Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Anemia yang lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah
merupakan berkurangnya hingga dibawah normal sel darah merah matang yang
membawa oksigen keseluruh jaringan yang dijalankan oleh protein yang disebut
hemoglobin (Hb) dengan level normal antara 11,5 16,5 gr/dL untuk perempuan
dan 12,5 18,5 gr/dL untuk laki laki (Suryoprajogo, 2009). Salah satu masalah
gizi remaja yang berkaitan AKI adalah anemi defisiensi besi. Jenis defisiensi besi
merupakan jenis kasus anemi yang paling sering dijumpai. Data WHO
menyebutkan sekitar 2 milyar penduduk dunia terkena penyakit tersebut (Juanita,
2008).
Remaja merupakan individu baik perempuan maupun laki laki yang
berada pada masa atau usia antara anak anak dan dewasa. Batasan usia ini
menurut World Health Organization (WHO) adalah usia 1019 tahun, yang
ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Pada masa ini terjadi pertumbuhan
yang sangat pesat (Adolescence Growth Spurt), sehingga mereka memerlukan
zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya (Sediaoetama, 2009). Dalam hal ini
remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal kesehatan, karena pada
masa ini merupakan masa tumbuh kembang dan persiapan untuk menjadi
seorang ibu. Kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat dengan adanya
pertumbuhan dan datangnya menstruasi, sehingga pada remaja putri sangat
rentan sekali terjadi anemia
Penderita anemia defisiensi besi akan berkurang daya tahan tubuhnya
1
secara keseluruhan, menyebabkan terjadinya gangguan mental dan terparahnya
bila dibiarkan saja akan dapat menimbulkan masalah kesehatan, anemia bisa juga
berakibat pada kematian. Klasifikasi anemi salah satunya adalah anemi

defisiensi besi

yaitu tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada

sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan
mikrositer (Wikipedia, 2013)
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab tersering dan terbesar di
Indonesia dan Negara yang sedang berkembang, seseorang dikatakan anemia bila
kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11,5 gr/dL (Surtiretno, 2006). Anemia
defisiensi besi disebabkan oleh beberapa faktor seperti halnya kurang asupan zat
besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan masa pertumbuhan, masih
terbatasnya pengetahuan remaja mengenai anemia, pola hidup remaja putri yang
semula teratur menjadi tidak teratur makannya, menstruasi setiap bulanya pada
remaja putri yang dapat menyebabkan pengeluaran darah sehingga remaja putri
sangat rentan sekali terjadi anemia dan adanya sikap remaja yang kurang
terhadap pencegahan anemia (Lukman, 2004). Anemi dapat mempengaruhi
fungsi kognitif serta konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya tangkap
pada anak usia sekolah, remaj putri dan kelompok usia lainya (ismiati, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO) Regional Office SEARO
tahun 2008, salah satu masalah gizi pada remaja putri di Asia Tenggara adalah
anemia defisiensi zat besi yaitu kira kira 2540% remaja putri menjadi korban
anemia dari tingkat ringan hingga berat. Di Amerika Serikat (AS), penderita
anemia defisiensi besi cukup besar, yaitu 20% dari anak-anak kecil dan 5-10%
dari wanita usia 15-45 tahun. Pada tahun 2008 berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga ( SKRT ) terdapat 57% anak putri (1014 tahun) dan 39,5%
perempuan (1545 tahun) diketahui menderita anemia. Penelitian oleh Depkes
RI pada tahun 2008 di 2 propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
meliputi 10 kabupaten menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami
anemia (Hb < 11,5 gr/dL) (Sunarko, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lestari,et all. di SMU Cibinong, Ciawi, Leuwang dan Parung Kabupaten Dati II
Bogor pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi anemia remaja putri (16-19

tahun) sebesar 50,5% yang meliputi anemia ringan sebesar 47,3% dan anemia
sedang 3,2%. Penelitian lain juga dilakukan di perkampungan miskin di Jakarta
Utara menunjukkan prevalensi anemia remaja putri (15-19 tahun) adalah 71,4%
(Surjadi, 2009). Hingga kini belum ada program yang dimasukkan dakam Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menanggulangi anemi khususnya anemi
defisiensi besi pada remaja putri di sekolah (Rianto, 2010).
Dari survai

Dinas kesehatan kabupaten Tulung agung tahun 2010 di

Pondok Pesantren salah satunya di Pondok Pesantren Pesantren Madinul Ulum


Desa Blumbang Kecamatan Campurdarat dengan jumlah remaja putri yaitu 102
remaja putri didapatkan sebanyak 56 remaja putri (54,9%) yang mengalami
anemia. Dan pada terakhir pemeriksaan tahun 2009 dari 98 remaja putri terdapat
56 remaja putri (57,14%) mengalami anemia dan sisanya 42 remaja putri
(42,86%) tidak mengalami anemia.
Dari data yang telah didapatkan saat stadi pendahuluan di MTs Pakel
kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Pakel

yang dilakukan oleh

Puskesmas

didapatkan dari sejumlah remaja putri di MTs. Pakel Kecamatan Pakel

Kabupaten Tulungagung pada tahun 2013 dalam periksaan rutin tahun 2013
untuk kelas 1 didapatkan sebanyak 33 siswi didapatkan sebanyak 17 pada
pelajar remaja putri (51,5%) yang mengalami anemia, dan sisanya 16 remaja
putri (48.5%) tidak mengalami anemia.
Dari hasil yang didapatkan tersebut, pihak Puskesmas selain tetap
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin pada remaja putri, juga dilakukan
penyuluhanpenyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan remaja putri
khususnya tentang anemia, agar terjadinya anemia tidak berkelanjutan dan segera
dapat dicegah dan ditangani. Sehingga apabila mereka telah mengetahui apa
anemia, bagaimana anemia, cara pencegahan dan pengobatanya , maka sikap
remaja putri tentang anemia menjadi baik, mereka segera mengetahui tindakan
apa yang harus diakukan, misalnya dengan meencukupi makananya dengan

makanan yang banyak mengandung zat gizi besi yang tidak terlalu mahal,
misalnya dengan sayuran berwarna hijau, telor, dll, selain itu juga bisa di
imbangi dengan konsumsi tablet Fe dengan air jeruk.
Meskipun sudah dilakukan penyuluhan oleh puskesmas namun pada
kenyataanya saat dilakukan wawancara

pada sebagian remaja putri yang

ditemui di MTs Pakel pada bulan Agustus 2013 pada waktu skrining atau
penjaringan kelas satu yaitu 10 orang remaja putri sebanyak 6 remaja putri
(60%) masih belum mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
pencegahan dari anemia defisiensi besi , dan lain diantaranya yaitu hanya 4
remaja putri (40 %) mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
pencegahan dari anemia dan sebagian remaja putri meminta perlunya penyuluhan
rutin tentang anemi atau kurang darah.
Anemia bisa berdampak luas dan berpengaruh pada sumber daya manusia,
anemia menyebabkan tubuh mudah terinfeksi, sehingga mengakibatkan
kebugaran kesehatan tubuh berkurang serta semangat belajar maupun bekerja
akan menurun. Dampak pada remaja putri kalau kekurangan anemi zat besi
akan mengganggu prestasi belajar serta aktifitas kerja karena menurunya
produksi energi.
dengan

Pencegahan pada anemia defisiensi besi dapat dilakukan

memperkaya makanan pokok dengan zat besi, pemberian suplemen

tablet zat besi, pendidikan misalnya diadakan penyuluhan tentang anemia pada
sekolah maupun pada Pondok Pesantren (Nurchasanah, 2009). Pencegahan bisa
dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan sekali
per tahunya pada remaja putri, dan langkah langkah yang berhubungan dengan
peningkatan masukan zat besi melalui makanan serta pencegahan terhadap
infeksi.
Dari Pengetahuan dan dan sikap remaja putri tentang anemi yang kurang
dengan adanya konsep K-A-P (Knowledge-Attitude-Practice) dapatnya diberikan
penyuluhan tentang kesehatan kepada remaja putri, khususnya tentang anemia,

akan memberikan penambahan pengetahuan akan hal apa saja yang perlu di
lakukan oleh remaja putri untuk mendapatkan kesehatan yang maksimal,
sehingga dengan pengetahuan yang baik, akan memberikan sikap yang positif
pada remaja putri untuk mencegah dan mengobati bila ada tanda dan gejala
anemia. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
(Study Cros Sectional) pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung .
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan secara kongkrit masalah yang ada
dalam bentuk pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran yang teoritis
yang kebenaranya perlu dibuktikan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
Bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia
Defisiensi Besi (Study Cross Sectional) pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan
Anemia Defisiensi Besi pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung .
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengetahuan
Defisiensi Besi pada Siswi

Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia


MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten

Tulungagung .
b. Mengetahui Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi
Besi pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung .

c. Mengetahui hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang


Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Siswi MTs Pakel Kecamatan
Pakel Kabupaten Tulungagung .

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dapat memberi masukan untuk pengetahuan dan sikap Remaja Putri
tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat digunakan untuk menambah informasi dan wawasan
pengetahuan tentang anemia.
b.

Bagi Tempat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam memberikan penyuluhan, sumber informasi untuk dilakukan
pemeriksaan kesehatan bagi remaja putri, khususnya tentang anemia
pada remaja putri .

c.

Bagi Responden
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja
putri untuk meningkatkan pengetahuan tentang anemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
Pada bab ini akan dituliskan tentang berbagai konsep yang menunjang
penelitian diantaranya adalah konsep pengetahuan, konsep sikap, konsep
anemia , konsep remaja putri.
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : indera
penglihatan, penciuman, perasa dan perabaan. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga
hal yang dapat dipahami karena pengetahuan merupakan domain
yang

sangat

penting

untuk

terbentuknya

sikap

seseorang

(Notoatmojo, 2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan :
1). Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.

10

2). Memahami (Comprehension)


Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang


yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan.
3). Aplikasi ( Aplication )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (
sebenarnya ).
4). Analisis ( analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan

untuk menjabarkan

materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih


didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5). Sintesis ( syntesis )
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6). Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian

itu

berdasarkan

suatu

kriteria

yang

ditentukan sendiri.
Adapun

pengukuran

pengetahuan

dapat

dilakukan

dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subyek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang


ingin kita ukur kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1). Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir ,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
tertentu. Orang berfikir menggunakan inteleknya atau fikirannya,
cepat tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah
tergantung kemampuan intelegensinya . Salah satu faktor yang
mempengaruhi penerimaan pesan dalam suatu komunikasi
adalah taraf intelegensi seseorang. Secara common sense dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang lebih intelegen akan lebih
mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
2). Pendidikan
Menurut Notoatmojo (2003), tugas dari pendidikan adalah
memberikan atau meningkatkan pengetahuan, menimbulkan
sikap positif serta memberikan atau peningkatan ketrampilan
masyarakat/individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,
sehingga

dicapai

suatu

masyarakat

yang

berkembang.

Pendidikan ini dapat berupa pendidikan formal dan non formal.


Sistem

pendidikan

meningkatkan
Sedangkan
yang

yang

pengetahuan

berjenjang
melalui

diharapkan
suatu

pola

mampu
tertentu.

tingkat pendidukan merupakan salah satu faktor

menentukan

penyerapan

informasi/penyuluhan

dan

keberhasilan dibidang pembangunan kesehatan. Pendidikan


dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas

10

manusia, lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh


pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan
dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik
(Tobing http://www. Indonesian Institut.org/2002, diakses 12
Agustus 2013).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikannya.
3). Pengalaman
Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan oleh
WHO, menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya
pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk
dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan
dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut,
dimana seseorang dapat mendapatkan pengetahuan baik dari
pengalaman

pribadi

maupun

pengalaman

orang

lain

Notoatmojo,2003 ).
4). Informasi
Sandra Ball Rokeach dan Melvin L. Defleur dalam
Nursalam ( 2001 ), tentang teori depensi mengenai efek
komunikasi masa, disebutkan bahwa media masa dianggap
sebagai system informasi yang memiliki peranan penting dalam
proses pemeliharaan, perubahan dan konflik dalam tatanan
masyarakat, kelompok atau indivdu dalam aktivitas sosial,
dimana media masa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya
adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan

11

ambituitas, pembentukan nilai sikap, perluasan system keyakinan


masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai tertentu.
Media ini dibagi menjadi tiga, yaitu media cetak yang
meliputi brooklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar
atau majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang
meliputi, televisi, radio, video, slide dan film serta media papan (
bill board)(Notoatmojo, 2003).
5). Lingkungan
Kita belajar sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap atau
norma-norma tertentu dari lingkungan sekitar kita, lingkungan
tersebut

disebut

sumber-sumber

belajar,

karena

dengan

lingkungan tersebut memungkinkan kita berubah dari tidak tahu


menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari
tidak terampil menjadi terampil. Adapun sumber-sumber belajar
tersebut bisa berasal dari lingkungan sekolah yang mekiputi
guru,

dosen,

teman

sekelas,

buku,

laboratorium

dan

perpustakaan, sedangkan dari luar sekolah kita banyak belajar


dari orang tua, saudara, teman, tetangga, tokoh masyara atau,
buku, majalah, koran, radio, televisi, film, pengalaman, peristiwa
tertentu

( Nursalam, 2003 ).

