Dire Kronik Case2
Dire Kronik Case2
DIARE KRONIK
Oleh:
SARI PUSTAKA
Diare Kronik
Batasan
Diare yang berlanjut hingga 2 minggu atau lebih dan kehilangan berat
badan atau tidak bertambah berat badan pada masa tersebut.
Etiologi
1. Gastroenteropati alergi
2. Defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa-galaktosa
3. Defek imun primer
4. Infeksi usus oleh bakteri, virus, parasit
5. CSBS (contaminated small bowel syndrome)
6. Persisten postenteriting diarrhoea
karbohidrat.
7. Penyakit endokrin
8. Keganasan
9. Malabsorbsi asam empedu
10. Insufisiensi pankreas,PEM,BBLR
11. Limfangiektasi usus
12. Kolestasis
13. Obat-obatan (neomicyn, cholestiramin)
14. Inflammatory bowel disease
15. Disentri amoeba
16. Entero kolitis pseudomembranosa
Patofisiologi
Mekanisme diare kronik bergantung pada penyakit dasarnya. Sering yang
menyebabkan terdapat lebih dari 1 macam sehingga efeknya kombinasi dari
penyebab penyebab tersebut.
a. Diare Osmotik
Akumulasi
b. Diare Sekretorik
Sekresi usus yang disertai sekresi ion secara aktif.
e. Kerusakan mukosa
Berkurangnya
permukaan
permukaan
mukosa
atau
kerusakan
Kerusakan epitel usus halus terjadi pada kebanyakan tipe enteritis karena
dan/atau
absorpsi.
h. Mekanisme lain
Defisiensi seng (Zn) berhubungan dengan diare kronik pada
akrodermatitis enteropatik. Mekanisme gastroenteropati alergik masih
diselidiki, walaupun terdapat alasan untuk menduga bahwa mukosa
menjadi rusak dan fungsi terganggu. Hal ini dibahas pada cows milk
enteropati, CMPSE.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Riwayat Penyakit adalah penting untuk menilai anak dengan diare kronik.
Yang perlu ditanyakan pada orangtua :
-
Pemeriksaan Fisik
-
oh
thighs),
pemeriksaan
abdomen
(distensi,
nyeri,
Pemeriksaan Penunjang
-
Darah
darah
lengkap,
elektrolit,
karoten,
kalsium,
disertai
eritema
natum,
menyarankan
adanya
inflammatory
malrotasi,
bowel
stenosis)
dan
kelainan
disease,
penyakit
seperti:
Hirschprung,
enterokolitis nekrotikans.
-
Manifestasi klinis
Terapi
Umum
o Makanan Gizi Seimbang
Pengobatan
Obat anti diare
Tidak perlu diberikan obat anti diare seperti kaolin, pektin,
difenoksilat (lomotil). Tidak satupun obat obat ini memberikan efek
posistif pada patofisiologi. Penelitian baru baru ini menunjukkan bahwa
obat obatan yang memperlambat motilitas usus justru akan
memperpanjang lamanya enteritis karena infeksi.
Kortikosteroid
Anak dengan kolitis ulseratif, paling tidak pada serangan pertama
memberikan respon yang baik terhadap enema steroid, beberapa anak
mendapat kombinasi steroid rektal dan sistemik.
Immunosupresif
Obat imunosupresif digunakan pada penyakit Crohn dan inipun
diberikan hanya bila pengobatan konvensional tidak mungkin.
Kolesteramin
Penggunaan kolesteramin pada diare kronik, terutama untuk
malabsorpsi asam empedu ( pada reseksi akhir ileum) dan pada infeksi
usus bakteri (untuk mengikat endotoksin) sangat bermanfaaat.
Operasi
Bila diare kronik terjadi pada kasus-kasus bedah seperti misalnya
penyakit hirschprung, enterokolitis nekrotikans, maka sering terdapat
indikasi untuk melakukan operasi.
