Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akhir- akhir ini Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit paru
Obstruksi Kronik (PPOK) semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena prevalensi dan angka
mortalitas yang terus meningkat. PPOK adalah penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi
ke-4 di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa morbiditas dan mortalitas akan terus meningkat.
Diperkirakan 12 juta orang di AS didiagnosis dengan PPOK sementara 12 juta lainnya memiliki
PPOK yang tidak terdiagnosis (Antariksa, 2009). Pada tahun 2003, PPOK di AS menyebabkan
15,4 juta kunjungan dokter ke rumah, dan pada tahun 2007, biaya tahunan total diperkirakan
melebihi 42,6 juta dolar. Biaya ini lebih rendah dari keadaan sebenarnya karena tidak
memperhitungkan biaya akibat penyakit yang tidak terdiagnosis maupun komorbiditas. PPOK
menimbulkan beban kesehatan, sosial dan ekonomi yang besar. Merokok merupakan faktor
terpenting penyebab PPOK disamping faktor resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik
dan lain-lainnya (PDPI, 2003).

BAB II
STATUS PENDERITA
A.

B.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn.W

Umur

: 70 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Serabutan

Agama

: Islam

Alamat

: kepanjen

Status Perkawinan

: Menikah

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 17 November 2012

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

: Sesak

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak. Sesak sejak 3 hari yang
lalu sebelum masuk Rumah Skit. Sesak dirasakan tambah berat, dibuat bekerja
maupun istirahat tetap mengeluh sesak. Selain itu pasien mengeluh batuk. Batuk di
keluhkan sejak 1 tahun yang lalu, batuk yang dirasakan terus menerus dan ada
riaknya. Enam bulan sebelumnya pasien mengeluh batuk yang disertai darah sebelum
MRS. Pasien juga mengeluh nyeri di ulu hati, mual (-), muntah (-),
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat rawat inap

: pernah opname sakit sama seperti ini.

- Riwayat TBC

: (-)

- Riwayat sakit gula

: Disangkal

- Riwayat darah tinggi : (+)


- Riwayat sakit liver

: Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat sakit gula

: (-)

3
- Riwayat darah tinggi : (+)
- Riwayat jantung

: (-)

- Riwayat asma

: (-)

5. Riwayat Kebiasaan:
Riwayat merokok (+), 1-2 bungkus sehari sejak SMP sampai sekarang masih aktif

merokok.
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat minum kopi (+)
Riwayat olahraga (-)

C. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit
Lesi kulit (-), lepuh (-), gatal (-), keropeng (-), makula (-), papula (-), nodula (-).
2. Kepala
Nyeri kepala (-), pusing (-), rambut rontok (-), luka (-), benjolan (-).
3. Mata
Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan
4.
5.
6.

7.
8.

9.
10.
11.
12.
13.
14.

berkurang (-).
Hidung
Rhinorrea (-), epistaksis (-).
Telinga
Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-).
Mulut
Sariawan (-), bibir kering dan berwarna pink (+), kalau nafas bibir mecucu (-), lidah
terasa pahit (-).
Tenggorokan
Sakit menelan (-), serak (-).
Pernafasan
Sesak nafas (+), sejak 3 hari yang lalu, sering kambuh saat setelah aktivitas, batuk
(+) keluar dahak, mengi (+).
Kardiovaskuler
Berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-).
Gastrointestinal
Mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan turun (+), nyeri perut (+), BAB lancar.
Genitourinaria
BAK lancar, 3-6 kali sehari, warna kuning jernih, dan jumlah dalam batas normal.
Neurologik
Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-).
Psikiatrik
Emosi stabil (+), mudah marah (-).
Muskolokeletal

4
Kaku otot (-), kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri
otot (-).
15. Ekstremitas atas
Edema (-), sakit (-), ujung jari tangan dingin (-), telapak tangan pucat (-).
16. Ekstremitas bawah
Edema (-), sakit (-), ujung jari kaki dingin (-), telapak kaki pucat (-).
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak Lemah, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital
Tensi

: 190/100 mmHg

Nadi

: 120x / menit

Pernafasan

: 24 x /menit

Suhu

: 364oC

3. Kulit
keriput, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-).
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (+), atrofi m.
temporalis (-), makula (-),papula (-), nodula (-),kelainan mimic wajah / bells palsy (-).
5. Mata
konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
10. Leher

5
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan abdominalthoracal, retraksi (-), spider nevi (-),
pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas

: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

batas kanan atas

: SIC II Linea Para Sternalis Dextra

batas kiri bawah

: SIC V 1 cm medial Linea Medio


Clavicularis Sinistra

batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra


pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra
(batas jantung terkesan normal)
Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi

: dada kanan kiri simetris

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan


Perkusi

:
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan :


Ronchi

Wheezing
+
+
-

12. Abdomen

+
-

+
+
-

+
-

6
Inspeksi

: dinding perut tampak cekung

Palpasi

: nyeri tekan (+) di epigastrium

Perkusi

: timpani, pekak beralih (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal.

13. Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
Jari tabuh (+/+)
akral dingin
-

Oedem
- - -

14. Sistem genetalia: dalam batas normal.


E. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
o COPD
o Tuberkulosis paru
o Asma

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap
17 November 2012
DARAH LENGKAP
Hb
Hitung leukosit
Hitung jenis
LED
Hitung trombosit
Hematokrit
Eritrosit
KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu

HASIL
16,2
7.820
0/0/95/2/3
40
294.000
49,8
5,84

NILAI NORMAL
P: 13,5-18; L: 12-16
4000 11.000
1-5/0-1/54-62/15-35/3-7
L: 15 ; P: 20
150.000 450.000
L: 4,5-6,5 ; P: 3,0-6,0
3,0 6,0

195

< 140

7
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin

35
26
46
0,76

L: <43; P: < 36
L: <43; P: <36
20 40
L: 0,6-1,1; P: 0,5-0,9

Pemeriksaan rontgen (PA)

Interpretasi
Identitas
Nama : Tn. W
Usia

: 70 tahun

Simetris
Kecukupan inspirasi cukup
Tulang
: kondisi tulang normal, celah intercosta tidak melebar, tidak tampak

kelainan.
Trakea
: di tengah, bentuk lurus, tidak ada pergeseran, tidak didapatkan kelainan.
Hilus
: tidak membesar, tampak normal.
Diafragma
: letak normal, bagian kanan bentuk seperti kubah,
Sinus costophrenicus : sudut bagian kiri tampak tajam, bagian kanan sudutnya tampak

tajam.
Cor
Paru
Kesimpulan

G. RESUME

: bentuk jantung normal, pinggang jantung masih ada, letak ditengah


: tak tampak infiltrate, corakan bronchovaskuler dalam batas normal.
: Emfisema Pulmonum.

8
Sesak sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Skit. Sesak dirasakan tambah berat,
dibuat bekerja maupun istirahat tetap mengeluh sesak. Selain itu pasien mengeluh batuk. Batuk
di keluhkan sejak 1 tahun yang lalu, Batuk yang dirasakan terus menerus dan ada riaknya.
Enam bulan sebelumnya pasien mengeluh batuk yang disertai darah sebelum MRS. Pasien juga
mengeluh nyeri di ulu hati, mual (-), muntah (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki (+) dan
wheezing (+), nyeri tekan di epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan LED (),
GDS (), neutrofil (), pada pemeriksaan radiologi didapatkan lapang paru hiperlusen ada
corakan bronchovaskuler dalam batas normal kesan didapatkan kesimpulan emfisema
pulmonum..

H. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
Menjelaskan kepada keluarga pasien penyakit ini disebabkan oleh penggunaan asap
rokok dan polusi sehingga diharapkan pasien lebih berhati-hati jika ada yang
merokok dan benar-benar berhenti total dalam menggunaan rokok.
Menjelaskan kepada pasien supaya patuh dalam minum obat dan keluarga pasien
dalam mengawasi pasien untuk minum obat.
Diit tinggi kalori dan protein.
Bedrest dengan posisi trendelenburg dan tidak dianjurkan untuk beraktivitas
berlebihan.
2. Medikamentosa
-

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x4mg

Ranitidin 2x150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

G. FLOW SHEET

9
Nama

: Tn. M

Diagnosis : COPD
Tabel flowsheet penderita
No
1.

Tgl
19

S
Batuk (+),

O
T : 150/90 mmHg

P
Non Medika mentosa

Nov

sesak nafas

N : 82x/menit

Tirah baring

2012

(+), mual (-),

Rr : 22x/menit

Edukasi kepada pasien

S : 36.2oC

supaya berhenti merokok dan

Thorax :

COPD

Inspeksi :kanan dan


kiri simetris
Palpasi : suara
fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

+
-

Wheezing
+

+
-

Abdomen : nyeri
tekan epigastrium.

patuh dalam minum obat,


Medikamentosa :
-

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

10
2.

