MODUL
PEMBIMBING
: Dianty Rossi
Praktikum
: 17 November 2013
Penyerahan (Laporan) : 10 Desember 2013
Oleh :
Kelompok : IV
Nama :
1. Andrian Ronaldo
NIM 1214110
2. Cahya Muhammad R.
NIM 1214110
3. Dina Soraya
NIM 1214110
NIM 121411047
: 2B
2013
KINETIKA PERTUMBUHAN
Lactobacillus sp.
A.PENDAHULUAN
A.1Latar Belakang
Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrien
essensial kemudian ditempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan PH yang
tepat akan segera berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan
konsentrasi mikroba. Melalui serangkaian proses enzimatis mikroba melakukan
biosisntesis molekuk-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya. Kecepatan
pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap substrat (media pertumbuhan) yang
disediakan dan kondisi lingkungannya.
A.2Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menguasai tahapan-tahapan perkembangbiakan bakteri
2. Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter, dan media
pertumbuhan bakteri
3. Menguasai dan terampil memilih metode yang tepat untuk menentukan konsentrasi
biomassa bakteri (counting chamber, platting koloni, atau spektrofotometer)
4. Memahami pola pertumbuhan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba (X)
terhadap waktu (t)
5. Menguasai dan dapat menentukan fasa-fasa pertumbuhan bakteri
6. Dapat menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik () bakteri
B. LANDASAN TEORI
Stoikiometri dari pertumbuhan sel sangat kompleks tergantung pada jenis mikroba,
nutrient yang digunakan dan kondisi lingkungan seperti pH dan suhu. Kerumitan menjadi
nyatajika lebih dari satu nutrient mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba. Secara umum
pertumbuhan mikroba dapat dinyatakan dalam reaksi sebagai berikut :
sel-sel + substrat
sumber karbon
metabolit
nitrogen
CO2
oksigen
H2O
fosfor
enzim
mineral
Konsentrasi mikroba dapat dilakukan melalui penentuan jumlah sel (sel/vol) atau
pengukuran massa sel (gr/vol).
Pertumbuhan mikroba dalam reaktor batch akan melalui tahap-tahap berikut :
1. fase lag
2. fase logaritmik/eksponensial
3. fase perlambatan pertumbuhan
4. fase stasioner
5. fase kematian
Fase lag segera terjadi setelah inokulasi, disebut juga sebagai masa adaptasi terhadapa
lingkungan yang baru. Mikroorganisme mereorganisasi komponen molekulnya pada saat
menyerap nutrien baru. Komposisidan jenis nutrient akan mempengaruhi jenis enzim yang
disintesa, enzim yang dibutuhkan akan dibentuk, enzim yang tidak diperlukan akan ditekan.
Mesin proses di dalam sel menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru. Perubahan
ini akan terefleksikan dalam mekanisme sel melalui pengaturan proses metabolisme. Selama
fase ini massa sel bertambah sedikit tanpa merubah densitas sel.
Konsentrasi yang rendah akan menghasilkan fase lag yang panjang. Perioda fase lag
sangat bergantung pada umur dari inokulum. Inokulum yang optimum akan menghasilkan
fase lag yang minimum. Untuk mempersingkat fase lag, sel harus ditumbuhkan pada media
dan kondisi pertumbuhan yang optimum, sel harus aktif, dan volume inokulum berkisar
antara 5% sampai 10% (Shuler dan Kargi, 1992).
Pada fase exponensial, sel telah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Sel akan
tumbuh dengan cepat, sehingga massa sel dan jumlah sel akan bertambah secara exponensial
terhadap waktu, terjadi balance growth, yaitu semua komponen dalam sel tumbuh dengan
kecepatan yang sama. Komposisi sebuah sel mendekati konstan.
Pertumbuhan mikroba pada fase exponensial dapat didekati dengan model tak
berstrukturyang menganggap laju pertumbuhan sel merupakan fungsi dari massa selular
saja.
rX =
dX
= X
dt
Jika plotkan ln
X terhadap t
Fase perlambatan pertumbuhan terjadi setelah fase exponensial. Pada fase ini
perlambatan pertumbuhan terjadi karena berkurangnya konsentrasi satu atau lebih nutrient
esensial dan terakumulasinya produk yang bersifat toksik terhadap pertumbuhan. Perubahan
lingkunagn yang cepat menyebabkan terjadinya imbalance growth. Pada fase exponensial
sistem pengendali proses metabolisme sel ditunjukan menghasilkan laju reproduksi yang
maksimum, namun pada fase perlambatan pertumbuhan tekanan yang diakibatkan oleh
terbatasnya nutrient dan lingkungan yang toksik akan merubah sistem pengendali proses
metabolisme sel agar bisa tetap bertahan pada kondisi yang tidak menguntungkan (Shuler
dan Kargi, 1992).