I. Identitas Penderita
Nama penderita
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 4 tahun
Kiriman dari
Dengan diagnosis
Tanggal dirawat
: 12 Oktober 2005
Tanggal diperiksa
: 13 Oktober 2005
Nama ayah
: Imam Supriyanto
Umur
: 31 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Alamat
: Antapani 10 No.5 Rt 4 Rw 5
Cicadas Bandung
Nama ibu
: Tini
Umur
: 28
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
: Antapani 10 No.5 Rt 4 Rw 5
Cicadas Bandung
II. Anamnesis
Usaha Berobat
: 3 bulan
: 6 bulan
: 7 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan
Bicara 1 kata
: 12 bulan
Bicara 1 kalimat
: 18 bulan
Gigi geligi:
Pertama: 6 bulan. Sekarang 20
Susunan keluarga
No
Nama
Umur
L/P
Keterangan
Imam Supriyanto
31 tahun
Tini
29 tahun
Rani Maharani
7 tahun
Putri Ayu P
4 tahun
Penderita Sakit
Imunisasi
Dasar
BCG
Ulangan
+ (Scar +)
Anjuran
6. HiB
DPT
7. MMR
Polio
8.Hepatitis A
Hepatitis B
9. Cacar air
10.
Campak
Riwayat nutrisi
0-6 bulan
: ASI
6-8 bulan
8-12 bulan
1 tahun-sekarang
: Makanan keluarga
:+
Difteri
:-
Campak
:-
Batuk pilek
:+
Tetanus
:-
Ginjal
:-
Tifus perut
:-
Hepatitis
:-
Asma/alergi
:-
Pneumonia
:-
TBC
:+
Kejang
:-
Batuk rejan
:-
Cacar air
:-
Lainnya
:-
:-
Penyakit darah : -
TBC
:-
Keganasan
Ginjal
:-
Kencing manis: -
:-
1. Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Kesan sakit
: Sedang
Posisi
Penamplan umum
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
Respirasi
: 28 x/menit, abdominothorakal
Suhu
: 36, 8 oC
3. Pengukuran antropometrik
Umur
:4
tahun 11 bulan
Berat badan
: 19
kg
Panjang badan
: 108 cm
( 83,70 %
standar BB/U)
( 89,10 %
standar PB/U)
( 104,4 %
standar BB/TB)
Status gizi
Lingkar kepala
: 50
cm
Lingkar dada
: 58
cm
: 18
cm
Tes RL
:-
4. Pemeriksaan Sistemik
4.1.
Rambut
Kulit
Kuku
KGB
4.2. Kepala
Bentuk
Mata
THT
Bibir
: basah
Mulut
: mukosa basah,
4.3. Leher
Kaku kuduk
: tidak ada
KGB
4.4.Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
4.5. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
1.6. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
4.7. Alat kelamin
4.10. Neurologis
: RF +/+
RP -/Sensorik baik.
5,7
Ht
18
Leuko
40.700
Tc
411.000
V. Resume
Sejak 1 hari SMRSI, penderita merasa lemas dan lesu serta terlihat pucat.
BAK
BAB
RPD
RPK
UB
: compos mentis
Kesan sakit
: Sedang
Posisi
Penampilan umum
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
Respirasi
: 24 x/menit, abdominothorakal
Suhu
: 36, 4 oC
Status gizi
Tes RL
:-
Pemeriksaan Sistemik
Kulit
Kepala
Mata
THT
Mulut
: mukosa basah,
KGB
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
Leher
Dada
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas normal
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Alat kelamin
Ekstremitas
Neurologis
: RF +/+
RP -/Sensorik baik.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah:
22/9
Hb
5,7
Ht
18
Leuko
40.700
Tc
411.000
VI. Diagnosis
Diagnosis kerja
: Thalasemia
VIII. Penatalaksaaan
Non medikamentosa:
-
Bedrest
Medikamentosa:
- Tranfusi PRC 250 cc
- Disferol gram dalam 100 cc NaCl 0,9 % i.v
IX. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam.
