Anda di halaman 1dari 16

Struktur Kelenjar Tiroid dan Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Nur Adibah binti Zukelfali


102012488 / C3
Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran, Universitas Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara, No
6, Jakarta 11510
Emel: adibahzukelfali@gmail.com
Abstrak
Hormon tiroid disekresikan oleh kelenjar tiroid yang terletak di atas trakea, tepat di bawah laring.
Sintesis hormon tiroid memerlukan zat iodium. Zat iodium merupakan komponen penting dari
hormon thyroxin. Sekresi hormon tiroid diatur oleh hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon
tiroid memberikan efek kepada berbagai sistem dalam tubuh. Defisiensi iodium dan hormone
tiroid akan mengakibatkan kelainan tiroid yaitu hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
Kata Kunci: hormon tiroid, kelenjar tiroid, zat iodium, hipotalamus, hipofisis anterior,
hipotiroidisme, hipertiroidisme.

Abstract
Thyroid hormone is secreted by thyroid gland which is situated above the trachea, exactly below
the larynx. Thyroid hormone synthesis needs iodine. Iodine is an important component of
thyroxine hormone. Hormone thyroid secretion is regulated by hypothalamus and anterior
pituitary. Thyroid hormone gives effects to many part of body system. Deficiency of iodine and
thyroid hormone will lead to abnormality of thyroid function which is hypothyroidisme and
hyperthyroidisme.
Keywords: thyroid hormone, thyroid gland, iodine, hypothalamus, anterior pituitary,
hypotiroidisme, hypertiroidisme.
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Pendahuluan
Makalah ini ditulis adalah untuk membahaskan tentang sebuah kasus di mana seorang
perempuan berusia 40 tahun berobat ke dokter kerana lehernya membengkak.

Leher Membesar

Sintesis Hormon
Tiroid

Kelenjar Tiroid

Pengaturan sekresi hormon

Struktur

Gizi

Iodium

Fungsi

Gambar 1: Gambaran Mind Map untuk Menganalisis Struktur Kelenjar Tiroid dan
Mekanisme Kerja Hormon Tiroid
Dalam kasus ini, rumusan masalahnya dianalisa agar topik yang dibahaskan mampu menarik
kesimpulan pada akhir makalah ini. Analisis masalah yang akan dibahas adalah seperti mind map
pada Gambar 1. Hipotesis yang dirancang adalah perempuan berusia 40 tahun dengan lehernya
membesar mungkin dikarenakan stimulasi berlebihan terhadap kelenjar tiroid. Setelah
berhasilnya makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat mengetahui dengan lebih jelas tentang
struktur kelenjar tiroid. Pada pembahasan ini juga, dibahaskan juga tentang biosintesis hormon
tiroid dan mekanisme kerja hormon tiroid dalam kelenjar tiroid. Diharapkan juga pembaca dapat
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

mengetahui dengan lebih jelas tentang kelainan funsi tiroid yang mencakup hipotiroidisme dan
hipertiroidisme. Selain itu, diharapkan juga pembaca dapat memahami tentang peran mineral
iodium dalam mekanisme kerja hormon tiroid.

Isi Pembahasan
Kelenjar Tiroid
1. Struktur Makroskpis Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di bagian tengah oleh
bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tampak seperti dasi kupu- kupu. Kelenjar ini
terletak di atas trakea, tepat di bawah laring. Sel- sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi
gelembung- gelembung berongga, yang masing- masing membentuk unit fungsional yang
disebut folikel. Dengan sedemikian, sel- sel sekretorik ini sering disebut sebagai sel folikel.
Folikel tampak sebagai cincin- cincin sel folikel yang meliputi lumen bagian dalam yang
dipenuhi koloid, suatu bahan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel pedalaman
untuk hormon- hormon tiroid.
Konstituen utama koloid adalah molekul besar dan kompleks yang dikenal sebagai tiroglobulin,
yang di dalamnya berisi hormon- hormon tiroid dalam berbagai tahap berbagai tahap
pembentukannya. Sel- sel folikel menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium, yang
berasal dari asam amino tirosin yaitu tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin (T3).
Awalan tetra dan tri serta huruf bawah 4 dan 3 menandakan jumlah atom iodium yang masingmasing terdapat di dalam setiap molekul hormon. Kedua hormon ini, yang secara kolektif
disebut sebagai hormon tiroid, merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basal
keseluruhan. Di ruang interstisium di antara folikel- folikel terdapat sel sekretorik jenis lain,
yaitu sel C (disebut demikian karena mengeluarkan hormone peptide kalsitonin), yang berperan
dalam metabolisme kalsium. Kalsitonin sama sekali tidak berkaitan dengan kedua hormone
tiroid1.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Gambar 2: Kelenjar Tiroid2