Non Medika mentosa

20

Batuk (+),

T : 180/100 mmHg

Nov

sesak nafas

N : 84x/menit

Tirah baring

2012

(+), mual(-),

Rr : 20x/menit

Edukasi kepada pasien

S : 36,2oC

supaya berhenti merokok dan

COPD

Thorax :
Inspeksi :kanan dan

patuh dalam minum obat,


Medikamentosa :

kiri simetris
Palpasi : suara
fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

+
-

Wheezing
+

+
-

Abdomen : nyeri
3.

21

Batuk (+),

tekan epigastrium.,
T : 170/100 mmHg

Nov

sesak nafas

N : 86x/menit

2012

(+), mual (-),

Rr : 20x/menit

nyeri perut di

S : 36,2oC

ulu hati.

Thorax :
Inspeksi :kanan dan
kiri simetris
Palpasi : suara
fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

Non Medika mentosa

Tirah baring

Edukasi kepada pasien

COPD

supaya berhenti merokok dan


patuh dalam minum obat,
Medikamentosa :
-

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

11

sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

+
-

Wheezing
+

+
-

Abdomen : nyeri
4

22

Batuk (+),

tekan epigastrium.,
T : 160/100 mmHg

Nov

sesak nafas

N : 86x/menit

Tirah baring

2012

(+), mual (-),

Rr : 20x/menit

Edukasi kepada pasien

nyeri perut di

S : 36,6oC

ulu hati

Thorax :

supaya berhenti merokok dan


patuh dalam minum obat,

Inspeksi :kanan dan


kiri simetris
Palpasi : suara
fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

+
-

Non Medika mentosa

COPD

Medikamentosa :
-

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

12
Wheezing
+

+
-

Abdomen : nyeri
5

23

Lemas (+),

tekan epigastrium.,
T : 150/100 mmHg

Nov

Batuk (+),

N : 86x/menit

Tirah baring

2012

sesak nafas

Rr : 20x/menit

Edukasi kepada pasien

(), mual (-),

S : 36oC

tidak bisa

Thorax :

BAB, nyeri

Inspeksi :kanan dan

perut di ulu

kiri simetris

hati.

Palpasi : suara

supaya berhenti merokok dan


patuh dalam minum obat,

fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

+
-

Wheezing
+

+
-

Non Medika mentosa

Abdomen : nyeri
tekan epigastrium.

COPD

Medikamentosa :
-

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

Dulcolax supp 10 mg

13
6

Non Medika mentosa

24

Lemas (+),

T : 140/80 mmHg

Nov

Batuk (+),

N : 86x/menit

Latihan duduk

2012

sesak nafas

Rr : 18x/menit

Edukasi kepada pasien

(), tidak bisa

S : 36,8oC

supaya berhenti merokok dan

BAB

Thorax :

patuh dalam minum obat,

Inspeksi :kanan dan


kiri simetris

Medikamentosa :
COPD

Palpasi : suara
fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

sonor Sonor

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

Dulcolax supp 10 mg

sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

Wheezing
+

Abdomen : nyeri
7

26

Lemas (+),

tekan epigastrium.
T : 150/90 mmHg

Nov

Batuk (+),

N : 84x/menit

Latihan duduk

2012

sesak nafas

Rr : 20x/menit

Edukasi kepada pasien

()

S : 36,8oC
Thorax :
Inspeksi :kanan dan
kiri simetris
Palpasi : suara
fremitus kanan/kiri
sama
Perkusi :

Non Medika mentosa

supaya berhenti merokok dan


COPD

patuh dalam minum obat,


Medikamentosa :
-

IVFD : Infus RL20 tpm

O2 : 2 L/mnt

Ventolin Neb 2x 4 mg

Ranitidin 2x 150 mg

Viccilin 3x500 mg

Aminofilin drip

14

sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
Auskultasi
Ronchi
+

Wheezing
+

BAB III

15

PEMBAHASAN PENYAKIT
A. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK adalah penyakit yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang kronik dan
terjadi berbagai perubahan patologis di paru, sehingga dapat menimbulkan beberapa penyakit
pada setiap individu (GOLD, 2009).
B. FAKTOR RISIKO
1. Adapun beberapa factor resiko menurut GOLD 2009:
1.

Genetic

2.

Paparan partikel polutan seperti: asap rokok,


asap pabrik, organic dan inorganic, lingkungan yang berpolusi, dalam ruangan
yang kurang ventilasi udara dan sinar matahari

3.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan


paru

4.

Stress oxidative

5.

Jenis kelamin

6.

Usia

7.

Infeksi saluran pernafasan

8.

