Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

DIARE KRONIK

Oleh:

Santi Maria Rugun


Pembimbing :

dr. A. Adipurnama, SpA.

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2005

SARI PUSTAKA

Diare Kronik

Batasan
Diare yang berlanjut hingga 2 minggu atau lebih dan kehilangan berat
badan atau tidak bertambah berat badan pada masa tersebut.

Etiologi
1. Gastroenteropati alergi
2. Defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa-galaktosa
3. Defek imun primer
4. Infeksi usus oleh bakteri, virus, parasit
5. CSBS (contaminated small bowel syndrome)
6. Persisten postenteriting diarrhoea

dengan atau tanpa intoleransi

karbohidrat.
7. Penyakit endokrin
8. Keganasan
9. Malabsorbsi asam empedu
10. Insufisiensi pankreas,PEM,BBLR
11. Limfangiektasi usus
12. Kolestasis
13. Obat-obatan (neomicyn, cholestiramin)
14. Inflammatory bowel disease
15. Disentri amoeba
16. Entero kolitis pseudomembranosa

Patofisiologi
Mekanisme diare kronik bergantung pada penyakit dasarnya. Sering yang
menyebabkan terdapat lebih dari 1 macam sehingga efeknya kombinasi dari
penyebab penyebab tersebut.

a. Diare Osmotik
Akumulasi

bahan-bahan yang tidak dapat diserap oleh usus.

Mengakibatkan keadaan hipertonik dan meninggikan tekanan osmotik


intralumen yang menghalangi absorbsi air dan elektrolit dan terjadilah
diare.

b. Diare Sekretorik
Sekresi usus yang disertai sekresi ion secara aktif.

c. Bakteri tumbuh lampau,asam empedu dan asam lemak


Dalam keadaan normal usus anak adalah relatif steril. Bakteri
tumbuh lampau dapat terjadi pada setiap kondisi yang menimbulkan stasis
isi usus. Jumlah bakteri usus dapat meningkat pada bayi dengan diare
nonspesifik yang persisten dan dengan intoleransi monosakarida sekunder.
Adanya asam asam empedu bebas dalam jejunum menpunyai efek
negatif terhadap absorpsi monosakarida.

d. Tidak adanya mekanisme absorpsi ion secara aktif yang biasanya


terdapat dalam keadaan normal.
Contohnya penyakit Congenital chloridorrhoea. Pada penyakit ini
penderita tidak mampu mengabsorpsi klorida secara aktif karena defek
pada sistem penukaran anion ileum. Hal ini berakibat berkurangnya
absorpsi cairan, asidifikasi isi lumen usus dan konsentrasi klorida tinggi
dalam cairan tidak terabsorpsi yang tinggal dalam lumen ileum dan kolon.
Kosentrasi klorida melebihi konsentrasi natrium dan kalium.

e. Kerusakan mukosa
Berkurangnya
permukaan

permukaan

mukosa

atau

kerusakan

mukosa dapat mengganggu permeabilitas air dan elektrolit.

Kerusakan epitel usus halus terjadi pada kebanyakan tipe enteritis karena

infeksi, penyakit crohn, kolitis ulserativa, kolitis granulomatous, dan


kolitis infeksi.

f. Motilitas usus yang abnormal


Dapat menyebabkan gangguan digesti

dan/atau

absorpsi.

Berkurangnya motilitas memudahkan terjadinya stasis dan bakteri tumbuh


lampau, sedangkan kenaikan motilitas usus dapat menyebabkan transit
yang cepat di usus dan menimbulkan kontak yang lama dengan mukosa
yang inadekuat. Berkurangnya motilitas usus terdapat pada diabetes dan
skleroderma. Motilitas usus yang meningkat berhubungan dengan isi usus
yang meninggi, inflamasi usus, dan keadaan terdapatnya circulating
humoral agents.

g. Sindroma diare kronik


Kebanyakan bayi dengan severe, protacted diarrhoea akan
menunjukkan perubahan mukosa usus halus berupa atrofi vilus.
Kehilangan nutrient yang berlanjut dan masuknya kalori yang inadekuat
mengakibatkan deplesi protein yang bermakna dan malnutrisi. Pada
terjadinya deplesi protein, regenerasi morfologik dan fungsional usus
halus akan terganggu; ini menimbulkan malabsorpsi yang menyeluruh dan
diare yang terus-menerus, dan terjadilah lingkaran setan.

h. Mekanisme lain
Defisiensi seng (Zn) berhubungan dengan diare kronik pada
akrodermatitis enteropatik. Mekanisme gastroenteropati alergik masih
diselidiki, walaupun terdapat alasan untuk menduga bahwa mukosa
menjadi rusak dan fungsi terganggu. Hal ini dibahas pada cows milk
enteropati, CMPSE.