2. Struktur Mikroskopis Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri dari pseudolobuli. Setiap pseudolobulus terdiri dari banyak folikel yang
besarnya tidak seragam. Di dalam folikel ini terdapat substansi koloid yang pada sajian tampak
berwarna merah homogen. Folikel dibatasi oleh epitel selapis kubis tinggi atau rendah sampai
gepeng tergantung aktifitas kelenjar. Pada folikel yang giat (aktif), epitelnya tinggi dan tepian
substansi koloid yang berbatasan dengan epitel folikel tidak rata. Pada folikel yang rihat (tidak
aktif), epitelnya gepeng dan substansi koloid memenuhi folikel. Kadang- kadang di antara selsel epitel folikel atau di dalam jaringan di antara folikel terdapat sel yang lebih besar dari sel
epitel folikel dan berwarna lebih terang disebut sel parafolikular. Di dalam jaringan ikat
interfolikel terdapat banyak pembuluh darah.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Gambar 3: Struktur Mikroskopis Kelenjar Tiroid3

Sintesis dan Mekanisme Kerja Hormon Tiroid


1. Sintesis Hormon Tiroid
Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, yang keduanya harus diserap
dari darah oleh sel- sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, disintesis dalam jumlah memadai oleh
tubuh, sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam makanan. Di pihak lain, iodium
yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroid, harus diperoleh dari makanan, Pembentukan,
penyimpanan dan sekresi hormon tiroid terdiri dari beberapa langkah.
Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid.
Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan oleh kompleks Golgi/ retikulum endoplasma sel folikel tiroid.
Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi. Setelah
diproduksi, tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari sel folikel ke dalam koloid
melalui eksositosis.
Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui suatu
pompa iodium yang sangat aktif atau iodine- trapping mechanism yaitu protein pembawa
yang sangat kuat dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel folikel. Hampir
semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

mensintesis hormon tiroid. Selain untuk sintesis hormon tiroid, iodium tidak memiliki manfaat
lain di tubuh.
Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul tiroglobulin.
Perlekatan sebuah iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua
iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT).
Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekul- molekul tirosin beriodium untuk
membentuk hormon tiroid. Penggabungan dua DIT (masing- masing mengandung dua atom
iodium) menghasilkan tetraiodotironin (T4 atau tiroksin), yaitu bentuk hormon tiroid dengan
empat iodium. Penggabungan satu MIT (dengan satu iodium) dan satu DIT (dengan dua iodium)
menghasilkan triiodotironin atau T3 (dengan tiga iodium). Penggabungan tidak terjadi antara dua
molekul dua molekul MIT.
Karena reaksi- reaksi ini berlangsung di dalam molekul tiroglobulin, semua produk tetap melekat
ke protein besar tersebut. Hormon- hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid
sampai mereka dipecah dan disekresikan. Diperkirakan bahwa jumlah hormon tiroid yang secara
normal disimpan di koloid cukup untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan1.
2. Sekresi Hormon Tiroid
Pengeluaran hormon- hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik memerlukan proses yang agak
rumit karena dua alasan. Pertama, sebelum dikeluarkan, T 4 dan T3 tetap terikat ke molekul
tiroglobulin. Kedua, hormon- hormon ini disimpan di tempat ekstrasel pedalaman, lumen folikel.
Sebelum dapat memasuki pembuluh darah yang berjalan di ruang interstisium, mereka harus
diangkut menembus sel folikel. Proses sekresi hormon tiroid pada dasarnya melibatkan
melibatkan penggigitan sepotong koloid oleh sel folikel, sehingga molekul triglobulin terpecah
menjadi bagian- bagiannya, dan perludahannya T4 dan T3 bebas ke dalam darah.
Apabila terdapat rangsangan yang sesuai untuk mengeluarkan hormon tiroid, sel- sel folikel
memasukkan sebagian dari kompleks hormon- triglobulin dengan memfagositosis sekeping
koloid. Di dalam sel, butir- butir koloid terbungkus membran menyatu dengan lisosom, yang
enzim- enzimnya kemudian memisahkan hormon tiroid yang aktif secara biologis, T 4 dan T3,
serta iodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT. Hormon- hormon tiroid, karena sangat lipofilik,
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

dengan mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah. MIT dan DIT tidak
memiliki nilai endokrin. Sel- sel folikel mengandung suatu enzim yang dengan cepat
mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT, sehingga iodium yang dibebaskan dapat didaur ulang
untuk sintesis lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium
hanya dari MIT dan DIT yang tidak berguna, bukan dari T4 dan T3.
3. Perubahan T4 Menjadi T3
Sekitar 90% produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk T 4,
walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun,
sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian diubah menjadi T3, atau diaktifkan, melalui proses
pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4
yang mengalami proses pengeluaran iodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah
bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel, walaupun tiroid mengeluarkan
lebih banyak T4.
4. Pegangkutan T4 dan T3 di Dalam Darah
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilikdengan cepat berikatan
dengan beberapa protein plasma. Terdapat tiga protein plasma yang penting dalam pengikatan
hormon tiroid yaitu globulin pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin) yang secara selektif
mengikat hormon tiroid- 55% dari T4 dan 65% dari T3 dalam sirkulasi. Walaupun namanya hanya
menyebutkan secara khusus tiroksin, albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormon
lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3 dan thyroxine-binding prealbumin yang
mengikat sisa 35% T41.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Gambar 4: Pembentukan, Penyimpanan dan Pengeluaran Hormon Tiroid1

Efek Hormon Tiroid


1. Efek pada Laju Metabolisme
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik basal tubuh keseluruhan. Hormon ini adalah
regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan
istirahat. Dibandingkan dengan hormon-hormon lain, efek hormon tiroid bersifat lamban.
Setelah tertunda beberapa jam barulah respons metabolik terhadap hormon tiroid dapat dideteksi,
dan respons maksimum belum terjadi sampai beberapa hari. Durasi respons juga cukup panjang,
sebagian karena hormon tiroid tidak cepat mengalami penguraian, tetapi juga karena respons
terus berlangsung selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid
plasma kembali ke normal.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

2. Efek Kalogenik
Efek kalorigenik (penghasil panas) berkaitan erat dengan efek metabolik keseluruhan dari
hormon tiroid. Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
3. Efek pada Metabolisme Perantara
Selain meningkatkan laju metabolisme basal, hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak
reaksi spesifik yang terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan
bakar metabolik bersifat multifaset. Hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi sintesis dan
penguraian karbohidrat, lemak dan protein tetapi bayak sedikitnya jumlah hormone juga dapat
menginduksi efek yang bertentangan. Sebagai contoh, perubahan glukosa menjadi glikogen,
bentuk simpanan glukosa, dipermudah oleh keberadaan hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi
kebalikannya penguraian glikogen menjadi glukosa terjadi apabila terdapat hormon tiroid dalam
jumlah besar. Demikian juga, sejumlah tertentu hormon tiroid diperlukan untuk sintesis protein
yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh, namun hormon tiroid dalam dosis tinggi
menyebabkan penguraian protein. Secara umum, kadar hormon tiroid dalam plasma yang
berlebihan, misalnya pada hiperekskresi tiroid, akan lebih menimbulkan efek peningkatan
konsumsi bahan bakar dibandingkan dengan efek penyimpanan bahan bakar, seperti
termanifestasi dalam pengurangan simpanan glikogen, penurunan simpanan lemak dan penciutan
otot akibat penguraian protein4.
4. Efek Simpatomimetik
Setiap efek yang serupa dengan yang dihasilkan oleh sistem saraf simpatis disebut efek
simpatomimetik. Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis
dan hormon dari medula adrenal. Hormon tiroid diperkirakan menimbulkan efek permisif ini
dengan menyebabkan ploriferasi reseptor spesifik katekolamin di sel sasaran. Karena itu, banyak
efek yang dijumpai pada saat sekresi hormon tiroid meningkat serupa dengan efek yang
menyertai peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (suatu efek simpatomimetik).