2. Konsep Sikap
a. Pengertian sikap
Menurut ahli psikologi Louis, Rensis Likert dan Charles Osgood
dalamAzwar (2003), sikap adalahbsuatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan perasaan
mendukung atau tidak memihak (Favorable) maupun perasaan
tidakmendukung atau tidak memihak (unfaforable) pada obyek

12

tersebut (Berkowitz, 1972). Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri


memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif
terhadap

suatu

obyek

psikologis

(Endwards,1957)dalam

(Azwar,2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu melalui perilaku tertutup.
Newcom, salah seorang ahli psikologi mengatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap juga dapat dikatakan sebagai
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmojo,2003).

b. Karakteristik Sikap
Dalam bukunya yang berjudul Prinsiples of Educational and
Psikologucal Measurement and Evaluation, Sax 1980 dalam Azwar
(2003), menunjukkuan beberapa karakteristik sikap, yang mekiputi:
1). Arah
Sikap memiliki arah, artinya sikap terpilih pada dua arah
kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung
atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak
terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang setuju,
mendukung atau memihak terhadap suatu obyek sikap berarti
memiliki sikap yang yang arahnya positif sebaliknya mereka yang
tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap
yang arahnya negatif.

13

2). Intensitas
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap
terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak
berbeda.
3). Keluasan Sikap memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya
aspek yang sedikit dan spesifik akan tetapi dapat pula mencakup
banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap.
4). Konsistensi
Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian
antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya
terhadap obyek sikap tersebut. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh
kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus
bertahan dalam diri indivindu untuk waktu yang rekatif panjang.
5). Spontanitasnya
Karakteristik sikap yang terakhir yaitu spontanitasnya, yaitu
menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan
sikapnya secara spontan.Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang
tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus
melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu
mengemukakanya.
c. Struktur Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2003), sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komoonen afektif
(affective), dan komponen konatif (conative).
1). Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Mann 1968 dalam Azwar (2003)

14

menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan


dan stereotype yang dimiliki individu mengenai suatu kepercayaan.
Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah
kita ketahui. Bardasarkan apa yang telah kita lihat, kemudian
terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik
umum

suatu

obyek.

Kepercayaan

dapat

terus

berkembang.

Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain dan kebutuhan


emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam
terbentuknya

kepercayaan.

Pengalaman

pribadi

yang

digeneralisasikan ini lalu terbentuk stereotype.Sikap yang didasari


stereotype sangat sulit menerima perubahan. Kepercayaan sebagai
komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan
itu terbentuk justru karena kurang atau tidak adanya informasi.
2). Komponen afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada umumnya reaksi emosional
yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh
kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar
dan berlaku bagi obyek yang termaksud.
3). Komponen konatif
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan perilaku yang ada pada diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Kecenderungan
berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan
perasaan ini membbentuk sikap individual. Karena ityu logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan
bentuk tendensi perilaku terhadap obyek.

dalam

15

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan yang
timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing
individu sebagai anggota masyarakat. Individu bereaksi membentuk pola
sikap tertentu berbagai obyek psikologis yang dihadapi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempegaruhi sikap, diantaranya
adalah :
1). Pengalaman pribadi
Tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu obyek
psikologis, seseorang cenderung membentuk sikap negative terhadap
obyek tersebut.
2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen social yang ikut mempengaruhi sikap kita.
3). Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap sikap kita.
4). Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugasnya media masa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang.
5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu system
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.

16

d. Tingkatan sikap
Seperti halnya pengetahuan sikap terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni :
1). Menerima (Receiving)
Menerima

diartikan

bhwa

orang

(subyek)

mau

dan

mengerjakan

dan

memperhatikan stimulus yamg diberikan (obyek)


2). Merespon (responding )
Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

menyelesaika tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap


tingkat kedua.
3). Menghargai (Valuing)
Mengajak orang laion untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
(Notoatmojo, 2003)
e. Terbentuknya sikap

Faktor internal :
- Fisiologis
- Psikologis
Sikap

Obyek
sikap

Faktor eksternal :
- Pengetahuan
- Situasi

reaksi

- Norma norma
- Hambatan
- Pendorong
Bagan 2.1 Terbentuknya sikap

17

Sikap yang ada pada seseorang akan dipengaruhi oleh faktor


internal dan eksternal yang semuanya akan berpengaruh pada sikap yang
ada pada diri seseorang. Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap
obyek sikap dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif. Obyek
sikap akan dipersepsikan oleh individu dan hasil persepsi akan
dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan
(Walgito, 2003).
f. Penilaian sikap
Menurut Abu Ahmadi serta Behrn Kasrin (1990) dalam Azwar
(2003) menyebutkan bahwa penilaian sikap dapat dibedakan atas :
1). Sikap positif
Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima,
mengakui, menyetujui serta melaksanakan suatu aturan yang berlaku
dimana seseorang itu berada. Seseorang yang memiliki sikap positif
terhadap suatu obyek maka akan siap membantu, memperhatikan,
berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi obyek tersebut.
2). Sikap negatif
Sikap yang menujukkan atau memperlihatkan penolakan atau
tidak menyetujui terhadap aturan, sesuatu hal yang berlaku dimana
seseorang tersebut berada. Seseorang yang memiliki sikap negatif
terhadap suatu obyek tertentu akan timbul suatu kecenderungan
untuk

mengancam,

mencela,

melarang,

bahkan

tidak

akan

mengindahkan obyek tersebut.


g. Skala Sikap
Digunakan metode rating yang dijumlahkan, populer dengan nama
penskalaan likert (Gable 1986 dalam Azwar, 2003). Merupakan metode
penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons
sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Skala ini dapat digunakan untuk

18

mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau


masalah yang dialaminya. Bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan
yang masuk dalam skala likert adalah :
1). Pernyataan positif :
a) Sangat setuju

=4

b) Setuju

=3

c) Tidak setuju

=2

d) Sangat tidak setuju

=1

2). Pernyataan negatif


a) Sangat setuju

=1

b) Setuju

=2

c) Tidak setuju

=3

d) Sangat tidak setuju = 4


(Hidayat, 2007).
Corak khas dalam skala likert ialah bahwa makin tinggi skor yang
didapat seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya
makin positif terhadap obyek sikap, demikian sebaliknya (Walgito,
2003).

3.

Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan individu baik perempuan maupun laki laki
yang berada pada masa atau usia antara anak anak dan dewasa.
Batasan usia ini menurut World Health Organization (WHO) adalah
usia 1019 tahun, yang ditandai dengan perubahan fisik dan mental.
Remaja mempunyai arti luas yaitu mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja merupakan suatu
masa transisi dari masa kanak kanak ke masa dewasa yang

19

umumnya dimulai pada usia antara 1213 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.
Remaja putri adalah individu dengan jenis kelamin perempuan
berusia 1115 tahun yang sudah mengalami menache (thebenez,
2008).
b. Ciri ciri khusus pada remaja :
1). Pertumbuhan fisik yang sangat cepat
2). Emosi tidak stabil
3). Perkembangan seksual sangat menonjol (Suetjiningsih, 2004).
c. Pembagian Masa Remaja
Menurut Soesilowindradmi, masa remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
1). Remaja awal

(1317 tahun)

2). Remaja Tengah (1721 tahun)


3). Remaja Akhir (2126 tahun)

4. Konsep Anemia
a. Pengertian Anemia
Secara harfiah, anemia berarti kurang darah. Anemia yang lebih
dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah merupakan
berkurangnya hingga dibawah normal sel darah merah matang yang
membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh mendadak berkurang,
fungsi ini dijalankan oleh protein yang disebut hemoglobin (Hb),
yang tidak memadai jumlah hemoglobin. Level normal hemoglobin
adalah antara 11,516,5 gr/dL untuk perempuan dan 12,518,5 gr/dL
untuk laki laki (Suryoprajogo, 2009).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang

20

mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah/


hemoglobin (Hb) yang levelnya kurang dari 11,5 gr/dL (Wikipedia,
2013).
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan
tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem
tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan
fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostasis. Sel darah
merah adalah sel yang terbanyak didalam darah yang mengandung
senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin. Fungsi utama sel
darah merah ialah mengikat dan membawa O2 dari paru paru untuk
diedarkan dan dibagikan keseluruh sel di berbagai jaringan.
Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks.
Peranan zat besi dalam hemoglobin yaitu, besi yang berada
didalam molekul hemoglobin sangat penting untuk menjalankan
fungsi pengikatan dan penglepasan oksigen. Hanya dengan molekul
besi yang berada didalam hemoglobin itulah oksigen diikat dan
dibawa. Bila terjadi kekurangan besi, jumlah hemoglobin juga akan
berkurang, sehingga jumlah oksigen yang dibawa juga bekurang. Hal
ini akan tampak jelas pada keadaan kekurangan (defisiensi) besi yang
menimbulkan keadaan kekurangan darah (anemia).
Anemia merupakan penyakit yang banyak dijumpai dan
disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah kekurangan
berbagai zat gizi yang dapat menyebabkan anemia. Jenis anemia
yang sering terjadi adalah anemia defisiensi besi yang sering terjadi
pada masa masa pertumbuhan. Anemia defisiensi besi merupakan
anemia yang timbul akibat menurunnya jumlah zat besi total dalam
tubuh, sehingga cadangan besi untuk eritropoesis berkurang.

21

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui


beberapa tahap, awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat
besi, yang lama kelamaan timbul gejala anemia. Zat besi yang
terdapat dalam sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, diantaranya memproduksi sel darah merah. Selain itu
sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen (O2) keseluruh jaringan
tubuh. Sedangkan O2 sangat penting dalam proses pembentukan
energi agar produktifitas kerja sel penting dalam mempertahankan
daya tahan tubuh, agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut
penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari normal (< 11,5 gr/dL)
memiliki kadar sel darah putih ( leokosit ) untuk melawan bakteri
yang rendah juga.
b. Sebab Anemia
1). Kehilangan darah
a). Kehilangan darah yang akut dapat terjadi karena
kecelakaan di jalan
b.). Pasca operasi atau pembedahan. Kehilangan darah yang
melebihi 500 ml, biasanya memerlukan penambahan
darah
c). Kehilangan darah kronik biasanya terjadi saat menstruasi
yang berlebihan
2. Pembentukan sel darah merah yang tidak mencukupi dari
tulang sum sum
a).

Kekurangan faktor penting seperti zat besi, vitamin


B12, folat dan erythropoietin

b). Pertumbuhan mendadak pada remaja, yang menyebabkan


penambahan keperluan zat besi yang melebihi level
penyerapan zat besi

22

c).

Masa menstruasi bagi perempuan dengan kehilangan


darah hingga 30mg zat besi setiap bulan yang
menyebabkan kekurangan zat besi

3. Faktor Toksik : inflamasi, kegagalan hati dan ginjal.


a). Serangan tulang sum sum : kanker darah, penyakit tulang
sum sum
b). Gangguan pembentukan sel darah merah : keadaan seperti
talasemia
c). Hilangnya sel darah merah yang berlebihan
c. Tanda Dan Gejala Anemia
Banyak remaja mengidap anemia dan tidak mengetahui
sebabnya. Tanda dan gejala anemia adalah :
1). Dengan adanya tanda 5 L ( lemah, letih, lesu, lelah, lalai ).
Kehilangan produktivitas dengan penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk
tidur dan istirahat lebih banyak. Dengan ditandai dispnea pada
waktu bekerja atau istirahat, letargi, menarik diri, apatis, lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2). Sesak napas bila melakukan aktivitas fisik
3). Denyut jantung yang cepat
4). Kulit pucat
5). Kurang daya ingat
6). Kurang berat badan
7). Pening
8). Kulit pucat

23

9). Anggota badan seperti tangan dan kaki terasa kesemutan


(Nurchasanah, 2009).
d. Akibat Anemia
1). Anemia mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.
Mudah batuk-pilek, mudah flu, atau mudah terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat.
2). Anemia dapat mengganggu proses tumbuh kembang bahkan
perkembangan berfikir juga akan terganggu dan mudah
terserang penyakit.
3). Gangguan penyembuhan luka
4). Kemampuan mengatur suhu tubuh menurun
5). Menurunkan kemampuan untuk berkonsentrasi
6). Menurunkan kemampuan kerja
7) Bila terjadi kehamilan akan berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) dan juga perdarahan hingga
kematian saat melahirkan ( Almatsier, 2001).
e. Remaja Putri Lebih Rentan Terhadap Anemia
Hal ini berkaitan dengan kondisi remaja putri itu sendiri
yang mengalami masa haid (menstruasi). Saat remaja mulai
mengalami menstruasi di masa puber. Dalam fase itu, zat gizi
seperti zat besi, vitamin A dan kalsium sangat diperlukan. Akibat
menstruasi pada remaja putri dapat kehilangan zat besi hingga dua
kali jumlah yang dikeluarkan oleh remaja putra. Karena itu
kebutuhan zat besi pada remaja putri adalah tiga kali lebih besar
dari remaja putra untuk mengembalikan kondisi tubuhnya

24

kekeadaan semula untuk mengganti darah yang keluar pada saat


menstruasi (Lukman, 2004).
f. Pencegahan Pada Anemia
1). Mengkonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi seperti
daging, dan sayuran yang berwarna hijau sesuai kebutuhan.
2). Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kualitas sel
darah merah (hemoglobin)
3). Harus diyakinkan bahwa masukan zat gizi yang kurang dari
yang dibutuhkan akan berakibat buruk bagi pertumbuhan dan
kesehatan.
4). Istirahat yang teratur dan menggunakan kebiasaan hidup sehat.
( Lukman, 2004).
g. Penatalaksanaan Pada Anemia
1). Tindakan umum :
Penatalaksanaan

anemia

ditujukan

untuk

mencari

penyebab dan mengganti darah yang hilang.


a). Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
b). Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel
darah merah.
c). Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
d). Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.
e). Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f). Transplantasi sel darah merah (Suryoprajogo, 2009).
2). Penatalaksanaan pengobatan anemia defisiensi besi :
a). Zat besi diberikan peroral dalam dosis 2-3 mg/kg unsur besi,
semua bentuk zat besi sama efektifnya ( fero sulfat, fero
fumarat, fero suksinat, fero glukonat)

25

b). Vitamin C harus diberikan bersama dengan besi (vitamin C


meningkatkan absorbsi besi) dan kurangi atau hindari
konsumsi teh. (Crowin, 2000).

B. Kerangka konseptual Penelitian


Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Intelegensi
2. Pendidikan
3. Pengalaman
4. Informasi
5. Lingkungan

Pengetahuan tentang anemia


defisiensi besi :
- pengertian anemia
- penyebab anemia
- tanda dan gejala
anemia
- akibat dari anemia
- cara pencegahan
dan penanganan anemia

Sikap remaja putri tentang


Pencegahan anemia defisiensi
besi
1. Kognitif Meliputi:
Pengertian Anemia
Penyebab anemia
Tanda dan gejala
2. Afektif
Akibat Dari Anemia dan
pola hidup penyebab
anemia
3 Konatif
Cara Mencegah anemia

Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik

Remaja Putri

Faktor
yang
mempengaruhi
sikap:
1.Pengalaman
pribadi
2. Pengaruh orang
lain
3. Kebudayaan
4. Media masa
5.Lembaga
pendidikan dan
lembaga agama

Positif
Negatif

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar 2.2
.

Bagan skematik Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang


Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cros Sectional) .

26

B. Hipotesis
Hipotesa penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara
sebagai suatu kebenaran sebagai mana adanya pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi ( Nursalam,2003 ).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada

hubungan antara

pengetahuan tentang anemia defisiensi besi dengan sikap remaja putri tentang
pencegahan anemia defisiensi besi

27

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana yang disusun sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Azrul Azwar,
2003).
Penelitian ini merupakan penelitian studi observasional, dimana peneliti hanya
melakukan pengukuran terhadap masing-masing variabel dengan menggunakan
kuesioner tanpa memberikan intervensi dan bersifat analitik, yaitu untuk
mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang amemia defisiensi besi
dengan

sikap remaja putri tentang pencegahan amemia defisiensi besi

dan

menganalisa hubungan keduanya. Sedangkan berdasarkan waktu pelaksanaan,


penelitian ini bersifat cross sectional, dimana peneliti melakukan obsevasi satu
kali saja dan pengukuran variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut.
B. Kerangka Kerja
Populasi
Semua remaja putri sebanyak 68 remaja putri di MTs Pakel

Sampling : Total Sampling


Sempel
Semua remaja putri di MTs Pakelsebanyak 68 remaja putri

Desain penelitian : Cross sectional


Pengumpulan data : kuesioner
Pengolahan data dan analisa data :
Editing. Coding, scoring,tabulasi, uji korelasi chi square (X2)

36
(9)900(((*(**(*

(X2)

28

Bagan 3.1 Kerangka kerja Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cros Sectional) pada Siswi
MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
C. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Azrul Azwar, 2003)
Sedangkan menurut (Sugiono,2003), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja
putri MTs pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmojo,2002). Adapaun sampel
dalam penelitian ini seluruh remaja putri MTs pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung dan memenuhi criteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteri inklusi
1). Remaja putri yang bersedia menjadi subyek penelitian.
2). Bersedia untuk diteliti

dengan

menandatangani surat persetujuan

penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1). Remaja putri yang sakit.
2). Remaja putri yang tidak masuk .
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
yang ada (Nursalam, 2008). Teknik sampling merupakan cara cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar
benar sesuai dengan keseluruhan subyek peneliti. Teknik sampling yang

29

digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik pengumpulan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Azis, 2003).
Dalam hal ini peneliti mengambil semua anggota populasi untuk menjadi
sampel.
D. Identifikasi variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut, sifat atau aspek dari orang maupun
objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono,2003). Dalam penelitian ini ada dua
macam variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independent.
1. Variabel Independen
Variabel independen disebut juga variabel bebas, yaitu variabel yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat
(Sugiono,2003). Dalam penelitian ini yang menjadi variable independent adalah
pengetahuan remaja putri tentang anemia defisiensi besi.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat, yaitu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiono,2003). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
sikap remaja putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi.

30

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Pengetahuan
remaja putri
tentang
anemia
defisiensi
besi

Sikap remaja
putri tentang
pencegahan
anemia
defisiensi besi

Definisi
Operasional
Hal-hal
yang
diketahui oleh
siswi
MTs
tentang anemia
defisiensi besi

Indikator

Alat Ukur

Skala

Skoring

Remaja putri mampu


menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan
pengetahuan
tentang
anemia, meliputi :
1- pengertian anemia

Kuesioner

Ordinal

Kategori :
Baik:
76100%
Cukup baik
: 56-75 %
Kurang baik
: 40-55%
Tidak baik
<40%
(Arikunto,
2000)

Sikap remaja putri putri


tentang
pencegahan
anemia defisiensi besi
yang berkaitan dengan Kue-sioner
sikap meliputi :

Nomi
nal

Skor
pernyataan
positif :
SS : 4
S :3
TS : 2
STS : 1
Skor
pernyataan
negatif :
SS : 1
S :2
TS : 3
STS : 4
Skor
dipresentasikan
kemudian
dikategori
kan :
Sikap
positif : T
mean T
Sikap negatif
: T < mean T
(Azwar,
2007 )

2- penyebab anemia
3- tanda dan gejala
anemia
4- akibat dari anemia
5- cara pencegahan
dan penanganan
anemia

Reaksi
atau
respon
yang
bernilai
positif
atau negatif pada
remaja
putri
tentang
pencegahan
anemia defisiensi
besi

1.Pengertian anemia
2. Penyebab anemia
3. Tanda dan gejala
4.Akibat dari anemia
dan pola hidup
penyebab anemia
5.Cara
Mencegah
anemia

31

F. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang dihadapi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument kuesioner yang telah
dilakukan uji validitas di karang taruna Desa Bangunmulyo Kecamatan Pakel
dengan 15 soal. Semua soal sudah terbukti valid, dengan bentuk pertanyaan
tertutup untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap, proses pembuatan
lembar quisioner dalam penelitian ini adalah :
a. Melakukan studi pustaka untuk masing masing variabel penelitian.
b. Melakukan parameter untuk masing masing variabel penelitian.
c. Menyusun lembar quisioner berdasarkan parameter yang telah ditentukan.
d. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
e. Melakukan revisi lembar quisioner berdasarkan hasil kunsultasi.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 31
Oktober 2013.
3. Prosedur Pengumpulan Data
a. Studi Pendahuluan
1) Mengurus surat ijin stadi pendahuluan dari institusi ke lahan

yang

digunakan untuk stadi pendahuluan.


2) Menyerahkan surat ijin penlitian dari institusi ke lahan yang digunakan
untuk stadi pendahuluan.
3) Pengambilan data penelitian.
Setelah mendapatkan ijin dari kepala Sekolah MTs Pakel , peneliti
mengadakan pendekatan kepada responden yang akan dijadikan

32

penelitian. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah metode


angket/kuesioner.
4. Pengolahan Data dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
Data diperoleh melalui angket atau koesioner, adapun cara pengolahan
data adalah:
1). Karakteristik Responden
Data di tabulasi untuk mengetahui karakteristik responden yang
meliputi umur, kelas .
2).Pengetahuan remaja putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi
Penilaian terhadap alternative jawaban didasarkan atas kategori jawaban
yang telah disediakan. Jika responden salah, maka diberi nilai nol.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100 % dan
hasilnya berupa prosentase, dengan rumus yang digunakan sebagai
berikut:
Sp
N = _____ X 100%
Sm
Keterangan:
N

: prosentase hasil

Sm

: skor tertinggi

Sp

: skor yang didapat


Kemudian hasil prosentase tiap variable diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:


76-100%

: baik

56-75%

: cukup baik

40-55%

: kurang baik

< 40%

: tidak baik

(Arikunto,2000 )

33

3). Sikap remaja putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi.


Pengolahan data dengan sikap dilakukan dengan menilai setiap
kategori jawaban, dengan memberika skor pada setiap kategori jawaban.
Untuk jawaban favorable(positif), maka jawaban:
STS (Sangat Tidak Setuju)

:1

TS ( Tidak Setuju )

:2

S (Setuju)

: 3

SS (Sangat Setuju)

:4

Sebaliknya untuk pertanyaan tidak favorable (negatif) maka jawaban:


STS (Sangat Tidak Setuju)

:4

TS (Tidak Setuju)

:3

S ( Setuju)

:2

SS (Sangat Setuju)

:1

Data

(Azwar, 2007)

yang telah diberi penilaian melalui skor selanjutnya

diinterpretasi menggunakan skor individual dengan skala rating yang


dijumlahkan (skala likert), yaitu dengan membandingkan harga rata-rata
atau mean kelompok, dimana subyek berada. Agar perbandingan itu
punya arti, haruslah dinyatakan dalam satu deviasi standar kelompok itu
sendiri yang berarti kita harus mengubah skala individu menjadi skor
standar. Salah satunya dengan menggunakan skala T, yaitu:

T = 50 + 10

X-X
_______
s

Keterangan:
X = mean skor kelompok
X = skor individu yang diperoleh dari skor totalnya pada skala sikap
S = deviasi standar skor kelompok
Selanjutnya dari nilai T tersebut diinterpretasikan:
a).Jika nilai T median T, berarti lebih favorable

34

b).Jika nilai T< median T, berarti lebih unfavorable


(Azwar,2003)
b. Analisa Data
Untuk mencari hubungan

pengetahuan dan sikap remaja putri

tentang pencegahan anemia defisiensi besi di MTs pakel Kecamatan


Pakel Kabupaten Tulungagung dihitung dengan menggunakan uji chi
square. Uji chi kuadrat dapa tdigunakan untuk mengestimasi atau
mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi
untuk mengetahui apakah ada hubungan atau perbedaan yang signifikan
pada penelitian yang menggunakan data nominal (Hidayat, 2010: 137).
Analisis data dihitung dengan bantuan perangkat lunak kompiuter
dengan program SPSS for windows.
Table interval coifisien korelation :
Interval Coifisien
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,00

Tingkat Hubungan
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
( Sugianto, 2009 )

35

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cross Sectional) pada Siswi
MTs Pakel, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung pada tanggal 1 - 31
Oktober 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden, maka didapatkan
data sebagai berikut :
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
MTs Pakel adalah sekolah setingkat SLTP yang dikelola oleh yayasan
Nurul Anwar .
1. Letak geografis
Lokasi

MTs Pakel berada di Desa Pakel Kecamatan Pakel

Kabupaten Tulungangagung .
Adapun batas wilayah MTs Pakel adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara

: Desa Bangunmulyo Kecamatan Pakel.

b. Sebelah Selatan

: Desa Sodo Kecamatan Pakel.

c. Sebelah Barat

: Desa Suwaluh Kecamatan Pakel.

d. Sebelah Timur

: Desa Ngebong Kecamatan Pakel.

2. Keadaan Demografi
a. Sumber daya manusia dan ketenagaan
1) Jumlah Guru

: 20 Orang

2) Tenaga Administrasi : 2 Orang


3) Jumlah Kelas

: 6 Kelas

4) Jumlah Murid

: 171 Siswa

a) Kelas I

: 58 Siswa

b) Kelas II

: 66 Siswa

c) Kelas III

: 47 Siswa
50

36

B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel
No

4.1 Karakteristik Responden menurut umur di MTs Pakel


Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Umur
Jumlah
%

13 th

32

47.06

14 th

24

35.29

15 th

12

17.65

68

100

Total

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui sebagian besar umur


responden di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Tahun 2013 yaitu umur 13 tahun sebanyak 32 (47.06%) .
2. Kelas Responden
Tabel
No

4.2 Karakteristik Responden menurut kelas di MTs Pakel


Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung .
Kelas
Jumlah
%

23

33.82

II

23

33.82

III

22

32.35

68

100

Total

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui sebagian besar kelas


responden di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulung agung
Tahun 2013 yaitu kelas I sebanyak 23 (33.82%) dan II yaitu ada 23
(33.82%) .
3. Informasi Responden
Tabel

No
1

4.3 Karakteristik Responden menurut Informasi tentang


pencegahan anemia defisiensi besi di MTs Pakel
Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Informasi
Jumlah
%
Pernah

65

95.59

37

Belum Pernah
Total

4.41

68

100

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui sebagian besar


responden mengetahui informasi tentang pencegahan anemia defisiensi
besi di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulung agung Tahun
2013 termasuk kelompok yang pernah mengetahui informasi yaitu ada
65 (95.59%) dari total 68 responden.
4. Sumber Informasi Responden
Tabel 4.4

No

Karakteristik Responden mengetahui Sumber Informasi


tentang pencegahan anemia defisiensi besi di MTs Pakel
Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Sumber Informasi
Jumlah
%

Tenaga Kesehatan

3.08

Sekolah

36

55.38

Media Massa

7.69

Media Elektronik

18

27.69

Keluarga,Teman Dan Saudara

6.15

68

100

Total

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui sebagian besar


responden mengetahui sumber informasi tentang pencegahan anemia
defisiensi besi

di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulung

agung Tahun 2013 termasuk kelompok yang

pernah mengetahui

sumber informasi dari sekolah yaitu ada 36 (55.38%) dari total 68


responden
B. Karakteristik Variabel
1. Pengetahuan Responden
Tabel 4.5

No
1
2
3

Pengetahuan Responden tentang pencegahan anemia


defisiensi besi di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung
Pengetahuan
Jumlah
%
Baik
53
77.94
Cukup Baik
13
19.12
Kurang Baik
2
2.94

38

Tidak Baik
Total

0
68

0
100

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui sebagian besar responden


mempunyai pengetahuan baik tentang pencegahan anemia defisiensi besi
di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulung agung Tahun 2013
yaitu ada 53 (77.94%) dari total 68 responden.
2. Sikap Responden
Tabel 4.6 Sikap Responden tentang pencegahan anemi defisiensi besi di
MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
Sikap
Jumlah
%

No
1

Positif

37

54.41

Negatif

31

45.59

68

100

Total

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diketahui sebagian besar responden


mempunyai sikap di positif tentang pencegahan anemia defisiensi besi di
MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulung agung Tahun 2013 yaitu
ada 37 (54.41%) dari total 68 responden.
C.

Tabel Silang Antar Variabel


Tabel 4.7

Sikap
Pengetahuan
Kurang baik
Cukup Baik
Baik
Jumlah

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang


Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Siswi MTs Pakel,
Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung
Negatif
Jml
%
2
2,9
11
16,2
18
26,5
31
45,6

Positif
Jml
%
0
0
2
2,9
35
51,5
37
54,4

Total
Jml
%
2
2,9
13
19,1
53
77,9
68
100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari total 68


responden sebagian besar dari responden mempunyai pengetahuan

39

baik dan bersikap positif tentang pencegahan anemia defisiensi besi,


yaitu sebanyak 35 responden (51,5%).

D.

Hasil Uji Statistik


Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja
Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Siswi
MTs Pakel, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung .

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
13.257(a)
14.652

df
2
2

Asymp. Sig. (2-sided)


.001
.001

12.465

.000

68
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dari uji statistic analisa SPSS

didapatkan nilai Chi Square dengan df = 2 lebih besar dari pada chi
square tabel (13.257>5.99), dan nilai p value lebih kecil dari nilai alpha
() (0.000 < 0.05), sehingga Hi diterima dan Ho ditolak, artinya ada
hubungan. Dengan nilai cmaks 0,707 didapatkan nilai Q = 0,571 artinya
ada korelasi bersifat sedang antara pengetahuan dengan sikap remaja
putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi (study cross sectional)
pada siswi MTs Pakel kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung.

40

BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab V ini akan disajikan pembahasan dari hasil penelitian yang
berjudul Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia
Defisiensi Besi (Study Cross Sectional) pada Siswi MTs Pakel, Kecamatan Pakel,
Kabupaten Tulungagung .
A. Pengetahuan Remaja Putri tentang pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Berdasarkan hasil penelitian di MTs Pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung pada tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagaian besar
yaitu 53 responden

(77.94%)

mempunyai pengetahuan baik, hal ini

didukung oleh Tabel 4.3 diketahui sebagian besar mengetahui informasi


tentang pencegahan anemia defisiensi besi

yaitu ada 65 responden

(95.59%) dan dari Tabel 4.4 diketahui sebagian besar mengetahui sumber
informasi tentang pencegahan anemia defisiensi besi dari sekolah yaitu ada
36 responden (55.38%) . Dan ini terbukti berdasarkan kuisioner yang
dibagikan kepada responden, dimana responden bisa menjawab dengan baik
dari pengetahuan tentang anemia yang terdiri dari pengertian, penyebab,
tanda dan gejala serta cara pencegahan dan penangganan anemia.
Menurut Notoatmojo (2007) Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap

suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,


yaitu : indera penglihatan, penciuman, perasa dan perabaan. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga hal yang
dapat dipahami karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya sikap seseorang . Pengetahuan seorang bisa dipengaruhi
oleh beberapa faktor antaranya adalah umur, informasi dan sumber
informasi.

40

41

Hal ini sesuai dengan teori menurut Elisabeth. B.H, 1995 dalam
Nursalam (2003) usia adalah umur individu yang mulai soal dilahirkan
sampai saat berulang tahun, menurut Huclok, 1998 dalam Nursalam (2003)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja, sehingga bila ada hal yang baru dengan
kedewasaan yang matang maka hal baru tersebut akan diterima bila
dianggap baik. Peneliti berpendapat bahwa semakin banyaknya usia
seseorang maka pengetahuan yang didapatkan semakin banyak dan mudah
dalam menerima informasi karena kedewasaanya, begitupun dengan pola
pemikiran juga semakin matang sehingga memungkinkan responden yang
berumur 13 tahun mempunyai pengetahuan yang baik tentang anemia
defisiensi besi .
.Hal ini sesuai dengan teori menurut Nursalam dan Pariani (2003)
Informasi merupakan fungsi penting mengurangi rasa cemas. Seseorang
yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap
suatu hal.
Peneliti berasumsi bahwa seseorang yang memperoleh banyak
informasi

tentang suatu hal maka pengetahuanya akan semakin luas.

Sehingga orang yang mempunyai banyak informasi, pengetahuannya akan


lebih baik dari pada orang yang kurang mendapatkan informasi. Untuk
meningkatkan pengetahuannya, responden diharapkan lebih aktif untuk
mencari informasi dari tenaga kesehatan maupun dari media masa serta
mengikuti penyuluhan tentang bahaya pencegahan anemia defisiensi besi
agar pengetahuan mereka lebih bertambah.
B.

Sikap Remaja Putri tentang pencegahan Anemia Defisiensi Besi


Berdasarkan hasil penelitian di MTs Pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung pada Tabel 4.6 diketahui sebagian besar responden

42

mempunyai sikap positif tentang pencegahan anemia defisiensi besi yaitu


ada 37 (54.41%) dari total 68 responden. Hal ini didukung oleh Tabel 4.3
diketahui sebagian besar mengetahui informasi tentang pencegahan anemia
defisiensi besi yaitu ada 65 responden (95.59%) dan dari Tabel 4.4 diketahui
sebagian besar mengetahui sumber informasi tentang pencegahan anemia
defisiensi besi dari sekolah yaitu ada 36 responden (55.38%) . Dan ini
terbukti berdasarkan kuisioner yang dibagikan pada responden dimana
responden bisa menjawab dengan baik dari sikap tentang pencegahan
anemia yang terdiri pengertian anemia, penyebab, tanda dan gejala serta
akibat dari anemia dan pola hidup yang menyebab kan anemia dan cara
mencegah anemia.
Menurut Azwar (2008) mendifinisikan sikap

adalah keteraturan

tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognitif), dan predisposisi


tindakan (konatif) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya
ada beberapa factor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang yaitu
pengalaman pribadi, media masa institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama serta factor emosi. Menurut Notoatmojo (2003) untuk dapat
menjadi dasar pembentukan sikap maka seseorang harus mempunyai banyak
pengalaman pribadi yang menimbulkan kesan yang kuat, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan factor emosional . Lembaga pendidikan juga sebagai sistem
yang mempunyai pengaruh dalam pengalaman sikap dikarenakan pendidikan
meletakkan dasar dari pengertian dan konsep moral dalam diri keluarga.
Dari hasil penelitian dikatakan bahwa sebagian besar responden
bersikap positif tentang pencegahan anemia defisiensi besi sebanyak 37
responden (54.41%), dan

di asumsikan bahwa dari hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi, dan


dari data hasil penelitian menunjukkan sebagian besar informasi yang

43

diperoleh berasal dari sekolah. Informasi sebagai sarana komunikasi


berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainlain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
Pesan-pesan sugesti yang dibaca oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat
akan memberikan dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah sikap tertentu yaitu dimana dalam penelitian terjadinya sikap
yang positif hal ini sesuai antara fakta dan teori.
C.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan


Anemia Defisiensi Besi pada Siswi MTs Pakel,

Kecamatan Pakel,

Kabupaten Tulungagung pada tanggal 11-12 Oktober 2013


Terdapat hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi dengan sikap remaja putri tentang
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Siswi MTs Pakel, Kecamatan
Pakel, Kabupaten Tulungagung . Hal ini ditunjukkan oleh df = 2 lebih besar
dari pada chi square tabel (13.257>5.99), dan nilai p value lebih kecil dari
nilai alpha () (0.000 < 0.05), sehingga Hi diterima dan Ho ditolak, artinya
ada hubungan. Dengan nilai

cmaks 0,707 didapatkan nilai Q = 0,571

artinya ada korelasi bersifat sedang antara pengetahuan dengan sikap remaja
putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi (study cross sectional) pada
siswi MTs Pakel kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung.
Notoatmojo (2003) menyebutkan bahwa perubahan perilaku
seseorang dalam menerima atau mengadopsi perilaku dalam kehidupannya
melalui tiga tahap yaitu pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan. Suatu
perilaku dimulai dari domain kognitif, dari arti subyek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada sobyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon
batin dalam bersikap si subyek terhadap obyek yang diketahuinya.

44

Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi


pengetahuan remaja putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi maka
akan semakin baik pula sikap remaja putri tentang pencegahan anemia
defisiensi besi . Oleh sebab itu diharapkan remaja putri lebih meningkatkan
pengetahuan dengan mencari informasi sebanyak- banyaknya tentang
pencegahan anemia defisiensi besi, sehingga dapat melakukan penanganan
secara dini kalau terjadi anemia defisiensi besi sehingga tidak terjadi anemia
yang lebih buruk lagi.

45

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab VI akan diuraikan tentang kesimpulan dan hasil penelitian dan
saran yang merupakan tujuan dari manfaat penelitian tentang Pengetahuan dan
Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cross
Sectional) pada Siswi MTs Pakel, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung.
A.

Kesimpulan
1.

Dari hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja putri tentang


pencegahan anemia defisiensi besi ( study cross sectional) pada siswi MTs
Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan baik

yaitu ada 53 (77.94%) dari total 68

responden.
2.

Dari hasil penelitian diperoleh sikap remaja putri tentang pencegahan


anemia defisiensi besi di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung diketahui sebagian besar responden mempunyai sikap positif
yaitu ada 37 (54.41%) dari total 68 responden.

3.

Terjadi ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
pencegahan anemia defisinsi besi di MTs pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten tulungagung dari uji statistic analisa SPSS didapatkan nilai Chi
Square

dengan df = 2 lebih besar dari pada chi square

tabel

(13.257>5.99), dan nilai p value lebih kecil dari nilai alpha () (0.0000 <
0.05), sehingga Hi diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan. Dengan
nilai cmaks 0,707 didapatkan nilai Q = 0,571 artinya ada korelasi bersifat
sedang .

62

46

B. Saran
1. Bagi remaja putri
Diharapkan

mampu

mempertahankan

dan

lebih

meningkatkan

pengetahuan, dengan lebih banyak mencari informasi tentang pencegahan


anemia defisiensi besi, tidak hanya melalui pendidikan dalam kelas tetapi
juga bisa melalui tim kesehatan, media massa atau juga media elektronik
sehingga remaja putri mampu mengambil sikap yang lebih baik dalam
melakukan penaganan pencegahan anemia defisiensi besi lebih dini.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan lebih sering meningkatkan penyuluhan dua kali dalam satu
tahun mengenai pencegahan anemia defisiensi besi bagi remaja putri .
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya Karya Tulis ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi
mahasiswa untuk meneruskan penelitian ini dengan lebih baik lagi.
Dengan menambah materi-materi yang lebih lengkap dan terbaru sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin
berkembang serta metode penelitian yang berbeda tingkat kesulitannya
dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh peneliti.

47

DAFTAR PUSTAKA

Anemia , (http:// Wikepedia Bahasa Indonesia).Diakses Tanggal 2 September


2013
Arikuto,Suharsimi.(2005).Prosedur
praktek.Jakarta:Rineka Cipta

Penelitian

Suatu

Azwar,Saifudin.(2003).Sikap
Manusia
pengukurannya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Pendekatan

Teori

dan

Alimul Azis,(2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta :


Salimba Medika
___________.(2007).Metode
Penelitian
Data.Jakarta:Salemba Medika

Kebidanan

Teknik

Analisa

Azwar,Saifudin,(2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar
Azwar,Azrul,(2003).
Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat, Jakarta: Bina Rupa Aksara
Crowin,Elizabeth J.(2003).Patofisiologi.Jakarta:EGC
Lukman,Abdul.(2004).Remaja
Hari
Depan.Jakarta:Bkkbn

Ini

Adalah

Pimpinan

Masa

Notoatmojo,Sukidjo.(2007).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka


Cipta
.(2003).PendidikanDan
Cipta

Perilaku

Kesehatan.Jakarta:Rineka

.(2005).Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta


.(2007).Promosi
Kesehatan
Perilaku.Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam.(2003).Pendekatan
Praktek
Keperawatan.Jakarta:ISBN

Dan

Ilmu

Metodologi

Riset

.(2003).Konsep dan Penerapan Metodologi


Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

Penelitian

Ilmu

.(2008).Konsep Dan Penerapan Metodologi


Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

Penelitian

Ilmu

Nurchasanah.(2009).Ensiklopedi Kesehatan Wanita.Yogyakarta:Familia


Ridwan.(2010).Pengantar Statistika Untuk Penelitian . Bandung:Alfabeta

48

Sugiono.(2006).Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta


Sudjana, DR,Prof.(1998)Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suryoprajogo,Nadine.(2009).Kupas Tuntas
Z.Yogyakarta:Diglosia Printika

Kesehatan

Remaja

dari

A-

Sediaoetomo,
(2009).
Anemia
Pada
Remaja
Putri.(http://media.isnet.org/wika/anemi). Diakses tanggal 23 Agustus
2013
Tobing.(2005). Anemia.(http://Indonesia Institut.org/2002). Diakses tanggal 23
Agustus 2013
Walgito,Bimo.(2003).Psikologi Sosial.Yogyakarta:EGC
Wikipedia
Bahasa
Indonesia.(2004).Anemi
Remaja,
(http://id.wikipedia.org/wiki/suryati/anemia). Diakses tanggal 24 Agustus 2013
____________.(2011).Klasifikasi
Diakses tanggal 24 Agustus 2013

Anemia,

(http://id.wikipedia.org/anemia).

49

Anda mungkin juga menyukai