LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
MR
Tanggal lahir
Usia
Alamat
Agama
Kewarganegaraan
Suku Bangsa
Tanggal masuk RS
Identitas Orang tua/wali
-
: An. A
: 033065
: 30/05/2002
: 12 tahun
: Panti asuhan buana impian 1 blok D/8
: Islam
: WNI
: Jawa
: 30 April 2014 pk. 13.05 WIB
:
Wali
Nama
: Ny.S
Usia
: 40 tahun
Pekerjaan
: Pengurus panti
B. RIWAYAT PENYAKIT
a)
b)
c)
Anamnesis
Alloanamnesis dengan wali pasien dilakukan di bangsal anak lt.3 RSUD EF pada
tanggal 30 April 2014.
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan pucat
Riwayat penyakit sekarang
-
Pasien dikeluhkan tampak pucat sejak satu hari yang lalu Pasien datang
dengan tujuan ingin melakukan transfusi. Pasien didiagnosis memiliki
penyakit thalassemia sejak 2 tahun yang lalu, Pasien rutin melakukan control
ke poli tiap bulan, tetapi tidak ditransfusi tiap bulan. Keluhan jantung berdebar
(-), keluhan sering berkeringat (-), keluhan mata berkunang-kunang (-), pusing
(-).Nafsu makan menurun, mual (-), muntah (-), sesak (-), demam (-), batuk
(-), pilek (-), diare (-), BAK normal.
1
d)
e)
f)
g)
Riwayat prenatal
Lama kehamilan
Riwayat kelahiran
BBL
PB
Masalah neonatus
Riwayat Imunisasi
-
BCG 1 kali
Hepatitis B 3 kali
DPT 3 kali
Polio 4 kali
Campak 1 kali
h)
Tengkurap
Duduk
Merangkak
Berdiri
Berjalan
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Frekuensi nadi
: 94 x/menit (kuat,teratur)
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
Suhu tubuh
: 36,6 C
Status Gizi
BB
: 25 kg
TB
: tidak diukur
BB/U
: (-3 sd -2 SD)
KULIT
Kulit berwarna kehitaman dan pucat.
KEPALA
Bentuk
: Normosefalik
Rambut
MUKA
Raut muka
Edema
: Tidak ada
Moon face
: Tidak ada
Pucat
: (-)
MATA
Bentuk
: Cekung -/-
Palpebra
: Ptosis -/-
Konjungtiva
Sklera
: Ikterik -/-
Pupil
Lensa
: Jernih
Gerakan
: Normal
Strabismus
: -/-
HIDUNG
Bentuk
: Normal
: -/-
MULUT
Bibir
Lidah
Gigi
Halitosis
: (-)
Sianosis
: (-)
TENGGOROKAN
Uvula
: Ditengah
Tonsil
Faring
: hiperemis (-)
LEHER
Trakea
Kelenjar
Lain-lain
: Massa (-)
THORAX
Bentuk
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Thrill (-)
Perkusi
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Submandibula
Subklavikula
Ketiak
Lipat paha
ALAT KELAMIN
: tidak diperiksa
EKSTREMITAS
Bentuk
Suhu akral
: Hangat
Petekiae
Refleks
: tidak diperiksa
Tes
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
Hemoglobin
7.9
g/dL
12.0-16.0
Jumlah Lekosit
11700
/uL
5.0-13.0
Hematokrit
22
35.0-45.0
Jumlah Trombosit
267
103/uL
150-400
D.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (30 April 2014)
Hb
Nilai
Satuan
Nilai Normal
Kesan
Hemoglobin
Eritrosit (RBC)
6,8
2,61
gr/dl
106/L
10.8 15.6
4.0 5.2
Menurun
Menurun
Leukosit (WBC)
12,0
103/ L
4.5 13.5
Normal
Hematokrit
19,3
33 45
Menurun
Trombosit (PLT)
303
103/ L
184 488
Normal
MCV
73,9
fL
69 93
Normal
MCH
26,1
Pg
22 34
Normal
MCHC
35,2
g/dl
32 36
Normal
2-4
Normal
0-1
Normal
50-70
Normal
25-40
meningkat
2-8
Meningkat
Hitung jenis
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
1
0
57
30
12
Hb A2
Hb F
Kimia Darah
-
SGOT
: 21 U/L ( <51 )
SGPT
: 8 U/L ( <39 )
Bilirubin total : 4,45 mg/Dl (<1,1 )
Imunoserologi
-
HBSAg
: non reaktif
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kesan
Saran
E. DIAGNOSIS KERJA
Thalasemia
F. PROGNOSIS
-
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
G. PENATALAKSANAAN
H. FOLLOW UP
Awal pasien masuk 30 April 2014, 14.30 WIB
S
: (-)
: Compos mentis
Suhu