Kriteria Diagnosis

Anamnesis
Riwayat Penyakit adalah penting untuk menilai anak dengan diare kronik.
Yang perlu ditanyakan pada orangtua :
-

saat mulai diare

adanya gejala-gejala ekstraintestinal seperti ISPA atas.

Gejala gejala lain berupa tinja yang abnormal dan failure to


thrive sejak lahir (cystic fibrosis).

Terjadinya diare sesudah diberikan susu, buah-buahan (


defisiensi sukrose-isomaltase)

Hubungan dengan sakit perut dan muntah (malrotasi), diare


sesudah gangguan emosi dan kecemasan.

Tentang tinja diperinci frekuensi, konsistensi, penampakan,


aadanya darah atau lendir.

Riwayat diet penting untuk ditanyakan terperinci.

Riwayat diare yang profus sesudah pengobatan antibiotik


memberi dugaan adanya enterokolitis pseudomembranosa.

Pemeriksaan Fisik
-

standard anthropometric chart : TB, BB, lingkaran kepala. Perhatian


khusus perlu diberikan pada keadaan umum pasien, status hidrasi, gejala
kehilangan berat badan (wasting of buttocks and shoulder girdle,
wringkling

oh

thighs),

pemeriksaan

abdomen

(distensi,

nyeri,

hepatoslenomegali, thickened bowel loops, bunyi usus), ekskorasi pantat,


finger clubing, edema perifer, dan manifestasi kulit. Pemeriksaan rectal
toucher perlu dilakukan apabila terdapat tinja berdarah.

Pemeriksaan Penunjang
-

Tinja : nampaknya, konsistensi dan lain-lain, pH dan clinitest


setiap hari dengan cara bedside diagnosis, pemeriksaan tinja

untuk fat globules, leukosit dan reducing subtances, pewarnaan


Gram, biakan dan pemeriksaan untuk telur cacing dan parasit.
-

Darah

darah

lengkap,

elektrolit,

karoten,

kalsium,

magnesium, fosfatase lindi, kolesterol, waktu protrombin,


elektroforesis serum protein, imunoglobulin.
-

Kadar klorida keringat, foto toraks dan abdomen

Adanya reducing subtances dalam tinja anak yanhg ber-pH


rendah

disertai

eritema

natum,

menyarankan

adanya

malabsorpsi karbohidrat. Bila terdapat dugaan intoleransi


karbohidrat dilakukan pemeriksaan toleransi (laktosa, sukrosa,
dan glukosa).
-

Bila nilai one-hour xylose abnormal < 25 mg per dl, perlu


dilakuakan biopsi usus halus.

Pada pasien yang tinjanya berdarah dianjurkan pemeriksaan


sigmoidoskopi dengan atau tanpa biopsi rektum.

Pemeriksaan radiologis GIT membantu menidentifikasi cacat


bawaan

inflammatory

malrotasi,
bowel

stenosis)

dan

kelainan

disease,

penyakit

seperti:

Hirschprung,

enterokolitis nekrotikans.
-

Bila diduga kontaminasi usus halus perlu dilakukan intubasi


duodenum untuk mendapatkan cairan duodenum dan dilakukan
biakan aerob dan anaerob.

Manifestasi klinis

Terapi

Umum
o Makanan Gizi Seimbang

Pengobatan
Obat anti diare
Tidak perlu diberikan obat anti diare seperti kaolin, pektin,
difenoksilat (lomotil). Tidak satupun obat obat ini memberikan efek
posistif pada patofisiologi. Penelitian baru baru ini menunjukkan bahwa
obat obatan yang memperlambat motilitas usus justru akan
memperpanjang lamanya enteritis karena infeksi.

