselamatan

yang

ketat

sebelum

dipasarkan. Pengujian terutama diarahkan


pada keamanan peledakan dalam tambang
batubara bawah tanah yang umumnya
berdebu agar bahan peledak tersebut tidak
menimbulkan kebakaran tambang.
Bahan peledak yang lulus uji akan
diklasifikasikan

kedalam

permitted

explosive dengan rating P1 atau P5, di


mana kode rating menunjukkan tingkat
kekuatan bahan peledak tersebut. Bahan
peledak permissible P1 dapat digunakan
untuk meledakkan batubara yang keras,
pembuatan vertical shaft, dan lubang
bukaan bahwa tanah lainnya; sedangkan P5
lebih cocok digunakan pada tambang
batubara bawah tanah yang berdebu.
Bahan peledak permissible bisa
berbasis NG maupun emulsi dan yang
terlihat pada Tabel 3. 6 adalah bahan

peledak

permissible

berbasis

Komposisi bahan peledak


ditambah

dengan

garam

menekan

temperature

saat

65
NG.

permissible
yang

dapat

peledakan

berlangsung disebut fire suppressant salts.


Derajat penekanan

tersebut tergantung

pada distribusi dan persentase garam yang


dapat memberikan jaminan keamanan agar
tidak terjadi kebakaran debu batubara pada
udara ketika proses peledakan. Disamping
garam terdapat pula cara lain untuk
menekan temperatur tersebut, yaitu dengan
memanfaatkan system pertukaran ion atau
yang disebut reinforced safety. Bahan
peledak

ini

biasanya

dibuat

dengan

persentase NG kecil ditambah bahan bakar


dan

sodium

nitrat

serta

ammonium

chloride, reaksinya adalah:


NaNO3 + NH4Cl NaCl + NH4NO3
Hasilnya adalah ammonium nitrat
sebagai oksidator dan sodium chloride yang

66
mempunyai daya pendinginan yang besar,
bahkan lebih besar dibanding dengan
pencampuran yang pertama. ICI- Explosive
membuat

bahan

peledak

permissible

berbasis emulsi yang dinamakan seri


Permitted Powergel (Gambar 8).

Gambar 8. Bahan Peledak Permissible


Berbasis Emulsi (ICI-Explosive, 1988)

7. Bahan Peledak Black Powder


Black

powder

atau

gunpowder

pertama kali dibuat pada abad ke-13 dan

67
digunakan baik untuk keperluan militer
maupun penambangan. Komposisi black
powder adalah serbuk batubara, garam, dan
belerang. Bahan peledak ini terbakar cepat
sekali, bisa mencapai kecepatan rambat 100
10 detik per meter atau 60 meter per detik
pada kondisi terselubung, tetapi tidak bisa
meledak. Oleh sebab itu black powder
diklasifikasikan sebagai bahan peledak
lemah (low explosive). Kapabilitas black
powder sangat dipengaruhi oleh cuaca yang
memperburuk

kemampuan

bakarnya.

Karena kelemahan inilah black powder


tersingkir penggunaannya sebagai bahan
peledak

utama

pertambangan

dalam

setelah

industri
diketemukan

nitrigleserin dan bahkan sekarang bahan


peledak berbasis emulsi yang mempunyai
kekuatan detonasi sangat tinggi dan aman.
Walaupun demikian black powder saat ini
masih tetap dimanfaatkan untuk mengisi

68
sumbu api atau sumbu bakar atau safety
fuse untuk peledakan dengan menggunakan
detonator biasa. Untuk keperluan militer,
black powder digunakan sampai sekarang
sebagai mesiu di dalam selongsong peluru
yang berfungsi sebagai pelontar proyektil
peluru (propellant) dan juga digunakan
pada berbagai keperluan piroteknik.
H.