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

5. Efek pada Sistem Kardiovaskuler


Melalui efeknya pada peningkatan ketanggapan jantung terhadap katekolamin dalam darah,
hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah
jantung meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang ditimbulkan oleh efek
kalorigenik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk menyalurkan kelebihan panas
tersebut ke permukaan tubuh untuk dieliminasi ke lingkungan.
6. Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan yang normal. Efek hormon tiroid dalam mendorong
pertumbuhan tampaknya merupakan efek sekunder dari efeknya pada hormon pertumbuhan.
Hormon tiroid tidak saja merangsang hormone pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek
hormon pertumbuhan (atau somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pada
pertumbuhan rangka. Anak yang mengalami defisiensi tiroid mengalami gangguan pertumbuhan,
yang reversible jika anak tersebut diberi hormon pengganti. Namun tidak seperti hormon
pertumbuhan, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, terutama SSP, suatu
efek yang terganggu pada anak yang mengidap defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon tiroid juga
sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa. Kadar hormon tiroid yang
abnormal berkaitan dengan perubahan perilaku. Selain itu, kecepatan saraf perifer
menghantarkan impuls berkaitan secara langsung dengan ketersediaan hormon tiroid.

Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid


Thyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah
regulator fisiologis terpenting bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam
pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH.
Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggungjawab untuk mempertahankan
integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami atrofi (ukurannya
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

10

mengecil) dan sekresi hormonnya berkurang. Sebaliknya, kelenjar ini mengalami hipertrofi
(peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hyperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai
respons terhadap stimulasi TSH yang berlebihan.
Hormon tiroid, dengan mekanisme umpan-balik negatif mematikan sekresi TSH, sementara
thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus secara tropik menghidupkan sekresi
TSH oleh hipofisis anterior. Pada sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid, inhibisi terutama
berlangsung di tingkat hipofisis anterior. Seperti lengkung umpan-balik negatif lainnya, lengkung
atau hormon tiroid dan TSH cenderung mempertahankan stabilitas keluaran (sekresi) hormon
tiroid.
Pengaturan sehari-hari kadar hormon tiroid bebas tampaknya dilaksanakan oleh umpan-balik
negatif antara tiroid dan hipofisis anterior, sementara penyesuaian jangka panjang diperantarai
oleh hipotalamus. Tidak seperti sebagian besar sistem hormonal lain, pada orang dewasa
hormon-hormon di sumbu tiroid secara normal tidak mengalami pergeseran sekresi yang
mendadak dan lebar. Kecepatan sekresi hormon tiroid yang relatif stabil sesuai dengan respons
terhadap hormon yang bersifat lamban dan berlangsung lama. Peningkatan atau penurunan kadar
hormon tiroid dalam plasma yang mendadak tidak memiliki nilai adaptif. Satu-satunya faktor
yang diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan demikian TSH dan hormon tiroid) adalah
pajanan ke dingin pada bayi. Keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada bayi
baru lahir. Peningkatan drastik sekresi hormon tiroid penghasil panas diperkirakan ikut berperan
dalam mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi penurunan mendadak suhu lingkungan
pada saat lahir, sewaktu bayi berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang
lebih dingin. Pada orang dewasa, respons TSH serupa terhadap pajanan dingin tidak terjadi,
walaupun hal ini secara fisiologis masuk akal dan memang terjadi pada beberapa jenis hewan
percobaan.
Berbagai jenis stress diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, diperkirakan
melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, walaupun makna adaptif inhibisi ini belum jelas4.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