Obat anti mikroba


Pengobatan antibiotik pada umumnya tidak dianjurkan, bahkan hal
ini akan mengubah flora usus dan menimbulkan keadaan diare menjadi
lebih buruk. Untuk membersihkan

isi usus anak dengan infeksi usus

karena bakteri, fungsi peristaltik ternyata lebih efektif. Walaupun pada


anak lebih besar tidak diberikan antibiotik, pada neonatus, anak sakit berat,
anak dengan defisiensi imunologi dan anak dengan protracted diarrhoea
yang sangat berat tetap dianjurkan tetao diberikan. Disamping itu
antibiotik masih berguna pada blind loop syndrome. Metronidazole
merupakan obat yang efektif dan aman untuk Giardia lamblia dan bakteri
anaerob yang sering terdapat pada blind loop syndrome atau CSBS (
sindrom usus halus terkontaminasi).

Kortikosteroid
Anak dengan kolitis ulseratif, paling tidak pada serangan pertama
memberikan respon yang baik terhadap enema steroid, beberapa anak
mendapat kombinasi steroid rektal dan sistemik.

Immunosupresif
Obat imunosupresif digunakan pada penyakit Crohn dan inipun
diberikan hanya bila pengobatan konvensional tidak mungkin.

Kolesteramin
Penggunaan kolesteramin pada diare kronik, terutama untuk
malabsorpsi asam empedu ( pada reseksi akhir ileum) dan pada infeksi
usus bakteri (untuk mengikat endotoksin) sangat bermanfaaat.

Operasi
Bila diare kronik terjadi pada kasus-kasus bedah seperti misalnya
penyakit hirschprung, enterokolitis nekrotikans, maka sering terdapat
indikasi untuk melakukan operasi.

I. Identitas Penderita

Nama penderita

: Putri Ayu Pratiwi

Jenis kelamin

: Perempuan

Tempat, tanggal lahir

: Bandung, 1 Desember 2001

Umur

: 4 tahun

Kiriman dari

: Poliklinik Spesialis Anak RSI

Dengan diagnosis

: Diare kronik + Malnutrisi

Tanggal dirawat

: 12 Oktober 2005

Tanggal diperiksa

: 13 Oktober 2005

Nama ayah

: Imam Supriyanto

Umur

: 31 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Alamat

: Antapani 10 No.5 Rt 4 Rw 5
Cicadas Bandung

Nama ibu

: Tini

Umur

: 28

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Antapani 10 No.5 Rt 4 Rw 5
Cicadas Bandung

II. Anamnesis

Heteroanamnesis diberikan oleh Ibu Penderita


Tanggal 13 Oktober 2005
Keluhan utama: mencret
1 hari sebelum masuk rumah sakit Immanuel pasien merasa lemas dan
lesu, pasien juga terlihat pucat.
Rasa lemas dan lesu ini tidak diikuti dengan panas badan, batuk, pilek,
mual, dan muntah.
Ayah Penderita menyangkal penderita tidak mau makan dan minum
sebelumnya
Pada saat pasien berumur 3 bulan ayah penderita mengaku penderita
menjalani operasi pengangkatan limpa.
Pada saat pasien berumur 5 bulan ayah penderita mengaku penderita
didiagnosa menderita Thalasemia.
Penderita sejak umur 4 tahun menjalani transfusi setiap 2 bulan sekali.
Buang air kecil

: warna, jumlah, dan frekuensi seperti biasa.

Buang air besar

: warna, konsistensi, dan frekuensi seperti biasa.

Riwayat penyakit dahulu

: Sejak umur 5 bulan penderita didiagnosis


menderita thalasemia
Hanya pernah sakit batuk, pilek, mencret tapi cepat
Sembuh.

Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada ada anggota keluarga yang sakit seperti


ini

Usaha Berobat

: Penderita ditransfusi 1x/bulan


Penderita minum obat asam folat 1x1 hari

Riwayat kehamilan dan persalinan


Anak 2 dari 2 anak. Lahir hidup 2 lahir mati -. Abortus -.
Lahir aterm, spontan, ditolong oleh Bidan.
Berat badan lahir 2900 gram. Panjang badan lahir 45 cm.

Tumbuh kembang anak


Berbalik

: 3 bulan

Duduk tanpa bantuan

: 6 bulan

Duduk tanpa pegangan

: 7 bulan

Berjalan 1 tangan dipegang

: 11 bulan

Berjalan tanpa dipegang

: 12 bulan

Bicara 1 kata

: 12 bulan

Bicara 1 kalimat

: 18 bulan

Gigi geligi:
Pertama: 6 bulan. Sekarang 20

Susunan keluarga
No

Nama

Umur

L/P

Keterangan

Imam Supriyanto

31 tahun

Ayah penderita, sehat.

Tini

29 tahun

Ibu penderita, sehat

Rani Maharani

7 tahun

Kakak penderita Sehat

Putri Ayu P

4 tahun

Penderita Sakit

Imunisasi
Dasar
BCG

Ulangan

+ (Scar +)

Anjuran

6. HiB

DPT

7. MMR

Polio

8.Hepatitis A

Hepatitis B

9. Cacar air

10.

Campak

Riwayat nutrisi
0-6 bulan

: ASI

6-8 bulan

: ASI, Bubur susu

8-12 bulan

: ASI, nasi tim, buah.

1 tahun-sekarang

: Makanan keluarga

Riwayat penyakit dahulu


Diare

:+

Difteri

:-

Campak

:-

Batuk pilek

:+

Tetanus

:-

Ginjal

:-

Tifus perut

:-

Hepatitis

:-

Asma/alergi

:-

Pneumonia

:-

TBC

:+

Kejang

:-

Batuk rejan

:-

Cacar air

:-

Lainnya

:-

Riwayat penyakit keluarga


Asma

:-

Penyakit darah : -

TBC

:-

Keganasan

Ginjal

:-

Kencing manis: -

:-

III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Kesadaran

: compos mentis

Kesan sakit

: Sedang

Posisi

: tidak ada letak paksa

Penamplan umum

: Mental gelisah. Fisik lemah.

2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 90/60 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, reguler, ekual, lembut.

Respirasi

: 28 x/menit, abdominothorakal

Suhu

: 36, 8 oC

3. Pengukuran antropometrik
Umur

:4

tahun 11 bulan

Berat badan

: 19

kg

Panjang badan

: 108 cm

( 83,70 %

standar BB/U)

( 89,10 %

standar PB/U)

( 104,4 %

standar BB/TB)

Status gizi

: baik (menurut BB/TB NCHS)

Lingkar kepala

: 50

cm

Lingkar dada

: 58

cm

Lingkar lengan atas

: 18

cm

Tes RL

:-

4. Pemeriksaan Sistemik
4.1.

Rambut

: warna hitam, distribusi merata, lebat, tidak mudah dicabut.

Kulit

: pucat, tidak sianosis, tidak ikterik.

Kuku

: Capillary refill < 2 detik, , tidak sianosis.

KGB

: tidak teraba membesar

4.2. Kepala
Bentuk

: simetris, tidak ada kelainan.

Mata

: konjungtiva Anemis +/+, Sklera ikterik -/-, pupil isokor.

THT

: sekret -/-, pernapasan cuping hidung -/-.

Bibir

: basah

Mulut

: mukosa basah,

4.3. Leher
Kaku kuduk

: tidak ada

KGB

: tak teraba membesar.

4.4.Dada
Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi

Palpasi

: Pergerakan simetris, sela iga tidak melebar/menyempit.

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: VBS +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-

4.5. Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi

: ictus cordis tidak kuat angkat, thrill -.

Perkusi

: Kanan: ICS IV linea sternalis kanan.


Atas : ICS III linea parasternalis kiri.
Kiri : ICS IV linea mid clavicularis kiri.

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II, reguler, tidak ada murmur.

1.6. Abdomen
Inspeksi

: Datar, soepel, Retraksi -.

Palpasi

: Hepar teraba 3 cm BAC, 3 cm BPX, kenyal, tepi tajam,


permukaan rata. Lien tidak teraba.

Auskultasi
4.7. Alat kelamin

: Bising usus normal.


: Laki-laki, tidak ada kelainan.

4.8. Anus dan rektum : tidak ada kelainan.


4.9. Ekstremitas

: Tonus otot baik, akral hangat, pergerakan aktif.

4.10. Neurologis

: RF +/+
RP -/Sensorik baik.

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan darah:
22/9
Hb

5,7

Ht

18

Leuko

40.700

Tc

411.000

V. Resume

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun 11 bulang dengan berat badan 19


kg dan tinggi badan 108 cm dengan status gizi baik (104,4 % menurut standar
BB/PB NCHS-WHO). Datang ke rumah sakit Immanuel dengan keluhan utama
Lemas Badan
Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan:

Sejak 1 hari SMRSI, penderita merasa lemas dan lesu serta terlihat pucat.

BAK

: warna, jumlah, dan frekuensi seperti biasa.

BAB

: warna, konsistensi, dan frekuensi seperti biasa.

RPD

: Penderita didiagnosa menderita thalasemia sejak umur


5 bulan.
Penderita mengalami splenektomi pada umur 3 bulan
Hanya pernah sakit batuk, pilek, mencret tapi membaik.

RPK

: tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

UB

: Penderita menerima transfusi 1 x / Bulan


Penderita meminum obat asam folat 1x1 hari.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:


Keadaan umum
Kesadaran

: compos mentis

Kesan sakit

: Sedang

Posisi

: tidak ada letak paksa

Penampilan umum

: Mental gelisah. Fisik lemah.

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Nadi

: 86 x/menit, reguler, ekual, lembut.

Respirasi

: 24 x/menit, abdominothorakal

Suhu

: 36, 4 oC

Status gizi

: baik (104,4 % BB/PB menurut NCHS)

Tes RL

:-

Pemeriksaan Sistemik
Kulit

: pucat, tidak sianosis, tidak ikterik,

Kepala
Mata

: konjungtiva Anemis +/+, pupil isokor.

THT

: sekret -/-, PCH -/-.

Mulut

: mukosa basah,

KGB

: tak teraba membesar.

Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi

Palpasi

: Pergerakan simetris, sela iga tidak melebar/menyempit.

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: VBS +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-

Leher

Dada

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi

: ictus cordis tidak kuat angkat, thrill -.

Perkusi

: batas normal

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II, reguler, tidak ada murmur.

Abdomen
Inspeksi

: Datar, soepel, Retraksi -.

Palpasi

: Hepar teraba 3 cm BAC, 3 cm BPX,


kenyal, tepi tajam, permukaan rata.
Lien tidak teraba. Ascites (-).

Auskultasi

: Bising usus normal.

Alat kelamin

: Laki-laki, tidak ada kelainan.

Anus dan rektum

: tidak ada kelainan.

Ekstremitas

: Tonus otot baik, akral dingin, pergerakan kurang aktif.

Neurologis

: RF +/+
RP -/Sensorik baik.

Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah:
22/9
Hb

5,7

Ht

18

Leuko

40.700

Tc

411.000

VI. Diagnosis
Diagnosis kerja

: Thalasemia

Diagnosis tambahan : tidak ada.

VII. Usul pemeriksaan


-

SADT Leucosit, trombosit, hitung jenis, morfologi darah tepi, retikulosit.

Kadar Fe, TIBC, HbF, HbH.

VIII. Penatalaksaaan
Non medikamentosa:
-

Bedrest

NaCl 0,9 % 10 tetes/menit untuk 10 jam

Medikamentosa:
- Tranfusi PRC 250 cc
- Disferol gram dalam 100 cc NaCl 0,9 % i.v

IX. Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam.

X. Pencegahan

Umum :
Tingkatkan higiene dan sanitasi lingkungan
Mencuci tangan sebelum makan
Khusus :
Kontrol teratur ke dokter terhadap penyakit talasemianya
Imunisasi hepatitis B dan imunisasi anjuran
Nasihat Perkawinan untuk menghindarkan perkawinan
antara 2 pembawa sifat.

Follow up Harian
22 September
CM KS Sedang
T: 100/60
Nadi: 86x/mnt
Resp: 22x/mnt
Suhu: 36,40 C
Pucat+,Sianosis, ikterikSimetris
Anemis +/+
Epistaksis -/Mucosa basah
Kaku kuduk B/P simetris
Retraksi VBS +/+, Rh -/-,
wh -/BJM,
reguler,
murmur Datar, Soepel,
H 3 cm BAC, 3
cm BPX
L t.t, Ascites -,
t.a.k
Akral
hangat,
tonus
baik,
Gerak aktif.