X. Pencegahan
Umum :
Tingkatkan higiene dan sanitasi lingkungan
Mencuci tangan sebelum makan
Khusus :
Kontrol teratur ke dokter terhadap penyakit talasemianya
Imunisasi hepatitis B dan imunisasi anjuran
Nasihat Perkawinan untuk menghindarkan perkawinan
antara 2 pembawa sifat.
Follow up Harian
22 September
CM KS Sedang
T: 100/60
Nadi: 86x/mnt
Resp: 22x/mnt
Suhu: 36,40 C
Pucat+,Sianosis, ikterikSimetris
Anemis +/+
Epistaksis -/Mucosa basah
Kaku kuduk B/P simetris
Retraksi VBS +/+, Rh -/-,
wh -/BJM,
reguler,
murmur Datar, Soepel,
H 3 cm BAC, 3
cm BPX
L t.t, Ascites -,
t.a.k
Akral
hangat,
tonus
baik,
Gerak aktif.
23
September
2005
CM, KS Sedang
T:100/60 mmHg
Nadi:86x/mnt
Resp:22 x/mnt
Suhu : 36,60 C
Pucat -,sianosis,Ikterik Simetris
Anemis +/+
Epistaksis -/Mucosa basah
Kaku kuduk B/P simetris
Retraksi VBS +/+, Rh -/-,
wh -/BJM,
reguler,
murmur Datar, Soepel,
H 3 cm BAC, 3
cm BPX
L t.t, Ascites -,
t.a.k
Akral
hangat,
tonus
baik,
Gerak aktif.
+/+
-/Hb: 5,7. Ht: 18.
+/+
-/Hb: 10,2. Ht: 33.
Leuko: 40.700
Leuko: 41.000
Tc: 411.000
Tc: 464.000
Assesment
Thalasemia
Thalasemia
Order dokter
10.00
NaCl 0,9 % 10
gtt/menit untuk
10 jam
18.45
Transfusi PRC
250 cc
Selesai transfusi
Disferol gr
dalam 100 cc
NaCl 0,9 %
10.00
Boleh Pulang
Keluhan
Keadaan umum
Tanda Vital
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Pulmo
Jantung
Abdomen
Anus
Ekstremitas
Tanda Neuro
Ref Fisiologis
Ref Patologis
Lab / penunjang
DISKUSI
Sejak 1 hari SMRSI, penderita merasa lemas dan lesu serta terlihat pucat.
RPD
Penderita mengalami splenektomi pada umur 3 bulan
Penderita sudah didiagnosis menderita thalasemia sejak umur 5 bulan.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Kesan sakit
: Sedang
Posisi
Penampilan umum
: Fisik lemah.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 86 x/menit, lembut.
Respirasi
: 24 x/menit.
Suhu
: 36, 4 oC
Status gizi
Tes RL
Kulit
: pucat +
Kepala
Mata
Inspeksi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
Dada
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
Pemeriksaan penunjang:
Darah:
22/9
Hb
5,7
Ht
18
Leuko
40.700
Tc
411.000
Bedrest
b. Medikamentosa
Transfusi PRC 250 cc
Dengan anjuran transfusi sebanyak 10-15 ml/kgBB untuk berat badan 19 Kg
transfusi yang dianjurkan ialah sebanyak 190 285 cc berarti transfusi PRC yang
diberikan sesuai dengan anjuran.
kurang dari
50
mg/kgBB
jadi
pemberian
500
mg
Disferol
DAFTAR PUSTAKA
1. Herry Garna, dkk. 2000. Talasemia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi
kedua.
Bagian/SMF
Ilmu
Kesehatan
Anak
FKUP/RSHS. 337-378.
2. Bambang Permono, IGD Ugrasena; Buku Ajar Hematologi-onkologi anak;
IDAI; Tahun 2005; halaman 64-84.
3. Iskandar Wahidiyat, Penelitian Thalassemia di Jakarta; Tahun 1979 halaman
1 137.
4. Nelson; Ilmu Kesehatan Anak; edisi 15; vol 2; Behrman, Klegman, Arvin;
Editor Edisi Bahasa Indonesia Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, SpA; EGC; 2000
Halaman 1118-1120.