11

Gambar 5: Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid1

Kelainan Fungsi Tiroid


1. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat kegagalan primer kelenjar tiroid itu sendiri, kegagalan
sekunder dari defisiensi TRH, TSH, atau keduanya atau dari defisiensi asupan iodium dalam
makanan. Gejala-gejala hipotiroidisme sebagian besar disebabkan oleh penurunan aktivitas
metabolisme keseluruhan. Pasien hipotiroidisme antara lain mengalami penurunan laju metabolic
basal, memperlihatkan penurunan toleransi terhadap dingin (tidak adanya efek kalorigenik),
cenderung mengalami pertambahan berat (tidak memakai bahan bakar dengan kecepatan yang
normal), mudah lelah (fatig, penurunan produksi energi), memperlihatkan denyut nadi yang
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

12

lemah dan lambat (akibat penurunan kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung dan penurunan
curah jantung), dan memperlihatkan perlambatan refleks dan kemampuan mental (karena efek
pada sistem saraf).
Karakteristik lain yang nyata adalah keadaan edematosa yang disebabkan oleh infiltrasi molekulmolekul karbohidrat komplek s penahan air di kulit, diduga sebagai akibat perubahan
metabolisme. Penampakan wajah, tangan, dan kaki yang bengkak dikenal sebagai miksedema1.
2. Hipertiroidisme
Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Grave, suatu penyakit otoimun, yakni tubuh
secara serampangan membentuk thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang
sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid. Imunoglobulin perangsang-tiroid (TSI) merangsang
sekresi dan pertumbuhan tiroid dengan cara yang serupa dengan yang dilakukan oleh TSH.
Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan-balik negatif oleh hormon
tiroid, sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung.
Pasien hipertiroidisme mengalami peningkatan laju metabolik basal. Terjadi peningkatan
pembentukan panas yang menyebabkan pengeluaran keringat berlebihan dan penurunan toleransi
terhadap panas. Walaupun nafsu makan dan asupan makanan meningkat terjadi sebagai akibat
meningkatnya kebutuhan metabolik, berat badan biasanya berkurang karena tubuh membakar
bahan bakar dengan kecepatan abnormal. Terjadi degradasi netto simpanan karbohidrat, lemak
dan protein. Penurunan massa protein otot rangka menyebabkan kelemahan. Hipertiroidisme
menimbulkan berbagai kelainan kardiovaskuler, yang disebabkan baik oleh efek langsung
hormon tiroid maupun oleh interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut
jantung dapat menjadi sangat meningkat, sehingga individu mengalami palpitasi. Pada kasus
yang parah, jantung mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang sangat meningkat
walaupun curah jantung meningkat. Keterlibatan susunan saraf ditandai oleh oleh kewaspadaan
mental yang berlebihan sampai pada keadaan pasien yang mudah tersinggung, tegang, cemas dan
sangat emosional.
Gondok (goiter) adalah pembesaran kelenjar tiroid. Karena letak tiroid di depan trakea, gondok
mudah teraba dan biasanya jelas terlihat. Gondok akan timbul jika terdapat stimulasi berlebihan
terhadap kelenjar tiroid oleh TSH atau TSI. Gondok dapat menyertai hipotiroidisme atau
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