23
September
2005
CM, KS Sedang
T:100/60 mmHg
Nadi:86x/mnt
Resp:22 x/mnt
Suhu : 36,60 C
Pucat -,sianosis,Ikterik Simetris
Anemis +/+
Epistaksis -/Mucosa basah
Kaku kuduk B/P simetris
Retraksi VBS +/+, Rh -/-,
wh -/BJM,
reguler,
murmur Datar, Soepel,
H 3 cm BAC, 3
cm BPX
L t.t, Ascites -,
t.a.k
Akral
hangat,
tonus
baik,
Gerak aktif.

+/+
-/Hb: 5,7. Ht: 18.

+/+
-/Hb: 10,2. Ht: 33.

Leuko: 40.700

Leuko: 41.000

Tc: 411.000

Tc: 464.000

Assesment

Thalasemia

Thalasemia

Order dokter

10.00
NaCl 0,9 % 10
gtt/menit untuk
10 jam
18.45
Transfusi PRC
250 cc
Selesai transfusi
Disferol gr
dalam 100 cc
NaCl 0,9 %

10.00
Boleh Pulang

Keluhan
Keadaan umum
Tanda Vital

Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Pulmo
Jantung
Abdomen

Anus
Ekstremitas

Tanda Neuro
Ref Fisiologis
Ref Patologis
Lab / penunjang

DISKUSI

Diagnosis yang ditegakkan adalah Thalassemia.


Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Anannesis:

Sejak 1 hari SMRSI, penderita merasa lemas dan lesu serta terlihat pucat.
RPD
Penderita mengalami splenektomi pada umur 3 bulan
Penderita sudah didiagnosis menderita thalasemia sejak umur 5 bulan.

Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum
Kesadaran

: compos mentis

Kesan sakit

: Sedang

Posisi

: tidak ada letak paksa

Penampilan umum

: Fisik lemah.

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Nadi

: 86 x/menit, lembut.

Respirasi

: 24 x/menit.

Suhu

: 36, 4 oC

Status gizi

: baik (93,35% BB/PB menurut NCHS)

Tes RL

Kulit

: pucat +

Kepala
Mata

: Konjungtiva Anemis +/+, pupil isokor.

Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: VBS +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-

Dada

Abdomen
Inspeksi

: Datar, soepel, Retraksi -.

Palpasi

: Nyeri tekan di epigastrium dan RUQ, Hepar teraba 3 cm


BAC, 3 cm BPX, kenyal, tepi tajam, permukaan rata.
Lien tidak teraba

Ekstremitas

: Tonus otot lemah, akral dingin, pergerakan kurang aktif.

Pemeriksaan penunjang:
Darah:
22/9
Hb

5,7

Ht

18

Leuko

40.700

Tc

411.000

Pengobatan yang diberikan:


a. Nonmedikamentosa
-

Bedrest

NaCl 0,9 % 10 tetes/menit untuk 10 jam

b. Medikamentosa
Transfusi PRC 250 cc
Dengan anjuran transfusi sebanyak 10-15 ml/kgBB untuk berat badan 19 Kg
transfusi yang dianjurkan ialah sebanyak 190 285 cc berarti transfusi PRC yang
diberikan sesuai dengan anjuran.

Disferol gram dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0,9 %


Dosis yang dianjurkan untuk BB 19 kg adalah dibawah 950 mg dengan dosis
anjuran

kurang dari

50

mg/kgBB

jadi

(Desferoksamin) adalah sesuai dengan anjuran.

pemberian

500

mg

Disferol

DAFTAR PUSTAKA

1. Herry Garna, dkk. 2000. Talasemia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi

kedua.

Bagian/SMF

Ilmu

Kesehatan

Anak

FKUP/RSHS. 337-378.
2. Bambang Permono, IGD Ugrasena; Buku Ajar Hematologi-onkologi anak;
IDAI; Tahun 2005; halaman 64-84.
3. Iskandar Wahidiyat, Penelitian Thalassemia di Jakarta; Tahun 1979 halaman
1 137.
4. Nelson; Ilmu Kesehatan Anak; edisi 15; vol 2; Behrman, Klegman, Arvin;
Editor Edisi Bahasa Indonesia Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, SpA; EGC; 2000
Halaman 1118-1120.

Anda mungkin juga menyukai