Setelah fase perlambatan pertumbuhan selesai dimulailah fase stasioner. Pada fase ini
laju perumbuhan adalah nol (tidak adapembelahan sel) atau laju pertumbuhan sama dengan
laju kematian. Konsentrasi massa sel tetap, namun jumlah sel yang hidup akan berkurang,
terjadi lisis sel dan sebagian sel dapat tumbuh pada produk hasil lisis sel tersebut. Walaupun
laju pertubuhan adalah nol selama fase stasioner tetapi metabolisme sel masih aktif dan
menghasilkan metabolit sekunder, sebagai hasil dari perubahan pengendalian selular karena
terbatasnya konsentrasi nutrien esensial.
Produksi metabolit sekunder (antibiotik, hormon) justru meningkat pada fase stasioner,
sel mengkatabolismenutrisi yang tersimpan dalam sel sehingga diperoleh energi untuk
pemeliharaan membran sel, transportasi nutrien, gerak dan perbaikan struktur sel yang rusak.
Pertumbuhan mikroba akan terhenti setelah selain disebabkan oleh terbentuknya
produk yang menghambat pertumbuhan. Penghambatan ini tergantung pada jenis dan
konsentrasi produk penghambatnya. Produksi etanol oleh ragi merupakan contoh produk
penghambat pertumbuhan. Dapat dicegah dengan cara mengencerkan medium yang
tercemar toksik, dan memindahkan secara berkesinambungan produk penghambat dari
dalam reaktor (Shuler dan Kargi, 1992).
Pada fermentasi bath, laju pertumbuhan spesifik adalah konstan dan dipengaruhi oleh
perubahan konsentrasi nutrien. Pada konsentrasi nutrien awal yang rendah akan
menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih kecil dari laju pertumbuhan spesifiknya.
Model unstructured yang sering digunakan untuk menggambarkan kinetika
pertumbuhan adalah persamaan Monod. Mengekspresikan bahwa laju pertumbuhan laju
pertumbuhan spesifik mikroba akan meningkat jika konsentrasi sustrat meningkat. Namun
laju pertumbuhan spesifik akan turun pada konsentrasi sustrat yang terlalu tinggi. Persamaan
ini menggambarkan laju pertumbuhan spesifik merupakan fungsi dari konsentrasi substrat
pembatas (S) :
=m
S
Ks+ S
Alat
Erlenmeyer 250 mL
Erlenmeyer 100 mL
Sukrosa
Pepton 1%
Pembakar Spirtus
Jarum Ose
Incubator Shaker
KH2PO4
Kuvet Spektrofotometri
MgSO4.7H2O
Spektronic 20
Aquadest
Botol Semprot
Bahan
Kultur Murni Bakteri Lactobacillus
sp.
D.
LANGKAH KERJA
E. DATA PENGAMATAN
Waktu
(jam ke-)
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
Waktu
Absorbansi
0
120
361.8
510.6
690.6
950.4
1173.6
1350.6
1653.6
1953.6
0.350
0.059
0.230
0.183
0.605
0.593
0.470
0.625
1.095
1.218
F. PENGOLAHAN DATA
1. Penentuan Berat Sel Kering
Absorbansi pada 620 nm
0,06
0,18
0,28
0,39
0,57
0,83
0,92
1,08
1,21
1,34
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
Absorbansi
0.350
0.059
0.230
0.183
0.605
0.593
0.470
0.625
1.095
1.218
4
3
2
1
0
0
500
1000
1500
2000
2500
Dari grafik di atas, sulit dalam menentukan fase-fase pertumbuhan bakteri karena ada 4
data yang melenceng. Oleh karena itu empat data yang melenceng diabaikan sehingga akan
diperoleh grafik sebagai berikut:
Absorbansi
0.350
0.230
0.183
0.605
0.593
0.470
Absorbansi vs Waktu
0.7
0.6
0.5
0.4
Absorbansi 0.3
0.2
0.1
0
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Absorbansi
0.350
0.230
0.183
0.605
0.593
0.470
2
1.5
1
0.5
0
0
200
400
600
800
Fasa-fasa Pertumbuhan
a) Fasa Adaptasi
200
400
600
800
1000
1200
1400
Waktu (menit
ke-)
0
361.8
510.6
690.6
950.4
1173.6
Absorbansi
0.350
0.230
0.183
0.605
0.593
0.470
Ln x
0.809373
0.395078
0.170628
1.352156
1.332247
1.101442
ln x vs Waktu
1.6
1.4
1.2
1
ln x
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Absorbansi
0.183
0.605
Ln x
0.170628
1.352156
ln x
0.8
0.6
0.4
0.2
0
500
550
600
650
700
750
regresi linier pada fasa eksponensial menunjukan persamaan y = 0.006x 3.181. Sesuai
dengan integrasi persamaan laju pertumbuhan, didapat persamaan Ln X t = t + Ln X 0, maka
laju pertumbuhan spesifik () bakteri Lactobacillus sp adalah = 0,006/menit.