13

hipertiroidisme, tetapi gondok tidak selalu ada pada kedua keadaan tersebut. Dengan mengetahui
aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan kontrol umpan balik, kita dapat memperkirakan jenis hipoatau hipertiroidisme yang akan disertai oleh gondok.
Pada hipotiroidisme yang sekunder dari kegagalan hipotalamus atau hipofisis anterior tidak akan
disertai oleh gondok karena rangsangan yang adekuat bagi kelenjar tiroid saja tidak ada, apalagi
rangsangan yang berlebihan. Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid
atau kekurangan iodium, gondok timbul karena kadar hormon tiroid dalam darah sirkulasi
sedemikian rendah, sehingga tidak ada inhibisi umpan-balik negatif ke hipofisis anterior, dan
dengan demikian sekresi TSH meningkat. Ingatlah bahwa TSH bekerja pada tiroid untuk
meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel untuk meningkatkan kecepatan sekresi sel-sel
tersebut. Jika sel-sel tiroid tidak mampu mengeluarkan hormon karena ketidak-adaan enzim
tertentu atau kekurangan iodium, seberapapun jumlah TSH yang ada tidak memacu sel- sel
tersebut mengeluarkan T3 dan T4 yang adekuat. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi
dan hyperplasia tiroid dengan konsekuensi pembesaran paradoks kelenjar (yaitu gondok),
walaupun pada kelenjar yang berproduksi.
Demikian juga, gondok dapat menyertai hipertiroidisme mungkin pula tidak. Sekresi TSH yang
berlebihan akibat defek hipotalamus atau hipofisis anterior jelas akan disertai oleh gondok
karena terjadi stimulasi berlebihan terhadap pertumbuhan kelenjar tiroid. Karena kelenjar tiroid
dalam hal ini juga mampu berespons terhadap kelebihan TSH dengan meningkatkan sekresi
hormon, terjadi hipertiroidisme disertai gondok.
Hipertiroidisme yang terjadi akibat aktivitas berlebihan tiroid tanpa stimulasi berlebihan,
misalnya pada kasus tumor tiroid yang tidak terkontrol, tidak disertai oleh gondok. Sekresi
spontan T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan menghambat TSH, sehingga tidak terjadi stimulasi
untuk mendorong pertumbuhan kelenjar tiroid1.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

14

Zat Iodium
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon
thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini, yaitu
triiodotironin T3 dan tetraiodotironin T4. Yang terakhir ini disebut juga thyroxin. Zat iodium
dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) untuk dipergunakan dalam
sintesa hormon thyroxin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, tergonjugasi
dengan protein (globulin) dan disebut thyroglobulin. Bila diperlukan, thyroglobulin dipecah dan
terlepas hormon thyroxin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram berat badan per
hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi iodium per hari
berdasarkan kelompok umur. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium sangat kecil, pada orang
dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu miligram)5.
Kekurangan zat iodium memberikan kondisi hipotiroidisme dan tubuh mencobanya untuk
mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok, sehingga terjadi hipertrofi yang
memberikan pembesaran kelenjar thyroid tersebut, dan disebut penyakit gondok (struma simplex
atau struma endemik). Sebaliknya kebanyakan zat iodium akan memberikan gejala-gejala pada
kulit yang disebut iodium dermatitis6.

Kesimpulan
Sekresi hormon tiroid diatur oleh hipotalamus yang mensekresikan TRH untuk merangsang
sekresi TSH dari hipofisis anterior. Sekresi TSH akhirnya memberikan rangsangan kepada
kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroid. Pembentukan hormon tiroid memerlukan zat
iodium. Gangguan pada pengaturan sekresi hormon tiroid dan defisiensi zat iodium akan
mengakibatkan kelainan fungsi tiroid.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

15

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Human physiology from cells to system. 7th edition. Canada: Brooks/Cole
Cengage Learning; 2010. p.691-698
2. Thyroid
Gland.

Diunduh

dari

http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Thyroid_gland.html. 11 Oktober
2013.
3. Endocrine

Anatomy

and

Physiology.

http://course1.winona.edu/lreuter/dapkus/212/Labs/images/thyroid. 11 Oktober 2013.


4. Guyton C, John E. Textbook of medical physiology. 11th edition. Canada: Elsevier
Saunders; 2006.p.307-310
5. Iodium
cegah

lost

generation.

Diunduh

dari

http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_iodium.php. 15 Oktober 2013.


6. Sediaoetama D. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profisi. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat; 2008. hal 177-178

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

16

Anda mungkin juga menyukai