: 36,4 C
Nadi
Laju napas
: 20 x/menit
Tenggorokan
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
: Akral hangat, CRT >2 sec, clubbing finger (-), edema (-)
: Thalasemia
Tes
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
Hemoglobin
11.3
g/dL
12.0-16.0
Jumlah Lekosit
11,8
103/uL
5.0-13.0
Hematokrit
36
35.0-45.0
Jumlah Trombosit
267
103/uL
150-400
16.30
20.30
03.00
07.00
15.00
10
BAB II
ANALISIS MASALAH
PERMASALAHAN
Pasien datang dengan keluhan pucat, dan pasien mengatakan ingin trasnfusi karna penyakit
thalasemia nya. Jadi permasalahan yang pertama bagaimana awal diagnosis thalasemia pada
pasien ini?
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Pada awalnya pasien datang dengan keluhan pucat dan kuning sejak 1 minggu. Jika
anak datang datang keadaan pucat harus dipikirkan adalah adanya anemia. Anemia
adalah kondisi dimana ada penurunan jumlah dari sel darah merah (Red Blood Cell)
atau penurunan jumlah dari Hemoglobin dalam darah, sehingga kapasitas darah
untuk mengikat oksigen menurun juga.1 Anemia dapat disebabkan oleh berbagai
etiologi, dari adanya gangguan yang menyebabkan produksi sel darah merah menjadi
lambat maupun kejadian yang menyebabkan hilangnya darah terlalu cepat atau
pemecahan darah yang berlebihan. Karna keluhan tersebut maka diagnosis banding
saat itu adalah anemia defisiensi besi, thalasemia dan hepatitis.
Saat itu hanya dianjurkan pemeriksaan darah rutin, yang hasilnya terdapat penurunan
Hemoglobin (Hb). Hasil darah rutin 28/10/2012
Tes
Hasil
Hb
8,5 g/dl
Leukosit
9700 /ul
Hematokrit
25 %
Eritrosit
3,2 juta/ul
Trombosit
308 ribu/ul
Pada waktu itu belum dianjurkan transfusi tetapi disarankan untuk dilakukan
pemeriksaan darah lengkap, SGOT/SGPT, elektroforesis Hb dan hapusan darah tepi.
Setelah disarankan pasien control ulang ke poli dan membawa hasil pemeriksaan
yang dianjurkan.
11
Nilai
Satuan
Nilai Normal
Kesan
Hemoglobin
Eritrosit (RBC)
6,8
2,61
gr/dl
106/L
10.8 15.6
4.0 5.2
Menurun
Menurun
Leukosit (WBC)
12,0
103/ L
4.5 13.5
Normal
Hematokrit
19,3
33 45
Menurun
Trombosit (PLT)
303
103/ L
184 488
Normal
MCV
73,9
fL
69 93
Normal
MCH
26,1
Pg
22 34
Normal
MCHC
35,2
g/dl
32 36
Normal
2-4
Menurun
0-1
Normal
50-70
Normal
25-40
Normal
2-8
Meningkat
Hitung jenis
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
1
0
57
30
12
Hb
Hb A2
Hb F
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kesan
Saran
Kimia Darah
-
SGOT
: 21 U/L ( <51 )
SGPT
: 8 U/L ( <39 )
Bilirubin total : 4,45 mg/dl (<1,1 )
Imunoserologi
12
HBSAg
: non reaktif
Masing-masing Hb A yang normal terdiri dari empat rantai globin sebagai rantai
polipeptida, di mana rantai tersebut terdiri dari dua rantai polipeptida dan dua rantai
polipeptida . Empat rantai tersebut bergabung dengan empat komplek heme untuk
membentuk molekul hemoglobin, pada thalasemia sisntesis rantai globin beta
mengalami kerusakan atau tidak terbentuk sama sekali, sehingga kadar HbF nya
meningkat karna tidak adanya rantai yang berikatan dengan rantai . Kelainan dasar
dari semua tipe thalassemia adalah ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Namun,
13
Peningkatan jumlah HbF pada usia 10 tahun termasuk tidak wajar, karna HbF ( , )
termasuk Hb pada saat janin dan pada usia 3-6 bulan sintesis rantai digantikan
dengan rantai menjadi HbA (2,2). Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang saat itu disimpulan diagnosis pasien ini adalah thalasemia beta.
Tabel 1 Perbedaan thalasemia beta beda secara genotype dan phenotype4
Untuk mengetahui jenis thalasemi nya sendiri pada pasien ini tidak dapat diketahui
karna untuk mengetahui hal tersebut harus dilakukan pemeriksaan Gen/DNA. Tetapi
berdasarkan tabel diatas secara klinis pasien ini adalah thalasemia beta intermedia.
14
Orang tua dengan thalasemia trait dan orang tua yang normal akan mendapatkan 50%
anak dengan thalasemia trait dan 50% normal tanpa thalasemia trait.
Gambar 04 pewarisan sifat dari kedua orang tua dengan beta thalasemi trait
3. Mengapa terjadi anemia dan splenomegali?
15
16
17
Pemberian transfusi sel darah merah yang teratur, mengurangi komplikasi anemia dan
eritropoiesis yang tidak efektif, membantu pertumbuhan dan perkembangan selama
masa anak-anak dan memperpanjang ketahanan hidup pada thalasemia. Keputusan
untuk memulai transfuse didasarkan pada kadar hemoglobin <6 g/dl dalam interval 1
bulan selama 3 bulan berturut atau hemoglobin dibawah 7 g/dl dalam dua kali
pemeriksaan selama 2 minggu, kemudian dapat diberikan transfuse darah. Pada
pasien ini datang dengan Hb 7,9 g/dl berdasarkan teori nilai Hb tersebut boleh tidak
diberikan transfuse tetapi pasien dapat pulang dan kembali control minggu depan, jika
Hb masih 7 atau dibawah 7 baru dapat diberikan transfuse. Tetapi terkadang
orangtua/wali khawatir melihat keadaan anak nya yang pucat sehingga biasanya
mereka langsung meminta untuk di transfuse.
Pada pasien diberikan transfuse 2x250 cc, berdasarkan literature transfuse dengan
dosis 15-20 ml/kg Packed red cell (PRC) biasanya diperlukan 4-5 minggu. Jadi, 375
500 cc PRC yang dibutuhkan oleh pasien dan ini sesuai dengan tatalaksana yang
diberikan. Uji silang harus dikerjakan untuk mencegah alloimunisasi dan mencegah
reaksi transfuse, PRC yang diberikan adalah yang relative segar (kurang dari 1
18
yang terjadi pada organ-organ dalam seperti misalnya jantung sehingga dapat
menggangu kontraktilitas otot jantung (kardiomiopati), pada liver, pankreas, lien,
sumsum tulang, hingga renal.7
Gejala hemokromatosis bergantung pada organ apa yang terkena. Gejala awal
hemokromatosis dapat berupa fatigue, penurunan berat badan, nyeri abdomen dan
sendi-sendi. Selanjutnya pasien dapat menopause lebih awal pada wanita, penurunan
libido, impotensi, sesak napas, peningkatan enzim hati. Dan jika dibiarkan selama
bertahun-tahun dapat berakibat fatal. Pada kasus-kasus lanjut ditemukan artritis pada
pasien, fibrosis hati, diabetes, gagal jantung, dan lain-lain.
Hanya sedikit pedoman yang digunakan menentukan waktu yang tepat untuk
memulai terapi pengikat besi, pendekatan yang praktis adalah dengan menentukan
konsentrasi serum feritin setelah pemberian transfuse yang teratur. Pada pasien ini
dari awal terdiagnosis menderita thalasemia belum pernah sekalipun diperiksa kadar
ferritin dan pemberian transfuse pun tidak rutin setiap satu bulan. Dari pengakuan
wali pasien dari pertama terdiagnosis pasien tidak rutin transfuse dan hanya ketika
dianjurkan saja oleh dokter yang memeriksa dan wali maupun pasien tidak ingat
sudah berapa kali diberikan transfuse sehingga pada pasien ini belum diberikan
khalesi besi. Dan anjuran untuk pasien ini adalah pemeriksaan serum ferritin agar
dapat segera diberikan khalesi besi.
6. Apa edukasi yang harus diberikan pada pasien thalasemia?
Pada pasien dianjurkan untuk menghindari makanan yang banyak mengandung
zat besi seperti hati, daging merah, telur, sereal, apel, anggur, sayuran hijau seperti
bayam agar Fe dalam serum darah tidak tinggi. Serta dapat juga disarankan untuk
minum teh hijau, sehingga besi yang berada di tubuh dapat diikat dan membantu
ekskresi dari besi sehingga besi yang ada di tubuh dapat berkurang.
7. Bagaimana prognosis pada pasien?
Pasien dengan kasus thalasemia intermedia umumnya memiliki prognosis baik,
akan tetapi, setelah beberapa tahun dari stabil, banyak pasien berkembang menjadi
kondisi yang parah dan menjadi ketergantungan dengan transfuse. Pasien dengan
bentuk yang berat mempunyai prognosis yang sama dengan thalasemia mayor.
20
Dibanyak
kasus,
perubahan
dari
keadaan
stabil
menjadi
keadaan
yang
21
BAB III
KESIMPULAN
A seorang anak Perempuan umur 12 tahun datang ke poliklinik Anak diantar oleh
walinya dengan keluhan pucat dan mau transfusi darah. A mempunyai riwayat thalasemia
sejak usia 10 tahun 5 bulan. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran
komposmentis, tanda-tanda vital : N (94 x/i), R (20x/i), T (36,60C). Berat badan 25 Kg,
Anemis(+), spleenomegali (SII), Hepar (1/3-1/3BH). Hasil Laboratorium Hb 7,9 g/dl.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan
diagnosis A adalah Thalasemia Beta.
Pengobatan pada thalasemia adalah transfuse darah secara rutin, tetapi transfuse
ini dapat menimbulkan serum besi meningkat yang akhirnya dapat menyebabkan
berbagai masalah. Prognosis pada pasien ini umumnya baik, tetapi seiring perjalanan nya
dapat menjadi thalasemia mayor yang prognosisnya menjadi buruk jika terdapat banyak
komplikasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
thalasemia.
2013.
[Diunduh
14
Mei
2014].
Tersedia
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/958850-overview
4. Taher A,Vichinsky E, Mussalam K, Cappellini DM, Viprakasit V. Guidelines for thr
management of non transfusion dependent thalassemia (NTDT). Thalasemia international
federation:2008
5. Pediatric
thalasemia.
2013.
[Diunduh
14
Mei
2014].
Tersedia
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/958850-overview
6. Yaish MH, Arceci JR, Harper LJ. Thalasemia intermedia. 2013[Diunduh 14 Mei 2014]
tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/959122-overview#showall
7. Richard E, Md. Behrman, Robert M, Md. Kliegman, Hal B., Md. Jenson. Nelson
Textbook of Pediatrics: Sindrom thalasemia. Edisi ke-19,USA: WB Saunders
Publications. 2011.
8. Cappelini DM, Cohan A, Eleftherlou A, dkk. Guidelines for the clinical management of
thalasemia. Edisi ke-2. Thalasemia international federation:2008
9. Hoffbrand,A. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC. 2005.
23