Status social ekonomi

9.

Nutrisi

10.

Comorbitiv

2. Adapun factor resiko berdasarkan PPDI 2003:


1.

Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya


penyebab kausal yang terpenting.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok

16
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah
rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
C. PATOGENESIS DAN PATOLOGI
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara
anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:
1. Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama
mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama.
2. Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak
pada paru bagian bawah
3. Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan
sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil yaitu: inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi
otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.

17
D. DIAGNOSIS
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga
berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru.
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema
tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah.
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa

18
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan
ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP (%).
Obstruksi: % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter
walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit
kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE <
20% nilai awal dan < 200 ml
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

19
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada
emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop/eye drop appearance)
b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
1. Faal paru
- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total
(KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat.
- DLCO menurun pada emfisema
- Raw meningkat pada bronkitis kronik
-Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
2. Uji latih kardiopulmoner
- Sepeda statis (ergocycle)
- Jentera (treadmill)
- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
3. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat
hipereaktiviti bronkus derajat ringan.
4. Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau
metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan
VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak
terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid.
5. Analisis gas darah

20
Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
6. Radiologi
- CT - Scan resolusi tinggi
- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang
tidak terdeteksi oleh foto toraks polos.
- Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
7. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
8. Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
9. Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan
untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi
saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita
PPOK di Indonesia.
10. Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.

21
E. DIAGNOSIS BANDING

F. KLASIFIKASI
Terdapat ketidaksesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu
diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP1.

Figure 1-2: Spirometri Classification of COPD Severity Based on Post-Bronchodilatore

FEV1 (GOLD, 2009)


Stage I: Mild

FEV1/FVC<0,70

Stage II: Moderate

FEV180% predicted
FEV1/FVC<0,70

Stage III: Severse

50% FEV1<80% predicted


FEV1/FVC<0,70

Stage IV: Very Severse

30% FEV1<50% predicted


FEV1/FVC<0,70
FEV1<30% predicted or FEV1<50%
Predicted
failure

plus

shronic

respiratory

22
G. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2)
penatalaksanaan pada eksaserbasi akut
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit
kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih
bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi
atau tujuan pengobatan dari asma.
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
3. Mencapai aktiviti optimal
4. Meningkatkan kualiti hidup

23
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada
setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat
diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di
rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena
memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit,
tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah :
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala
prioriti bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2. Pengunaan obat - obatan
- Macam obat dan jenisnya
- Cara penggunaannya yang benar ( oral atau nebuliser )
- Waktu penggunaan yang tepat (rutin dengan selang waku tertentu atau kalau perlu)
- Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
- Kapan oksigen harus digunakan
- Berapa dosisnya
- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen

24
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
- Batuk atau sesak bertambah
- Sputum bertambah
- Sputum berubah warna
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke
pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan
berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi
merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK
merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel
Ringan
- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti
merokok
- Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
- Menggunakan obat dengan tepat
- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
- Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
- Penggunaan oksigen di rumah
2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit (lihat tabel 2). Pemilihan bentuk obat diutamakan

25
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long
acting).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir (maksimal 4 kali perhari).
- Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat
sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan
bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena
keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama
pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak
(pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :

26
- Lini I : amoksisilin makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit : (dapat dipilih)
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.
Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati hati

27

28
3.

Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan

sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ organ lainnya.
Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Macam terapi oksigen :
- Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah
diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan di
rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat
ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah dibedakan :
- Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy = LTOT )
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila
tidur atau sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal

29
kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering
terjadi bila penderita tidur.
Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan
kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse oksimetri.
Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%.
Alat bantu pemberian oksigen
- Nasal kanul
- Sungkup venturi
- Sungkup rebreathing
- Sungkup nonrebreathing

30
Algoritma Penatalaksanaan PPOK :

31

32
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kasus ini dapat dilihat dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang rontgen thorax yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa diagnosis dari penderita
adalah COPD.

33

DAFTAR PUSTAKA
GOLD, 2009. Global Strategis For The Diagnosis Management And Prevention Of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. By medical communications resource.
Fauci, et al,. 2009. Harrisons Manual Of Medicine. 17th Edition. By The Mc Graw-Hill
Companies In North America.
WHO. 2009. Guideline Treatment of COPD. 4th edition.
PDPI, 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)-Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Sudoyo,. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit FK UI.
Antariksa, 2009. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Bagian Pulmonologi & Ilmu
Kedokeran Respirasi. Penerbit FKUI RS Persahabatan Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai