Anemia
Anemia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anemia yang lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah
merupakan berkurangnya hingga dibawah normal sel darah merah matang yang
membawa oksigen keseluruh jaringan yang dijalankan oleh protein yang disebut
hemoglobin (Hb) dengan level normal antara 11,5 16,5 gr/dL untuk perempuan
dan 12,5 18,5 gr/dL untuk laki laki (Suryoprajogo, 2009). Salah satu masalah
gizi remaja yang berkaitan AKI adalah anemi defisiensi besi. Jenis defisiensi besi
merupakan jenis kasus anemi yang paling sering dijumpai. Data WHO
menyebutkan sekitar 2 milyar penduduk dunia terkena penyakit tersebut (Juanita,
2008).
Remaja merupakan individu baik perempuan maupun laki laki yang
berada pada masa atau usia antara anak anak dan dewasa. Batasan usia ini
menurut World Health Organization (WHO) adalah usia 1019 tahun, yang
ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Pada masa ini terjadi pertumbuhan
yang sangat pesat (Adolescence Growth Spurt), sehingga mereka memerlukan
zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya (Sediaoetama, 2009). Dalam hal ini
remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal kesehatan, karena pada
masa ini merupakan masa tumbuh kembang dan persiapan untuk menjadi
seorang ibu. Kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat dengan adanya
pertumbuhan dan datangnya menstruasi, sehingga pada remaja putri sangat
rentan sekali terjadi anemia
Penderita anemia defisiensi besi akan berkurang daya tahan tubuhnya
1
secara keseluruhan, menyebabkan terjadinya gangguan mental dan terparahnya
bila dibiarkan saja akan dapat menimbulkan masalah kesehatan, anemia bisa juga
berakibat pada kematian. Klasifikasi anemi salah satunya adalah anemi
defisiensi besi
sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan
mikrositer (Wikipedia, 2013)
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab tersering dan terbesar di
Indonesia dan Negara yang sedang berkembang, seseorang dikatakan anemia bila
kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11,5 gr/dL (Surtiretno, 2006). Anemia
defisiensi besi disebabkan oleh beberapa faktor seperti halnya kurang asupan zat
besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan masa pertumbuhan, masih
terbatasnya pengetahuan remaja mengenai anemia, pola hidup remaja putri yang
semula teratur menjadi tidak teratur makannya, menstruasi setiap bulanya pada
remaja putri yang dapat menyebabkan pengeluaran darah sehingga remaja putri
sangat rentan sekali terjadi anemia dan adanya sikap remaja yang kurang
terhadap pencegahan anemia (Lukman, 2004). Anemi dapat mempengaruhi
fungsi kognitif serta konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya tangkap
pada anak usia sekolah, remaj putri dan kelompok usia lainya (ismiati, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO) Regional Office SEARO
tahun 2008, salah satu masalah gizi pada remaja putri di Asia Tenggara adalah
anemia defisiensi zat besi yaitu kira kira 2540% remaja putri menjadi korban
anemia dari tingkat ringan hingga berat. Di Amerika Serikat (AS), penderita
anemia defisiensi besi cukup besar, yaitu 20% dari anak-anak kecil dan 5-10%
dari wanita usia 15-45 tahun. Pada tahun 2008 berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga ( SKRT ) terdapat 57% anak putri (1014 tahun) dan 39,5%
perempuan (1545 tahun) diketahui menderita anemia. Penelitian oleh Depkes
RI pada tahun 2008 di 2 propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
meliputi 10 kabupaten menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami
anemia (Hb < 11,5 gr/dL) (Sunarko, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lestari,et all. di SMU Cibinong, Ciawi, Leuwang dan Parung Kabupaten Dati II
Bogor pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi anemia remaja putri (16-19
tahun) sebesar 50,5% yang meliputi anemia ringan sebesar 47,3% dan anemia
sedang 3,2%. Penelitian lain juga dilakukan di perkampungan miskin di Jakarta
Utara menunjukkan prevalensi anemia remaja putri (15-19 tahun) adalah 71,4%
(Surjadi, 2009). Hingga kini belum ada program yang dimasukkan dakam Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menanggulangi anemi khususnya anemi
defisiensi besi pada remaja putri di sekolah (Rianto, 2010).
Dari survai
Puskesmas
Kabupaten Tulungagung pada tahun 2013 dalam periksaan rutin tahun 2013
untuk kelas 1 didapatkan sebanyak 33 siswi didapatkan sebanyak 17 pada
pelajar remaja putri (51,5%) yang mengalami anemia, dan sisanya 16 remaja
putri (48.5%) tidak mengalami anemia.
Dari hasil yang didapatkan tersebut, pihak Puskesmas selain tetap
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin pada remaja putri, juga dilakukan
penyuluhanpenyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan remaja putri
khususnya tentang anemia, agar terjadinya anemia tidak berkelanjutan dan segera
dapat dicegah dan ditangani. Sehingga apabila mereka telah mengetahui apa
anemia, bagaimana anemia, cara pencegahan dan pengobatanya , maka sikap
remaja putri tentang anemia menjadi baik, mereka segera mengetahui tindakan
apa yang harus diakukan, misalnya dengan meencukupi makananya dengan
makanan yang banyak mengandung zat gizi besi yang tidak terlalu mahal,
misalnya dengan sayuran berwarna hijau, telor, dll, selain itu juga bisa di
imbangi dengan konsumsi tablet Fe dengan air jeruk.
Meskipun sudah dilakukan penyuluhan oleh puskesmas namun pada
kenyataanya saat dilakukan wawancara
ditemui di MTs Pakel pada bulan Agustus 2013 pada waktu skrining atau
penjaringan kelas satu yaitu 10 orang remaja putri sebanyak 6 remaja putri
(60%) masih belum mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
pencegahan dari anemia defisiensi besi , dan lain diantaranya yaitu hanya 4
remaja putri (40 %) mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
pencegahan dari anemia dan sebagian remaja putri meminta perlunya penyuluhan
rutin tentang anemi atau kurang darah.
Anemia bisa berdampak luas dan berpengaruh pada sumber daya manusia,
anemia menyebabkan tubuh mudah terinfeksi, sehingga mengakibatkan
kebugaran kesehatan tubuh berkurang serta semangat belajar maupun bekerja
akan menurun. Dampak pada remaja putri kalau kekurangan anemi zat besi
akan mengganggu prestasi belajar serta aktifitas kerja karena menurunya
produksi energi.
dengan
tablet zat besi, pendidikan misalnya diadakan penyuluhan tentang anemia pada
sekolah maupun pada Pondok Pesantren (Nurchasanah, 2009). Pencegahan bisa
dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan sekali
per tahunya pada remaja putri, dan langkah langkah yang berhubungan dengan
peningkatan masukan zat besi melalui makanan serta pencegahan terhadap
infeksi.
Dari Pengetahuan dan dan sikap remaja putri tentang anemi yang kurang
dengan adanya konsep K-A-P (Knowledge-Attitude-Practice) dapatnya diberikan
penyuluhan tentang kesehatan kepada remaja putri, khususnya tentang anemia,
akan memberikan penambahan pengetahuan akan hal apa saja yang perlu di
lakukan oleh remaja putri untuk mendapatkan kesehatan yang maksimal,
sehingga dengan pengetahuan yang baik, akan memberikan sikap yang positif
pada remaja putri untuk mencegah dan mengobati bila ada tanda dan gejala
anemia. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
(Study Cros Sectional) pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung .
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan secara kongkrit masalah yang ada
dalam bentuk pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran yang teoritis
yang kebenaranya perlu dibuktikan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
Bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia
Defisiensi Besi (Study Cross Sectional) pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan
Anemia Defisiensi Besi pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung .
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengetahuan
Defisiensi Besi pada Siswi
Tulungagung .
b. Mengetahui Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi
Besi pada Siswi MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung .
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dapat memberi masukan untuk pengetahuan dan sikap Remaja Putri
tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat digunakan untuk menambah informasi dan wawasan
pengetahuan tentang anemia.
b.
c.
Bagi Responden
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja
putri untuk meningkatkan pengetahuan tentang anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
Pada bab ini akan dituliskan tentang berbagai konsep yang menunjang
penelitian diantaranya adalah konsep pengetahuan, konsep sikap, konsep
anemia , konsep remaja putri.
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : indera
penglihatan, penciuman, perasa dan perabaan. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga
hal yang dapat dipahami karena pengetahuan merupakan domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya
sikap
seseorang
(Notoatmojo, 2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan :
1). Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
10
dan
untuk menjabarkan
itu
berdasarkan
suatu
kriteria
yang
ditentukan sendiri.
Adapun
pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
dicapai
suatu
masyarakat
yang
berkembang.
pendidikan
meningkatkan
Sedangkan
yang
yang
pengetahuan
berjenjang
melalui
diharapkan
suatu
pola
mampu
tertentu.
menentukan
penyerapan
informasi/penyuluhan
dan
10
pribadi
maupun
pengalaman
orang
lain
Notoatmojo,2003 ).
4). Informasi
Sandra Ball Rokeach dan Melvin L. Defleur dalam
Nursalam ( 2001 ), tentang teori depensi mengenai efek
komunikasi masa, disebutkan bahwa media masa dianggap
sebagai system informasi yang memiliki peranan penting dalam
proses pemeliharaan, perubahan dan konflik dalam tatanan
masyarakat, kelompok atau indivdu dalam aktivitas sosial,
dimana media masa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya
adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan
11
disebut
sumber-sumber
belajar,
karena
dengan
dosen,
teman
sekelas,
buku,
laboratorium
dan
( Nursalam, 2003 ).
2. Konsep Sikap
a. Pengertian sikap
Menurut ahli psikologi Louis, Rensis Likert dan Charles Osgood
dalamAzwar (2003), sikap adalahbsuatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan perasaan
mendukung atau tidak memihak (Favorable) maupun perasaan
tidakmendukung atau tidak memihak (unfaforable) pada obyek
12
suatu
obyek
psikologis
(Endwards,1957)dalam
(Azwar,2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu melalui perilaku tertutup.
Newcom, salah seorang ahli psikologi mengatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap juga dapat dikatakan sebagai
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmojo,2003).
b. Karakteristik Sikap
Dalam bukunya yang berjudul Prinsiples of Educational and
Psikologucal Measurement and Evaluation, Sax 1980 dalam Azwar
(2003), menunjukkuan beberapa karakteristik sikap, yang mekiputi:
1). Arah
Sikap memiliki arah, artinya sikap terpilih pada dua arah
kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung
atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak
terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang setuju,
mendukung atau memihak terhadap suatu obyek sikap berarti
memiliki sikap yang yang arahnya positif sebaliknya mereka yang
tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap
yang arahnya negatif.
13
2). Intensitas
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap
terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak
berbeda.
3). Keluasan Sikap memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya
aspek yang sedikit dan spesifik akan tetapi dapat pula mencakup
banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap.
4). Konsistensi
Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian
antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya
terhadap obyek sikap tersebut. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh
kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus
bertahan dalam diri indivindu untuk waktu yang rekatif panjang.
5). Spontanitasnya
Karakteristik sikap yang terakhir yaitu spontanitasnya, yaitu
menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan
sikapnya secara spontan.Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang
tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus
melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu
mengemukakanya.
c. Struktur Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2003), sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komoonen afektif
(affective), dan komponen konatif (conative).
1). Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Mann 1968 dalam Azwar (2003)
14
suatu
obyek.
Kepercayaan
dapat
terus
berkembang.
kepercayaan.
Pengalaman
pribadi
yang
dalam
15
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan yang
timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing
individu sebagai anggota masyarakat. Individu bereaksi membentuk pola
sikap tertentu berbagai obyek psikologis yang dihadapi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempegaruhi sikap, diantaranya
adalah :
1). Pengalaman pribadi
Tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu obyek
psikologis, seseorang cenderung membentuk sikap negative terhadap
obyek tersebut.
2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen social yang ikut mempengaruhi sikap kita.
3). Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap sikap kita.
4). Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugasnya media masa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang.
5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu system
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.
16
d. Tingkatan sikap
Seperti halnya pengetahuan sikap terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni :
1). Menerima (Receiving)
Menerima
diartikan
bhwa
orang
(subyek)
mau
dan
mengerjakan
dan
jawaban
apabila
ditanya,
Faktor internal :
- Fisiologis
- Psikologis
Sikap
Obyek
sikap
Faktor eksternal :
- Pengetahuan
- Situasi
reaksi
- Norma norma
- Hambatan
- Pendorong
Bagan 2.1 Terbentuknya sikap
17
mengancam,
mencela,
melarang,
bahkan
tidak
akan
18
=4
b) Setuju
=3
c) Tidak setuju
=2
=1
=1
b) Setuju
=2
c) Tidak setuju
=3
3.
Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan individu baik perempuan maupun laki laki
yang berada pada masa atau usia antara anak anak dan dewasa.
Batasan usia ini menurut World Health Organization (WHO) adalah
usia 1019 tahun, yang ditandai dengan perubahan fisik dan mental.
Remaja mempunyai arti luas yaitu mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja merupakan suatu
masa transisi dari masa kanak kanak ke masa dewasa yang
19
umumnya dimulai pada usia antara 1213 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.
Remaja putri adalah individu dengan jenis kelamin perempuan
berusia 1115 tahun yang sudah mengalami menache (thebenez,
2008).
b. Ciri ciri khusus pada remaja :
1). Pertumbuhan fisik yang sangat cepat
2). Emosi tidak stabil
3). Perkembangan seksual sangat menonjol (Suetjiningsih, 2004).
c. Pembagian Masa Remaja
Menurut Soesilowindradmi, masa remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
1). Remaja awal
(1317 tahun)
4. Konsep Anemia
a. Pengertian Anemia
Secara harfiah, anemia berarti kurang darah. Anemia yang lebih
dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah merupakan
berkurangnya hingga dibawah normal sel darah merah matang yang
membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh mendadak berkurang,
fungsi ini dijalankan oleh protein yang disebut hemoglobin (Hb),
yang tidak memadai jumlah hemoglobin. Level normal hemoglobin
adalah antara 11,516,5 gr/dL untuk perempuan dan 12,518,5 gr/dL
untuk laki laki (Suryoprajogo, 2009).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
20
21
22
c).
23
24
anemia
ditujukan
untuk
mencari
25
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
Remaja Putri
Faktor
yang
mempengaruhi
sikap:
1.Pengalaman
pribadi
2. Pengaruh orang
lain
3. Kebudayaan
4. Media masa
5.Lembaga
pendidikan dan
lembaga agama
Positif
Negatif
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.2
.
26
B. Hipotesis
Hipotesa penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara
sebagai suatu kebenaran sebagai mana adanya pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi ( Nursalam,2003 ).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan antara
pengetahuan tentang anemia defisiensi besi dengan sikap remaja putri tentang
pencegahan anemia defisiensi besi
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana yang disusun sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Azrul Azwar,
2003).
Penelitian ini merupakan penelitian studi observasional, dimana peneliti hanya
melakukan pengukuran terhadap masing-masing variabel dengan menggunakan
kuesioner tanpa memberikan intervensi dan bersifat analitik, yaitu untuk
mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang amemia defisiensi besi
dengan
dan
36
(9)900(((*(**(*
(X2)
28
Bagan 3.1 Kerangka kerja Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cros Sectional) pada Siswi
MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung
C. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Azrul Azwar, 2003)
Sedangkan menurut (Sugiono,2003), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja
putri MTs pakel Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmojo,2002). Adapaun sampel
dalam penelitian ini seluruh remaja putri MTs pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung dan memenuhi criteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteri inklusi
1). Remaja putri yang bersedia menjadi subyek penelitian.
2). Bersedia untuk diteliti
dengan
penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1). Remaja putri yang sakit.
2). Remaja putri yang tidak masuk .
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
yang ada (Nursalam, 2008). Teknik sampling merupakan cara cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar
benar sesuai dengan keseluruhan subyek peneliti. Teknik sampling yang
29
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik pengumpulan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Azis, 2003).
Dalam hal ini peneliti mengambil semua anggota populasi untuk menjadi
sampel.
D. Identifikasi variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut, sifat atau aspek dari orang maupun
objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono,2003). Dalam penelitian ini ada dua
macam variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independent.
1. Variabel Independen
Variabel independen disebut juga variabel bebas, yaitu variabel yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat
(Sugiono,2003). Dalam penelitian ini yang menjadi variable independent adalah
pengetahuan remaja putri tentang anemia defisiensi besi.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat, yaitu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiono,2003). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
sikap remaja putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi.
30
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Pengetahuan
remaja putri
tentang
anemia
defisiensi
besi
Sikap remaja
putri tentang
pencegahan
anemia
defisiensi besi
Definisi
Operasional
Hal-hal
yang
diketahui oleh
siswi
MTs
tentang anemia
defisiensi besi
Indikator
Alat Ukur
Skala
Skoring
Kuesioner
Ordinal
Kategori :
Baik:
76100%
Cukup baik
: 56-75 %
Kurang baik
: 40-55%
Tidak baik
<40%
(Arikunto,
2000)
Nomi
nal
Skor
pernyataan
positif :
SS : 4
S :3
TS : 2
STS : 1
Skor
pernyataan
negatif :
SS : 1
S :2
TS : 3
STS : 4
Skor
dipresentasikan
kemudian
dikategori
kan :
Sikap
positif : T
mean T
Sikap negatif
: T < mean T
(Azwar,
2007 )
2- penyebab anemia
3- tanda dan gejala
anemia
4- akibat dari anemia
5- cara pencegahan
dan penanganan
anemia
Reaksi
atau
respon
yang
bernilai
positif
atau negatif pada
remaja
putri
tentang
pencegahan
anemia defisiensi
besi
1.Pengertian anemia
2. Penyebab anemia
3. Tanda dan gejala
4.Akibat dari anemia
dan pola hidup
penyebab anemia
5.Cara
Mencegah
anemia
31
F. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang dihadapi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument kuesioner yang telah
dilakukan uji validitas di karang taruna Desa Bangunmulyo Kecamatan Pakel
dengan 15 soal. Semua soal sudah terbukti valid, dengan bentuk pertanyaan
tertutup untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap, proses pembuatan
lembar quisioner dalam penelitian ini adalah :
a. Melakukan studi pustaka untuk masing masing variabel penelitian.
b. Melakukan parameter untuk masing masing variabel penelitian.
c. Menyusun lembar quisioner berdasarkan parameter yang telah ditentukan.
d. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
e. Melakukan revisi lembar quisioner berdasarkan hasil kunsultasi.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Pakel Kecamatan Pakel Kabupaten
Tulungagung dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 31
Oktober 2013.
3. Prosedur Pengumpulan Data
a. Studi Pendahuluan
1) Mengurus surat ijin stadi pendahuluan dari institusi ke lahan
yang
32
: prosentase hasil
Sm
: skor tertinggi
Sp
: baik
56-75%
: cukup baik
40-55%
: kurang baik
< 40%
: tidak baik
(Arikunto,2000 )
33
:1
TS ( Tidak Setuju )
:2
S (Setuju)
: 3
SS (Sangat Setuju)
:4
:4
TS (Tidak Setuju)
:3
S ( Setuju)
:2
SS (Sangat Setuju)
:1
Data
(Azwar, 2007)
T = 50 + 10
X-X
_______
s
Keterangan:
X = mean skor kelompok
X = skor individu yang diperoleh dari skor totalnya pada skala sikap
S = deviasi standar skor kelompok
Selanjutnya dari nilai T tersebut diinterpretasikan:
a).Jika nilai T median T, berarti lebih favorable
34
Tingkat Hubungan
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
( Sugianto, 2009 )
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cross Sectional) pada Siswi
MTs Pakel, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung pada tanggal 1 - 31
Oktober 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden, maka didapatkan
data sebagai berikut :
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
MTs Pakel adalah sekolah setingkat SLTP yang dikelola oleh yayasan
Nurul Anwar .
1. Letak geografis
Lokasi
Kabupaten Tulungangagung .
Adapun batas wilayah MTs Pakel adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara
b. Sebelah Selatan
c. Sebelah Barat
d. Sebelah Timur
2. Keadaan Demografi
a. Sumber daya manusia dan ketenagaan
1) Jumlah Guru
: 20 Orang
: 6 Kelas
4) Jumlah Murid
: 171 Siswa
a) Kelas I
: 58 Siswa
b) Kelas II
: 66 Siswa
c) Kelas III
: 47 Siswa
50
36
B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel
No
13 th
32
47.06
14 th
24
35.29
15 th
12
17.65
68
100
Total
23
33.82
II
23
33.82
III
22
32.35
68
100
Total
No
1
65
95.59
37
Belum Pernah
Total
4.41
68
100
No
Tenaga Kesehatan
3.08
Sekolah
36
55.38
Media Massa
7.69
Media Elektronik
18
27.69
6.15
68
100
Total
pernah mengetahui
No
1
2
3
38
Tidak Baik
Total
0
68
0
100
No
1
Positif
37
54.41
Negatif
31
45.59
68
100
Total
Sikap
Pengetahuan
Kurang baik
Cukup Baik
Baik
Jumlah
Positif
Jml
%
0
0
2
2,9
35
51,5
37
54,4
Total
Jml
%
2
2,9
13
19,1
53
77,9
68
100
39
D.
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
13.257(a)
14.652
df
2
2
12.465
.000
68
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dari uji statistic analisa SPSS
didapatkan nilai Chi Square dengan df = 2 lebih besar dari pada chi
square tabel (13.257>5.99), dan nilai p value lebih kecil dari nilai alpha
() (0.000 < 0.05), sehingga Hi diterima dan Ho ditolak, artinya ada
hubungan. Dengan nilai cmaks 0,707 didapatkan nilai Q = 0,571 artinya
ada korelasi bersifat sedang antara pengetahuan dengan sikap remaja
putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi (study cross sectional)
pada siswi MTs Pakel kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung.
40
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab V ini akan disajikan pembahasan dari hasil penelitian yang
berjudul Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia
Defisiensi Besi (Study Cross Sectional) pada Siswi MTs Pakel, Kecamatan Pakel,
Kabupaten Tulungagung .
A. Pengetahuan Remaja Putri tentang pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Berdasarkan hasil penelitian di MTs Pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten Tulungagung pada tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagaian besar
yaitu 53 responden
(77.94%)
(95.59%) dan dari Tabel 4.4 diketahui sebagian besar mengetahui sumber
informasi tentang pencegahan anemia defisiensi besi dari sekolah yaitu ada
36 responden (55.38%) . Dan ini terbukti berdasarkan kuisioner yang
dibagikan kepada responden, dimana responden bisa menjawab dengan baik
dari pengetahuan tentang anemia yang terdiri dari pengertian, penyebab,
tanda dan gejala serta cara pencegahan dan penangganan anemia.
Menurut Notoatmojo (2007) Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap
40
41
Hal ini sesuai dengan teori menurut Elisabeth. B.H, 1995 dalam
Nursalam (2003) usia adalah umur individu yang mulai soal dilahirkan
sampai saat berulang tahun, menurut Huclok, 1998 dalam Nursalam (2003)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja, sehingga bila ada hal yang baru dengan
kedewasaan yang matang maka hal baru tersebut akan diterima bila
dianggap baik. Peneliti berpendapat bahwa semakin banyaknya usia
seseorang maka pengetahuan yang didapatkan semakin banyak dan mudah
dalam menerima informasi karena kedewasaanya, begitupun dengan pola
pemikiran juga semakin matang sehingga memungkinkan responden yang
berumur 13 tahun mempunyai pengetahuan yang baik tentang anemia
defisiensi besi .
.Hal ini sesuai dengan teori menurut Nursalam dan Pariani (2003)
Informasi merupakan fungsi penting mengurangi rasa cemas. Seseorang
yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap
suatu hal.
Peneliti berasumsi bahwa seseorang yang memperoleh banyak
informasi
42
adalah keteraturan
43
Kecamatan Pakel,
artinya ada korelasi bersifat sedang antara pengetahuan dengan sikap remaja
putri tentang pencegahan anemia defisiensi besi (study cross sectional) pada
siswi MTs Pakel kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung.
Notoatmojo (2003) menyebutkan bahwa perubahan perilaku
seseorang dalam menerima atau mengadopsi perilaku dalam kehidupannya
melalui tiga tahap yaitu pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan. Suatu
perilaku dimulai dari domain kognitif, dari arti subyek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada sobyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon
batin dalam bersikap si subyek terhadap obyek yang diketahuinya.
44
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab VI akan diuraikan tentang kesimpulan dan hasil penelitian dan
saran yang merupakan tujuan dari manfaat penelitian tentang Pengetahuan dan
Sikap Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Study Cross
Sectional) pada Siswi MTs Pakel, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung.
A.
Kesimpulan
1.
responden.
2.
3.
Terjadi ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
pencegahan anemia defisinsi besi di MTs pakel Kecamatan Pakel
Kabupaten tulungagung dari uji statistic analisa SPSS didapatkan nilai Chi
Square
tabel
(13.257>5.99), dan nilai p value lebih kecil dari nilai alpha () (0.0000 <
0.05), sehingga Hi diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan. Dengan
nilai cmaks 0,707 didapatkan nilai Q = 0,571 artinya ada korelasi bersifat
sedang .
62
46
B. Saran
1. Bagi remaja putri
Diharapkan
mampu
mempertahankan
dan
lebih
meningkatkan
47
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian
Suatu
Azwar,Saifudin.(2003).Sikap
Manusia
pengukurannya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Pendekatan
Teori
dan
Kebidanan
Teknik
Analisa
Ini
Adalah
Pimpinan
Masa
Perilaku
Kesehatan.Jakarta:Rineka
Dan
Ilmu
Metodologi
Riset
Penelitian
Ilmu
Penelitian
Ilmu
48
Kesehatan
Remaja
dari
A-
Sediaoetomo,
(2009).
Anemia
Pada
Remaja
Putri.(http://media.isnet.org/wika/anemi). Diakses tanggal 23 Agustus
2013
Tobing.(2005). Anemia.(http://Indonesia Institut.org/2002). Diakses tanggal 23
Agustus 2013
Walgito,Bimo.(2003).Psikologi Sosial.Yogyakarta:EGC
Wikipedia
Bahasa
Indonesia.(2004).Anemi
Remaja,
(http://id.wikipedia.org/wiki/suryati/anemia). Diakses tanggal 24 Agustus 2013
____________.(2011).Klasifikasi
Diakses tanggal 24 Agustus 2013
Anemia,
(http://id.wikipedia.org/anemia).
49