Reaksi dan Produk dari Proses


Peledakan
Peledakan akan memberikan hasil
yang berbeda dari yang diharapkan karena
tergantung pada kondisi eksternal saat
pekerjaan

tersebut

mempengaruhi

dilakukan

kualitas

bahan

yang
kimia

pembentuk bahan peledak tersebut. Panas


merupakan

awal

terjadinya

proses

dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan


peledak yang menimbulkan pembakaran,
dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir

detonasi.

Proses

dekomposisi

69
bahan

peledak diuraikan sebagai berikut:


1. Pembakaran

Pembakaran

adalah

reaksi

permukaan yang eksotermis dan dijaga


keberlangsungannya oleh panas yang
dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan
produknya berupa pelepasan gas-gas.
Reaksi pembakaran memerlukan unsur
oksigen (O2) baik yang terdapat di alam
bebas maupun dari ikatan molekuler
bahan atau material yang terbakar.
Untuk menghentikan kebakaran cukup
dengan

mengisolasi

material

yang

terbakar dari oksigen. Contoh reaksi


minyak disel (diesel oil) yang terbakar
sebagai berikut:
CH3(CH2)10CH3 + 18O2 12CO2 +
13H2O
2. Deflagrasi

70
Deflagrasi adalah proses kimia
eksotermis di mana transmisi dari reaksi
dekomposisi

didasarkan

pada

konduktivitas termal (panas). Deflagrasi


merupakan fenomena reaksi permukaan
yang reaksinya meningkat menjadi
ledakan dan menimbulkan gelombang
kejut (shock wave) dengan kecepatan
rambat rendah, yaitu antara 300 1000
m/s atau lebih rendah dari kecep suara
(subsonic).

Contohnya

pada

reaksi

peledakan low explosive (black powder)


sebagai berikut :
Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S 6Na2CO3 +
Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO +
10N2
Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S 6K2CO3 +
K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2
3. Ledakan

Ledakan

menurut

71
Berthelot,

adalah ekspansi seketika yang cepat


dari gas menjadi bervolume lebih besar
dari sebelumnya diiringi suara keras
dan efek mekanis yang merusak. Dari
definisi tersebut dapat tersirat bahwa
ledakan tidak melibatkan reaksi kimia,
tapi kemunculannya disebabkan oleh
transfer energi ke gerakan massa yang
menimbulkan efek mekanis merusak
disertai panas dan bunyi yang keras.
Contoh ledakan antara lain balon karet
ditiup terus akhirnya meledak, tangki
BBM terkena panas terus menerus bisa
meledak, dan lain-lain.
4. Detonasi
Detonasi adalah proses kimiafisika
reaksi

yang

mempunyai

sangat

menghasilkan
sangat

besar

gas

kecepatan

tinggi,

sehingga

dan

temperatur

yang

semuanya

72
membangun ekspansi gaya yang sangat
besar pula. Kecepatan reaksi yang
sangat tinggi tersebut menyebarkan
tekanan

panas

ke

seluruh

zona

peledakan dalam bentuk gelombang


tekan kejut (shock compression wave)
dan

proses

ini

berlangsung

terus

menerus untuk membebaskan energi


hingga berakhir dengan ekspansi hasil
reaksinya.
Kecepatan

rambat

reaksi

pada

proses detonasi ini berkisar antara 3000


7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO
sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock
compression wave mempunyai daya dorong
sangat tinggi dan mampu merobek retakan
yang

sudah ada sebelumnya

menjadi

retakan yang lebih besar. Disamping itu


shock

wave

dapat

menimbulkan

symphatetic detonation, oleh sebab itu


peranannya

sangat

penting

di

dalam

73
menentukan jarak aman (safety distance)
antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi
pada jenis bahan peledakan antara lain:
TNT

: C7H5N3O6 1,75CO2 +

2,5H2O + 1,5N2 + 5,25C


ANFO

: 3NH4NO3 + CH2 CO2 +

7H2O + 3N2
NG

: C3H5N3O9 3CO2 + 2,5H2O

+ 1,5N2 + 0,25O2
NG + AN : 2C3H5N3O9 + NH4NO3
6CO2 + 7H2O + 4N4 +O2
Dengan mengenal reaksi kimia
pada peledakan diharapkan peserta akan
lebih hati-hati dalam menangani bahan
peledak kimia dan mengetahui nama-nama
gas hasil peledakan dan bahayanya.
I.

Komposisi Bahan Peledak


Hampir semua bahan peledak
komersial merupakan campuran senyawasenyawa yang mengandung empat unsure
dasar yaitu C, H, O dan N. Kemudian untuk

74
memperoleh efek tertentu kadang ditambah
zat-zat sensitizer seperti Na, Al, Ca dan
sebagainya. Suatu bahan peledak tidak
harus

mengandung

material

explosive

seperti nitrogliserin, nitrostrach atau TNT.


Setiap bahan dalam campuran mempunyai
fungsi

yang

berbeda,

yaitu

sebagai

explosive base, oxygen carrier, fuel dan


lain-lain.
J.

Peralatan dan Perlengkapan Peledakan


1. Peralatan
Peledakan
(Blasting
Equipment)
Peralatan peledakan (Blasting
Equipment)

ialah

alat-alat

diperlukan

untuk

menguji

menyalakan

rangkaian

yang
dan

peledakan,

sehingga alat tersebut dapat dipakai


berulang-ulag.

Peralatan

peledakan

antara lain :
a.

Blasting
listrik

Machine
DC),

(sumber

beserta

Ohm

energi
meter

75
(penguji tahanan rangkaian), Rheostat
b.

(penguji kapasitas Blasting Machine).


Cap Crimper (sejenis tang khusus

c.

untuk peledakan).
Kabel utama (Bus Wire, Leading Wire),
yaitu

kabel

blasting

yang

machine

menghubungan
ke

rangkaian

peledakan listrik.
Peledakan dengan menggunkan arus
istrik searah (DC) sebagai sumber tenaga,
dihasilkan dari blasting machine. Arus
listrik berfungsi membangkikan panas yang
dapat menyalakan detonator, kemudian
detonator akan meledakkan primer dimana
terdapat isian
2. Perlengkapan

Peledakan

(Blasting

Accessories)
Perlengkapan peledakan (Blasting
Accessories atau Blasting Supplies) ialah
material yang diperlukan untuk membuat
rangkaian peledakan sehingga isian bahan
peledak dapat dinyalakan. Perlengkapan

76
bahan peledak hanya dapat dipakai untuk
satu kali penyalaan saja. Perlengkapan
peledakan antara lain :
a.

Detonator
1) Detonator listrik (Electric Blasting
Caps (EBC)).
Ada dua macam yaitu detonator
seketika (Instantaneous EBC) dan
detonator tunda (Delayed EBC).
2) Detonator biasa (Plain/Ordinary

b.

Detonator).
Digunakan dengan sumbu api.
3) Kabel listrik (Connecting Wire)
4) Insulator tape
Sumbu api (Safety Fuse)
Sumbu Api (Safety Fuse) dengan
perlengkapannya antara lain igniter
cord, igniter cord connector.

c.

Sumbu ledak (detonating fuse)


Sumbu Ledak (Detonating Fuse)
dengan perlengkapannya antara lain
Ms connector/detonating relay/delay
connection.

K.

Kegunaan dan Manfaat Bahan Peledak

77
Bahan peledak adalah material
yang tidak stabil secara kimia atau
energikal,

atau

pengembangan

dapat

menghasilkan

mendadak

dari

bahan

tersebut dibarengi dengan penghasilan


panas dan perubahan besar pada tekanan
(dan biasanya juga kilat atau suara besar)
yang biasa disebut ledakan.
Bahan peledak ada yang memiliki
kecepatan ledak tinggi ( high explosive)
dan ada juga yang memiliki kecepatan
ledak rendah ( low explosive). High
explosive memiliki kecepatan ledak >
4000

m/s,

sedangkan

low

explosive

memiliki kecepatan ledak < 4000 m/s.


Bahan peledak biasa di gunakan
untuk

keperluan

sipil/komersil.di

dalam

militer

dan

militer

bahan

peledak di gunakan untuk operasi militer


seperti

peperangan

,melukai

,membunuh.dan bahan peledak yang sering

78
di gunakan yaitu bom,napalm,granat,dan
sebagainya. Namun di dalam sipil/komersil
bahan peledak di gunakan dalam pemakaian
industri pertambangan,kontruksi,dll.
Di dalam militer,bahan peledak
yang

di

miliki

suatu

berpengaruh terhadap

Negara

sangat

kekuatan militer

Negara tersebut. seperti contohnya adalah


Amerika,

Amerika

terkenal

dengan

teknologi dan senjata peledak yang di


milikinya. Bahkan amerika di sebut sebagai
negara

adikuasa

karena

perlengkapan

militernya. Selain itu ada Iran yang terkenal


dengan senjata peledaknya yaitu nuklir.
Dengan kekuatan nuklirnya Iran termasuk
negara yang di takuti negara penjajah
seperti Amerika dan Israel.
Bahan peledakpun sangat berguna
dalam industri pertambangan, coba anda
bayangkan apabila dalam pertambangan
tidak menggunakan bahan peledak ? berapa

79
banyak tenaga kerja yang di butuhkan ?
berapa lama waktu yang di perlukan ?
tentunya memerlukan tenaga kerja dan
waktu yang sangat banyak dan tingkat
keselamatan kerjapun tidak terjamin. Beda
halnya apabila kita menggunakan bahan
peledak dalam pertambangan. Tenaga kerja
dan waktunya pun relatif lebih sedikit dan
keselamatan tenaga kerjapun lebih terjamin.
Namun

penyalahgunaan

bahan

peledak kerap terjadi di tanah air seperti


penggunaan bahan peledak oleh para
nelayan
terorisme.

dalam

mencari

Mencari

ikan
ikan

sampai
dengan

menggunakan bahan peledak bisa merusak


ekosistem air di dalamnya seperti rusaknya
terumbuk karang yang menjadi tempat
bertelurnya ikan.
Bahan peledak di ciptakan bukan
untuk membunuh, melukai, melenyapkan,
merusak apapun yang ada di sekitar kita,

80
akan tetapi bahan peledak di ciptakan untuk
membantu pekerjaan kita yang bersifat
positif sehingga pekerjaan menjadi lebih
ringan

Karena

jika

kita

mempergunakannya dengan positif maka


akan menghasilkan yang positif pula.

DAFTAR PUSTAKA
Angga Juner. 2011. Bahan Peledak. Website :
http://angghajuner.blogspot.com/2011/
10/bahan-peledak.html. Diakses pada
hari Jumat, 5 April 2013
Himato UNP. 2011. Pengenalan Bahan
Peledak. Website :
http://himatto.wordpress.com/2011/05/
22/pengenalan-bahan-peledak/#more51. Diakses pada hari sabtu, 6 April
2013

81
Nafarin, Akhmad. 2011. Klasifikasi Bahan
Peledak. Web :
http://www.genborneo.com/2011/06/kl
asifikasi-bahan-peledak.html. Diakses
pada hari Jumat, 5 April 2013
Suyitno. 2011. Pengetahuan Dasar Bahan
Peledak Komersil. Website :
http://suyitno01.wordpress.com/pertam
bangan/peledakanblasting/pengetahuan-dasar-bahanpeledak-komersil/. Diakses Pada Hari
Jumat, 5 Mei 2013
Yusuf, Welly. 2012. Fungsi Bahan Peledak.
Website :
http://www.pantonanews.com/2989fungsi-bahan-peledak. Diakses Pada
Hari Jumat, 5 Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai