Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam memberikan tuntunan pernikahan, menghalalkan hubungan seksual
antara laki laki dan perempuan yang diikat dalam tali perkawinan yang sah,
kedua manusia lain jenis menjadi suami isteri. Suami istri harus bertanggung
jawab untuk saling memenuhi kebutuhan pasanganya untuk membangun keluarga
yang harmonis dan tentram. Demi keberhasilan dalam mewujudkan sebuah
keluarga yang harmonis dan tentram sangat diperlukan adanya kebersamaan dan
sikap berbagi tanggung jawab antara suami dan istri (Zuhroni, 2001).
Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan biologis baik
suami ataupun kebutuhan biologis istri. Dalam hubungan seks, biasanya suami
lebih berperan sedangkan istri melayani prakarsa suaminya. Dalam pandangan
Islam hubungan seksual lebih didasarkan pada saling menghormati dan saling
pengertian, dengan demikian diharapkan akan terciptanya keharmonisan dalam
keluarga dan menuju pada keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Islam
juga mengajarkan apa saja hal yang dapat ditunaikan terhadap pasangan (baik
istri ataupun suami) begitu pula dengan hal hal yang dilarang dalam agama,
misalnya larangan suami isteri untuk tidak bersenggama di kala isteri sedang haid
dan nifas, karena disamping dilarang dalam Islam, dari sisi kesehatan akan dapat
merusak kesehatan ibu dan mungkin juga bapak, dapat menimbulkan penyakit
kanker serviks (kanker pada leher rahim). Hal demikian telah diatur dalam Islam
untuk mencegah terjadinya penyimpangan seksual (Zuhroni, 2001).
Berhubungan

intim

dalam

Islam

sebagai

salah

satu

tujuan

dilaksanakannya pernikahan, hubungan intim (menurut Islam) termasuk salah


1

satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang
sangat besar. Karena jima (berhubungan intim) dalam ikatan nikah adalah jalan
halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan
menyambung keturunan bani Adam. Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan,
Islam tidak pernah membunuh hasrat seksual. Islam memberikan panduan
lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan
ritme ibadahnya. Selain itu jima (berhubungan intim) yang halal juga merupakan
ibadah yang berpahala besar. (Zuhroni, 2008).
Puncak kenikmatan berhubungan intim tersebut dinamakan orgasme atau
faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya
optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragh
yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni
suami dan istri. Mengapa dikatakan wajib karena faragh bersama merupakan
salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah,
mawaddah, warahmah.(Zuhroni, 2001)..
Hiperseksual merupakan salah satu dari perilaku penyimpangan seksual,
yang dapat disebabkan oleh gangguan baik yang berasal dari fisik ataupun jiwa.
Banyak literatur saat ini sering member gambaran yang tidak menguntungkan
bagi perempuan menikah dengan pria hiperseksual dan biasanya menunjukkan
berbagai psikopatologi termasuk depresi klinis, kecemasan, ketergantungan obat,
gangguan makan, dan keinginan bunuh diri. (Reid, dkk : 2011).
Ketidakpuasan salah satu pihak dalam berhubungan intim, jika dibiarkan
berlanjut dikhawatirkan akan mendatangkan mudharat yang lebih besar, yakni
perceraian, perselingkuhan, dan lainnya, Dengan alasan tersebut, maka penulis
2

tertarik untuk membahas Dampak psikopatologis pada wanita yang berpasangan


laki-laki hiperseksual ditinjau dari kedokteran dan Islam.
1.2 Permasalahan
1. Apakah etiologi dan psikodinamika hiperseksualitas?
2. Apakah dampak psikiatrik dari pasangan hiperseksual ?
3. Bagaimana pandangan Islam pada laki-laki yang mengalami hiperseksual ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu

menjelaskan dampak psikiatrik isteri dari pasangan

hiperseksual ditinjau dari kedokteran dan Islam.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu

menjelaskan

mengenai

etiologi

dan

psikodinamika

hiperseksualitas.
2. Mampu menjelaskan dampak psikiatrik isteri dari pasangan hiperseksual.
3. Mampu menjelaskan pandangan Islam terhadap laki-laki yang mengalami
hiperseksual.
I.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis berharap dapat menambah pengetahuan mengenai dampak
psikiatrik isteri dari pasangan hiperseksual ditinjau dari kedokteran dan
Islam serta menambah pengalaman dalam menyusun karya ilmiah yang
baik dan benar.
2. Bagi Civitas Akademika Universitas Yarsi
Diharapkan skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi
civitas akademika Universitas YARSI, dapat menjadi tambahan
kepustakaan mengenai dampak psikiatrik

isteri terhadap pasangan

hiperseksual ditinjau dari kedokteran dan Islam.


2. Bagi Masyarakat
Diharapkan skripsi ini dapat memberikan informasi yang akan menambah
pengetahuan masyarakat mengenai dampak psikiatrik isteri dari pasangan
3

hiperseksual ditinjau dari kedokteran dan Islam, sehingga dapat membuka


pandangan pasutri agar dapat mengkonsultasikan masalah gangguan
tersebut ke pihak medis.

Anda mungkin juga menyukai